Anda di halaman 1dari 8

1

KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Warahmatullohi Wabarokatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang atas
rahmat-Nya Saya dapat menyelesaikan penyusunan buku digital yang berjudul
"Pengaruh Teman bagi Kehidupan"
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembaca yang telah
menyempatkan waktunya untuk membaca buku ini. Tidak lupa pula Saya ucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhammad Rusydi Rasyid, S.Ag. M.Ag. Med. selaku
dosen yang senantiasa membimbing kami dalam kuliah di semester dua ini.
Saya menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
Saya berharap atas kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca agar
makalah ini menjadi lebih baik.
Semoga buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih dan bermanfaat bagi
para pembaca.
Sekian dan terima kasih, Wassalamu’alaikum Waramatullohi Wabarakatuh

Bantaeng, 01 Juli 2021

Novira Ramadani

2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................. 1
Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................. 3
Isi........................................................................................................................ 4
Penutup............................................................................................................... 7
A. Kesimpulan .............................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................ 7
Daftar Pustaka.................................................................................................... 8

3
ISI
Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang
mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki
suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang
khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja,
atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi,
kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah.
Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi.
Ketika Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu'anhu memintanya untuk jadi mu’adzin
kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi
saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau
membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau
membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar Radhiyallahu'anhu
hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia
jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka
biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Radhiyallahu'anhu pun tak bisa
lagi mendesak Bilal Radhiyallahu'anhu untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam, terus


mengendap di hati Bilal Radhiallahu'anhu Dan kesedihan itu yang mendorongnya
meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian
tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Radhiyallahu'anhu tak mengunjungi Madinah,
sampai pada suatu malam, Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam hadir dalam mimpi
Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau
tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera
dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun
sudah dia meninggalkan Nabi.

4
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi
Shalallahu'alaihi wa sallam, pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah
beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Shallallahu'alaihi
wa sallam Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian
beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam itu. Salah satu
dari keduanya berkata kepada Bilal Radhiyallahu'anhu: “Paman, maukah engkau
sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek
kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat
pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk
mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat
dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam masih hidup.
Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar”
dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas
terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah
kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi
kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis
dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”,


Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis,
teringat masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras
tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya
tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, madinah mengenang masa saat masih
ada Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai
seperti Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa
dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal
Radhiyallahu'anhu, semenjak Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam wafat. Dia tak
5
pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera
mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya
terangkat begitu tinggi. Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta
seperti yang Allah karuniakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah Radhiallahu'anhu.
Aamiin.

6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan
adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria
berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa
Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota
bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi
pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah
Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi.
B. Saran
Bagi para penikmat buku yang telah kami susun ini kami sangat mengharapkan
kritikan serta saran membangun dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA
• Aplikasi_Sebuah_Kisah.

Anda mungkin juga menyukai