Anda di halaman 1dari 7

5.

Tujuan Perkawinan dalam Islam

Perkawinan dalam Islam bukanlah bertujuan seksual antara pasangan suami istri,
meskipun ini adalah tujuan sekunder, sebagai tanggapan atas motif tubuh. Sebaliknya,
pernikahan dalam islam memiliki tujuan mulia yang penting yaitu:

1. Memperbesar jumlah umat Islam, dan membawa sukacita ke hati Rasulullah SAW:

Dari Ma’qil bin Yasar berkata: Seseorang telah mendatangi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi
wa sallam- seraya  berkata: “Wahai Rasulullah, saya mengenal seorang wanita yang
mempunyai kedudukan dan cantik namun dia mandul, apakah saya boleh menikahinya?,
maka beliau melarangnya, kemudian dia mendatangi beliau untuk yang kedua kali, beliau
pun melarangnya lagi, kemudian dia mendatangi beliau lagi, maka beliau pun tetap
melarangnya. Akhirnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:“Menikahlah
kalian dengan wanita yang penyayang dan subur, karena saya bangga dengan jumlah kalian
yang banyak”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

Kemudian Ibn Majah meriwayatkan bahwa Aisyah ra, berkata: Rasulullah SAW
bersabda: ((Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku,
maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian
atas umat-umat yang lainnya di hari kiamat)).

2. Kesucian jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala: Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: ((dan dalam kemaluan kalian itu juga terdapat sedekah)). Mereka berkata: ”Wahai
Rasulullah! Apakah salah seorang dari kami jika menyalurkan syahwatnya (dengan benar);
dia akan mendapatkan pahala? ”Beliau bersabda:” ((Bagaimana pendapat kalian  jika
disalurkan pada yang haram, bukankah dia berdosa?)) Mereka berkata: Tetapi, Rasulullah
Kembali bersabda: ((Maka demikian pula, kalau disalurkan pada yang halal; tentu dia
memperoleh pahala)).” HR. Muslim dan An-Nasa’I dan Ahmad

3. Penciptaan generasi Muslim, Selama niat dalam bersenggama adalah untuk mendapatkan
anak yang shaleh: Al-Bukhari dalam Sahihnya - bab tentang meminta anak untuk jihad Dari
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau
bersabda, "Sulaiman bin Daud -'alaihima as-salām- berkata, 'Sungguh malam ini aku akan
menggilir seratus wanita , atau sembilan puluh sembilan Setiap dari mereka akan melahirkan
satu penunggang kuda yang siap berjihad di jalan Allah. Maka sahabatnya berkata
kepadanya:‘Ucapkanlah insyaAllah (jika Allah menghendaki).’ (Akan tetapi) dia tidak
mengucapkannya, maka tidak ada seorangpun yang hamil dari isterinya melainkan hanya
satu saja yang melahirkan namun sebelah tubuhnya jatuh (miring). Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:’Seandainya dia (Sulaiman) mengucapkan Insya Allah, sungguh (anak-
anaknya) akan berjihad di jalan Allah.“

Al-Hafiz Ibn Hajar mengatakan dalam “Al-Fath” : “Dia berkata: Bab tentang orang yang
meminta anak untuk jihad, yaitu: ketika akan bersenggama agar berniat untuk memiliki
anak, yang akan berjihad di jalan Allah, dan dengan demikian mendapatkan pahala baginya,
bahkan jika itu tidak terjadi padanya.”

Dan Abu Al-Hassan Al-Mawardi menyetujui pendapat ini:

“Dan untuk berniat dalam semua ini niat anak, dan untuk mencari perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk, dan untuk berniat pada anak ; Semoga Tuhan memberkati
mereka dan terciptalah anak-anak yang baik akhlaknya, mampu menegakkan kebenaran,
amanah, kemaslahatan masyarakat dan dan pembangunan negara”.

4. Kelangsungan keturunan manusia, Thabrani meriwayatkan hadist dari Abu Hafshah


bahwa Nabi Shalallahu ’Alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah salah seorang di antara
kalian meninggalkan doa agar memiliki anak. Karena seseorang itu jika sudah meninggal,
sementara dia tidak punya anak, maka namanya menjadi terputus,”

Terlihat di zaman modern bahwa orang-orang kafir dari Barat dan Timur serta antek-
anteknya di negara-negara Muslim mempromosikan gagasan KB di kalangan umat Islam,
dan pada saat yang sama mereka mendorong orang-orang kafir untuk memiliki anak,
sehingga jumlah umat Islam berkurang dan jumlah orang kafir bertambah.

Itulah sebabnya Nabi, saw, mendesak anak-anak untuk menjadi sumber kehormatan bagi
umat Islam dan kekuatan bagi mereka. Ibn Omar ra berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah lahir seorang anak dalam keluarga kecuali akan menjadikan kemuliaan yang
sebelumnya tidak ada”.( HR. Ath Thabrani)
6. Sifat-sifat seorang pendidik yang berhasil:

Ada sifat-sifat dasar, setiap kali pendidik memulai proses pendidikan, dan kesempurnaan
manusia adalah untuk para Rasulullah SAW tetapi orang tersebut berjuang dengan segenap
kemampuannya. usaha, dan sebanyak mungkin, dia memantau dirinya sendiri di dalamnya, untuk
mencapai akhlak dan sifat yang baik. Apalagi dia berada di pusat model pendidikan, sehingga
generasi baru memandangnya sebagai pendidik dan pembimbing. Berikut adalah sifat-sifat
terpenting yang diperjuangkan oleh pendidik - semoga Tuhan memberi anda dan saya
kesuksesan:
(1) Mampu menahan emosi dan tenang: Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ashaj Abd al-Qays: ”Sesungguhnya kamu
mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu
menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa).”(HR.Muslim)
Ini adalah kisah yang bagus, menunjukkan pentingnya sikap mampu menahan emosi
dan tidak tergesa-tergesa dalam membangun akhlak generasi baru: Abdullah bin Taher
berkata: “Suatu hari saya bersama Al-Ma'mun, dan pelayan itu berseru: Hai nak!, tidak ada
yang menjawabnya; Kemudian dia memanggil lagi dan berteriak: Hai nak! Maka masuklah
laki-laki Turki; Dan dia berkata: Bukankah seharusnya anak laki-laki itu makan dan
minum? Setiap kali kami meninggalkan Anda, Anda berteriak: Hai nak! Hai nak! Berapa
banyak, nak! Al-Ma'mun menundukkan kepalanya untuk waktu yang lama, dan saya tidak
ragu bahwa dia akan memerintahkan saya untuk memukul lehernya. Kemudian dia
menatapku dan berkata: O Abdullah! Jika seorang laki-laki memperbaiki akhlaknya, maka
akhlak para hambanya menjadi lebih buruk. Dan kita tidak bisa menjelekkan akhlak kita,
untuk memperbaiki akhlak hamba-hamba kita.

(2) Melakukan kebaikan dan jauh dari kekerasan: Muslim meriwayatkan Dari Aisyah -
raḍiyallāhu 'anha- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan dalam segala
hal." Dari Aisyah juga, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya Allah Maha lembut dan menyukai kelembutan, Dia memberi pada
kelembutan apa yang tak diberikan pada kekasaran dan apa yang tidak diberikan pada
selainnya". 

Sabda nabi lainnya: “Sesungguhnya Allah swt mencintai kelembutan dalam segala urusan”
(Muntafaq alaih”)

Kemudian nabi kembali bersabda:  "Sesungguhnya kelemah lembutan (keramah tamahan)


tidaklah ada di dalam sebuah perkara kecuali menghiasinya dan tidak dicabut (kelemah
lembutan) dari sesuatu kecuali memburukkannya". HR. Bukhari dan Muslim.

Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah RA berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang terhalang dari kelembutan akan terhalang
dari semua kebaikan.

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra, Rasulullah bersabda “Wahai Aisyah!


Bersikaplah lembut, karena jika Tuhan menginginkan kebaikan bagi penghuni rumah, Dia
akan membimbing mereka ke kebaikan. Dan dalam sebuah riwayat: “Jika Allah
menginginkan kebaikan bagi seisi rumah, Dia akan memberikan kebaikan kepada mereka.”

Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Kami biasa salat bersama Rasulullah SAW, pada
salat malam, dan dia biasa salat, dan ketika sujud. Hassan dan Hussein di punggungnya,
dan ketika dia mengangkat kepalanya, dia mengambilnya, dan menempatkannya dalam
posisi yang lembut, dan ketika dia kembali, dia kembali, dan ketika dia berdoa, dia
meletakkannya di sini. ; Dan satu ada di sini, jadi saya mendatanginya dan berkata: Ya
Utusan Tuhan! Haruskah saya membawa mereka ke ibu mereka? Dia berkata: "Tidak."
Kemudian berkedip lembut, dan dia berkata: "Ikuti ibumu." Mereka terus berjalan dalam
cahayanya sampai mereka masuk.

Al-Hakim meriwayatkannya dalam Mustadrak-nya (3/167) dan berkata: Rangkaian


perawinya adalah otentik. dan mereka tidak mengeluarkannya; Al-Dhahabi berkata: Itu
benar.

Dan inilah para pembaca yang budiman: kisah indah ini dalam nasihatnya, agar kita dapat
melihat perilaku para pendahulu yang saleh dan ketenangan mereka:
Diriwayatkan bahwa seorang anak laki-laki Zain al-Abidin menuangkan air untuknya
dengan kendi yang terbuat dari tembikar, dan kendi jatuh di atas kaki Zain al-Abidin, dan
pecah, dan kakinya terluka; Anak laki-laki itu langsung berkata: Wahai tuan! Allah swt
berfirman: (Dan orang-orang yang menahan amarah) [Al-Imran: 3/134], Zain al-Abidin
berkata: Aku telah menahan amarahku, dan Allah berfirman: "Dan orang-orang yang
memaafkan orang." Dia berkata: Aku telah memaafkan Anda, dan Allah berfirman: (Dan
Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan). Zain Al-Abidin berkata: Kamu bebas demi
Tuhan
(3) Hati Yang Penyayang: kami menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika kami
masih remaja sebaya, lalu kami menginap di rumah beliau selama dua puluh malam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah sosok yang berhati pengasih dan lembut.
Beliau sadar bahwa kami telah merindukan keluarga kami, dan beliau menanyakan kepada
kami mengenai orang yang telah kami tinggal dari keluarga-keluarga kami, dan kami pun
memberitahukan kepada beliau. Selanjutnya beliau bersabda: "Sekarang kembalilah kepada
keluarga kalian, dan diamlah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhla h mereka.
Jika waktu shalat tiba, hendaknya salah seorang diantara kalian
mengumandangkan adzan dan yang paling dewasa menjadi imam." Muttafaq
Alaih
Al-Bazzar meriwayatkan bahwa Ibn Omar, ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya setiap pohon itu ada buahnya, dan buah hati itu adalah anak. Allah tidak
akan menyayangi orang yang tidak menyayangi putranya. Demi diriku yang berada di
dalam kekuasaan-Nya, tidak akan masuk surga kecuali orang-orang penyayang”. Kami
berkata: “Ya Rasulullah, kami satu sama lain saling menyayangi?” Rasulullah saw
menjawab: “Yang disebut dengan sayang itu bukan semata seseorang menyayangi
temannya, akan tetapi sayang itu adalah menyayangi manusia umumnya” (HR. al-Bazzar)

Dari Abu Umamah ra, saya melihat Datang kepada Nabi  seorang wanita bersama kedua
anak lelakinya. Yang satu digendongnya sementara anak yang lain digandeng dengan
tangannya. Maka Rasulullah  bersabda: "Para wanita hamil, para ibu yang melahirkan dan
para wanita penyayang. Kalau bukan karena apa yang mereka lakukan kepada suaminya
pasti orang-orang yang shalat dari mereka akan masuk Surga”. (HR. Hakim)

Di dalam Mustadroknya (4/174), berkata: Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Imam
Bukhori dan imam Muslim, dan tidak keluar dari keduanya.

Dari Abi Umamah ra. Sesungguhnya telah datang seorang wanita kepada Nabi SAW
bersama kedua anaknya, perempuan tersebut membawa 3 kurma, dan setiap anak dari
kedua nya mendapatkan satu kurma, kemudian salah satu anaknya menangis, si wanita
tersebut memberikan lagi setengah kurma kepada masing-masing anak,

Kemudian Nabi SAW bersabda, perempuan yang melahirkan, Si wanita tersebut


menyayangi kedua anaknya, meskipun wanita tersebut tidak bekerja bersama suaminya
(janda), maka masuklah prempuan tersebut ke surga, meriwayatkan imam hakim didalam
mustadroknya (4/174) demikian.

(4) Ambilah dua perkara berikut maka kamu tidak akan berdosa, Dari Aisyah ra. berkata
"Tidaklah Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- diberi dua pilihan kecuali beliau pasti
memilih yang paling mudah, selama tidak berdosa. Jika yang mudah itu dosa, beliau pasti
orang yang paling jauh darinya. Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- tidak pernah
menuntut balas untuk dirinya kecuali bila sesuatu yang diharamkan Allah dilanggar, maka
beliau menuntut balas karena Allah -Ta'ālā-."

(5) Lembut dan mudah diterima,

Dan dengan seperti itu maka akan mudah d terima, Keduanya bisa memahamkan orang lain
dengan penjelasan yang sempurna, Tidak dengan memperlihatkan kekerasan, dan tidak ada
makna yang dapat diambil, malah membuat anak menjadi, tidak suka, males dan tidak
memudahkan pelajaran diterima/ dijelaskan"

Dari ibnu masud ra. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Ingatlah ketika aku memberi
berita kepada kalian tentang orang-orang yg haram atas neraka, atau yang neraka
diharamkan untuk orang tersebut? "Mereka yang diharamkan masuk neraka adalah orang-
orang yang dekat dengan Allah, yang gembira, yang lembut dan yang berilmu" diriwayatkan
oleh Imam At-Tirmidzi, Hadist Hasan

(6) Menjauhi dari marah

Sesungguhnya marah, Usbiyah itu kebodohan dari sifat-sifat yang merusak dalam ilmu-ilmu
kependidikan. Begitu pula dalam interaksi sosial. Maka ketika manusia dikuasai dengan
amarah, dan menahan amarahnya, maka sekelilingnya dan anak-anaknya tidak terkena
dampak dari amarah tersebut, begitupun sebaliknya.

Dan suatu ketika Rasulullah SAW memberikan peringatan kepada seorang laki-laki yang
menanyakan wasiat yang khusus untuk dirinya, maka Rasul SAW menjawab 3x (Janganlah
kamu marah) 3x

Tips menahan amarah di depan anak didik?

 Menarik napas
 Mengucap Istigfar dengan suara yang lantang
 Memberikan soal kemudian keluar untuk menenangkan diri (dengan makan dan
minum)
 Duduk sebentar (mengubah posisi badan)

Materi yang dapat diajarkan kepada peserta didik? Mengingat pentingnya peran guru

 Dengan memberikan pembiasaan mulai dari diri kita sebagai contoh

Anda mungkin juga menyukai