Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MANDIRI AQIDAH AKHLAK

KETELADANAN ABU BAKAR AS - SIDDIQ

NAMA : ARIQAH RUKH ZALFA SYAHIRAH


KELAS : VIII.1 TAHFIDZ 1
ABU BAKAR AL-SHIDDIQ
A. Biografi dan Keistimewaan Abu Bakar al-Shiddiq

1. Biografi Abu Bakar al-Shiddiq


a. Nama
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin
Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu’ai bin Ghalib
bin Fihr
bin Malik al-Qurasy al-Taimy.1 Jika diperhatikan garis keturunan Abu
Bakar al- Shiddiq maka bertemu dengan garis keturunan Rasulullah
SAW pada Murrah bin
Ka`ab dan terus hingga ke atas.
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar al-Shiddiq bernama Abdul Ka`bah.
Ketika ia masuk Islam Rasulullah SAW mengganti namanya dengan
Abdullah.
Kemudian nama ini lebih dikenal dalam berbagai periwayatan oleh
ulama Ahlu
Sunnah sebagai nama Abu bakar al-Shiddiq.2

b. Panggilan dan Gelar


Melekatnya panggilan Abu Bakar al-Shiddiq serta beberapa gelar
yang
lain memiliki sebab tertentu. Bahkan kemudian, gelar-gelar ini lebih
populer dari
nama aslinya. Sehingga nama Abu Bakar al-Shiddiq banyak
ditemukan dalam
berbagai periwayatan. Ali al-Tanthawy menyebutkan bahwa
panggilan Abu Bakar oleh bangsa
Arab berasal dari kata al-bakru yang berarti unta yang masih muda.
Sedangkan
bentuk plural dari kata ini adalah bikarah. Jika seseorang dipangil
dengan bakran,
maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan sosok
pemimpin
kabilah yang sangat terpandang kedudukannya dan juga sangat
terhormat.3
Dari sini dapat dipahami bahwa digelarinya ia dengan Abu Bakar
karena
kedudukannya yang terhormat di tengah bangsa Quraisy, baik
terhormat dari segi
nasab ataupun garis keturunan begitu juga dari segi strata sosial
karena ia
merupakan seorang saudagar yang kaya raya.
Kemudian, Abu Bakar digelari dengan beberapa gelar, yaitu Atiq dan
al- Shiddiq. Gelar Atiq yang disandang oleh Abu bakar al-Shiddiq
memiliki beberapa
pendapat dikalangan ulama. Sebagian mereka mengatakan bahwa
disandang- kannya gelar tersebut karena wajahnya yang atiq (cerah
dan bersih). Ada pendapat
yang mengatakan bahwa ia digelari dengan Atiq karena garis
keturunannya yang
bersih dan tidak ada cacatnya. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa ibunya
tidak memiliki seorangpun anak laki-laki. Ketika Abu Bakar al-Shiddiq
dilahirkan, ibunya menghadap ke Ka`bah dan berkata, “Ya Allah
sesunggunya ini
adalah atiq (pembebasan) dari kematian, maka anugrahkanlah ia
padaku”. Setelah
Abu Bakar al-Shiddiq besar, ia kemudian digelari dengan
Atiq.4Namun ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa ia
digelari dengan
Atiq oleh Rasulullah SAW. sebab dalam sebuah riwayat disebutkan:
‫ َق ا َل َر سُ ْو ُل اهللا‬: ‫ت‬ ْ ‫ض ي اهللا َع ن ْـ َه ا َق ا َل‬َ ‫ش َة ُأ ُّم ال َم ْؤ ِم ِن يْ َن َر‬
َ ‫َع نْ َع اِئ‬
‫س َّل َم‬ َ ‫ص َل ى اهللا َع َل يْ ِه َو‬ َ
5 ‫ب‬ َ ْ‫ب ي‬ ِ ‫ظ رْ ِإ َل ى َأ‬ُ ْ‫ت يْ ٍق م َن النَّ ار فـَ ْل يـَ ن‬
ِ ِ ِ ‫ظ َر ِإ َل ى َع‬ ُ ْ‫س رَّ هُ َأ نْ يـَ ن‬
َ ْ‫َم ن‬
)‫كْ ٍر (رواه الحاكم‬
Artinya: “Dari Aisyah ra.ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Siapa
yang berhasrat untuk memandang wajah orang yang terbebas dari
api
neraka maka pandanglah wajah Abu Bakar”. (HR. Hakim)
Adapun digelari dengan al-Shiddiq ulama juga berbeda pendapat.
Sebagian mereka mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, Abu
Bakar telah
dikenal dengan sifatnya yang jujur dan dapat dipercaya. Bahkan
orang-orang
Quraisy tidak meragukan lagi tentang apa yang disampaikan oleh
Abu Bakar.
Oleh sebab itu ia digelari dengan al-Shiddiq.6
Pendapat lain mengatakan bahwa ia digelari dengan al-Shiddiq
karena
sikapnya yang dengan segera membenarkan peristiwa Isra ` dan
Mi`raj Rasulullah
SAW. Perjalanan yang dilakkukan dalam satu malam dari Masjidil
Haram ke
Masjidil Aqsha dan naik ke Shidratu al-Muntaha serta kembali lagi ke
bumi
dalam rangka menjemput perintah shalat dianggap sebagai bualan
belaka oleh
orang-orang Quraisy ketika itu. Sebab hal yang demikian dianggap
sebuah
perjalanan yang mustahil. Namun dengan tegas Abu Bakar berkata,
Sungguh aku membenarkan sesuatau yang lebih dari itu (peristiwa
Isra dan Mi`raj) dan dari
segala khabar yang datang dari langit.7

c. Kelahiran
Abu Bakar al-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M atau
lebih
kurang 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan setelah tahun Gajah. 8 Dari sini
dapat
dipahami bahwa Abu Bakar al-Shiddiq lebih muda dari Rasulullah
SAW karena
beliau lahir pada tahun gajah atau tepatnya pada tahun 571 M.
Ibu Abu Bakar al-Shiddiq bernama Salma binti Sakhar bin Amir bin
Ka`ab
bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari dengan Ummu al-Khair.9
Sedangkan
bapaknya adalah Utsman bin Amir yang masuk Islam pada peristiwa
Fathu
Makkah (Penaklukan kota Mekah).10

d. Wafat
Abu Bakar al-Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar al-Shiddiq menderita sakit
lebih
kurang 15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya
terbaring di
tempat tidur dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama
sahabat lainnya. Agar shalat jamaah di masjid bisa terus berlanjut,
Abu Bakar digantikan oleh
Umar bin Khattab.
Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga)
tahun.
Jenazah Abu Bakar al-Shiddiq dimandikan oleh isterinya yaitu Asma`
binti
Amisy, sesuai dengan wasiatnya sebelum ia meninggal. Jika ada hal-
hal yang
tidak bisa ia lakukan maka ia meminta bantuan kepada putranya;
Abudurrahman
bin Abu Bakar.11 Ada riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar al-
Shiddiq
menderita sakit yang mengantarkannya pada kematian disebabkan
oleh makanan
yang dibubuhi racun oleh seorang Yahudi. Abu Bakar al-Shiddiq
memakan
makanan teresbut bersama al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin
Usaid. Mereka
mengalami penyakit yang sama dan meninggal pada hari yang
sama.12
Abu Bakar al-Shiddiq memerintah lebih kurang 2 (dua) tahun.
Berbagai
keberhasilan telah ia torehkan dengan tinta emas sejarah. Dan hal ini
tidak akan
bisa dilupakan oleh umat Islam hingga ke akhir zaman.

e. Keluarga
Abu Bakar al-Shiddiq menikah dengan dua orang istri ketika ia masih
di
Makkah. Mereka adalah Qatilah binti al-`Azy dan Ummu Rumman
binti Amir bin
Uwaimar. Dari istrinya yang pertama ia dianugrahi anak Abdullah dan
Asma dan
dari istrinya yang kedua ia dianugrahi dengan Abdurrahman dan
Aisyah Setelah masuk Islam dan hijrah ke Madinah, Abu Bakar al-
Shiddiq
menikah kembali dengan dua orang isteri, yaitu Habibah binti
Kharijah dan
Asma’ binti Umaisy. Dari Habibah ia dianugerahi Ummu Kultsum
yang lahir
setelah ia meninggal. Ummu Kultsum menikah dengan Thalhah bin
Ubaidillah
yang merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Sedangkan
dari Asma’
ia dianugerahi dengan Muhammad.13

2. Keistimewaan Abu Bakar al-Shiddiq


Abu Bakar al-Shiddiq merupakan sahabat yang senantiasa menemani
dakwah Rasulullah SAW., baik dalam suka ataupun duka. Ia rela
berkorban
dengan harta dan jiwa yang ia miliki untuk mendukung dan
menyebarkan risalah
dakwah. Pengorbanan yang ia berikan tidak akan akan bisa dilupakan
sejarah.
Sehingga dengan demikian Abu Bakar al-Shiddiq memiliki tempat
yang khusus di
hati Rasulullah SAW. dalam bentangan sejarah Islam. Ketulusannya
dalam menyebarkan agama Allah SWT. dan keteguhannya
dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam
menyeru manusia
kepada kebaikan menjadikan kedudukannya lebih istimewa di antara
sahabat yang
lain. Di antara keistimewaan yang dimiliki oleh Abu Bakar al-Shiddiq
antara lain:

a. Abu Bakar al-Shiddid diabadikan dalam al-Qur’an


Pengorbanan Abu Bakar al-Shiddiq dalam menyokong dakwah
Rasulullah
SAW mendapat apresiasi yang besar dan mulia dari Allah SWT.
Sehingga dengan demikian, penghormatan Allah SWT terhadapnya
diukirkan dalam beberapa ayat
dalam al-Qur’an, di antaranya:
‫ار ِإ ْذ‬ ْ ِ ‫ِين َك َفرُوا َثان َِي اث ْـنـَي‬
ِ ‫ْن ِإذ ُه َما فِي ْال َغ‬ َ ‫ص َرهُ هَّللا ُ ِإ ْذ َأ ْخ َر َج ُه الَّذ‬ ُ ‫ِإالَّ تـَ ْن‬
َ ‫صرُوهُ فـَ َق ْد َن‬
40 :‫اح ِب ِه الَ َتحْ َزنْ ِإنَّ هَّللا َ َم َع َنا (التوبة‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫( يـَقُو ُل ل‬
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka
Sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang
dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya
Allah
beserta kita.” (QS. Al-Taubah: 40)
Telah menjadi konsensus di kalangan ulama dan juga pakar tafsir
bahwa
yang dimaksud dengan “temannya” dalam ayat di atas adalah Abu
Bakar al- Shiddiq. Sebab tidak mungkin ada seorangpun yang ada
bersama Rasulullah SAW
ketika bersembunyi di gua Tsur dalam perjalanan hijrah dari Makkah
ke Madinah
untuk berlindung dari kejaran orang-orang Quraisy melainkan Abu
bakar al- Shiddiq. Sebab ialah yang senantiasa mendampingi
Rasulullah SAW dalam
dakwahnya baik suka ataupun duka.14
Dalam ayat lain Allah SWT. juga mengapresiasi pengorbanan Abu
Bakar
al-Shiddiq. Penghargaan ini diberikan oleh Allah SWT. kepada Abu
Bakar al- Shiddiq ketika ia membebaskan Bilal bin Rabbah dari
tuannya. Orang-orang
Quraisy ketika itu berkomentar, “Kenapa Abu Bakar membebaskan
seorang
budak yang tidak bermanfaat baginya.” Pernyataan ini kemudian
dibalas oleh
Allah SWT dalam firmannya: Artinya: “ Padahal tidak ada
seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya
yang harus dibalasnya, * tetapi (dia memberikan itu semata-mata)
karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi.* dan kelak
Dia
benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail: 19-21)

b. Abu Bakar al-Shiddiq adalah orang yang pertama masuk surga


Abu Bakar al-Shiddiq merupakan manusia pertama yang masuk surga
dari
umat Rasulullah SAW. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai berikut:
‫ « َأ َتانِى ِج ب ِْري ُل َفَأ َخ َذ‬-‫صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫َعنْ َأ ِبى ه َُريـْ َر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ت َأ ِّنى‬ ُ ‫ فـَ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر َيا َرسُو َل هَّللا ِ َود ِْد‬.» ‫اب ْال َج َّن ِة الَّذِى َت ْد ُخ ُل ِم ْن ُه ُأ َّمتِى‬
َ ‫ِب َيدِى َفَأ َرانِى َب‬
‫ك َيا َأ َبا َب ْك ٍر‬
َ ‫ « َأ َما ِإ َّن‬-‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ فـَ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬.‫ظ َر ِإ َل ْي ِه‬
ُ ‫ك َح َّتى َأ ْن‬ ُ ‫ُك ْن‬
َ ‫ت َم َع‬
15 )‫ (رواه أبو داود‬.» ‫َأوَّ ُل َمنْ َي ْد ُخ ُل ْال َج َّن َة ِمنْ ُأ َّمتِى‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW.
bersabda,
“Jibril mendatangiku dan mengajakku untuk melihat pintu surga yang
akan dimasuki oleh umatku nanti. Abu Bakar berkata, “Wahai
Rasulullah sesungguhnya aku berharap ketika ia datang aku
bersamamu
sehingga akupun bisa melihat pintu surga.” Rasulullah SAW berkata,
“Sesungguhnya engkau Abu Bakar adalah orang yang pertama kali
masuk surga dari umatku.” (HR. Abu Daud)

c. Abu Bakar al-Shiddiq adalah orang yang senantiasa bersegera


untuk kebaikan
Abu Bakar al-Shiddiq merupakan sahabat Rasulullah SAW yang
senantiasa bersegera untuk melakukan kebaikan. Bahkan ketika para
sahabat yang lain tidak melakukannnya sedangkan ia telah
melakukannya. Hal ini terbukti
ketika Rasulullah SAW mengajukan beberapa pertanyaan kepada
beberapa orang
sahabatnya dan yang menjawab selalu Abu Bakar al-Shiddiq. Dalam
sebuah
riwayat disebutkan:
َ ‫ « َمنْ َأصْ َب َح ِم ْن ُك ُم ْاليـَ ْو َم‬-‫صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫َعنْ َأ ِبى ه َُري ْـ َر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫صاِئمًا‬
». ‫ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر رضى‬.» ‫از ًة‬ َ ‫ َقا َل « َف َمنْ َت ِب َع ِم ْن ُك ُم ْاليـَ ْو َم َج َن‬.‫َقا َل َأبُو َب ْك ٍر رضى اهللا عنه َأ َنا‬
‫ َقا َل‬.‫ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر رضى اهللا عنه َأ َنا‬.» ‫ َقا َل « َف َمنْ َأ ْط َع َم ِم ْن ُك ُم ْاليـَ ْو َم ِمسْ كِي ًنا‬.‫« اهللا عنه َأ َنا‬
‫صلى اهللا‬- ِ ‫ فـَ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬.‫ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر رضى اهللا عنه َأ َنا‬.» ‫َف َمنْ َعادَ ِم ْن ُك ُم ْاليـَ ْو َم َم ِريضًا‬
16 )‫(رواه مسلم‬.» ‫امْرٍئ ِإالَّ َد َخ َل ْال َج َّن َة‬
ِ ‫ « َما اجْ َت َمعْ َن فِى‬-‫عليه وسلم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
“Siapakan di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar
berkata, “Saya.” Rasulullah kemudian berkata, “Siapakah di antara
kalian pada hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar kembali
menjawab, “Saya.” Rasulullah SAW kemudian kembali bertanya,
“Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang
miskin?” Abu Bakar kembali menjawb, “Saya.” Rasulullah pun juga
kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk
orang sakit?”Abu Bakar menjawab, “Saya.” Rasulullah SAW
kemudian
bersabda, “Tidaklah terkumpul perbuatan ini pada seseorang
melainkan
ia akan masuk surga.” (HR Muslim)

d. Abu Bakar al-Shiddiq adalah sahabat yang paling dicintai oleh


Rasulullah SAW
Abu Bakar al-Shiddiq merupakan sahabat yang sangat dicintai oleh
Rasulullah SAW. Hal ini tampak dalam sebuah pertanyaan yang
dilontarkan oleh
salah seorang sahabat kepadanya. Dalam sebuah riwayat diceritakan
Artinya: “Dari Anas Ra. Ia berkata bahwa ada yang bertanya kepada
Rasululah
SAW, “Wahai Rasulullah siapakah yang paling engkau cintai dari
manusia?” Rasulullah SAW berkata, “Aisyah.” Mereka berkata,
“Maksud kami dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab,
“Bapaknya (Abu Bakar al-Shiddiq).” (HR. Ibnu Majah)
e. Abu Bakar al-Shiddiq adalah mufti pada masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, setidaknnya ada 14 (empat
belas) orang sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah SAW bisa
memberikan fatwa
kepada umat. Akan tetapi dari ke-14 orang tersebut hanya Abu Bakar
al-Shiddiq
yang dipercaya oleh Rasulullah SAW untuk memberikan fatwa ketika
bersamanya. Sedangkan yang lain hanya boleh memberikan fatwa
ketika tidak
bersama Rasulullah SAW, seperti Mu`az bin Jabal yang di utus ke
Yaman dan
sebagainya.
Kepercayaan Rasulullah SAW terhadap Abu Bakar al-Shiddiq dalam
memberikan fatwa diceritakan dalam sebuah riwayat,
ِ ‫ َقا َل َخ َرجْ َنا َم َع َرس‬- ‫ رضى اهللا عنه‬- ‫َعنْ َأ ِبى قـَ َتادَ َة‬
‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ‫ُول ال َّل ِه‬
- ً‫ِين َعالَ َر ُجال‬ َ ‫ْت َر ُجالً م َِن ْال ُم ْش ِرك‬ ُ ‫ فـَ َرَأي‬، ‫ِين َج ْو َل ٌة‬
َ ‫ت ل ِْلمُسْ لِم‬
ْ ‫ فـَ َلمَّا ْالتـَ َقي ْـ َنا َكا َن‬، ‫ْن‬
ٍ ‫َعا َم حُنـَي‬
‫م َِن‬
‫ َفَأق ْـ َب َل‬، ‫ض َرب ْـ ُت ُه ِبال َّس ْيفِ َع َلى َحب ِْل َعا ِتقِ ِه‬ َ ‫ت َح َّتى َأتـَ ْي ُت ُه ِمنْ َو َراِئ ِه َح َّتى‬ ُ ْ‫ َفاسْ َتدَر‬، ‫ِين‬ َ ‫ْالمُسْ لِم‬
َّ‫َع َلى‬
‫ت ُع َم َر ب َْن‬ ُ ‫ فـَ َل ِح ْق‬، ‫ت َفَأرْ َس َلنِى‬ ُ ‫ ُث َّم َأ ْد َر َك ُه ْال َم ْو‬، ‫ت‬ ُ ‫ضم ًَّة َو َج ْد‬
ِ ‫ت مِن ْـ َها ِري َح ْال َم ْو‬ َ ‫ض َّمنِى‬ َ ‫َف‬
‫ ُث َّم‬، ِ ‫اس َقا َل َأ ْم ُر هَّللا‬ ِ ‫ت َما َبا ُل ال َّن‬ ُ ‫ب فـَقُ ْل‬ِ ‫ ْال َخ َّطا‬Artinya: “Dari Abu Qatadah Ra.
Ia berkata bahwa suatu ketika kami keluar
bersama Rasulullah SAW pada perang Hunain. Lalu kami
bertemu
dengan musuh sedangkan tentara muslim masih dalam
perjlanan. Saya
melihat satu orang tentara dari orang musrik mengalahkan satu
orang
tentara dari muslim. Saya berpaling dan mendatangi tentara
kafir
tersebut dari belakang dan menebas lehernya. Ia kemudian
menghadap
kepadaku dan merangkulku dengan erat dan akupun
merasakan bahwa
ia akan mati. Ia kemudian mati dan terlepaslah pegangannya
dariku.
Aku kemudian menemui Umar dan berkata, apa yang
sebenarnya yang
terjadi. Umar menjawab “amrullah” (urusan Allah) setelah itu
orang
pulang dan nabi pun duduk dan berkata, “Siapa yang telah
membunuh
(seorang musuh) maka ia harus mendatangkan saksi dan
baginya
rampasannya.” Saya kemduaian berdiri dan berkata, “Siapa
yang
bersaksi terhadap saya.?” Dan kemudian saya duduk, nabipun
kembali
berkata, “Siapa yang telah membunuh (seorang musuh) maka
ia harus
mendatangkan saksi dan baginya rampasannya.”Saya
kemduaian
berdiri dan berkata, “Siapa yang bersaksi terhadap saya.?”
Saya
kemudian saya duduk dan nabipun berkata perkataan yang
sama untuk
ketiga kalinya. Seorang laki-laki berkata “benar wahai
Rasulullah”
(bahwa Ibnu Qatadah telah membunuhnya) dan rampasannya
kemudian
untuk saya begitu juga dengan tanahnya. Abu Bakar al-Shiddiq
kemudian berkata, “Tidak demi Allah, jika seorang berperang
karena
Allah dan Rasulnya barulah diberikan rampasannya.”
Rasulullah
kemudian berkata, “benar.” (apa yang disampaikan oleh Abu
Bakar al- Shiddiq.” (HR. Al-Bukhary).

f. Abu Bakar al-Shiddiq adalah orang kepercayaan Rasulullah


Abu Bakar al-Shiddiq adalah sahabat yang sangat menjaga
rahasia
Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
‫ رضى اهللا‬- ‫ب َقا َل َأ ْخبـَ َرنِى َسالِ ُم بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ َأ َّن ُه َسم َِع َع ْب َد هَّللا ِ ب َْن ُع َم َر‬ ٍ ‫ش َها‬ ِ ‫ْن‬ ِ ‫َع ِن اب‬
‫عنهما‬
- ِّ‫ْن ح َُذا َف َة ال َّس ْهمِى‬ ِ ‫ت ُع َم َر ِمنْ ُخنـَي‬
ِ ‫ْس ب‬ ُ ‫ص ُة ِب ْن‬ ْ ‫ين َتَأ َّي َم‬
َ ‫ت َح ْف‬ َ ‫ب ِح‬ ِ ‫ث َأنَّ ُع َم َر ب َْن ْال َخ َّطا‬ُ ‫ي َُح ِّد‬
- ُ‫ فـَ َقا َل ُع َم ُر بْن‬- ‫ فـَتـُوُ ِّف َى ِب ْال َمدِي َن ِة‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ب َرس‬ ِ ‫ان ِمنْ َأصْ َحا‬ َ ‫َو َك‬
‫ت‬ ُ ‫ فـَ َل ِب ْث‬. ‫مْرى‬ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬
ِ ‫ص َة فـَ َقا َل َس ْنظ ُر فِى‬ َ ‫ت َع َل ْي ِه َح ْف‬ ُ ْ‫ان فـَ َع َرض‬ َ ‫ْت ع ُْث َم‬
َ ‫ان ب َْن َع َّف‬ ُ ‫ب َأتـَي‬ ِ ‫ْال َخ َّطا‬
‫َل َيال َِى‬
‫ت‬ ُ ‫يق فـَ قُ ْل‬ َ ‫ص ِّد‬ِّ ‫ِيت َأ َبا َب ْك ٍر ال‬
ُ ‫ َقا َل ُع َم ُر فـَ َلق‬. ‫ُث َّم َلقِ َينِى فـَ َقا َل َق ْد َبدَا لِى َأنْ الَ َأتـَ َزوَّ َج يـَ ْومِى َه َذا‬
‫ت َأ ْو َج َد‬ ُ ‫ َو ُك ْن‬، ‫ت َأبُو َب ْك ٍر فـَ َل ْم يـَرْ ِج عْ ِإ َلىَّ َش ْيًئ ا‬ َ ‫ َف‬. ‫ت ُع َم َر‬
َ ‫ص َم‬ َ ‫ص َة ِب ْن‬ َ ‫ك َح ْف‬ َ ‫ت َز َّوجْ ُت‬َ ‫ش ْئ‬
ِ ْ‫ِإن‬
‫َع َل ْي ِه‬
‫ َفَأ ْن َكحْ تـ ُ َها‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َل َيال َِى ُث َّم َخ َطبـَ َها َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫ فـَ َل ِب ْث‬، ‫ان‬ َ ‫ِم ِّنى َع َلى ع ُْث َم‬
‫ك‬ َ ‫ص َة فـَ َل ْم َأرْ ِج عْ ِإ َل ْي‬
َ ‫ت َع َلىَّ َح ْف‬ َ ْ‫ين َع َرض‬ َ ‫ت َع َلىَّ ِح‬ َ ‫ك َو َج ْد‬َ َّ‫ فـَ َلقِ َينِى َأبُو َب ْك ٍر فـَ َقا َل َل َعل‬، ُ‫ِإيَّاه‬
َّ‫ت َع َلى‬َ ْ‫ك فِي َما َع َرض‬ َ ‫ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر َفِإ َّن ُه َل ْم َي ْمنـَعْ نِى َأنْ َأرْ ِج َع ِإ َل ْي‬. ‫ت نـَ َع ْم‬ ُ ‫ َقا َل ُع َم ُر قـ ُ ْل‬. ‫َش ْيًئ ا‬
َّ‫ِإال‬
‫ُأل‬
‫س‬ِ ‫ى‬ َ ‫ش‬ ِ ‫ فـَ َل ْم َأ ُكنْ ْف‬، ‫ َق ْد َذ َك َر َها‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ْت َأنَّ َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ت َعلِم‬ ُ ‫َأ ِّنى ُك ْن‬
َّ‫ر‬
‫ صلى اهللا عليه وسلم – َق ِب ْلتـ ُ َها‬- ِ ‫ َو َل ْو تـَ َر َك َها َرسُو ُل هَّللا‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫رس‬.
َ
19) ‫)رواه البخاري‬
Artinya: “Dari Ibnu Syihab ia berkata bahwa Salim bin Abudllah
memberitakan
kepadanya dari apa yang ia dengar dari Abdullah bin Umar
bahwa
Umar bin Khattab menceritakan kepadanya (Abdullah bin
Umamr) apa
yang terjadi ketika Hafshah binti Umar ditinggal mati oleh
Khunais bin
Hudzafah al-Sahmy yang meninggal di Madinah. Umar bin
Khattab
berkata, “Saya mendatangi Utsman bin Affan dan menawarkan
Hafshah. Ustman pun menjawab saya akan pertimbangkan.
Setetelah
berselang beberapa hari iapun datang dan berkata bahwa iat
tidak mau
menikah dengannya (Hafshah). Umar kembali berkata, “Saya
kemudian
menemui Abu Bakar dan berkata, jika engkau mau saya akan
nikahkan
kamu dengan Hafshah binti Umar.” Abu bakar diam dan tidak
menjawab dengan satu kata apapun. Saya mengira ia lebih
mau
menikah dengan Hafshsah dari pada Utsman. Beberapa
haripun
berselang ia kemudian dipinang oleh Rasulullah SAW dan
dinikahinya.
Abu Bakar kemudian menemuiku dan berkata, “Mungkin
engkau merasa
kesal ketika engkau menawarkan Hafshah untuk saya nikahi
dan
kemudian saya tidak menjawab dengan satu katapun.” Umar
menjawab, Benar.” Abu Bakar berkata, Sesungguhnya aku
tidak berhasrat untuk
menolak tawaranmu hanya saja ketika itu aku tahu bahwa
Rasulullah
SAW juga telah menyebutkan keinginannya (untuk menikahi
Hafshah).
Tidak mungkin saya kemudian akan membukakan rahasia
Rasulullah
SAW meskipun ia tidak melarngnya.” (HR. Al-Bukhary)

g. Abu Bakar al-Shiddiq adalah sahabat yang sangat tawadhu`


Meskipun sebagai seorang sahabat yang berpunya dari segi
harta, Abu
Bakar al-Shiddiq tidak membiasakan dirinya hidup dalam
kemewahan dan
kesombongan. Akan tetapi sebaliknya, ia lebih suka hidup
dalam penuh
ketawadhu`an dan kesederhanaan.
Hal ini terlihat dalam sebuah riwayat,
‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬- ‫ رضى اهللا عنهما‬- ‫ْن ُع َم َر‬ ِ ‫ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬- «
‫ش َّقىْ ثـَ ْو ِبى‬ ِ ‫ فـَ َقا َل َأبُو َب ْك ٍر ِإنَّ َأ َح َد‬.» ‫ظ ِر هَّللا ُ ِإ َل ْي ِه يـَ ْو َم ْالقِ َيا َم ِة‬
ُ ‫َمنْ َجرَّ ثـَ ْو َب ُه ُخ َيالَ َء َل ْم يـَ ْن‬
َ ْ‫ك َلس‬
‫ت‬ َ ‫ « ِإ َّن‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ فـَ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬. ‫ك ِم ْن ُه‬ َ ِ‫َيسْ تـَرْ ِخ ى ِإالَّ َأنْ َأتـَ َعا َهدَ َذل‬
20 )‫َتصْ َن ُع َذل َِك ُخ َيالَ َء » (رواه البخاري‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar Ra. Ia berkata bahwa
Rasulullah SAW. bersabda , “Siapa yang memanjangkan
pakainnya untuk bermewah- mewahan maka Allah tidak akan
memandangnya pada hari kiamat. Abu
Bakar kemudian berkata, “Sesungguhnya pakaian saya
kepanjangan
kecuali saya memotongnya.” Rasulullah SAW kemudian
menjawab,
“(Wahai Abu Bakar) kamu berbuat demikian bukanlah untuk
bermewah- mewahan.” (HR. Al-Bukhary)

B. Abu Bakar al-Shiddiq Sebelum dan Sesudah Masuk Islam

1. Sebelum Masuk Islam


Abu Bakar tumbuh dan besar di tengah bangsa Quraisy di kota
Makkah. Ia
merupakan keturunan yang terhormat dari qabilah Tayim.
Sebelum masuk Islam,
Abu Bakar al-Shiddiq sangat dikenal dengan sosok yang jujur,
berakhlak yang
baik dan jauh dari kebiasaan buruk kaum jahiliyah seperti
gemar bermain wanita
dan minum-minuman keras.21
Abu Bakar al-Shiddiq bukanlah berasal dari keluarga yang
miskin. Akan
tetapi sebaliknya, ia berasal dari keluarga yang kaya raya.
Sebab profesi
keluarganya adalah berdagang, sehingga profesi ini mendarah
daging bagi Abu
Bakar al-Shiddiq. Banyak rute dagang yang telah ia kunjungi, di
antaranya ketika
musim panas ke Syam dan musim dingin ke Yaman. Dalam
berdagang Abu Bakar
al-Shiddiq sangat terkenal dengan kejujuran dan
keramahannya. Sehingga hal ini
menjadikan ia seorang saudagar yang terhormat di antara
pedagang lainnya di
bangsa Quraisy.22
Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam menjelaskan bahwa Abu
Bakar al- Shiddiq merupakan sosok yang sangat lembut dan
santun terhadap kaumnya,
mudah suka kepada orang lain, seorang pedagang ulung yang
memiliki akhlak
yang istimewa, ia sering didatangi oleh para pemimpin
kaumnya untuk meminta berabagai pendapat dikarenakan
ilmunya yang luas, pengalaman berdagangnya
yang mapan, kedudukannya yang tinggi ditengah kaum dan
penghormatannya
yang tinggi kepada orang lain.23
Begitulah ringkasan dari kehidupan Abu Bakar al-Shiddiq
sebelum ia
masuk Islam. Meskipun belum diturunkannya ajaran Islam
seolah-olah ia telah
mengamalkan ajaran tersebut dengan benar. Ia sangat
terhindar dari kejelekan
akhlak bangsa Quraisy yang jahiliyah dari segi kepercayaan
dan peradaban.
Ketika risalah Islam datang dengan mudah ia menerimanya
sehingga ia menjadi
laki-laki pertama yang masuk ke dalam ajaran. Tidak sampai
disana, dengan
segala usaha dan upayanya ia menjadi salah satu tiang
penyangga dakwah
Rasulullah SAW.

2. Setelah Masuk Islam


Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa Abu Bakar al-
Shiddiq
merupakan seorang sosok yang terjaga dari keterpurukan
akhlak bangsa Jahiliyah.
Seolah ia telah memeluk ajaran Islam meskipun ajaran itu
belum diturunkan. Ia
tidak ikut ataupun larut dengan kejelekan moral bangsa
Quraisy meskipun ia
merupakan seorang pembesar dari salah satu qabilah
terhormat di antara mereka.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar al-Shiddiq senantiasa
menemani
Rasulullah SAW dalam setiap dakwahnya. Ia tidak segan-
segan untuk
mengeluarkan hartanya untuk menyebarkan agama Allah.
Kedekatan Abu Bakar
al-Shiddiq dengan Rasulullah SAW digambarkan dalam sebuah
hadis: Artinya, “Dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah SAW ia
pernah bersabda, “Jika
seandainya aku dibolehkan untuk mengambil teman dekat dari
ummatku
maka sungguh aku akan memilih Abu Bakar. Akan tetapi ia
adalah
saudara dan juga sahabatku.” (HR. Bukhary)
Sebagai seorang penyangga dakwah Rasulullah, Abu bakar al-
Shiddiq juga
giat melakukan aktifitas dakwah. Abu Bakar al-Shiddiq
mengarahkan dakwahnya
kepada dua kelompok, yaitu: pertama, kelompok Quraisy yang
memiliki fitrah
yang bersih, pikiran yang lurus dan tidak terpengaruh dengan
kebobrokan akhlak
dan akidah jahiliyah. Kedua, kelompok fakir miskin dikalangan
hamba sahaya dan
orang-orang yang terzhalimi dari kalangan non Quraisy.25 Abu
Bakar al-Shiddiq
juga tidak segan-segan untuk mengeluarkan harta yang ia
miliki untuk membantu
dakwah Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan dalam sebuah
riwayat:
َ ‫ َأنْ نـَ َت‬-‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫ب يـَقُو ُل َأ َم َر َنا َرسُو ُل هَّللا‬
‫ص َّد َق‬ ِ ‫عن ُع َم َر ب َْن ْال َخ َّطا‬
‫ال ى‬ ِ ‫ت ِب ِنصْ فِ َم‬ ُ ‫ت ْاليـَ ْو َم َأسْ ِب ُق َأ َبا َب ْك ٍر ِإنْ َسبـَ ْق ُت ُه يـَ ْومًا َقا َل َف ِج ْئ‬
ُ ‫ك عِ ْندِى َماالً فـَ ُق ْل‬
َ ِ‫فـَ َوا َف َق َذل‬
ُ ‫ قـ ُ ْل‬.» ‫ْت َألهْ ل َِك‬
‫ت مِث ْـ َل ُه َوَأ َتى َأبُو َب ْك ٍر‬ َ ‫ « َما َأب ْـ َقي‬-‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِ ‫فـَ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫ت َوهَّللا‬ ُ ‫ َقا َل َأب ْـ َقي‬.» ‫ْت َألهْ ل َِك‬
ُ ‫ْت َل ُه ُم هَّللا َ َو َرسُو َل ُه قـ ُ ْل‬ َ ‫ِب ُك ِّل َما عِ ْندَ هُ فـَ َقا َل « َيا َأ َبا َب ْك ٍر َما َأب ْـ َقي‬
26 )‫الَ َأسْ ِبقُ ُه ِإ َلى َشىْ ٍء َأ َب ًدا (رواه الترمذي‬
Artinya: “Dari Umar bin Khattab Ra ia berkata bahwa
Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk
bersedekah,
maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari
ini aku
bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah
dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bertanya:
‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’.
Kujawab:
‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh
hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya:
‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’.
Abu
Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-
Nya’.
Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan
Abu
Bakar selamanya” (HR. Tarmidzi)
Pada suatu ketika, pernah Abu Bakar dinasehati oleh ayahnya
agar
memerdekakan hamba-hamba yang kuat yang dapat menjadi
pelindungnya.
Dengan tegas Abu Bakar menjawab dengan mengatakatan,
Sesungguhnya yang
aku lakukan adalah apa yang diinginkan oleh Allah. Berkat
perjuangan dan
pengorbanan yang ia berikan, ia berhasil meng-Islamkan
beberapa orang sahabat
yang dijanjikan surga. Mereka adalah Zubair bin Awwam,
Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Sa`ad bin Abi Waqash, dan
Abdurrahman bin Auf.27

C. Pengangkatan Abu Bakar al-Shiddiq Sebagai Khalifah

1. Peristiwa Saqifah Bani Sa`idah


Ketika tersiarnya bertita tentang wafatnya Rasulullah SAW,
sebagian para
sahabat tidak mempercayainya dan bahkan ada di antara
mereka yang
menetangnya. Hal ini terus berlanjut sampai kemudian Abu
Bakar mendatangi
mesjid dimana Rasulullah SAW terbaring. Setelah meminta izin
kepada Aisyah,
Abu Bakar menghadap jasad Rasulullah SAW dan kemudian
menciumnya seraya
meneteskan air mata. Abu Bakar berkata, Demi bapak dan
ibuku wahai
Rasulullah, Sungguh Allah SWT tidak akan menggabungkan
dua kematian pada dirimu, sedangkan kematian pertama yang
telah ditetapkan padamu telah engkau
temui.28
Abu Bakar al-Shiddiq kemudian keluar menemui orang banyak
yang di
antara mereka adalah Umar bin Khattab yang tidak
mempercayai berita wafatnya
Rasulullah SAW. Abu Bakar al-Shiddiq menaiki mimbar dan
meminta kepada
seluruh yang hadir untuk duduk. Abu Bakar al-Shiddiq
kemudian berkata, “Siapa
yang menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad
telah tiada, dan siapa
yang menyembah Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT
maha hidup dan
tidak mati.
Abu Bakar al-Shiddiq melanjutkan pembicaraannya dengan
membacakan
firman Allah SWT:
ُ ‫ات َأ ْو قُ ِت َل ان ْـ َق َل ْب ُت ْم َع َلى َأعْ َق ِاب‬
‫ك ْم‬ َ ‫ت ِمنْ قـَ ْبلِ ِه الرُّ ُس ُل َأ َفِإنْ َم‬ْ ‫َو َما م َُح َّم ٌد ِإالَّ َرسُو ٌل َق ْد َخ َل‬
144 :‫ين (آل عمران‬ َ ‫ي ضُرَّ هَّللا َ َش ْيًئ ا َو َس َيجْ ِزي هَّللا ُ ال َّشاك ِِر‬َ ْ‫( َو َمنْ يـَن ْـ َقلِبْ َع َلى َعقِبـَ ْي ِه فـَ َلن‬
Artinya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia
wafat atau
dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa
yang
berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat
kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan
kepada
orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)
Setalah wafatnya Rasulullah SAW para sahabat merasakan
adanya
kegalauan ataupun kegundahan tentang siapa yang akan
menjadi pemimpin
selanjutnya. Kaum Anshar mencoba untuk mencarikan solusi
dengan berkumpul di Saqifah bani Sa`idah dan sedangkan
kaum Muhajirin berkumpul di mesjid guna
menyelenggarakan janazah Rasulullah SAW. Mendengar
adanya perkumpulan untuk menentukan pemimpin baru dari
kalangan Anshar, sekelompok para sahabat yang terdapat di
dalamnya Abu Bakar
al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Abu Ubadidah Amir bin Jarrah
dan lainnya
mendatangi tempat Saqifah bani Sa`idah yang biasa digunakan
oleh kaum Anshar
dalam bermusyawarah.
Terjadilah perdebatan yang sengit antara kaum Muhajirin
dengan Anshar
perihal pengganti Rasulullah SAW dalam mengurusi urusan
umat. Sampai salah
seorang dari kaum Anshar berkata; Kami ini adalah ansharullah
(penolong Allah),
tentara Muslim, sedangkan kalian kaum Muhajirin hanyalah
sekelompok orang
yang berada pada nabi kami dan jumlah kalian juga sedikit.
Apakah kalian
menginginkan tali kepemimpinan kami putus dan kemudian
kami dikeluarkan dari
kota kami sendiri.
Menangggapi ucapan tersebut, Abu bakar al-Shiddiq berkata;
Sungguh
kebaikan yang telah kalian ucapkan wahai kaum Anshar adalah
kebaikan yang
kalian lakukan. Sebagaimana yang telah diakui oleh bangsa
Arab bahwa orang- orang Quraiys terhormat dari segi
keturunan dan tempat tinggal. Oeleh sebab itu
aku merelakan di antara dua orang ini untuk kalian pilih salah
satunya untuk
menggantikan peran kepemimpinan Rasulullah. Abu bakar al-
Shiddiq kemudian
mengangkat tangan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin al-
Jarrah. 29 AbuBakar al-Shiddiq mengangkat tangan mereka
berdua dengan tujuan mencalonkan
mereka sebagai pengganti Rasulullah SAW.
Namun, Umar merasa keberatan ketika dicalonkan oleh Abu
Bakar al- Shiddiq, ia mencoba mengelak dengan mengatakan;
Wahai kaum Anshar,
bukankah kalian telah mengetahui bahwa Abu Bakar
merupakan orang yang
direstui oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat. Maka
siapa yang setuju di
antara kalian maka berikanlah dukungan. Loby politik yang
dilancarkan oleh
Umar bin Khattab untuk mengangkat Abu bakar al-Shiddiq
belum sepenuhnya
berhasil. Sebab sekelompok orang dari Anshar tetap menolak
pengangkatan Abu
Bakar dan bersikeras untuk mengangkat pemimpin dari
kelompok mereka.
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, Umar bin
Khattab
kemudian berupaya untuk mengkongkritkan penentuan
pengganti Rasulullah
SAW dengan menyampaikan pendapatnya. Suara Umar
tersebut kemudian
membulatkan kesepakatan untuk mengangkat Abu Bakar al-
Shiddiq sebagai
khalifah dari rasulullah SAW. Dalam orasinya Umar berkata,
“Wahai orang- orang Islam, Susunggunya yang pertama kali
menyertai nabi Muhammad SAW
dan mereka berdua di dalam gua adalah Abu bakar al-
Shiddiq.30
Umar bin Khattab kemudian mengangkat tangan Abu Bakar al-
Shiddiq dan
membai`atnya sebagai Khalifah. Kemudian hal ini dilanjutkan
oleh orang-orang
yang ada di Saqifah bani Sa`idah untuk membai`at Abu Bakar
sebagai Khalifah dari kalangan Anshar. Umar berkata; Demi
Allah, tidak ada seorangpun yang
membai`at Abu bakar sebelumku, kemudian mengalirlah
dukungan kepada Abu
bakar al-Shiddiq sebagai khalifah Rasulullah SAW setelahku.31
2. Faktor-faktor Terangkatnya Abu Bakar al-Shiddiq Sebagai
Khalifah
Terangkatnya Abu Bakar al-Shiddiq untuk menjadi pemimpin
bagi umat
Islam setalah wafatnya Rasulullah SAW bukanlah suatu
kebetulan. Akan tetapi
jika dianalisa lebih dalam dapat disimpulkan bahwa sosok Abu
Bakar al-Shidiq
telah dikader untuk menjadi pengganti Rasulullah SAW setelah
ia tiada.
Kebenaran hal ini dapat disimpukan dari beberapa indikator
sebagai
berikut, yaitu:
Pertama, kepemimpinan Abu Bakar dalam Shalat menjadi
acuan dalam
kepemimpinan Abu Bakar al-Shiddiq sebagai pengganti Nabi.
Ketika Rasulullah
SAW menderita sakit sebelum ia wafat, belaiu tidak mampu
untuk menjadi imam
bagi orang-orang yang telah berkumpul di mesjid untuk
melaksanakan shalat.
Bilal menemui Rasulullah SAW dan bertanya: Wahai
Rasulullah, siapakah yang
akan menjadi imam bagi kami. Rasulullah SAW menjawab:
mintalah Abu Bakar
untuk menjadi imam shalat. Abu Bakar kemudian menjadi
Imam shalat bagi
jamaah yang ada di mesjid selama delapan hari dan sementara
itu wahyu turun.
Rasulullah SAW diam karena Allah diam dan orang-orang yang
beriman diam karena Rasulullah SAW diam. Rasulullah
kemudian berkata, Semoga Allah
memberkatimu (wahai Abu Bakar).32
Kedua, Abu Bakar al-Shiddiq merupakan sahabat yang paling
utama, dekat
dan setia dengan Rasulullah SAW. Hal ini diyatakan dalam
sebuah hadis dari
Rasulullah SAW:
‫ َقا َل « َو َل ْو‬- ‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- ِّ‫ َع ِن ال َّن ِبى‬- ‫ رضى اهللا عنهما‬- ‫َّاس‬ ٍ ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
33 ‫اح ِبى »(رواه‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫ت ُم َّت ِخ ًذا ِمنْ ُأ َّمتِى َخلِيالً الَ َّت َخ ْذ‬
َ ‫ َأ َبا َب ْك ٍر َو َل ِكنْ َأ ِخ ى َو‬، ‫ت‬ ُ ‫ُك ْن‬
)‫البخاري‬
Artinya, “Dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah SAW ia pernah
bersabda, “Jika
seandainya aku dibolehkan untuk mengambil teman dekat dari
ummatku
maka sungguh aku akan memilih Abu Bakar. Akan tetapi ia
adalah
saudara dan juga sahabatku.” (HR. Bukhary)
Ketiga, Rasulullah SAW pernah merekomendasikan Abu Bakar
al-Shiddiq
dalam memutuskan perkara di tengah umat. Hal ini dijelaskan
dalam hadis
‫ صلى اهللا عليه وسلم‬- َّ‫ت ام َْرَأةٌ ال َّن ِبى‬ ِ ‫ْن م ُْطع ٍِم َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َأ َت‬ ِ ‫َعنْ م َُح َّم ِد ب‬
ِ ‫ْن جُبـَي ِْر ب‬
- :SAW rasulullah
َ ‫ك َكَأنـ َّ َها تـَقُو ُل ْال َم ْو‬
‫ َقا َل َع َل ْي ِه‬. ‫ت‬ َ ‫ت َو َل ْم َأ ِج ْد‬ُ ‫ْت ِإنْ ِج ْئ‬ َ ‫ت َأ َرَأي‬ْ ‫ َق ا َل‬. ‫َفَأ َم َر َها َأنْ تـَرْ ِج َع ِإ َل ْي ِه‬
34 )‫ال َّسالَ ُم « ِإنْ َل ْم َت ِج دِينِى َفْأتِى َأ َبا َب ْك ٍر (رواه البخاري‬
Artinya: “Dari Muhammad bin Jubair bin Muth`im dari bapaknya
ia berkata
bahwa ada seorang perempuan pernah mendatangi Rasulullah
SAW dan
ia kemudian diperintahkan untuk datang kembali. Perempuan
itu berkata,
“Bagaimana seandainya aku kembali dan tidak mendapatimu
(seakan
yang dimaksud oleh wanita itu adalah meninggal). Rasulullah
SAW
menjawab, “Jika seandainya engkau tidak menemuiku maka
temuilah Abu
Bakar.” (HR. Al-Bukhary) Keempat, Abu Bakar al-Shiddiq
memperoleh kemulian yang lebih dari
sahabat lain ketika beliau senantiasa menemani Rasulullah
SAW dalam berhijrah.
Kesetiaan Abu bakar dalam mendampingi dan melindungi
Rasulullah SAW
tersebut, dipuji oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
‫ار ِإ ْذ‬ ْ ِ ‫ِين َك َفرُوا َثان َِي اث ْـنـَي‬
ِ ‫ْن ِإذ ُه َما فِي ْال َغ‬ َ ‫ص َرهُ هَّللا ُ ِإ ْذ َأ ْخ َر َج ُه الَّذ‬ ُ ‫ِإالَّ تـَ ْن‬
َ ‫صرُوهُ فـَ َق ْد َن‬
40 ‫ـ‬:‫اح ِب ِه الَ َتحْ َز نْ ِإنَّ هَّللا َ َم َع َنا (التوبة‬ َ ‫( يـَقُو ُل ل‬
ِ ‫ِص‬
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka
Sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah
seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia
berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah
beserta kita.” (QS. Al-Taubah: 40)
Kelima, Rasulullah SAW mempercayakan kepada Abu bakar
al-Shiddiq
untuk memimpin rombingan jamaah haji pada haji al-Ammah
yaitu haji sebelum
haji wada`. Maka hal ini menurut penulis, mengindikasikan
bahwa Rasulullah
SAW mengkader Abu Bakar alShiddiq untuk menjadi pemimpin
setelah dirinya.35

Anda mungkin juga menyukai