(bag. II)
Ketika ia sedang berkeliling di pasar tiba-tiba seorang Nasrani datang dari Syam dan
berkata, "Siapakah yang dapat menunjukkan kepadaku Ka'ab bin Malik?" Serentak
orang-orang menunjuk ke Ka'ab lalu ia mendatanginya serta menyerahkan
kepadanya sepucuk surat dari raja Ghassan.
Aneh..!! dari raja Ghassan..!! Jadi beritanya telah sampai ke negeri Syam dan raja
Ghasasanah (satu wilayah di Syam) menaruh perhatian terhadapnya, lalu apa yang
diinginkan oleh sang Raja?!!
Ka'ab membuka surat tersebut, ternyata isinya:
"Amma badu, wahai Ka'ab bin Malik, saya telah mendengar bahwa engkau telah di
boikot dan dikucilkan oleh sahabatmu, engkau tidak pantas berada di negeri
kehinaan dan kesia-siaan, maka bergabunglah kepada kami niscaya kami akan
menerima dan membantumu."
Setelah selesai membaca isi surat tersebut, ia berkata, "Innalillaahi penganut
kekafiran telah berharap kepadaku. Ini juga sebagai suatu ujian dan keburukan. Ia
segera pergi ke tempat api untuk membakar surat itu. Ka'ab tidak menghiraukan
rayuan raja tersebut. Ya, telah terbuka baginya sebuah pintu menuju lantai para raja
dan istana para pembesar, mengajaknya kepada kemuliaan dan persahabatan,
sementara Madinah dan sekitarnya bermuka masam terhadapnya, wajah-wajah
cemberut memandangnya, ia mengucapkan salam tetapi tidak seorang pun yang
membalasnya, ia bertanya tetapi tidak seorang pun yang mau menjawabnya.
Meskipun demikian ia tidak menoleh ke orang-orang kafir dan syetan tidak berhasil
menggoyahkannya agar menjadi budak bagi hawa nafsunya. Ia campakkan surat itu
ke api dan membakarnya.
Hari-hari terus berlalu, sebulan penuh telah lewat, sementara Ka'ab tetap dalam
keadaan seperti itu dan pengucilan semakin membuatnya terhimpit kesempitan
semakin berat Rasulullah saw tidak merubah sikapnya dan wahyu juga belum
turun untuk memutuskan masalahnya
Kemudian setelah genap empat puluh hari tiba-tiba utusan dari Rasulullah saw
datang kepada Ka'ab dan mengetuk pintu rumahnya lalu Ka'ab keluar
menemuinya ia berfikir boleh jadi kelapangan telah datang ternyata utusan
tersebut berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw menyuruhmu untuk menjauhi
istrimu." Ia bertanya, "Apakah saya harus menceraikannya atau bagaimana?"...
utusan itu berkata, "Tidak akan tetapi engkau harus menjauhinya dan tidak boleh
mendekatinya." Lalu Ka'ab menemui istinya dan berkata, "Pulanglah engkau ke
rumah orang tuamu tinggallah engkau di sana sampai Allah memutuskan urusan
ini."
Nabi saw juga mengutus kepada dua orang teman Ka'ab dengan perintah yang
sama lalu istri Hilal bin Umayyah datang menemui Rasulullah saw dan berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah seorang tua yang
lemah apakah engkau izinkan aku untuk melayaninya?" Jawab Nabi, "Ya,
boleh tetapi ia tidak boleh mendekatimu." Istri Hilal berkata, "Ya Rasulullah,
demi Allah, dia tidak punya semangat lagi ia selalu bersedih menangis siang
dan malam sejak ia menerima keputusan itu."
Hari-hari yang dilewati terasa berat bagi Ka'ab keterasingan semakin berat
hingga ia bertanya-tanya tentang keimanannya ia berbicara kepada kaum
muslimin tetapi mereka tidak menjawabnya ia mengucapkan salam kepada
Rasulullah saw tetapi beliau tidak menjawabnya lalu kemana ia akan pergi!!
Kepada siapa harus bermusyawarah
Ka'ab ra berkata, "Ketika ujian telah berlangsung sedemikia lama aku pergi
menemuji Abu Qotadah, saudara sepupuku dan orang yang paling aku cintai
ternyata ia sedang berada di kebunnya lalu aku memanjat tembok kebunnya
dan masuk lalu aku ucapkan salam kepadanya demi Allah ia tidak menjawab
salamkukemudian aku berkata, "Aku bertanya kepadamu atas nama Allah
wahai Abu Qotadah apakah engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan RasulNya?" Ia hanya terdiam lalu aku berkata lagi, "Wahai Abu Qotadah apakah
engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya?" Ia hanya terdiam lalu
aku berkata lagi, "Wahai Abu Qatadah, aku bertanya atas nama Allah apakah
engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya?" Maka ia menjawab,
"Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu."
Ka'ab mendengar jawaban ini dari saudara sepupunya dan orang yang paling ia
cintai Ia tidak tahu apakah Ka'ab mukmin atau tidak?... ia tidak sanggup menahan
diri ketika mendengar jawaban ini air matanya mengalir deras dari kedua
matanya lalu ia memanjat tembok sekali lagi untuk keluar dan pulang ke
rumahnya ia duduk termenung membolak-balikkan pandangannya ke
sekeliling tembok rumah tidak ada istri yang duduk menemaninya tidak ada
kerabat yang menghiburnya sementara telah berjalan lima puluh malam
baginya semenjak Nabi saw melarang orang-orang untuk berbicara kepadanya
Dan pada malam yang kelima puluh turunlah taubat mereka kepada Nabi saw di
sepertiga awal malam
Ummu Salamah radhiallahu 'anha berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita
kabari Ka'ab bin Malik sekarang?"
Beliau menjawab, "Jika kalian kabari sekarang pasti orang-orang akan mendatangi
kalian dan kalian tidak akan bisa tidur sepanjang malam."
Ketika Rasulullah saw selesai shalat Shubuh beliau mengumumkan kepada orangorang tentang turunnya taubat dari Allah untuk Ka'ab dan kedua orang temannya
Kemudian orang-orang serentak memberi kabar gembira kepada mereka
Ka'ab berkata, "Adapun saya telah mengerjakan shalat Shubuh di atas loteng rumah
saya dan ketika saya sedang duduk dalam keadaan seperti yang dilukiskan oleh
Allah swt telah terasa sempit jiwaku dan bumi yang luas pun terasa sempit
bagiku serta tidak ada yang lebih merisaukan selain jika saya mati lalu Nabi
saw tidak menyolatkanku..atau beliau wafat sementara aku dalam keadaan seperti
ini sehingga tidak ada seorang pun di antara mereka yang mau menegurku dan
menyolatkanku
Ketika saya dalam keadaan seperti itu tiba-tiba saya mendengar suara teriakan
di atas gunung Sala' dengan suaranya yang keras berkata, "Wahai Ka'ab bin
Malik!... bergembiralah."... lalu saya tersungkur bersujud dan saya tahu bahwa
telah datang kelapangan dari Allah
Seorang laki-laki datang kepadaku dengan menunggang kuda seorang lagi
berteriak dari atas gunung dan ternyata suara itu lebih cepat daripada lari kuda
Ketika datang kepadaku orang yang teriakannya saya dengar saya lepas pakaian
luar saya lalu saya pakaikan kepadanya karena kabar gembira yang ia
sampaikan demi Allah, padahal saya tidak memiliki pakaian selain itu lalu saya
pinjam pakaian untuk saya kenakan saya pun segera jalan menemui Rasulullah
saw sementara orang-orang berbondong-bondong menyambut saya dengan
ucapan selamat atas diterimanya taubat kami dari Allah mereka berkata, "Selamat
bagimu dengan taubat dari Allah untukmu."
Sehingga sampailah saya di masjid lalu saya mengucapkan salam kepada
Rasulullah saw sementara wajah beliau tampak bersinar karena gembira dan
beliau jika bergembira wajahnya bercahaya bagaikan sepotong bulan
Kemudian beliau berkata kepada saya, "Bergembiralah dengan hari yang terbaik
sejak engkau dilahirkan oleh ibumu." Saya bertanya, "Apakah dari sisimu, wahai
Rasulullah, ataukah dari sisi Allah?" Nabi menjawab, "Dari sisi Allah."
kemudian beliau membacakan ayat-ayat Ketika saya telah duduk di hadapan
beliau saya berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya termasuk dari taubat saya,
saya akan menyedekahkan semua harta kekayaan saya untuk Allah dan RasuluNya."
Beliau bersabda, "Tahanlah sebagian hartamu hal itu lebih baik bagimu." Saya
berkata, " Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan saya karena
kejujuran saya dan termasuk dari taubat saya, saya berjanji untuk tidak berbicara
kecuali dengan jujur selama saya hidup."
Ya, Allah telah menerima taubat Ka'ab dan kedua temannya serta telah
menurunkan berkenaan dengan itu ayat-ayat Qur'an yang selalu dibaca
" Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan
orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat
mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat)
kepada mereka (ya'ni: Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Murarah bin
Rabi'), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu
luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka
telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan
kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap
dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang." (QS. At Taubah [9] : 117-118)