Siapa yang tidak tentang sejarah Nabi Muhammad SAW,
Nabi Muhammad SAW adalah tokoh penting dalam sejarah agama Islam. Ada berbagai peristiwa penting disetiap hembusan napas kehidupan Rasulullah, namun kali ini saya ingin menceritakan salah satu peristiwa perjalanan dakwah beliau yang begitu menyayat hati, yaitu peristiwa dakwah beliau di Tha’if. Pada bulan Syawwal pada tahun kesepuluh dari nubuwah atau pada akhir-akhir bulan Mei 619 M, Rasulullah SAW pergi ke Tha’if yang berjarak kurang lebih 80 km dari Makkah. Beliau menuju ke sana dengan berjalan kaki, begitupula saat pulangnya. Dalam perjalanan tersebut Beliau ditemani pembantunya, Zaid bin Haritsah. Setiap kali melewati suatu kabilah, beliau mengajak mereka kepada islam. Namun tak ada satu pun yang memenuhinya, setiba di Tha’if beliau menemui tiga orang bersaudara dari pemimpin Bani Tsaqif, Beliau duduk menghadap mereka dan mengajak mereka kepada Allah serta agar mau menolong Islam. Salah seorang diantara mereka berkata “berarti kain penutup K’bah telah terkoyak jika memang Allah telah mengutusmu menjadi Rasul.” Yang kedua berkata “Apakah Allah tidak mendapatkan orang selain kamu?” Yang ketiga berkata “Sungguh, aku tidak sudi bicara denganmu sama sekali. Jika engkau benar-benar seorang rasul, engkau terlalu mulia bagiku sehingga aku tidak berani menyanggah perkataanmu. Sedangkan jika engkau berdusta dengan nama Allah, tidaklah pantas aku bicara denganmu.” Beliau bangkit dari hadapan mereka seraya bersabda “Jika memang kalian bersikap seperti ini, maka kuminta sembunyikanlah aku!” Beliau berada di tengah penduduk Tha’if selama 10 hari. Setiap pemuka masyarakat Tha”if yang datang menemui beliau, pasti diajaknya berbicara dan diserunya. Akhirnya mereka berkata. “Usir orang ini dari negeri kita dan kerahkan semua rakyat untuk memperdayainya.” Tatkala beliau hendak pergi, orang-orang yang jahat diantara mereka dan para hamba sahaya membuntuti beliau, sambil mencaci maki dan berteriak-teriak terhadap beliau. Sehingga semua orang berkerumun mengelilingi beliau. Kemudian mereka membentuk dua barisan, bisa bayangkan teman-teman mereka membentuk dua barisan panjang kanan dan kiri, kemudian Rasulullah berjalan ditengah-tengah mereka, mereka melemparkan batu kearah beliau, diselingi kata-kata cercaan, hingga lemparan tersebut mengenai urat di atas tumit beliau. Tak ayal, terumpah beliau menjadi basah oleh leleran darah. Sementara zaid bin Haritsah membentengi beliau dengan badannya, hingga entah berapa banyak luka di kepalanya. Mereka terus melakukan itu hingga Rasulullah sampai pada kebun milik Utbah dan Syaibah yang berjarak 3 mil dari Tha’if. Rasulullah SAW menghampiri sebatang pohon Anggur, lalu duduk di bawah rerimbunannya. Setelah duduk beberapa saat dan merasa tenang, beliau mengucapkan do’a yang amat terkenal, menunjukkan duka dan lara yang memenuhi hati beliau, karena kerasnya siksaan yang beliau terima, juga didorong rasa memelas karena tak seorang pun yang mau beriman kepada beliau. Saat itu beliau bersabda: “Ya Allah kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih, Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah, Engkau Rabbku, kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli, asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau murka kepadaku, Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan-Mu.” Rasulullah SAW keluar dari kebun itu menuju Makkah dalam keadaan murung, sedih dan hati teriris-iris. Setelah berjalan beberapa saat dan tiba di Qarnul-Manazil, Allah mengutus malaikat Jibril yang berseru kepada Rasulullah “Sesungguhnya Allah sudah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu dan apa yang mereka lakukan terhadap dirimu. Allah telah mengutus dua malaikat penjaga gunung agar engkau menyuruhnya menurut apa yang engkau kehendaki.” Lalu malaikat penjaga gunung itu berseru kepada Rasulullah “Ya Rasulullah ! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu kepadamu, dan aku inilah Malaikat penjaga gunung. Sesungguhnya Tuhanmu telah mengutusku untuk datang kepadamu, supaya engkau perintahkan kepadaku tentang urusanmu, apa yang kau kehendaki? Jika engkau mau supaya aku menghimpitkan kedua gunung yang besar ini kepada mereka, tentu akan aku kerjakan.” Sakit yang Rasulullah rasakan pun dirasakan oleh seluruh makhluk bahkan malaikat, namun lihatlah bagaimana jawaban Rasulullah. Rasulullah SAW menjawab “Tidak! Bahkan saya mengharap, mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari keturunan mereka itu orang yang menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Dalam jawaban yang disampaikan Rasuulullah SAW ini tampak kepribadian beliau yang amat menawan dan ahlak beliau yang agung. Dibulan kelahiran beliau ini semoga kita bisa mencontoh akhlak mulia beliau sehingga kita bisa mendapat syafaat beliau hingga yaumul akhir nanti Sekian yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf. Wassalamualaikum wr. wb. Dafatar Rujukan Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyurrahman. 2006. Sirah Nabawiyah. Jakarta : Pustaka AL- Kautsar. Sameh Said, Muhammad. 2019. Muhammad Sang Yatim “Janji dan Kemenangan yang Dinanti”. Bandung: Cordoba.