Anda di halaman 1dari 8

Ka'ab bin Malik ra

Ayat-ayat Al Qur'an turun berkenaan dengan dirinya


(bag. I)

ejenak kita duduk di sisi se-orang


tua, yang tulangnya mu-lai rapuh
dan penglihatannya telah buta. Ia
menceritakan kenangan-nya di masa
muda. Kita duduk di sisi Ka'ab bin
Malik ra yang bercerita ten-tang
ketidak-ikut sertaannya dalam perang
Tabuk, perang terakhir yang dilakukan
oleh Nabi saw.
Ketika itu Nabi saw mengumumkan
kepada para sahabatnya untuk mempersiapkan dan berangkat perang. Beliau
menghimpun infaq dari para sahabatnya untuk membekali tentara sehingga
jumlah tentara mencapai tiga puluh
ribu orang. Kondisi di Madinah saat itu
sedang musim buah dan teduhnya
naungan karena rindangnya pepohonan
di musim panas yang menyengat. Sementara itu perjalanan yang akan ditempuh sangat jauh dan musuh yang
akan dihadapi sangat kuat dan ulet.
Jumlah tentara kaum muslimin cukup
banyak dan nama-nama mereka tidak
terhimpun dalam satu buku. Ka'ab ber-

kata -sebagaimana dalam shahih Bukhari


dan Muslim-:
Keadaan saya ketika itu sangat ringan
(tanpa ada beban). Saya telah mempersiapkan dua kendaraan. Saya sangat
mampu untuk berjihad, akan tetapi saya
lebih tergoda dengan teduhnya naungan dan lezatnya buah-buahan
Madinah. Saya masih santai-santai saat
Rasulallah saw dan kaum muslimin
sudah bersiap-siap untuk berangkat
perang. Saya hanya berkata, "Besok
akan ke pasar untuk membeli perbekalan lalu saya akan susul mereka." Besoknya saya pergi ke pasar akan tetapi ada
sedikit kesulitan lalu saya pulang dan
berkata, "Besok saya akan kembali insya
Allah lalu menyusul mereka." Akan tetapi ada kesulitan sekali lagi. Lalu saya
berkata, "Saya akan kembali besok insya
Allah." Begitulah, sehingga hari-hari
telah lewat dan aku tertinggal dari
Rasulullah saw.
Kemudian saya berjalan-jalan di pasar
dan berkeliling di kota Madinah, ternyata saya tidak menemukan seorang

mukmin lain kecuali orang yang diduga


kuat munafik atau orang buta serta
orang pincang yang telah dima'afkan
oleh Allah. Mereka semua ikut berperang bersama Rasul di Tabuk.
Ya, Ka'ab telah tertinggal di Madinah.
Sementara Rasulullah saw telah berlalu
pergi bersama para sahabatnya yang
berjumlah tiga puluh ribu orang.
Ketika tentara kaum muslimin telah
sampai di Tabuk, Rasulullah saw melihat ke wajah-wajah para sahabatnya
namun beliau tidak melihat seorang
laki-laki sholeh yang pernah turut serta
dalam Bai'atul 'Aqobah lalu beliau
bertanya, "Bagaimana kabar Ka'ab bin
Malik?" Salah seorang sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, ia tertahan oleh
pakaian (mantelnya)." Muadz bin Jabal
menyanggah, "Alangkah buruknya apa
yang telah engkau katakan itu. Ya
Rasulullah, kami tidak mengenal Kaab
bin Malik kecuali beliau adalah mumin
yang baik." Rasulullah saw terdiam.
Ka'ab berkata, "Sekembalinya Rasulullah saw dari perang Tabuk ke Madinah,
saya mulai mencari-cari alasan untuk
bisa menghindari kemurkaan Rasulullah saw. Dalam hal ini saya meminta
pendapat orang-orang yang cerdik dari
sanak-kerabat saya.
Ketika beliau telah sampai di Madinah,
saya tahu bahwa saya tidak mungkin
akan selamat kecuali dengan kejujuran.
Rasulullah saw masuk kota Madinah dan
terus menuju masjid untuk shalat dua
raka'at lalu duduk menemui orang-orang.

Beberapa saat kemudian, orang-orang


yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk
datang menemui Rasulullah. Masingmasing dari mereka meng-ajukan alasan
dengan disertai sumpah kepada beliau.
Jumlah mereka delapan puluh orang
lebih dan Rasulullah menerima alasanalasan mereka yang nampak, kemudian
Rasulullah memohonkan ampunan untuk mereka. Adapun soal batin mereka,
beliau serahkan kepada Allah.
Lalu datanglah Ka'ab bin Malik. Ketika
dia memberi salam kepada Rasulullah
saw, beliau memandanginya sambil tersenyum dengan nada marah, kemudian
beliau berkata, "Kemarilah engkau."
Ka'ab berjalan menghadap Rasulullah dan
ketika ia telah duduk dihadapan beliau,
ia ditanya, "Mengapa engkau tidak ikut
serta? Bukankah engkau telah membeli
kendaraanmu?" Ia menjawab, "Benar."
Rasulullah saw bertanya, "Lalu kenapa
engkau tidak ikut?" Ka'ab berkata,
"Wahai Rasulullah, demi Allah, andaikan sekarang ini saya sedang duduk
dihadapan orang selain engkau pasti
saya bisa beralasan untuk menyelamatkan diri saya dari murkanya sebab saya
cukup pandai berdebat. Tetapi demi
Allah, saya yakin jika saat ini saya
berdusta kepadamu sehingga engkau
ridho kepadaku pasti Allah akan membuatmu murka kepadaku, tetapi jika
saat ini saya berkata jujur, engkau pasti
marah padaku. Akan tetapi sungguh
saya mengharap ampunan dari Allah.
Wahai Rasulullah, demi Allah, saya

tidak punya alasan apapun. Demi Allah,


saya tidak pernah merasa kuat dan
merasa ringan sebagaimana keadaan
saya ketika tertinggal darimu." Kemudian Ka'ab terdiam.
Rasulullah saw menoleh kepada para
sahabatnya seraya berkata, "Orang ini
telah berkata jujur kepada kalian, maka
bangunlah sampai Allah memutuskan
perkaramu."
Ka'ab bangun sambil menyeret langkahnya keluar dari masjid dalam keadaan susah dan murung, ia tidak tahu
bagaimana keputusan Allah untuknya.
Ketika kaumnya melihat hal itu beberapa orang laki-laki dari mereka mengikutinya, mereka mencelanya sambil
berkata, "Demi Allah, kami belum pernah tahu engkau berbuat dosa sebelumnya. Sesungguhnya engkau seorang
penyair, kenapa engkau tidak mampu
untuk mengajukan alasan kepada
Rasulullah saw, sebagaimana orang lain
mengajukan alasan-alasannya? kenapa
engkau tidak mengajukan sebuah alasan
yang membuat beliau ridho kepadamu
lalu memohonkan ampun untukmu
maka Allah akan mengampunimu?"
Ka'ab berkata, "Mereka selalu menyalahkan hingga hampir saja saya kembali
untuk mencabut pengakuan saya itu."
Kemudian saya bertanya kepada mereka, "Apakah ada orang lain yang
menerima putusan seperti saya ini?"
Mereka menjawab, "Ya, ada dua orang
yang mengaku sepertimu lalu mendapat
putusan sama seperti yang diputuskan

untukmu." Saya berkata, "Siapakah dua


orang itu?" Mereka menjawab, "Murarah
bin Arrabi' dan Hilal bin Umayyah."
Ternyata mereka adalah dua orang
sholeh yang ikut serta dalam perang
Badar dan mereka adalah dua teman
yang dapat dijadikan teladan. Lalu saya
berkata, "Demi Allah, sekali-kali saya
tidak akan kembali kepada beliau dan
tidak akan menarik kembali pengakuan
saya itu.
Ka'ab ra berlalu dalam keadaan sedih
dan pilu lalu duduk di rumahnya. Tidak
berapa lama setelah itu Rasulullah saw
melarang para sahabatnya untuk berbicara dengan Ka'ab dan dua orang
temannya.
Ka'ab berkata, "Maka mulailah orangorang menjauhi kami dan berubah
sikapnya terhadap kami. Ketika saya
keluar ke pasar tidak seorang pun yang
menegur saya mereka telah berubah
sehingga seolah-olah mereka bukanlah
orang-orang yang kami kenal. Kebunkebun juga telah berubah seolah-olah
bukan kebun-kebun yang kami kenal.
Bumi juga telah berubah seolah-olah
bukan seperti bumi yang kami kenal.
Kedua teman yang juga mendapat
hukuman seperti saya mereka itu tetap
tinggal di rumah sambil menangis -siang
dan malam- dan berta'abbud (beribadah) seperti para rahib (pendeta).
Karena saya orang yang termuda dan
terkuat diantara kami bertiga, saya
tetap keluar dan mengikuti shalat
berjamaah, juga pergi ke pasar. Namun

tidak seorang pun yang mengajak bicara


bahkan saya datang ke majlis Rasulullah
saw dan memberi salam padanya seraya
berkata dalam hatiku, "Apakah beliau
menggerakkan bibirnya untuk menjawab salamku?" Kemudian saya shalat
di dekat beliau sambil melirik beliau.
Apabila saya sedang shalat beliau
menghadap saya tetapi jika saya
menoleh kepadanya, beliau membuang
mukanya dari saya.
Hari demi hari telah dilewati oleh Ka'ab,
sementara kepedihannya semakin bertambah padahal ia adalah seorang yang
mulia di tengah-tengah kaumnya, Bahkan ia termasuk penyair yang handal,
raja-raja dan pangeran telah mengenalnya, sya'ir-sya'irnya telah menyebar di
kalangan para pembesar sehingga mereka berharap untuk bisa menemuinya.
Namun sekarang, di Madinah, di tengahtengah kaumnya sendiri, tak ada seorang pun yang menegurnya, tidak juga
memandangnya, hingga keterasingan
sudah semakin memuncak dan kepedihan telah membuatnya sesak. Kaab
menerima satu hukuman akibat sikapnya yang suka menunda-nunda dalam
beramal sholeh. Ini adalah salah satu

tipu daya syetan untuk mencegah


seorang mukmin melakukan amal
shaleh. Syetanlah yang membisikkan
seseorang untuk berpanjang anganangan dan menunda-nunda amal
shaleh. Akan tetapi karena Kaab adalah
orang yang bertakwa maka ia pun segera sadar dan menyesali perbuatannya.
Allah swt berfirman, Sesungguhnya

orang-orang yang bertakwa jika mereka


ditimpa was-was (bisikan) dari syetan,
mereka segera ingat (sadar) maka ketika
itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya. (Qs. Al Araaf [7]: 201).
Kaab merasa sangat sedih dan pilu
hatinya karena meninggalkan jihad
tanpa alasan.
Demikianlah seorang mukmin, dia merasa sedih dan menyesal jika terlanjur
berbuat kemaksiatan atau meninggalkan
suatu kewajiban. Adapun orang munafik,
dia merasa tenang dan tidak terusik
hatinya oleh dosa yang ia kerjakan.
Bagaimanakah
akhir
dari
kisah
perjalanan hidup Kaab bin Malik?
Insya Allah akan kita ketahui pada edisi
berikutnya.
(Bersambung..)

(bag. II)
Ketika ia sedang berkeliling di pasar tiba-tiba seorang Nasrani datang dari Syam dan
berkata, "Siapakah yang dapat menunjukkan kepadaku Ka'ab bin Malik?" Serentak
orang-orang menunjuk ke Ka'ab lalu ia mendatanginya serta menyerahkan
kepadanya sepucuk surat dari raja Ghassan.
Aneh..!! dari raja Ghassan..!! Jadi beritanya telah sampai ke negeri Syam dan raja
Ghasasanah (satu wilayah di Syam) menaruh perhatian terhadapnya, lalu apa yang
diinginkan oleh sang Raja?!!
Ka'ab membuka surat tersebut, ternyata isinya:
"Amma badu, wahai Ka'ab bin Malik, saya telah mendengar bahwa engkau telah di
boikot dan dikucilkan oleh sahabatmu, engkau tidak pantas berada di negeri
kehinaan dan kesia-siaan, maka bergabunglah kepada kami niscaya kami akan
menerima dan membantumu."
Setelah selesai membaca isi surat tersebut, ia berkata, "Innalillaahi penganut
kekafiran telah berharap kepadaku. Ini juga sebagai suatu ujian dan keburukan. Ia
segera pergi ke tempat api untuk membakar surat itu. Ka'ab tidak menghiraukan
rayuan raja tersebut. Ya, telah terbuka baginya sebuah pintu menuju lantai para raja
dan istana para pembesar, mengajaknya kepada kemuliaan dan persahabatan,
sementara Madinah dan sekitarnya bermuka masam terhadapnya, wajah-wajah
cemberut memandangnya, ia mengucapkan salam tetapi tidak seorang pun yang
membalasnya, ia bertanya tetapi tidak seorang pun yang mau menjawabnya.
Meskipun demikian ia tidak menoleh ke orang-orang kafir dan syetan tidak berhasil
menggoyahkannya agar menjadi budak bagi hawa nafsunya. Ia campakkan surat itu
ke api dan membakarnya.
Hari-hari terus berlalu, sebulan penuh telah lewat, sementara Ka'ab tetap dalam
keadaan seperti itu dan pengucilan semakin membuatnya terhimpit kesempitan
semakin berat Rasulullah saw tidak merubah sikapnya dan wahyu juga belum
turun untuk memutuskan masalahnya
Kemudian setelah genap empat puluh hari tiba-tiba utusan dari Rasulullah saw
datang kepada Ka'ab dan mengetuk pintu rumahnya lalu Ka'ab keluar
menemuinya ia berfikir boleh jadi kelapangan telah datang ternyata utusan
tersebut berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw menyuruhmu untuk menjauhi
istrimu." Ia bertanya, "Apakah saya harus menceraikannya atau bagaimana?"...
utusan itu berkata, "Tidak akan tetapi engkau harus menjauhinya dan tidak boleh
mendekatinya." Lalu Ka'ab menemui istinya dan berkata, "Pulanglah engkau ke
rumah orang tuamu tinggallah engkau di sana sampai Allah memutuskan urusan
ini."
Nabi saw juga mengutus kepada dua orang teman Ka'ab dengan perintah yang
sama lalu istri Hilal bin Umayyah datang menemui Rasulullah saw dan berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah seorang tua yang

lemah apakah engkau izinkan aku untuk melayaninya?" Jawab Nabi, "Ya,
boleh tetapi ia tidak boleh mendekatimu." Istri Hilal berkata, "Ya Rasulullah,
demi Allah, dia tidak punya semangat lagi ia selalu bersedih menangis siang
dan malam sejak ia menerima keputusan itu."
Hari-hari yang dilewati terasa berat bagi Ka'ab keterasingan semakin berat
hingga ia bertanya-tanya tentang keimanannya ia berbicara kepada kaum
muslimin tetapi mereka tidak menjawabnya ia mengucapkan salam kepada
Rasulullah saw tetapi beliau tidak menjawabnya lalu kemana ia akan pergi!!
Kepada siapa harus bermusyawarah
Ka'ab ra berkata, "Ketika ujian telah berlangsung sedemikia lama aku pergi
menemuji Abu Qotadah, saudara sepupuku dan orang yang paling aku cintai
ternyata ia sedang berada di kebunnya lalu aku memanjat tembok kebunnya
dan masuk lalu aku ucapkan salam kepadanya demi Allah ia tidak menjawab
salamkukemudian aku berkata, "Aku bertanya kepadamu atas nama Allah
wahai Abu Qotadah apakah engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan RasulNya?" Ia hanya terdiam lalu aku berkata lagi, "Wahai Abu Qotadah apakah
engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya?" Ia hanya terdiam lalu
aku berkata lagi, "Wahai Abu Qatadah, aku bertanya atas nama Allah apakah
engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya?" Maka ia menjawab,
"Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu."
Ka'ab mendengar jawaban ini dari saudara sepupunya dan orang yang paling ia
cintai Ia tidak tahu apakah Ka'ab mukmin atau tidak?... ia tidak sanggup menahan
diri ketika mendengar jawaban ini air matanya mengalir deras dari kedua
matanya lalu ia memanjat tembok sekali lagi untuk keluar dan pulang ke
rumahnya ia duduk termenung membolak-balikkan pandangannya ke
sekeliling tembok rumah tidak ada istri yang duduk menemaninya tidak ada
kerabat yang menghiburnya sementara telah berjalan lima puluh malam
baginya semenjak Nabi saw melarang orang-orang untuk berbicara kepadanya
Dan pada malam yang kelima puluh turunlah taubat mereka kepada Nabi saw di
sepertiga awal malam
Ummu Salamah radhiallahu 'anha berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita
kabari Ka'ab bin Malik sekarang?"
Beliau menjawab, "Jika kalian kabari sekarang pasti orang-orang akan mendatangi
kalian dan kalian tidak akan bisa tidur sepanjang malam."
Ketika Rasulullah saw selesai shalat Shubuh beliau mengumumkan kepada orangorang tentang turunnya taubat dari Allah untuk Ka'ab dan kedua orang temannya
Kemudian orang-orang serentak memberi kabar gembira kepada mereka
Ka'ab berkata, "Adapun saya telah mengerjakan shalat Shubuh di atas loteng rumah
saya dan ketika saya sedang duduk dalam keadaan seperti yang dilukiskan oleh
Allah swt telah terasa sempit jiwaku dan bumi yang luas pun terasa sempit

bagiku serta tidak ada yang lebih merisaukan selain jika saya mati lalu Nabi
saw tidak menyolatkanku..atau beliau wafat sementara aku dalam keadaan seperti
ini sehingga tidak ada seorang pun di antara mereka yang mau menegurku dan
menyolatkanku
Ketika saya dalam keadaan seperti itu tiba-tiba saya mendengar suara teriakan
di atas gunung Sala' dengan suaranya yang keras berkata, "Wahai Ka'ab bin
Malik!... bergembiralah."... lalu saya tersungkur bersujud dan saya tahu bahwa
telah datang kelapangan dari Allah
Seorang laki-laki datang kepadaku dengan menunggang kuda seorang lagi
berteriak dari atas gunung dan ternyata suara itu lebih cepat daripada lari kuda
Ketika datang kepadaku orang yang teriakannya saya dengar saya lepas pakaian
luar saya lalu saya pakaikan kepadanya karena kabar gembira yang ia
sampaikan demi Allah, padahal saya tidak memiliki pakaian selain itu lalu saya
pinjam pakaian untuk saya kenakan saya pun segera jalan menemui Rasulullah
saw sementara orang-orang berbondong-bondong menyambut saya dengan
ucapan selamat atas diterimanya taubat kami dari Allah mereka berkata, "Selamat
bagimu dengan taubat dari Allah untukmu."
Sehingga sampailah saya di masjid lalu saya mengucapkan salam kepada
Rasulullah saw sementara wajah beliau tampak bersinar karena gembira dan
beliau jika bergembira wajahnya bercahaya bagaikan sepotong bulan
Kemudian beliau berkata kepada saya, "Bergembiralah dengan hari yang terbaik
sejak engkau dilahirkan oleh ibumu." Saya bertanya, "Apakah dari sisimu, wahai
Rasulullah, ataukah dari sisi Allah?" Nabi menjawab, "Dari sisi Allah."
kemudian beliau membacakan ayat-ayat Ketika saya telah duduk di hadapan
beliau saya berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya termasuk dari taubat saya,
saya akan menyedekahkan semua harta kekayaan saya untuk Allah dan RasuluNya."
Beliau bersabda, "Tahanlah sebagian hartamu hal itu lebih baik bagimu." Saya
berkata, " Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan saya karena
kejujuran saya dan termasuk dari taubat saya, saya berjanji untuk tidak berbicara
kecuali dengan jujur selama saya hidup."
Ya, Allah telah menerima taubat Ka'ab dan kedua temannya serta telah
menurunkan berkenaan dengan itu ayat-ayat Qur'an yang selalu dibaca
" Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan

orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat
mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat)
kepada mereka (ya'ni: Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Murarah bin
Rabi'), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu

luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka
telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan
kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap
dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang." (QS. At Taubah [9] : 117-118)

Anda mungkin juga menyukai