Anda di halaman 1dari 21

7 AKHLAK TERPUJI

1. Sifat Terpuji Taat Beribadah secara Lillahitaalla (ikhlas) selalu taat, merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri dan sangat disukai oleh Allah dan Rasul-Nya. Taat secara bahasa adalah senantiasa tunduk dan patuh, baik terhadap Allah, Rasul maupun ulil amri. Hal ini sudah tertuang didalam Qs An Nisa ayat 59 Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Quran) dan Rasul ( Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya . Berpedoman pada sepotong firman Allah diatas yang memerintahkan orang-orang yang beriman supaya selalu memurnikan ketaatan hanya kepada Allah, Rasul maupun ulil amri. Soal pemimpin yang bagaimana yang harus ditaati tsb ? tentu pemimpin yang juga taat kepada Allah dan Rasulnya, lalu masih adakah pemimpin yang memiliki sifat seperti yang di uraikan diatas ? yang lebih mengutamakan kepentingan umum&rakyat badarai diatas kepentingan pribadi dan keluarganya ?. Taat pada Allah tidak hanya asal taat, didalam pelaksanaan teknisnya harus benar dan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan dengan tampa alasan apapun menghentikan segala larangan-Nya. Sebenarnya apa-apa yang menjadi perintah Allah Taalla sudah tidak diragukan lagi pasti tersimpan segala kemaslahatan (kebaikan), sedangkan apa-apa yang menjadi larangan-Nya sudah tertulis akan segala kemudharatanya (keburukan). Kemudharatan (bencana alam dimana-mana) yang sering terjadi akhir-akhir ini merupakan imbas dari tidak menghiraukan segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Qs Ali Imran ayat 32 memperjelasnya : Katakanla, taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir . Begitu juga ketaatan kepada Rasul, yaitu Rasulullah Saw dengan selalu meimplementasikan yang terdapat dalam hadis beliau. Sebagai utusan Allah Nabi Muhammad Saw mempunyai tugas menyampaikan amanah kepada umat manusia tampa memandang status, jabatan, suku dsb. Oleh karena itu bagi setiap muslim yang taat kepada Allah Swt harus melengkapinya dengan mentaati segala perintah Rasulullah Saw sebagai utusan-Nya. Sebagai mana yang difirmankan Allah didalam Qs At Taqabun ayat 12 Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang .

Allah Swt adalah adalah khalik, pencipta alam semesta beserta isinya ini. Rasulullah Saw adalah utusan-Nya untuk seluruh umat manusia bahkan kelahiran dari beliau Saw alam semesta ini mendapat rahmat yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu siapapun yang telah berikrar (bersyahadad) maka dengan sendirinya lahirlah suatu kewajiban dalam bentuk ketaatan kepada keduanya dalam situasi dan kondisi apapun. Namun jenis ketaatan seperti yang disebutkan diatas akan lebih sempurna kalau diiringi dengan ketaatan dan kepatuhan kepada ulil amri atau pemimpin. Ketaatan tersebut dalam artian harus selalu taat dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditelurkan secara bersama, tentu selam peraturan itu masih diatas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama Islam. Ketaatan itu bukan hanya harus diimplementasikan pada pemimpin dalam artian luas saja dalam artian sempitpun harus menjadi keseharian kita, seperti kepada orang-orang yang memiliki kuasa dan kedudukan yang lebih tinggi. Seorang anak harus taat dan patuh pada kedua orang tuanya, murid kepada gurunya, istri kepada suaminya agar kasus-kasus perceraian yang marak terjadi belakangan ini dan dengan berbagai macam penyebabnya dapat diminimalisir dsb. Dari Ibnu Umar Ra. Nabi Muhammad Saw bersabda : Wajib bagi seorang muslim mendengarkan dan taat sesuai dengan yang disukai dan apabila diperintah untuk menjalankan maksiat jangan dengarkan dan jangan taati . ( Hr. Muslim ). Ketatatan yang kita lakukan kepada Allah, Rasul dan ulil amri merupakan ketaatan yang akan berakibat baik terhadap amal ibadah kita selama ketatan tersebut tidak diselimuti oleh berbagai bentuk kebohongan, penyakit hati, kemunafikan dsb. Malah Islam sangat memuliakan umatnya yang memiliki sifat tawaduk dengan selalu merendahkan hati baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Kita sebagai muslim harus menyadari bertawaduk merupakan bagian dari akhlakul karimah yang melahirkan manusia-manusia yang berprilaku baik, dengan memunculkan suatu kesadaran akan hakikat kejadian dirinya dan tidak pernah mempunyai alasan untuk merasa lebih baik, lebih pintar, lebih kaya, lebih ganteng, lebih cantik maupun lebih-lebih lainya antara dirinya dengan orang lain. Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka.mereka mengucapkan kata-kata yang baik . ( Qs Al Furqan-63 ).

2. Sifat Terpuji Qana'ah ( Berfikir Positif ) A. Pengertian Qanaah Qanaah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qanaah bukan berarti hidup bermalasmalasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qanaah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Nabi Muhammad SAW Bersabda :

" Abdullah bin Amru r.a. berkata : Bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya. (H.R.Muslim) orang yang memiliki sifat Qanaah, memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada pada dirinya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT : " Tiada sesuatu yang melata di bumi melainkan ditangan Allah rezekinya". (Hud : 6) B. Qanaah dalam kehidupan Qanaah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan. Qanaah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qanaah akan selalu berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial. Nabi SAW bersabda dalam salah satu hadisnya : Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim) karena hatinya senantiasa merasa berkecukupan, maka orang yang mempunyai sifat Qanaah, terhindar dari sifat loba dan tamak, yang cirinya antara lain suka meminta-minta kepada sesama manusia karena merasa masih kurang pusa dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Disamping itu Qanaah juga berfungsi sebagai dinamisator, yaitu kekuatan batin yang selalu mendorong seseorang untuk meraih kemajuan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada karunia Allah. Berkenaan dengan Qanaah ini, Nabi Muhammad SAW telah memberikan nasehat kepada Hakim bin Hizam sebagaimana terungkap dalam riwayat berikut ini : Dari Hakim bin Hizam r.a. Ia berkata : saya pernah meminta kepada Rasulullah SAW dan beliaupunmemberi kepadaku. Lalu saya meminta lagi kepadanya, dan beliaupun tetap memberi. Kemudian beliau bersabda : Hai Hakim ! harta ini memang indah dan manis, maka siap yang mengambilnya dengan hati yang lapang, pasti dieri berkat baginya, sebaliknmya siapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus pasti tidak berkat baginya. Baaikan orang makan yang tak kunjung kenyang. Dan tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah. Berkata Hakim ; Ya Rosulullah ! Demi Allah yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima apapun sepeningal engkau sampai saya meninggal dunia. Kemudian Abu Bakar RA. (sebagai

Khalifah) memanggil Hakim untuk memberinya belanja ( dari Baitul Mal) tetapi ia menolaknya dan tidak mau menerima sedikitpun pemberian itu. Kemudian Abu Bakar berkata : Whai kaum muslimin ! saya persaksikan kepada kalian tentang Hakim bahwa saya telah memberikan haknya yang diberikan Alah padanya". (H.R.Bukhari dan Muslim ) Qanaah itu bersangkut paut dengan sikap hati atau sikap mental. Oleh karena itu untuk menumbuhkan sifat Qanaah diperlukan latihan dan kesabaran. Pada tingkat pemulaan mungkin merupakan sesuatu yang memberatkan hati, namun jika sifat Qanaah sudah membudaya dalam diri dan telah menjadi bagian dalam hidupnya maka kebahagiaan didunia akan dapat dinikmatinya, dan kebahagiaan di akhirat kelak akan dicapainya. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu hadisnya : Qanaah itu adalah simpanan yang tak akan pernah lenyap". (H.R.Thabrani) demikianlah betapa pentingnya sifat Qanaah dalam hidup, yang apabila dimiliki oleh setiap orang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan mendorong terwujudnya masyarakat yang penuh dengan ketentraman, tidak cepat putus asa, dan bebas dari keserakahan,seta selal berfikir positif dan maju. Betapa tidak, karena sebenarnya dalam Qanaah terkandung unsur pokok yang dapat membangun pribadi muslim yang menerima dengan rela apa adanya, memohon tambahan yang pantas kepada Allah serta usahadan ikhtiar, menerima ketentuan Allah dengan sabar, bertawakkal kepada Allah, dan tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

3. Sifat Terpuji Sabar Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh. (Al Fawaid, hal. 95) Pengertian Sabar Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah. (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Macam-Macam Sabar Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, Sabar itu terbagi menjadi tiga macam: 1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah 2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah 3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sebab Meraih Kemuliaan Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sadi rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih. Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah taala, Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. (QS. Al Baqarah [2]: 45). Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah taala berfirman kepada penduduk surga, Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. (QS. Ar Rad [13] : 24). Allah juga berfirman, Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka. (QS. Al Furqaan [25] : 75). Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah taala, Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Israil) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As Sajdah [32]: 24) (Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375) Sabar Dalam Ketaatan Sabar Dalam Menuntut Ilmu Syaikh Numan mengatakan, Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.

Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah. (Taisirul wushul, hal. 12-13) Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu Syaikh Numan mengatakan, Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruti syariat yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida wal ahwaa yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka. Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong (Taisirul wushul, hal. 13) Sabar Dalam Berdakwah Syaikh Numan mengatakan, Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam, Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang. Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para dai pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bidah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka. Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari kesyirikan, bidah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni. (Taisirul wushul, hal. 13-14) Sabar dan Kemenangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, Allah taala berfirman kepada Nabi-Nya, Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami. (QS. Al Anaam [6]: 34).

Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (dai) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh dai ini meskipun dia sudah mati. Maka wajib bagi para dai untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus. Allah taala berfirman yang artinya, Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, Dia adalah tukang sihir atau orang gila. (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah azza wa jalla berfirman, Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orangorang pendosa. (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para dai tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sabar di atas Islam Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122). Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah. (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123) Lihatlah keteguhan Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Saad bin Abi Waqqash mengatakan, Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133) Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan. Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam. Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.

Ingatlah firman Allah taala yang artinya, Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim. (QS. Ali Imran [3] : 102). Ingatlah juga janji Allah yang artinya, Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka. (QS. Ath Thalaq [65] : 2-3). Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan. (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ala Shahihain, III/624). (Syarh Arbain Ibnu Utsaimin, hal. 200)

Sabar Menjauhi Maksiat Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah, sehingga dia berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Allah azza wa jalla di dalam muhkam al-Quran. Di antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh Allah ke dalam lautan, ada pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi, dan ada juga di antara mereka yang di rubah bentuk fisiknya (dikutuk). Pentahqiq kitab tersebut memberikan catatan, Syaikh memberikan isyarat terhadap sebuah ayat, Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al Ankabuut [29] : 40). Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab saja yaitu maksiat kepada Allah tabaaraka wa taala. Karena hak Allah adalah untuk ditaati tidak boleh didurhakai, maka kemaksiatan kepada Allah merupakan kejahatan yang sangat mungkar yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Allah. Janganlah mendekatinya. Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta ampunan dan menyesalinya di hadapan Allah. Dan hendaknya dia mengikuti kejelekan-kejelekannya dengan berbuat kebaikan-kebaikan.

Sebagaimana difirmankan Allah azza wa jalla, Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-kejelekan. (QS. Huud [11] : 114). Dan juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya. (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul Mashaabih 5043) (Thariqul wushul, hal. 15-17) Sabar Menerima Takdir Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, Macam ketiga dari macammacam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan keputusan Allah serta hukumNya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam semesta (Thariqul wushul, hal. 15-17) Sabar dan Tauhid Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu taala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, Bab Minal iman billah, ashshabru ala aqdarillah (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah) Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu taala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran. Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syariat (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syariat (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya. Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syariat serta menjauhi larangan syariat dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ala untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir. Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla wa ala kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda Allah taala berfirman: Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu.

Maka hakikat pengutusan Nabi alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan. Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah. Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib. Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, Qutila fulan shabran (artinya si polan dibunuh dalam keadaan shabr) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syari. Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syariat sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobekrobek sesuatu dan tindakan lain semacamnya. Imam Ahmad rahimahullah berkata, Di dalam al-Quran kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan Perkataan beliau Bab Minal imaan, ash shabru ala aqdaarillah artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan Minal imaan ash shabru beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan (At Tamhiid, hal.389-391)

4. Tidak Bersaksi Palsu Sesungguhnya orang-orang yg menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dgn harga murah mereka tidak akan mendapat bagian pahala di akhirat bahkan Allah tidak akan berkatakata pada mereka dan tidak akan melihat dgn rahmat padanya dan tidak pula menyucikan mereka dari tuntutan dan bagi mereka tetap siksa yg sangat pedih. Dan janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Kebiasaan berbohong atau berdusta menjadi saksi palsu dgn bersumpah palsu agaknya sudah merupakan budaya yg tidak asing lagi bagi masyarakat bahkan para tokohnya pada saat ini. Rasanya mereka tidak pernah mempunyai beban padahal mereka melaksanakan hal-hal yg menurut ajaran Islam itu harus benar-benar dijauhi. Disharmonis kehidupan akan senantiasa terwujud di tengah-tengah masyarakat jika memang kebiasaan tersebut tidak segera dihentikan. Padahal ketenangan hidup akan tercapai bilamana elemen masyarakat antara yg satu dgn yg lainnya saling menaruh rasa percaya diri dan jujur dalam kesehariannya. Ketenangan akan berubah menjadi kerunyaman dan ketidakdisiplinan manakala sifat jujur sudah tidak menjiwai masyarakat lagi seperti kondisi yg terjadi pada saat ini. Para pejabat sudah tidak mendapat hati di mata masyarakat. Masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada mereka. Hal ini bukan terjadi pada para pejabat saja melainkan sudah merasuki kepada para tokoh masyarakat - sebut saja para guru agama dan kyai - yg nota benenya para pemimpin informal/spiritual mereka. Persoalan ini lbh disebabkan krn mereka terlalu mengumbar kata-kata mengumbar nasihat-nasihat dan mengumbar janji-janji tetapi tak satu pun kata nasihat atau janji tersebut terbukti dalam kenyataan. Oleh krn itu melalui ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan kepada para hamba-Nya akan bahaya perbuatan tersebut dan implikasinya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Satu implikasi yg logis dalam kehidupan duniannya adl terjadinya penghalalan segala cara yg timbul akibat kesaksian palsu dan kedustaan seorang hamba. Kesaksian palsu dan dusta tidak akan terjadi bila dibalik perbuatan tersebut tidak ada segepok uang/hadiah atau setumpuk jabatan. Lantaran adanya iming-iming ini maka seseorang akan sangat mudah tergiur utk melaksanakan perbuatan tersebut . Sebagai seorang muslim kita seharusnya sadar akan buruknya perbuatan tersebut serta akibat yg ditimbulkannya sadar pula akan ancaman yg diberikan Allah kepada kita. Pendengaran yg kita gunakan utk mendengarkan informasi dan berita yg ada ini mata yg kita gunakan utk melihat apa yg ada dihadapan kita ini dan hati yg kita gunakan utk untuk memahami dan menyelami kehidupan ini semuanya masingmasing akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak di hari kiamat. Apa saja yg dilakukan organ tubuh kita ini Allah senantiasa mengontrolnya sebagaimana yg Allah jelaskan dalam ayat ke-18 dari surat Qaaf Tiada suatu ucapan pun yg diucapkannya melainkan ada di

dekatnya malaikat pengawas yg selalu hadir. Berangakat dari ayat ini sudah saatnya seorang muslim memperhatikan hal-hal berikut ini Menghindar menjadi saksi palsu atau berlaku dusta. Saksi palsu termasuk salah satu dosa besar yg harus bersama-sama kita jauhi. Dalam hal ini Rasulullah saw menjelaskan dalam sabdanya Dari Abu Bakrah ra berkata Rasulullah saw bersabda Maukah kalian aku ceritai tentang dosa besar yg paling besar? Kami menjawab Ya wahai Rasulullah. Dia bersabda Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua Rasul ketika itu bersandar lalu duduk kemudian bersabda Ingatlah dan kesaksian palsu. Rasul terus-menerus mengulang-ulang perkataan itu sehingga kami berkata mudah-mudahan Rasul diam. Jika kita menghindari perbuatan tersebut berarti kita mencoba menerapkan salah satu sifat-sifat orang mukmin yg dikasihi dan disayangi Allah sebagaimana yg dijelaskan dalam surat al-Furqan ayat 63 - 74. Adapun ayat yg menekankan penghindaran dari perbuatan tersebut adl seperti Dan orang-orang yg tidak memberikan kesaksian palsu dan apabila mereka bertemu dgn yg mengerjakan perbuatan-perbuatan yg tidak berfaedah maka mereka lalui dgn menjaga kehormatan dirinya. Jika kita menjauhi perbuatan tersebut berarti kita telah memenangkan sebuah pertempuran yg dahsyat dgn setan/iblis dan kita keluar dari sebuah pusaran penyakit yg telah tumbuh kuat dalam tubuh kita. Sikap seperti ini biasanya gampang tumbuh lantaran ada satu target yg diinginkan oleh setan/iblis yaitu terpecah belahnya hubungan umat Islam dgn sesamanya. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita mampu menerapkan sifat-sifat yg terpuji dalam kehidupan kita dan mampu menjauhi sifat-sifat yg tercela. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 5. Sifat Lemah Lembut dan Tidak Tergesa-Gesa Allah Taala berfirman:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imran: 159)

Dari Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu alaihi wasalam beliau bersabda:

Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara. (HR. Al Bukhari no. 6024 dan Muslim no. 2165) Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Asyyaj Abdil Qais:

Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan berhatihati. (HR. Muslim no. 5225) Dari Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wasallam dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau telah bersabda:

Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk. (HR. Muslim no. 2594) Dari Jarir bin Abdillah Al-Bajali dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti dia dijauhkan dari kebaikan. (HR. Muslim no. 2592) Dari Abdullah bin Masud radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:

Maukah kalian aku beritahu orang yang diharamakan atas neraka atau orang yang neraka diharamkan atasnya? Semua kerabat yang lemah lembut lagi memberikan kemudahan. (HR. AtTirmizi no. 2488 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 2609) Dari Aidz bin Amr radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam beliau bersabda:

Sesungguhnya sejelek-jelek pengembala ternak adalah orang yang kasar kepada hewan gembalaannya. (HR. Muslim no. 1830) Penjelasan ringkas: Sifat lemah lembut dan tidak tergesa-gesa merupakan sifat yang sangat dicintai oleh Allah Taala dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam. Dia merupakan sebab yang bisa mendatangkan kebaikan karena dia merupakan sebab tersebarnya kasih sayang, persatuan, dan kesatuan di tengah-tengah kaum muslimin. Bahkan Allah Taala mengabarkan bahwa sebab terbesar tersebarnya Islam di kalangan sahabat dan mendekatkanya kaum muslimin kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah dikarenakan Allah Taala menganugerahkan kepada beliau sifat lemah lembut. Dan sungguh betapa banyak orang non muslim yang masuk Islam bukan karena didakwahi secara langsung, akan tetapi karena dia melihat sifat kelemahlembutan yang ada pada kaum muslimin. Sebaliknya, sifat kasar lagi keras merupakan akhlak tercela yang dibenci oleh Allah Taala dan Rasul-Nya. Karenanya Islam memperingatkan umatnya agar menjauhi sifat tersebut, karena sifat tersebut tidaklah keluar kecuali dari diri seorang yang sombong lagi takabbur. Karenanya sifat kasar ini diharamkan secara mutlak, baik kepada binatang apalagi kepada sesama manusia secara umum (termasuk orang kafir) apalagi kepada sesama muslim. Dan tidaklah sifat kasar ini ada pada sesuatu kecuali akan mencoreng sesuatu tersebut, sebagaimana sifat lemah lembut akan menghiasi tempatnya berada. Adapun sifat tergesa-gesa, maka dia merupakan sifat dari setan dan dibenci oleh Ar-Rahman. Dengan sifat kehati-hatian, seseorang insya Allah bisa mendapatkan apa yang dia cari dan sangat banyak orang yang luput dari kebaikan yang dia inginkan akibat sifat ketergesa-gesaan. Sahl bin Saad As-Saidi radhiallahu anuhma berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:

Sifat hati-hati (waspada) itu dari Allah dan tergesa-gesa itu godaan dari setan. (HR. AtTirmizi no. 1935) Dan seorang penyair telah berkata: Betapa seringnya orang yang berhati-hati mendapatkan apa yang dia butuhkan, dan betapa seringnya orang yang tergesa-gesa itu tergelincir.

6. Menjauhi Perbuatan Zina Kerusakan Yang Diakibatkan Zina Zina merupakan kerusakan besar, keburukan nyata, dan pengaruhnya begitu besar yang mengakibatkan berbagai kerusakan, baik terhadap orang yang melakukan maupun terhadap masyarakat secara umum. Mengingat perbuatan zina ini sudah sering terjadi, demikian juga penyebabnya pun sudah tersebar dimana-mana, maka berikut ini kami akan berusaha menghadirkan beberapa dampak negatif dari perbuatan kotor ini, serta berbagai kemudharatan dan kerusakan yang diakibatkannya. 1. Dalam perbuatan zina tekumpul semua jenis keburukan, seperti lemahnya agama, hilangnya ketakwaan, hancurnya kesopanan, lenyapnya rasa cemburu, dan terkuburnya akhlak terpuji. 2. Perbuatan zina dapat membunuh rasa malu sehingga menjadikan seseorang tebal muka atau tidak tahu malu. 3. Perbuatan zina mempengaruhi keceriaan wajah sehingga menjadikannya kusam, kelam, dan tampak layu bagaikan orang yang mengalami kesedihan mendalam. Di samping itu, zina dapat memicu kebencian yang bisa disaksikan oleh orang yang melihatnya. 4. Perbuatan zina mengakibatkan kegelapan dan hilangnya cahaya hati. 5. Perbuatan zina menjatuhkan bahkan menghilangkan harga diri pelakunya, menjatuhkan derajatnya di hadapan sang Pencipta dan seluruh makhluk-Nya, serta menghilangkan sebutan hamba yang berbakti, afif (pemelihara kehormatan diri), dan orang yang adil. Bahkan sebaliknya, orang banyak akan menjulukinya sebagai hamba yang jahat, fasik, pelacur, dan pengkhianat. 6. Sifat liar yang dicampakkan Allah ke dalam hati pezina merupakan teman akrab yang tampak jelas pada wajah pelakunya. Pada wajah orang yang afif akan terlihat keceriaan, pada hatinya terdapat keramahan, dan semua yang duduk bersamanya akan merasa senang, sedangkan pada wajah pezina malah terlihat sebaliknya. 7. Orang akan melihat seorang pezina dengan pandangan yang meragukan, penuh dengan khianat. Tidak ada seorang pun yang akan percaya tentang kehormatan yang diraihnya dan anak yang dimilikinya. 8. Bau busuk yang keluar dari tubuh seorang pezina dapat dicium oleh setiap orang yang berhati bersih dan selamat. Bau busuk tersebut berhembus dari mulut dan badannya. 9. Perbuatan zina akan mengakibatkan hati yang sempit dan perasaan tertindas. Para pezina akan diperlakukan dengan perlakuan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Siapa saja yang menginginkan kenikmatan hidup dengan keindahannya, tetapi ia meraihnya dengan cara bermaksiat kepada Allah, maka Allah pasti akan mengadzabnya dengan kebalikan apa yang diinginkannya. Sesungguhnya, semua kenikmatan yang ada di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan cara mentaati perintah-Nya. Allah sama sekali tidak pernah menjadikan suatu

kemaksiatan sebagai penyebab untuk memperoleh kebaikan. 10. Orang yang melakukan perbuatan zina berarti telah mengharamkan dirinya untuk menikmati bidadari Surga di tempat-tempat indah dalam surga Adn 11. Perbuatan zina dapat membuat orang berani memutuskan tali shilaturahim, durhaka terhadap orang tua, menghasilkan harta yang haram, membuahkan akhlak tercela, serta menelantarkan keluarga dan keturunan. Kadang-kadang zina dapat menyeret pelakunya untuk melakukan pembunuhan. Bisa jadi untuk melakukan niat jahat itu, ia bekerja sama dengan tukang sihir sehingga menyeretnya ke dalam perbuatan syirik baik ia ketahui maupun tidak. Sebab, perbuatan zina tidak akan sempurna kecuali dengan melakukan kemaksiatan lain yang sebelumnya dan yang dilakukan bersamaan dengannya sehingga akan mengakibatkan munculnya berbagai macam maksiat lainnya. Perbuatan ini dikelilingi oleh berbagai kemaksiatan sebelum dan sesudahnya. Maksiat inilah yang paling cepat menyeret seseorang kepada kesengsaraan dunia dan akhirat serta merupakan penghalang yang paling kuat untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. 12. Perbuatan zina menghilangkan kehormatan seorang gadis dan menyelimutinya dengan kehinaan, yang tidak hanya di tanggung seorang diri, tapi juga akan mencemari kehormatan keluarganya. Rasa hina itu akan berpengaruh terhadap keluarga, suami dan kerabatnya, sehingga membuat kepala-kepala mereka tertunduk malu di tengah masyarakat. 13. Kehinaan yang dirasakan oleh orang yang dituduh berbuat zina lebih menyayat dan lebih kekal dibandingkan dengan kehinaan yang dirasakan oleh orang yang dituduh berbuat kafir. Sebab jika seorang yang bertaubat dari perbuatan kufur, justru akan dapat menghilangkan rasa hina di tengah masyarakat, tidak meninggalkan bekas pada masyarakat yang dapat menjatuhkan derajat orang seperti dirinya di hadapan orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam. Lain halnya dengan perbuatan zina, sebab setelah bertaubat dari perbuatan ini walaupun pelakunya secara agama sudah bersih dan dengan taubat itu pula adzab akhirat yang akan diterimanya sudah terangkat- masih meninggalkan bekas yang sangat mendalam di dalam hati, harga dirinya di mata masyarakat yang tidak pernah melakukan perbuatan tersebut jadi berkurang sesuai dengan kadar perbuatan zina yang ia lakukan. Lihatlah seorang wanita yang disebut sebagai pezina, bagaimana kaum pria menjauh dan tidak mau menikahinya walaupun ia telah bertaubat. Demi menghindari aib yang dahulu telah mencoreng harga dirinya, mereka pun lebih mengutamakan menikah dengan wanita kafir yang sudah masuk Islam, daripada menikah wanita yang besar dalam agama Islam, namun ia melakukan perbuatan zina. 16. Perbuatan zina merupakan kejahatan moral terhadap anak. Perbuatan zina juga menyebabkan munculnya seorang anak yang miskin kasih sayang yang bisa mengikatnya. Selain merupakan kejahatan terhadap anak yang dilahirkan, zina juga memaksa anak tersebut hidup hina dalam masyarakat dan membuatnya merasa terpojok dari setiap sudut. Perasaan seperti ini muncul sebab pada umumnya masyarakat meremehkan anak zina, nurani mereka mengingkarinya, dan mereka tidak memandangnya dari segi kemasyarakatan sebagai pelajaran. Apakah dosa anak ini ? hati siapakah yang begitu tega membuatnya seperti ini ?

17. Perbuatan zina yang dilakukan seorang pria pezina, dapat menghancurkan wanita baik-baik yang terpelihara dan menjerumuskannya pada jurang kehancuran dan kenistaan. 18. perbuatan zina dapat memicu munculnya berbagai permusuhan dan mengobarkan api balas dendam antara keluarga wanita dengan laki-laki yang menzinainya. Hal itu disebabkan oleh api cemburu terhadap harga diri keluarga. Tatkala seseorang melihat salah seorang pezina telah berbuat lancang terhadap istrinya, api cemburu yang ada dalam dadanya akan membara sehingga dapat memicu terjadinya saling bunuh dan menyebarnya peperangan. Sebab, pencorengan terhadap harga diri seorang suami dan kerabat lainnya dapat membuat malu dan menodai kehormatan mereka. Seandainya seorang suami mendengar bahwa salah satu keluarganya terbunuh, niscaya kabar itu lebih ringan baginya daripada mendengar bahwa istrinya telah berbuat zina. Saad bin Ubadah radliyallahuanhu berkata, Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku, tentu aka akan memenggal lehernya dengan pedang tanpa kumaafkan. Kalimat itupun sampai kepada Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, lantas beliau pun bersabda: Apakah kalian heran dengan kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripada Saad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Karena kecemburuan Allah tersebutlah, maka di haramkan segala bentuk kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi (HR. Bukhori (5223) dan Muslim (2761)) Lain halnya dengan orang yang membenci perzinaan, menjauhinya, serta tidak rela hal itu terjadi terhadap yang lainnya. Gambaran seperti ini akan memberikannya kewibawaan dalam hati anggota keluarganya dan akan membantu menjadikan rumahnya bersih dan terjaga dari hal-hal buruk. 19. perbuatan zina memberi dampak negatif terhadap kesehatan jasmani pelaku yang sulit diobati atau disembuhkan, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup pelakunya. Perbuatan itu akan memicu munculnya berbagai penyakit, seperti AIDS, penyakit sifilis, penyakit herpes, penyakit kelamin, dan penyakit kotor lainnya. Beberapa pihak telah mengklaim bahwa penyebab terbesar mewabahnya penyakita AIDS adalah karena sex bebas atau dengan kata lain zina. Seperti di Subang, di klaim bahwa AIDS 73% disebabkan oleh perilaku sex bebas remaja[2], bahkan di Kupang sampai 98% penyebab mewabahnya AIDS adalah karena sex bebas[3]. 20. Perbuatan zina merupakan penyebab hancurnya suatu ummat. Sudah menjadi sunnatullah terhadap hamba-Nya bahwa ketika perbuatan zina muncul ke permukaan bumi, Allah azza wa jalla marah dan kemarahan-Nya pun semakin besar sehingga pasti akan mengakibatkan terjadinya balasan berupa bencana di atas muka bumi. Ibnu Masud Radliyallahuanhu berkata: Tidaklah tampak perbuatan memakan riba dan perzinaan dalam suatu negeri, melainkan Allah mengizinkan kehancurannya.

Ingatlah, Suatu Perbuatan Akan Dibalas Sesuai Dengan Jenis Perbuatan Tersebut Kalimat judul poin ini adalah suatu kaidah syariyyah dan sunnatullah yang tidak akan pernah berganti. Allah taala akan membalas seseorang sesuai dengan perbuatannya. Wahai saudaraku. apakah Anda mengira bahwa orang yang mengumbar syahwatnya tanpa ada aturan dan tatanan akan selamat dari adzab Allah? Tidak. Minimal ia akan mendapatkan adzab seperti yang terkandung dalam kaidah di atas. Coba Anda dengarkan ungkapan Imam AsySyafii rahimahullah: Jagalah kehormatan kalian, niscaya istri-istri kalian akan terjaga dari perbuatan haram Hindarilah segala yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim Zina adalah hutang, Jika Engkau mengambilnya hutang Maka, Ketahuilah bahwa tebusannya adalah anggota keluargamu Barangsiapa berzina, akan dizinai meskipun di dalam rumahnya Camkanlah, jika engkau termasuk orang yang berakal Barangsiapa yang berusaha mengoyak kehormatan orang lain, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau saudara perempuannya. Barangsiapa yang tidak mempedulikan larangan-larang Allah, bisa saja (berakibat) istrinya mengkhianatinya. Dan wanita mana saja yang melakukan hal itu, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau anak keturunannya semoga Allah subhanahu wa taala menjauhkan kita semua dari segala bencana-. Menuju Taubat Dari Perbuatan Zina[5] Setelah kita mengetahui besarnya kejahatan dosa zina serta pengaruhnya yang dapat menghancurkan pribadi dan masyarakat, maka perlu sekali diperhatikan kewajiban untuk bertaubat dari perbuatan ini. Wajib bagi mereka yang terperosok ke dalam lembah perzinaan, yang menjadi penyebab ataupun yang membantu terjadinya perbuatan itu, untuk segera bertaubat kepada Allah dengan taubat sebenarnya. Berikut ini beberapa poin cara bertaubat dari perbuatan zina: 1. Hendaklah mereka menyesali apa yang pernah mereka lakukan dan tidak kembali lagi pada perbuatan tersebut walaupun sangat memungkinkan. 2. Tidak harus bagi mereka yang terperosok dalam lembah perzinaan, baik laki-laki ataupun perempuan untuk menyerahkan diri dan mengakui perbuatan dosa yang dilakukannya. Bahkan, cukup baginya dengan bertaubat kepada Allah dan menutup aib dirinya dengan tabir Allah azza wa jalla. 3. Jika orang yang berzina tadi masih menyimpan gambar pasangannya, rekaman suara, atau fotonya, maka hendaklah ia melepaskan diri dari itu semua. Apabila gambar atau rekaman suara tadi sudah diberikan kepada orang lain, maka hendaklah ia tidak memintanya kembali dan segera menyelamatkan diri darinya bagaimanapun caranya. 4. Apabila seorang wanita pernah direkam atau difoto, kemudian ia khawatir masalahnya akan tersebar, maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah taala dan tidak menjadikan hal itu sebagai penghalang antara dirinya dengan Allah taala.

Bahkan, wajib baginya bertaubat kepada Allah. Janganlah ia terpengaruh oleh ancaman dan intimidasi orang lain. Allah subhanahu wa taala yang akan mencukupi dan menguasai dirinya. Sungguh orang yang mengancamnya hanyalah pengecut dan penakut. Orang ini akan membongkar kejelekannya sendiri apabila menyebarkan gambar-gambar dan rekaman suara yang ada padanya. Lalu apakah yang akan terjadi apabila ia melaksanakan ancaman itu? Manakah yang lebih mudah antara terbongkarnya kejelekan di dunia yang disertai dengan taubat nasuha ataukah terbongkarnya kejelekan di depan seluruh ummat yang menyaksikan pada hari Kiamat sehingga setelah itu ia masuk Neraka yang merupakan sejelek-jelek tempat? 5. Apabila perempuan tadi khawatir aibnya akan tersebar, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam menggapai taubat adalah meminta bantuan kepada salah seorang keluarga lakilaki yang bisa diandalkan untuk menolongnya agar terlepas dari kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Mungkin saja bantuan keluarga itu dapat berguna dan bermanfaat baginya. Kesimpulannya, barangsiapa yang terperosok ke dalam kubangan dosa ini hendaklah segera bertaubat dengan sebenar-benar taubat, menyerahkan semuanya kepada Allah, dan memutuskan hubungan dengan semua yang dapat mengingatkannya pada perbuatan itu. Kemudian, hendaklah ia menyesali semua yang telah dilakukannya di hadapan Rabb-nya, dengan penuh tawadlu, merendahkan diri, dan menyerahkan semuanya kepada-Nya. Semoga dengan begitu, Allah azza wa jalla berkenan menerima taubatnya, mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya, dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Allah taala berfirman: 68 69 70} Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70)

7. Sederhana dalam Membelanjakan Harta Jika kita membelanjakan harta untuk jalan kebaikan, maka itu bukanlah boros. Berbeda halnya dengan seseorang yang membelanjakan harta untuk hal yang sia-sia apalagi yang haram walau itu sedikit, tetap disebut boros. Untuk memahami apa yang dimaksud boros, simak dalam perkataan para ulama berikut.

Apa itu Boros? Allah Taala telah berfirman, Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. (QS. Al Isro: 26-27). Ibnu Masud dan Ibnu Abbas mengatakan, Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar. Mujahid mengatakan, Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan). Qotadah mengatakan, Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 8: 474-475). Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama: 1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas. 2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu Ubaidah berkata, Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta. (Zaadul Masiir, 5: 27-28) Disebut Saudara Setan Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Allah ingin membuat manusia menjauhi sikap boros dengan mengatakan: Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. Dikatakan demikian karena orang yang bersikap boros menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Katsir juga mengatakan, Disebut saudara setan karena orang yang boros dan menghamburhamburkan harta akan mengantarkan pada meninggalkan ketaatan pada Allah dan terjerumus dalam maksiat. (Tafsir Al Quran Al Azhim, 8: 475) Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa orang yang boros, mereka telah mengikuti jalan setan sehingga disebut dalam ayat mereka adalah saudara setan. (Tafsir Al Jalalain, 294)

Syaikh As Sadi rahimahullah mengatakan, Orang yang boros disebut temannya setan karena setan tidaklah mengajak selain pada sesuatu yang tercela. Setan mengajak manusia untuk pelit dan hidup boros atau berlebih-lebihan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk bersikap sederhana dan pertengahan (tidak boros dan tidak terlalu pelit). Sebagaimana Allah Taala berfirman,

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. " (QS. Al Furqan: 67). (Taisir Al Karimir Rohman, 456) Dengan merenungkan ayat ini, kita akan memahami bahwa membeli satu puntung rokok untuk dihisap atau membeli satu gelas wiski, itu disebut boros karena telah menyalurkan harta ke jalan yang keliru. Ya Allah, karuniakanlah pada kami sikap sederhana dalam hidup dan tidak tergiur pada gemerlapnya dunia. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai