Kemudian sang pengemis buta itu pun terdiam dan bertanya kepada Abu Bakar,
siapakah orang yang selama ini menyuapi dan memberikan nya makan. Abu Bakar
pun menjawab, bahwa orang tersebut adalah Rasulullah SAW. Seseorang yang
selama ini Ia hina, fitnah, dan rendahkan. Sang pengemis pun kaget luar biasa, air
matanya pun menetes, dan saat itu juga Ia bersaksi di hadapan Abu Bakar untuk
mengucapkan kalimat syahadat. Pengemis tersebut memilih untuk masuk Islam
setelah hinaan dan sumpah serapahnya kepada Nabi Muhammad dibalas dengan
kasih sayang.
Kita tentu bisa mencontoh kisah tersebut dalam kehidupan kita, untuk selalu berbuat
baik kepada siapapun, termasuk orang yang menyakiti hati kita karena dibalik itu aka
nada kebaikan yang terus mengalir.
Nabi Muhammad memang rajin bersedekah dan memudahkan segala urusan para
umatnya yang mengalami kesulitan. Ia pun selalu mengajak umatnya untuk selalu
bersedekah dan melakukan kebaikan.
3. Ketulusan dan Membantu Sesama
Rasulullah memang dikenal sangat senang membantu sesama termasuk
memerdekakan para budak, dan anak-anaknya. Salah satu nya Ummu Aiman dan
putra nya Usamah bin Zaid, yang kemudian menjadi kesayangan Rasulullah. Setelah
menikah dengan Khodijah, Nabi memerdekakannya. Ia merupakan orang yang telah
merawat Nabi Muhammad SAW ketika kecil, sehingga beliau sudah menganggapnya
seperti ibu sendiri.
Ketulusan hati Rasulullah dengan memerdekakan budak dan membantu orang lain
dalam kesulitan merupakan hal yang perlu kita contoh dan implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Suatu hari Nabi Nuh diperintahkan Allah untuk membuat sebuah kapal. Namun kaum
Bani Rasib justru mencaci maki beliau. Menganggap beliau tidak waras dan perkataan
kasar lainnya.
Nabi Nuh yang sudah menahan kesabaran luar biasa ini pun akhirnya berdoa. Beliau
berdoa agar kaum Bani Rasib yang begitu angkuh dan sombong dilenyapkan. Orang-
orang yang beriman dan mengikuti seruan Nabi Nuh pun, naik ke kapal.
Sedangkan, atas izin Allah SWT, Bani Rasib pun binasa ditelan banjir. Bahkan anak
istri Nabi Nuh yang membangkang juga ikut binasa.
Kisah kedua adalah tentang perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih
anaknya, Nabi Ismail. Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih
anaknya melalui mimpi. Dimana beliau sudah menunggu bertahun-tahun lamanya
untuk mendapatkan seorang anak.
Namun dengan keteguhan hatinya, Nabi Ibrahim pun ikhlas untuk melaksanakan
perintah Allah. Begitupun Nabi Ismail, yang selalu meyakinkan ayahnya.
Dan atas izin Allah, saat hari penyembelihan tiba, Nabi Ismail pun tiba-tiba diganti oleh
domba yang berasal dari surga. Ini merupakan buah dari kesabaran dan keteguhan
hati Nabi Ibrahim. Kisah inilah yang menjadi pembelajaran bagi umat Muslim untuk
melakukan qurban.
Ketiga adalah ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud. Namun atas izin Allah,
api yang berkobar begitu panas, justru terasa dingin saat menyentuh kulit Nabi
Ibrahim.
Ibu Nabi Musa, Yukabad, tidak ingin bayi kecilnya dibunuh. Ia pun mencari cara lain
untuk menyelamatkan Nabi Musa. Akhirnya, ia menghanyutkan Nabi Musa di sungai
Nil.
Atas izin Allah, Nabi Musa pun menyelamatkannya. Nabi Musa yang hanyut pun
ditemukan oleh keluarga Firaun. Yang justru mengadopsinya. Bahkan merawat Nabi
Musa hingga tumbuh dewasa.
Saat dewasa, Nabi Musa pun mendapat perintah untuk berdakwah. Beliau selalu
berhadapan dengan para penyihir di istana Firaun. Hingga akhirnya, Nabi Musa
diperintahkan untuk membelah lautan menggunakan tongkatnya. Dan atas izin Allah,
laut itu pun terbelah. Dan pasukan Firaun pun binasa didalam lautan yang terbelah itu.
Nabi Ayyub As mengalami masa yang sangat sulit dalam menghadapi cobaan itu.
Bahkan, seluruh keluarga menjauh lantaran penyakit yang diderita serta kondisi
sang nabi yang mulai kehilangan harta benda. Meskipun demikian, ada satu orang
istri dan dua saudara yang tetap setia menemani beliau dan selalu memberikan
makan. Setelah sekian lama mengalami penderitaan, jika berdasarkan hadis di atas
waktunya adalah sekitar 18 tahun, kemudian Nabi Ayyub As memanjatkan doa
kepada Allah SWT. Ia meminta agar penyakitnya segera diangkat dan
mendapatkan kesembuhan. Al-Quran surah al-Anbiyâ’ ayat 83 dan 84
mengisahkannya Artinya: "Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada
Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau
Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang". "Maka Kami kabulkan
(doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu
rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah
Kami". Alhasil, Nabi Ayyub As memperoleh kesembuhan atas penyakit yang sudah
diderita selama belasan tahun dan ia kembali menjalani kehidupan seperti layaknya
yang dijalani sebelum hal itu terjadi.