Anda di halaman 1dari 9

Nama : Falah Husurur

NPM : 270110220004
Fakultas : Teknik
Geologi

Program Studi : Teknik


Geologi

NAPAK TILAS KEHIDUPAN ISLAM MELALUI


SIRAH
Sub bab yang saya pilih diantaranya:
1. Surat Umar bin Khattab Pada Hisyam bin Al-’Ash
2. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
3. Perihal Jin yang Mendengar Apa yang Rasulullah Bacaan Al-Qur’an dan Beriman
Padanya
Berikut penjelasan dari sub bab diatas terkait dengan alasan saya memilih sub bab
tersebut, resume beserta highlight hal penting, dan alasan mengapa hal tersebut penting bagi
saya pribadi:
1. Surat Umar bin Khattab Pada Hisyam bin
Al-’Ash Alasan pemilihan bab:
Saya memilih bab ini karena menurut saya bab ini menarik, dimana di
dalamnya terdapat pelajaran berharga yang bisa saya implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Ayat yang diberikan dalam bab ini juga menyentuh hati saya
dan menjadi motivasi bagi saya pribadi agar tidak pernah putus asa dari rahmat Allah
ketika menghadapi ujian seberat apapun itu.
Resume:
Ibnu lshaq berkata: Nafi' bercerita kepadaku dari Abdullah bin Umar dari
Umar bin Khaththab dalam kisahnya. Umar bin Khaththab berkata: Allah tidak
menerima taubat orang yang murtad karena takut siksa, yaitu mereka yang mengenal
Allah, kemudian kembali kafir karena tidak tahan dengan cobaan yang menderanya.
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, Allah Ta'ala
mewahyukan padanya ayat tentang mereka, tentang ucapan kami dan ucapan mereka
terhadap diri mereka:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah
dirilah
kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya
(QS. az-Zumar: 53-55).
Umar bin Khattab melanjutkan: "Maka aku tulis ayat di atas dalam lembaran,
kemudian aku kirimkan kepada Hisyam bin Al-Ashi. Hisyam bin Al-Ashi berkata:
"Tatkala surat tersebut sampai padaku, aku membawanya di Dzi Thuwa untuk dibaca.
Saat aku baca surat tersebut, aku tidak bisa memahaminya, hingga aku berkata: "Ya
Allah, karuniakan pemahaman kepadaku!" Kemudian Allah menganugrahi
pemahaman ke dalam hatiku, bahwa ayat tersebut diturunkan tentang kami, apa yang
kami katakan untuk diri kami dan apa yang diucapkan tentang kami. Aku segera
menaiki untaku, kemudian pergi menyusul Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
yang saat itu sudah berada di Madinah.
Mengapa hal tersebut penting bagi saya pribadi?
Beberapa kalimat saya highlight karena sangat penting untuk menjadi
reminder bagi saya pribadi. Sebagai seorang muslim, kita pasti akan dihadapkan ujian,
baik berupa ujian yang ringan sampai dengan ujian yang berat. Ujian tersebut
diberikan semata-mata untuk menaikkan derajat kita, karena Allah sayang kita. Maka
ketika dihadapkan dengan ujian tersebut, kita harus menghadapinya dengan optimis,
sabar, ikhlas, dan yang terpenting jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Ujian itu
datangnya dari Allah, sudah semestinya kita berserah diri hanya kepada Allah serta
berdoa agar dikuatkan dalam menghadapi ujian. Jadikanlah ujian tersebut sebagai
hikmah dan jalan untuk lebih dekat dengan Allah, jangan sampai ujian itu membuat
kita jauh dari Allah atau bahkan meninggalkannya. Selanjutnya dalam kisah ini,
terdapat pesan berharga untuk senantiasa berdoa kepada Allah. Sebab, Allah pasti
akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

2. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj


Alasan pemilihan bab:
Saya memilih bab ini karena Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa
paling bersejarah dalam islam. Pada peristiwa inilah awal mula adanya perintah sholat
yang merupakan tiang agama dan amalan yang dihisab paling pertama. Saya merasa
bab ini perlu benar-benar dipahami dan diambil hikmahnya.
Resume:
Ibnu Ishaq berkata: Hadits tentang isra'nya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, sebagaimana yang saya terima, berasal dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Said
Al-Khudri, Aisyah istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Muawiyah bin Abu
Sufyan, Al-Hasan bin Al-Hasan, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Qatadah dan ulama-ulama
lainnya, serta Ummu Hani' binti Abdul Muthalib. Mereka sama-sama meriwayatkan
dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Peristiwa isra' ini di dalamnya terdapat
ujian, seleksi, dan merupakan salah satu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Selain
itu, terdapat juga pelajaran bagi orang-orang berakal, petunjuk, rahmat dan penguat
keimanan bagi orang yang beriman kepada Allah dan membenarkannya. Allah
mengisrakan Rasulullah sebagaimana yang dikehendaki-Nya untuk memperlihatkan
tanda-tanda kebesaran-Nya seperti yang Dia inginkan, hingga beliau bisa
menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya terutama dalam mengerjakan apa saja yang
dihendaki-Nya.
Ibnu Ishaq berkata: Seperti yang diberitakan kepadaku, Abdullah bin Mas'ud
berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaiki Buraq, yaitu hewan
yang membawa para nabi sebelum beliau. Kemudian beliau mengendarainya untuk
melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di antara langit dan bumi, hingga
perjalanan beliau terhenti di Baitul Maqdis. Di sana, telah ada Ibrahim, Musa dan Isa
dan beberapa nabi yang sengaja telah dikumpulkan untuk bertemu beliau, kemudian
beliau shalat mengimami mereka. Usai shalat, tiga bejana; satu bejana berisi susu,
satu bejana berisi minuman keras dan satu bejana berisi air didatangkan kepada
beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketika itu ada yang
berkata: Apabila dia mengambil air, ia tenggelam demikian pula dengan umatnya.
Jika ia mengambil minuman keras, ia mabuk demikian pula dengan umatnya. Jika ia
mengambil susu, ia mendapatkan petunjuk demikian pula dengan ummatnya.'
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kemudian aku mengambil bejana
yang berisi susu dan meminumnya." Jibril berkata kepadaku: "Engkau telah
mendapatkan petunjuk, demikian pula dengan ummatmu, wahai Muhammad."
Setelah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Makkah.
Keesokan harinya, beliau menceritakan apa yang beliau alami kepada orang-orang
Quraisy. Sebagian besar dari mereka berkata: "Demi Allah, ini adalah sesuatu yang
sangat konyol. Betapa tidak?! Rombongan musafir yang jalannya cepat saja
membutuhkan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi dari Makkah ke Syam,
apakah mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke Makkah hanya dalam
waktu semalam?"
Banyak orang yang tadinya telah masuk Islam menjadi murtad gara-gara
peristiwa ini. Orang-orang Quraisy pergi kepada Abu Bakar, kemudian berkata
kepadanya: "Coba tengok sahabatmu, wahai Abu Bakar? Ia mengaku pada malam ini
pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana, kemudian pagi ini ia pulang ke Makkah!"
Abu Bakar berkata kepada mereka: "Apakah kalian mendustakan apa yang
dikatakan?" Mereka menjawab: "Ya, benar!
Dia kini sedang berada di masjid sedang bercerita kepada manusia tentang apa
yang baru dialaminya." Abu Bakar berkata: "Demi Allah, jika itu yang ia katakan,
pasti ia berkata benar. Apa ada yang aneh bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya ia
berkata kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat
pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya. Jadi inilah
puncak keheranan kalian?" Usai mengatakan itu, Abu Bakar berjalan hingga tiba di
tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada. Abu Bakar berkata kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah
bercerita kepada manusia, bahwa pada malam ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya, benar." Abu Bakar berkata:
"Kalau begitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, karena sebelumnya
aku pernah pergi ke sana!"
Lanjut Al-Hasan: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu menjelaskan
ciri-ciri Baitiul Maqdis kepada Abu Bakar. Setelah mendapatkan penjelasan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam Abu Bakar berkata: "Engkau berkata benar.
Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." Setiap kali Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata: "Engkau
berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." usai bercerita.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Bakar: "Engkau wahai
Abu Bakar adalah Ash-Shiddiq (orang yang membenarkan)." Sejak peristiwa itulah,
Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq.
Allah lalu menurunkan ayat mengenai orang-orang Islam yang murtad karena
peristiwa isra':
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu,
melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang
terkutuk
dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu
hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. al-Isra': 60).
Ibnu Hisyam berkata: Umar mantan budak Ghufrah dari Ibrahim bin
Muhammad bin Ali bin Abu Thalib berkata: Ali bin Abu Thalib mengisahkan tentang
ciri-ciri fisik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia berkata: "Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak terlalu tinggi dan terlalu tidak pendek, tingginya
sedang, rambutnya tidak begitu keriting tidak begitu lurus, keritingnya seperti orang-
orang Arab pada umumnya, badannya tidak terlalu gemuk, wajahnya tidak bulat,
putih kulitnya, kedua matanya hitam legam, bulu matanya panjang, lebar pundaknya,
rambut di dada dan perutnya tipis, bulu tangannya tipis, begitu juga dengan bulu
kakinya, telapak tangannya keras, begitu juga telapak kakinya. Apabila berjalan
kakinya seakan tidak menginjak ta- nah. Beliau seperti berjalan menuruni bukit, jika
menoleh maka beliau menoleh dengan menghadapkan seluruh wajahnya, di antara
kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan itulah tanda semua para nabi. Orang
yang paling suka memberi, paling suka memaafkan, paling benar ucapannya, paling
menetapi janji, paling lembut akhlaknya, paling mulia pergaulannya. Siapa yang
melihatnya maka ia segan padanya dan barangsiapa bergaul dengannya ia pasti
mencintainya dan orang yang menyifati ciri-ciri beliau berkata: "Seumur hidupku
belum pernah melihat orang yang mirip dengan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa
Sallam."
Ibnu lshaq berkata: Seperti disampaikan kepadaku, dari Ummu Hani' binti
Abdul Muthalib Radhiyallahu Anha (ia bernama asli Hindun) mengenai peristiwa isra'
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam di isra-kan tatkala beliau sedang berada di rumahku. Malam itu, beliau tidur di
rumahku. Dia mengakhirkan shalat Isva', lalu tidur dan kami pun tidur. Menjelang
Shubuh, Rasulullah membangunkan kami. Setelah shalat Shubuh bersama, Rasulullah
berkata: "Wahai Ummu Hani', setelah aku mengakhirkan shalat Isya' seperti yang
engkau lihat, kemudian aku pergi ke Baitul Maqdis, dan shalat di sana. Setelah itu,
barulah aku mengerjakan shalat Shubuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian
lihat." Kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar namun aku halangi.
Aku berkata kepadanya: "Wahai Nabi Allah, sembunyikan peristiwa ini dari manusia,
sebab jika kau ceritakan nanti mereka pasti mendustakanmu dan
mempermainkanmu." Rasulullah Shallailahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Demi
Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka." Aku berkata kepada
budakku dari Habasyah: "Sana, ikutilah Muhammad dan dengarkan apa yang dia
katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan manusia kepadanya." Ketika
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan orang-orang, beliau bercerita
kepada mereka dan mereka terheran-heran. Mereka berkata: "Hai Muhammad, apa
buktinya kalau ceritamu itu benar, sebab kami belum pernah sekalipun mendengar
cerita model ini sebelum ini." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Buktinya adalah, aku melihat kafilah Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu.
Mereka lari kocar-kacir ketakutan karena mendengar suara hewan. Aku terus berjalan
hingga tiba di daerah Dhajnan, aku menghampiri kafilah Bani Fulan dan aku lihat
mereka sedang dalam keadaan tidur. Mereka mempunyai wadah berisi air yang
mereka tutupi dengan sesuatu, lalu aku buka tutupnya, kemudian aku minum air yang
ada di dalamnya. Setelah itu aku menutupnya lagi sebagaimana semula. Dan sekarang
kafilah tersebut singgah di Baidha' di Tsaniyyatun Tan'im. Mereka didahului unta
berwarna abu-abu dan di unta tersebut terdapat dua karung; satu berwarna hitam dan
satunya warna-warni Orang-orang itu segera pergi ke Tsaniyyah dan mereka
berjumpa dengan rombongan itu lebih dahulu sebagaimana yang telah diceritakan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada mereka. Mereka bertanya kepada
kafilah tersebut tentang wadah berisi air, kemudian kafilah tersebut menjawab bahwa
memang mereka mengisi wadah tersebut penuh dengan air dan menutupnya, dan
setelah itu tidur. Namun ketika mereka bangun mereka tidak mendapatkan air di
dalamnya, padahal wadah tersebut tertutup rapat. Mereka juga bertanya kepada orang-
orang lain di Makkah, kemudian orang-orang yang ditanya tersebut menjawab: "Demi
Allah, dia berkata benar. Kami lari kocar-kacir di lembah yang dia ceritakan."
Mengapa hal tersebut penting bagi saya pribadi?
Beberapa kalimat yang saya highlight penting karena terdapat keteladanan
didalamnya yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa
Isra’ Mi’raj merupakan suatu peristiwa yang luar biasa, menunjukkan betapa besarnya
kekuasaan Allah, baik yang di langit dan di bumi. Dengan melihat betapa besarnya
kekuasaan Allah, tentunya akan semakin menambah keimanan kita kepada-Nya. Coba
perhatikan sekeliling kita, tidak ada suatu kurang apapun dalam penciptaan-Nya.
Kemudian dari peristiwa Isra’ Mi’raj kita dapat meneladani sikap Rasulullah
ketika dihadapkan 3 bejana yang berisi susu, minuman keras, dan air. Ketika itu ada
yang berkata: Apabila dia mengambil air, ia tenggelam demikian pula dengan
umatnya. Jika ia mengambil minuman keras, ia mabuk demikian pula dengan
umatnya. Jika ia mengambil susu, ia mendapatkan petunjuk demikian pula dengan
ummatnya. Dan Rasulullah memilih untuk minum bejana yang berisi susu.
Subhanallah, Rasulullah memilih minuman yang terbaik untuk kebaikan dirinya dan
umatnya. Hal ini mengandung isyarat bahwa hendaknya kita melakukan hal yang
dapat mendatangkan kebaikan dan menjauhkan diri dari hal-hal yang akan
mendatangkan keburukan, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Selanjutnya ada juga keteladanan dari Abu Bakar yang dijuluki Ash-Shiddiq
dalam peristiwa ini, yaitu orang yang membenarkan seluruh perkataan Rasulullah.
Bentuk implementasi yang bisa kita lakukan yaitu dengan mempercayai yang haq dan
tidak mendustakannya serta selalu berkata jujur. Selain itu, ada juga beberapa karakter
dari Rasulullah yang perlu kita implementasikan, diantaranya suka memberi, suka
memaafkan, jujur, menepati janji, lembut, dan berakhlakul karimah.

3. Perihal Jin yang Mendengar Apa yang Rasulullah Bacaan Al-Qur’an dan
Beriman Padanya
Alasan pemilihan bab:
Saya memilih bab ini karena menurut saya kisah ini sangat menarik dan
terdapat ibrah yang luar biasa, terutama bagi seorang muslim. Kisah sederhana, unik,
tetapi memiliki makna yang mendalam.
Resume:
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akhirnya
meninggalkan Thaif dan pulang ke Makkah. Sesampainya di Nakhlah, beliau bangun
pada suatu malam untuk mendirikan shalat, tak diduga beberapa jin yang disebutkan
Allah terbang melewati beliau. Mereka terdiri dari tujuh jin dari jin penduduk
Nashibin. Mereka mendengar bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Usai
beliau shalat, jin-jin tersebut pulang kepada kaumnya dan menjadi juru dakwah bagi
mereka. Mereka mengimani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan merespon
positif apa yang telah mereka dengar. Kemudian Allah mengisahkan mereka kepada
Rasulullah
Allah SWT berfirman:
Mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)." Ketika pembacaan
telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka
berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an)
yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai
kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah
kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu
dari adzab yang pedih." (QS. al-Ahqaf: 29-31).
Allah SWT juga berfirman:
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya:
sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Quran), lalu mereka berkata:
"Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan. (QS. al-Jin:
1)
Mengapa hal tersebut penting bagi saya pribadi?
Bagi saya, beberapa kalimat yang saya highlight penting karena dapat menjadi
renungan dan pelajaran bagi saya pribadi. Dari kalimat-kalimat tersebut, saya merasa
takjub dengan keindahan Al-Qur’an. Bahkan, seorang jin pun beriman setelah ia
mendengar bacaan Al-Quran Rasulullah SAW ketika sedang shalat. Kemudian para
jin itu berdakwah untuk mengajak para kaumnya beriman kepada Allah. Kisah ini
sungguh luar biasa hingga Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an surat Al-Jinn.
Selain itu, terdapat juga makna tersembunyi, yakni jika kita mendengar bacaan
Al-Qur’an hendaknya kita diam dan merenungi ayat tersebut. Ambil pelajaran dari
ayat tersebut, lalu berdakwahlah dari ayat tersebut dengan cara sesuai kemampuan
masing-masing. Dan apabila ada yang mengajak kita kepada kebaikan atau
melaksanakan perintah Allah, maka terimalah dengan baik karena Allah akan
mengampuni dosa kita dan dijauhkan dari adzab yang pedih.

Anda mungkin juga menyukai