Hukum Tahniah
Ijma’ ini adalah dalil atas bolehnya saat-saat yang membahagiakan selain hari-
hari raya. Sepertt kelulusan, kembalinya dari safar, umrah atau haji dll.
Yang shahih datang dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam ada tiga macam:
a. Pernikahan
b. Taubat
Dari Ibnu Syihab, dari Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik,
diriwayatkan, bahwa Abdullah bin Ka’ab bin Malik -dia adalah
penuntun Ka’ab dari anak-anaknya saat Ka’ab menjadi buta- berkata:
“Saya mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang kisahnya saat tidak
ikut dalam perang Tabuk.
Untuk itu, saya minta bantuan saran dari keluarga saya. Setelah ada
informasi bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sudah mulai
masuk kota Madinah, hilanglah semua kebatilan yang sebelumnya ingin
saya utarakan.
Saya tahu, bahwa tidak mungkin saya bisa bersiasat dari kemarahan
beliau dengan berdusta. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam telah tiba, dan biasanya bila beliau tiba dari suatu perjalanan,
pertama kali beliau masuk ke masjid, lalu shalat dua rakaat, kemudian
duduk-duduk menemui orang-orang yang datang.
Allah Ta`ala berfirman,
“Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah apabila
kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka.
Maka itu berpalinglah dari mereka, karena mereka itu adalah najis dan
tempat mereka adalah Jahannam, sebagai balasan atas apa yang telah
mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu agar kamu rela
kepada mereka. Tetapi, jika sekiranya kamu rela kepada mereka, maka
sesungguhnya Allah tidak rela kepada orang-orang yang fasik itu.” (At-
Taubah: 95-96).
Ka’ab berkata,
Yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah tidak ikut sertanya kami bertiga
dalam perang, tetapi yang dimaksud adalah ditangguhkannya taubat
kami serta tidak diikutsertakannya kami pada kelompok orang-orang
yang telah bersumpah dan mengemukakan alasan dan diterima oleh
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.”(H.R. Al-Bukhari
(8/113)), Kitabul Maghazi, bab Hadits Ka’ab bin Malik.)
c. Al-Ilmu
Ubay bin Ka’ab al-Anshari salah seorang sahabat mulia. Seorang sahabat
Anshar yang disebut qari’nya (pembaca Alqurannya) Rasulullah. Ia
datang ke Mekah. Bertemu Rasulullah dan menawarkan Kota Madinah,
negeri yang aman untuk hijrah beliau. Berikut ini tulisan pertama dari dua
tulisan tentang sahabat yang mulia, Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu.
ول َذا َدعَامُك ْ ِل َما ِ اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا ا ْس َت ِجي ُبوا هَّلِل ِ َو ِل َّلر ُس
ِول بَنْي َ الْ َم ْر ِء َوقَلِْإ ِب ِه َوَأن َّ ُه ل َ ْيه
ُ ُ حُي ْ ِييمُك ْ ۖ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن اهَّلل َ حَي
ِإ
َ ُ حُت ْ رَش
ون
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara
manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan
dikumpulkan.” [Quran Al-Anfal: 24].
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad dari Abu Hurairah dari Ubay
bin Ka’ab bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mana surat yang Anda
janjikan untukku?”
“Itulah dia. Itulah dia (surat yang tidak terdapat dalam Injil dan Taurat.
Bahkan dalam Alquran yang menyamai kemuliaannya). Surat itu adalah
tujuh yang berulang-ulang. Dan Alquran yang agung yang diwahyukan
padaku.”
َأ ْر َح ُم ُأ َّميِت ِبُأ َّميِت َأبُو بَ ْك ٍر َوَأ َش ُّدمُه ْ يِف َأ ْم ِر اهَّلل ِ مُع َ ُر
َوَأ ْصدَ قُه ُْم َح َي ًاء ُعثْ َم ُان َوَأ ْعلَ ُمه ُْم اِب لْ َحاَل ِل َوالْ َح َرا ِم ُم َعا ُ·ذ
·ِّّ ْب ُن َج َب ٍل َوَأفْ َرضُ ه ُْم َزيْدُ ْب ُن اَث ب ٍِت َوَأ ْق َر ُؤمُه ْ ُأيَب ٌّ َو ِلِلُك
ُِأ َّم ٍة َأ ِم ٌني َوَأ ِم ُني َه ِذ ِه اُأْل َّم ِة َأبُو ُع َب ْيدَ َة ْب ُن الْ َج َّراح
“Umatku yang paling penyayang terhadap yang lain adalah Abu Bakar.
Yang paling kokoh dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar.
Yang paling jujur dan pemalu adalah Utsman. Yang paling mengetahui
halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Yang paling mengetahui ilmu
fara’idh (pembagian harta warisan) adalah Zaid bin Tsaabit. Yang paling
bagus bacaan Alqurannya adalah Ubay. Setiap umat mempunyai orang
kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin
Al-Jarrah.” (HR. at-Turmudzi 3791).
Yang diriwiyatkan dari para shahabat. Dan hanya ada satu macam yaitu
ucapan selamat pada hari raya.
Telah shahih dr mereka secara umum atsar yg datang dr Jubair Bin Nufair,
dimana dia berkata:
ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َذا ِالْ َت َق ْوا ي َ ْو َم
ِ اب َر ُس ُ َ اَك َن َأحْص
ِ ِ ِإ
هللا منَّا ومنمك ُ الْ ِعي ِد ي َ ُق
ُ تَقبَّ َل: ول ب َ ْعضُ ه ُْم ِل َب ْع ٍض
Adalah para shahabat apabila bertemu pada hari raya sebagian mereka
mengucapkan kepada sebagian yang lain.
a. Hari raya.
b. Kelahiran anak.
Adapun yang selain itu, maka termasuk perkara yg dibolehkan selama tidak
terdapat penyerupaan terhadap Ahli Kitab.
Sumber: https://muslim.or.id/28578-ucapan-selamat-pada-momen-momen-
bahagia.html
Read more https://kisahmuslim.com/5960-ubay-bin-kaab-yang-paling-fasih-
bacaan-alqurannya.html