Anda di halaman 1dari 14

TRATEGI PERJUANGANDAKWAH NABI MUHAMMAD SAW.

Melihat situasi politik yang semakin memanas dan tidak menguntungkan bagi
pengembangan dakwah Islam di Mekah, maka Nabi Muhammad saw.mulai mengatur strategi
penyelamatan para pengikutnya dari ancaman dan siksaan kafir Quraisy. Strategi tersebut :
1. Hijrah ke Habsyi yang pertama
Penyiksaan dan penganiyaan kafir Quraisy yang diluar batas perikemanusiaan
terhadap orang-orang muslim membuat hati Nabi Muhammad saw.tidak tahan melihat
penderitan itu. Akhirnya Nabi Muhammad saw.menyarankan kepada para sahabatnya untuk
mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari gangguan, siksaan, dan ancaman orang-orang
kafir Quraisy. Anjuran tersebut ditanggapi secara positif oleh para sahabat Nabi. Oleh karena
itu,pada bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 orang
wanita. Kemudian rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi
mencapai 70 orang. Diantaranya adalah Usman bin Affan dan istrinya, Ruqayah putri Nabi
Muhammad saw., Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Jafar bin Abi Thalib,dll.
Kedatangan orang-orang Islam di Habsyi disambut dengan baik oleh Raja Nejus. Bhwa ia
memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam.
Keadaan itu berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus.
Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan orang-orang mukmin kenegeri
asalnya,yaitu Mekah. Namun permintaan itu ditolaknya. Bahkan umat Islam mendapat
perlindungan khusus dan tempat yang layak tinggal selamanya.Ketika umat Islam berada di
Habsyi, Rasulullah tetap tinggal di kota Mekah. Beliau terus berusaha menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat amcaman dan gangguan yang luar
biasa. Usaha Rasulullah saw.ini ternyata tidak sia-sia. Ia berhasil mempengaruhi beberapa
tokoh Quraisy misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M
bertepatan pada tahun keenam kenabian.
Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib berawal dari suatu peristiwa penganiyaan yng
dilakukan Abu Jahal terhadap Nabi Muhammad saw. Abu Jahal memperolok-olok dan akan
membunuhnya saat itu . ketika peristiwa itu didengar Hamzah, ia marah dan terus mendatangi
Abu Jahal. Ketika bertemu Abu Jahal,ia langsung memukulnya dan menghardik. Dia berkata
apakah kamu akan membunuh orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhannya?setelah
kejadian itu,Hamzah merasa kasian dan berusaha melindungi perjuangan Nabi Muhammad
saw. Sejak itulah ia menyatakan keislamannya dihadapan Rasulullah saw.

Islamnya Umar bin al-Khattab berawal ketika ia bermaksud membunuh Nabi


Muhammad saw.yang sedang berada dirumah Arqam bin Abi Arqam. Ditengah perjalanan ia
bertemu dengan Nuaim bin Abdillah dan menanyakan kemana tujuan Umar. Umar
menjawab ia akan membunuh Nabi Muhammad saw.yang dianggap telah memecah-belah
masyarakat Arab. Nuaim berkata lagi,bagaimana Anda bisa membunuh Muhammad
sementara adik ipat Anda telah menjadi pengikutnya yang setia.
Mendengar keterangan itu Umar bin al-Khattab marah besar dan langsung menemui
adiknya,yaitu Fatimah dan Said bin Zaid suami Fatimah yang sedang belajar Al-Quran.
Setibanya ditempat tujuan Umar langsung memukul Said sampai berdarah. Umar
bertanya,apa yang kamu baca? Saya membaca Al-Quran. Berikan kepada Saya! Pintanya.
Tidak! Kata Fatimh nanti kau hinakan dia. Tidak! Aku berjanji. Mendengar jawabandan
ketulusan Umar,akhirnya Fatimah memberikan ayat yang sedang dibaca. Setelah membaca
ayat tersebut,Umar terketuk hatinya dan langsung mendatangi Nabi Muhammad saw.untuk
menyatakan keislamanya.
Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin al-Khattab adalah berkat usaha
Nabi Muhammad saw.yang tidak kenal lelah dan tidak takut karena ancaman dalam
berdakwah. Selain itu, keislamannya mereka berdua memperkuat posisi umat Islam yang
mendapat ancaman dari orang-orang kafir Quraisy yang saat itu sedang berada di Habsyi.
2. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung selama dua bulan. Setelah itu
mereka kembali lagi ke Mekah. Melihat umat Islam bertahan dan mendapat perlindungan di
Habsyi serta semakin banyak jumlah pemeluknya,dikota Mekah. Kafir Quraisy semakin
geram. Mereka semakin memperkuat penganiyaan terhadap orang-orang Islam. Karena itulah
Nabi Muhammad saw.menyarankan kembali kepada umat Islam untuk Hijrah kedua ini
diikuti oleh 101 orang diantaranya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jafar bin
Abi Thalib.
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang
hangat dan Raha Nejus. Mereka diberi kebebasan untuk menjalankan ibadahnya dan boleh
bebas memilih angin tetap tinggal di Habsyi selamanya atau tidak. Rupanya kebaikan hati
Raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus
berusaha untuk menghambat langkah perkembangan Islam dengan berbagai cara. Untuk itu
orang-orang kafir Quraisy mengirim Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Rabiah menghadap

Raja Nejus dengan harapan permintaan mereka kali ini untuk mengembalikan para Mujahirin
mendapat sambutan positif dari Raja Nejus.
Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy ini,Raja Nejus berusaha mengumpulkan
umat Islam untuk diminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jafar bin Abi
Thalib bertindak sebagai wakil dan juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang
sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada Raja Nejus. Setelah dijelaskan panjang lebar
mengenai Islam dan ajarannya yang dibawa Nabi Muhammad saw.yang tidak bertentangan
dengan agama yang dianut Raja,akhirnya Raja mengerti dan meminta utusan tersebut kembali
ke Mekah. Setelah itu, Raja Nejus pun masuk Islam.Melihat kegagalan yang kedua kali
ini,orang-orang kafir Quraisy semakin gencar menyebarkan isu kebohongan mengenai ajaran
yang dibawa Nabi Muhammad saw.dan berusaha mempersempit gerak langkah perjuangan
Islam.

3. Misi ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad
saw.,sebab dua orang yang sangat dicintainya telah meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan
Abu Thaib. Kedua orang ini adalah pembela dan perlindung yang sangat tabah, kuat dan
disegani masyarakat Mekah. Dengan meninggalkan Siti Khadijah dan Abu Thalib, orangorang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw.
Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw.semakin hebat,ia bersama Zaid
berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari keluarga yang berada
di kota itu,yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Masud yang bergelar Abu Kuhal serta
Habib. Mereka adalah para pembesar dan penguasa penguasa di Thaif yang berasl dari
keturunan Tsaqif.
Nabi Muhammad saw.berharap dakwahnya diterima mereka dan masyarakat Thaif.
Hal itu karena beliau beranggapan akan mendapat pertolongan, perlindungan dan bantuan
dari kerabatnya itu. Akan tetapi, harapan tersebut tidak menjadi kenyataan, mereka tidak mau
memberikan perlindungan dan bantuan apa pun kepada Nabi Muhammad saw,,bahkan beliau
diusir dan dihina dengan cara-cara manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh para
pemuda kota Thaif. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan memberikan bantuan,
karena mereka pasti akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat Mekah
bila memberikan bantuan atau bahkan menerima Islam sebagai agama baru mereka. Para

pembesar kota Thaif enggan menolong Muhammad,karena mereka menganggap Muhammad


adalah orang gila yang terusir dari Mekah. Selain itu berdasarkan informasi yang mereka
terima dari Abu Jahal, bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan besar yang
akan menyesatkan bangsa Arab.
Perlakuan masyarakat Thaif ini membuat luka hati dan badan. Beliau terluka hatinya
karena gagal mendapat perlindungan dan bantuan dari sanak saudaranya di Thaif. Terluka
badannya karena karena masyarakat kota Thaif melemparinya dengan batu hingga terluka.
Akhirnya beliau kembali ke kota Mekah. Sebelum sampai di kota kelahirannya, beliau
singgah di suatu tempat di pinggiran kota di sisi perkebunan anggur milik Uthbah dan
Syaibah anak Rabiah. Di tempat itu beliau duduk sambil merenungi peristiwa yang baru saja
dialaminya di kota Thaif. Sambil menengadahkan muka ke langit beliau mengadukan
nasibnya kepada Allah. Beliau berkata, Ya Allah,hanya Engkaulah tempat aku mengadukan
kelemahanku. Ya Allah, Engkau Maha Penyayang, Maha Pelindung orang-orang lemah, aku
berlindung kepada-Mu ya Allah.
Penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw.dan apa yang sedang dilakukannya di
dekat perkebunan anggur tidak lepas dari perhatian keluarga Rabiah. Betepe sedihnya Uthbah
dan Syaibah melihat penderitaan Nabi, kemudian mereka mengutus budaknya bernama Adas
yang beragama Nasrani datang menemui Nabi Muhammad saw. Dan memberinya anggur.
Nabi Muhammad saw.tertegun ketika Adas datang membawa anggur yang akan diberikan
kepadanya. Anggur itu lalu diambil Nabi Muhammad saw. dan dimakannya. Sambil
meletakkan tangan diatas buah anggur,Nabi saw.mengucapkan lafar bismillah,kemudian
anggur itu dimakanya.
Mendengar ucapan itu,Adas merasa heran karena kalimat itu belum pernah diucapkan
oleh penduduk Thaif. Adas tidak berani bertanya lebih jauh. Akhirnya Nabi Muhmmad
saw.mulai bertanya asal-usul dan agamanya. Adas menjawab,berasal dari negeri Niniveh dan
beragama Nasrani. Lalu Nabi bertanya lagi,kamu berasal dari negeri Yunus anak Matta?
Dari mana Anda kenal Yunus anak Matta,Tanya Adas.Dia saudaraku,dia seorang nabi,dan
aku juga seorang nabi.jawab Nabi Muhammad saw.
Dalam riwayat lain. Setelah kejadian itu Adas masuk Islam. Misi Nabi ke kota Thaif
untuk meminta bantuan dari sanak saudaranya tidak mendapat tanggapan yang berarti,karena
mereka menolak dan bahkan penduduknya memperlakukan nabi dengan cara kasar. Dari sini

dapat kita katakan bahwa misi tersebut gagal. Meskipun begitu ternyata masih ada orang
yang peduli dengan misi perjuangan Nabi Muhammad saw.yaitu keluarga Rabiah.

4. Perjanjian Aqabah
a. Kunjungan Jamaah Yatsrib ke Mekah
Ancaman,gangguan dan siksaan yang dialami oleh umat Islam di kota Mekah dari orangorang kafir Quraisy,semakin menjadi. Mereka terus berusaha mencari kelemahan dan
keterangan yang ada pada umat Islam untuk dijadikan bahan ejekan, hinaan dan siksaan.
Melihat kenyataan seperti itu, Nabi Muhammad saw. memandang bahwa Mekah tidak dapat
diandalkan lagi sebagai basis perjuangan dakwah Islam. Oleh karena itu,Nabi pernah
berusaha mencari tempat lain, seperti ke Thaif. Dikota ini beliau berharap mendapatkan
perlindungan dan batuan dari sanak-saudaranya. Tapi ternyata harapan sia-sia belaka.
Cobaan berat yang dialami Nabi Muhammad saw. selama mengungsi di Thaif terasa
menyuramkan semangat perjuangannya. Pada saat demikian, tiba-tiba terbesit seberkas
harapan dalam pikiran Nabi bersamaan dengan datangnya musim haji. Ketika upacara haji
hamper selesai, Nabi Muhammad saw. menaruh perhatian terhadap suatu kerumunan yang
terdiri dari 6 orang pemuda yang tampak seperti orang-orang asing. Mereka adalah para
pemuda yang datang dari Yatsrib. Nabi menemui mereka dan menyampaikan ajaran Islam
yang diterimanya dari Allah swt. Beliau juga menganjurkan kepada mereka agar mengikuti
seruan Tuhan. Selain itu, beliau juga menyampaikan penderitaan dan siksaan yang dilakukan
kafir Quraisy kepadanya dan kepada umat Islam. Ajaran Islam dan keluh kesah yang
disampaikan Nabi kepada mereka mendapat simpati, sehingga mereka mau menerima ajakan
itu.
Dalam kesempatan itu pula, Nabi Muhammad saw. bertanya kepada mereka. Apakah
mereka bersedia menerima dan melindungi Nabi seandainya Nabi pindah ke Yatsrib. Keenam
pemuda yang telah menyatakan keislamanya itu, belum berani berikan jaminan keselamatan
diri Nabi dan umat Islam lainnya, bila mereka pindah ke Yatsrib, sebab mereka sendiri sedang
terlibat permusuhan dinegerinya.setibanya tiba di Yatsrib keenam pemuda itu menyebarkan
berita tentang datangnya seoarang rasul di tengah-tengah masyarakat Arab untuk
menunjukkan mereka jalan yang lurus dan menyelamatkan mereka dari jalan kehidupan yang
sesat. Sebagian pengikut Yahudi yang menanti-menanti datangnya rasul terakhir,

sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab suci mereka, sangat gembira mendengar berita
tersebut.
Sejumlah orang Yatsrib datang ke Mekah setiap datangnya musim haji. Sebagian mereka
yang telah menerima seruan Nabi Muhammad saw. menyatakan keimanannya kepada ajaran
Islam. Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan risalah Nabi Muhammad saw.,
karena penerimaan masalah Yatsrib terhadap misi yang disampaikannya membuka lembaran
baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam.
b. Perjanjian Aqabah 1
Pada tahun ke-12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad saw.
menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang.
Kepada mereka Nabi Muhammad saw. menympaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat
sambutan hangat sehingga mereka menyatakan keislamannya di hadapan Muhammad
saw.pertemuan tersebut terjadi di salah satu bukit di kota Mekah, yaitu bukit Aqabah. Disi
mereka mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad saw. dalam
menyebarkan agama Islam. Oleh karena pertemuan tersebut dilakukan dibukit Aqabah, maka
kesempatan yang mereka buat disebut perjanjian Aqabah. Isi perjanjian Aqabah itu antara
lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad saw.


Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang di anutnya
Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
Mereka menyatakan tidak akan membunuh
Mereka menyatakan tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan
ketika rombongan akan kembali ke Yastrib, Nabi Muhammad saw. mengutus salah
seorang sahabatnya bernama Mushab bin Umar untuk membantu penduduk Yastrib yang
telah menyatakan keislamannya dalam menyebarkan ajaran islam di kota tersebut. Setibanya
di Yastrib mereka giat mendakwahkan ajaran islam berkembang dan pengikutnya semakin
bertambah.

c.

Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke-13 kenabian bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yastrib datang
kembali ke kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu berjumlah sekitar 73
orang. Setibanya dikota Mekah mereka menemui Nabi Muhammad saw, dan atas nama
penduduk Yastrib mereka menyampaikan pesan untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad

saw. pesan itu adalah berupa permintaan masyarakat Yastrib agar Nabi Muhammad bnersedia
datang kekota mereka, member penerangan tentang ajaran Islam dan sebagainya.
Permohonan itu di Kabulkan oleh Nabi Muhammad saw, dan beliau menyatakan
kesediaannya untuk datang dan berdakwah disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu,
mereka mengadakan perjanjian kembali di Bukit Aqabah. Karenanya, perjanjian ini didalam
sejarah Islam dikenali derngan sebutan Perjanjian Aqabah II.
Di antara isi perjanjian Aqabah II ini adalah sebagai berikut:
1) Penduduk Yastrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad saw.
2) Penduduk Yastrib ikut berjuang dalam membela islam dengan harta dan jiwa
3) Penduduk Yastrib ikut berusaha memajukan agama islam dan menyiarkan kepada sanak
keluarga mereka
4) Penduduk Yastrib siap menerima segala resiko dan tantangan
Dengan keputusan ini terbukalah dihadapan Nabi saw, harapan baru untuk
memperoleh kemenangan, karena telah mendapat jaminan bantuan dan perlindungan dari
masyarakat Yastrib. Sebab itu pula, kemudian Nabi saw. memerintahkan kepada sahabatsahabatnya untuk hijrah ke Yastrib, karena dikota Mekah mereka tidak dapat hidup tenang
dan bebas dari gangguan, ancaman dan penyiksaan dari orang-orang kafir Quraisy.
Selain itu, ada beberapa factor yang mendorong Nabi memilih Yastrib sebagai tempat
hijrah umat Islam.
Pertama,Yastrib adalah tempat yang paling dekat. Kedua, sebelum diangkat menjadi
Nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu
berupa ikatan persaudaraan karena kakek Nabi, Abdul Muthalib beristrikan orang Yastrib.
Disamping itu, ayahnya juga dimakamkan disana. Ketiga, penduduk Yastrib. Sudah dikenal
Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik. Keempat, bagi diri Nabi
sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah swt.

2. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,
yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan
wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga
ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah.
Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial
kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi
untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.
Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata
agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di
Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaranajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk
Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka
itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutusekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para
sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang
tidak dapat dihindarkan lagi
Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag,
tetapi bertujuan untuk:

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang


hendak menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang
merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi
juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir
kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia
bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya
tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi,
yaitu :
Perang Mutah
Peperangan Mutah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat
kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa
pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat
kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil
alih komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah
menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh
Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah
ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu,
secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.
Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab,
Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung
Bani Ghassan dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang
menyediakan diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang
besar pula. Melihat besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan
penduduk setempat. Dengan demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam
barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum
musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari
serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum
musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang
dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata
sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai
pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi
Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak

Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang
gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S.
3: 123).
Artinya: Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya.(Q.S. Ali-Imran: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin.
Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara
mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan
masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia
mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki
kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian
dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW
karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja
kekuatan semata.
Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi
Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum
Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan
pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka
berangkat menuju Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan
unta, 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara
mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000
(seribu) orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik
dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian
dan disiplin perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan
perjalanan. Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan
bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat
memukul mundur tentaramusuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin
oleh Khalid ibn Walid gagal menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin
yang tinggi dan strategi perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu
mengalahkan pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta
peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa
menghiraukan gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang
telah diperingatkan Nabi agar tidak meninggalkan posnya.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin
Walid berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya
sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu
menangkis serangan tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri
terkena serangan musuh. Perang ini berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di
medan laga.
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan
tegas. Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah

ibn Ubay, diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku
Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin
Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang
bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang
Ahzab (sekutu beberapa suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat
Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagianbagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang
berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan
mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup
membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar
menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang
Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah
sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang.
Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang,
menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu.
Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masingmasing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.
Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi
Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang
membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia
memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka. sebahagian mereka kamu bunuh dan
sebahagian yang lain kamu tawan. (Q.S. Al-Ahzb: 25-26)
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang
kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya
perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya
untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa
kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke
Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya
antara lain:
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy penduduk
Mekah dan umat Islam penuduk Madinah
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin walinya
hendaklah ditolak oleh umat Islam
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan bergabung degan
mereka

4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau dengan
kaum Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan
5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke
Madinah, dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan persyaratan:

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara


keluar dari kota Mekah

Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata

Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga
malam.

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha


merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerahdaerah lain.
Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :

1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi
bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.

2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan
yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang
besar di kalangan bangsa Arab.
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat
menguntungkan kaum Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir seluruh
semenanjung Arab, termasuk suku-suku bagsa Arab yang paling selatan telah
menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuzaah yang berada di
bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuzaah mereka bunuh dan
selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuzaah segera mengadu kepada Rasulullah SAW
dan mohon keadilan.
Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000 bala
tentaranya berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah dari para
penguasa kafir yang zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara kejam terhadap
umat Islam dari Bani Khuzaah.
Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn, yang
sudah tentu akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW dan bala
tentaranya berkemah di pinggiran kota Mekah dengan maksud agar kaum kafir Quraisy
melihat sendiri, kekuatan besar dari bala entara kaum Muslimin.
Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang pemimpin
Quraisy yaitu Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang bangsawan
Quraisy yang lahir tahun 567 M dan wafat tahun 652 M) datang menemui Rasulullah SAW
dan menyatakan diri masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan bala
tentaranya dapat memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan kota itu dari
para penguasa kaum kafir Quraisy yang zalim. Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada
tahun 8 H secara damai tanpa adanya pertumpahan darah.
Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri masuk
Islam, menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian bersama-sama bala

tentara Islam mereka membersihkan Kabah dari berhala-berhala dan menghancurkan


berhala-berhala itu.
Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula bersekutu
dengan kaum kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani Saqif, Bani Hawazin,
Bani Nasr, dan Bani Jusyam. Kaum musyrikin tersebut bersatu di bawah pimpinan Malik
bin Auf (Bani Nasr) berangkat menuju Mekah untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah
menghancurkan behala-berhla yang mereka sembah.
Perang Hunain
Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam, Nabi
mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka.
Pasukan ini dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam memenangkan
pertempuran dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan
Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab berada di bawah kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan
umat Islam memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang.
Artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu Lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penerima taubat. (Q.S. An-Nasr, 110: 1-3)

SKI
(STRATEGI PERANG NABI MUHAMMAD SAW
DAN PADA PERIODE MADINAH)

Anda mungkin juga menyukai