Anda di halaman 1dari 20

TUGAS UAS

Nama : M. Fail Abdullah Aziz

Nim : 2010610090

Kelas : C5TMR

Mata kuliah : Hadist Tarbawi

Dosen pengampu : Hj. Azizah, M.Pd.I.

KELOMPOK 1

(METODE PEMBELAJARAN DAN HADIST-HADISTNYA)

Artinya : Muhammad bin Wazir Al-Wasithi menceritakan kepada kami Yahya bin
said menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ajlan dari Sumay dari Shalih, dari Abu
Hurairah. Bahwa Nabi SAW jika bersin beliau menutup wajahnya, dengan tangan atau bajunya,
dan beliau merendahkan suaranya.

Dari Riby Hirasy berkata : “Seseorang dari Bani Amir menceritakan kepada kami bahwa ia
minta izin untuk masuk ke rumah Nabi SAW, sedangkan beliau berada di dalam rumah. Orang
itu mengucapkan: ”bolehkah saya masuk” kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada
pelayannya: “keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata cara minta izin. Katakan
kepadanya: ”ucapkanlah Assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?” Orang itu mendengar apa
yang disabdakan kepada beliau, maka ia mengucapkan: ”Assalamu’alaikum bolehkah saya
masuk?” kemudian Nabi SAW memberi izin kepadanya dan ia pun masuk.

Dari Umar bin Khatab r.a. berkata : pada suatu hari ketika kami ada di samping Rasul datanglah
seorang laki-laki yang berpawakan sangat putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah
mana dia datang dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun sehingga dia
duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan
kedua telapak tangannya ke atas kedua pahanya. Lalu berkata: "Hai Muhammad beritakan
kepadaku tentang Islam”. Lalu Rasul bersabda: "Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan kamu menegakkan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu”. Lalu
orang itu berkata “Kamu benar.” Umar berkata: "Kami heran, dia bertanya dan dia
membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan kepadaku tentang Iman”. Lalu Nabi
bersabda: "Kamu percaya pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, Rasul-rasul Nya, hari
akhir dan kamu percaya pada takdir baik dan buruk-Nya”. Lalu orang itu berkata: "kamu benar”.
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padauk tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: "Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka
sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang itu berkata lagi: "Beritakan padauk tentang hari
kiamat”. Nabi bersabda: "Tidaklah orang ditanya tentang kiamat lebih tau daripada yang
ditanya”. Lalu dia berkata lagi: "beritakan padaku tentang tanda-tandanya jika telah muncul
budak melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas
kaki), telanjang dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergilah
orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku: "Hai
Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu ?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya
yang mengetahui”. Nabi bersabda: "Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril datang kepadaMu
untuk mengajarkan tentang agama kamu”. (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW mewakilkan saya untuk menjaga zakat pada
bulan Ramadhan, kemudian ada seseorang dating dan mengambil segenggam makanan maka
orang itu saya tangkap dan saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah
SAW”, ia berkata: “Sungguh saya adalah orang miskin dan saya mempunyai banyak tanggungan
keluarga serta saya sangat membutuhkan makanan”. Maka saya lepaskan orang itu, pagi harinya
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Hurairah apa yang diperbuat oleh tawananmu tadi
malam ?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah ia mengeluh `sangat membutuhkan makanan
sedangkan ia mempunyai banyak tanggungan keluarga maka sya kasihan kepadanya lantas saya
lepaskan”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan dating lagi”. Saya
percaya ia akan dating lagi karena Rasulullah SAW telah menyabdakan hal itu, maka saya awasi
dia. Kemudian orang itu dating lagi dan mengambil segenggam makanan maka saya berkata:
“Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah SAW”. Ia menjawab: “Maafkan saya,
karena sesungguhnya saya adalah orang miskin dan mempunyai banyak keluarga, saya tidak
akan mengulangi nya lagi”, saya pun merasa kasihan kepadanya maka saya lepaskan. Pagi
harinya Rasulullah SAW bertanya kepada saya: “Wahai Abu Hurairah apa yang diperbuat
tawananmu”. Saya menjawab “Wahai Rasulullah ia mengeluh sangat membutuhkan makanan
sedangkan ia mempunyai banyak keluarga maka saya merasa kasihan padanya lantas saya
lepaskan”, Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi”.
Kemudian saya jaga benar untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba ia dating kembali dengan mengambil
segenggam makanan maka orang itu saya tangkap dan saya berkata: “Sungguh kamu akan saya
laporkan kepada Rasulullah SAW ini adalah perbuatan yang ketiga kalinya di mana kamu berani
tidak akan mengulangi tetapi ternyata kamu mengulangi lagi”. Ia berkata: “Lepaskan saya, pasti
saya ajarkan kalimat yang mana Allah memberi manfaat kepadamu dengannya”. Saya bertanya
apakah kalimat itu ? Ia berkata: “apabila hendak tidur maka bacalah ayat kursi yang berbunyi:
“Allâhu lâ illâhâ illâ huw al-hayyu al-qayyŭm… sampai akhir ayat. Maka kamu senantiasa
mendapat perlindungan dari Allah dan setan tidak akan datang mendekat kepadamu sampai
waktu pagi. Kemudian saya lepaskan. Pagi harinya Rasullullahh SAW bertanya kepada saya:
“Apa yang diperbuat oleh tawananmu tadi malam ? Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, ia
memberitahu kepada saya beberapa kalimat yang mana Allah memberi manfaat kepada saya
dengannya, maka saya lepaskan. Beliau bertanya: “Kalimat-kalimat apa itu ? Saya menjawab:
“Ia berkata kepada saya, apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi dari awal sampai
akhir, yaitu ayat: Allâhu lâ illâhâ illâ huw al-hayyu al-qayyŭm. Dan ia berkata pula kepada saya:
niscaya Allah selalu memberi perlindungan kepadamu dan setan tidak akan dating kepadamu
sampai waktu pagi. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu
walaupun ia adalah pembohong. Tahukah kamu siapa yang dating kepadamu selama tiga malam
itu wahai Abu Hurairah?” saya menjawab: “Tidak tahu”. Beliau bersabda: “Itu adalah setan”.
(HR. al-bukhari)

Penjelasan : Dari beberapa hadist diatas dapat kita ketahui beberapa penjelasan yaitu
Menjelaskan tentang tata krama bersin, dengan cara meletakkan kain atau tangan ke mulut agar
tidak mengganggu orang lain. Mencegah suatu penyakit merupakan hal yang wajib dan sebisa
mungkin dilakukan oleh seluruh umat muslim. Membuat kaget seseorang dengan suara yang
keras dan lantang merupakan sebuah perilaku yang tidak dianggap baik, sehingga perlunya
merendahkan suara. Selain itu juga menjelaskan mengenai Rasulullah menunjukkan adab
bagaimana masuk atau bertamu terhadap orang lain. Rasulullah tidak mengizinkan seseorang
masuk ke rumah beliau sebelum orang yang bertamu tersebut mengucap salam dan permisi.
Untuk metode tanya jawab, seorang guru Malaikat Jibril mengajarkan agama yang meliputi
iman, isla, ihsan, dan tanda-tanda kiamat. Jibril duduk bersimpuh yang sopan dihadapan Nabi
yang duduk, kemudian terjadilah proses pembelajaran tentang agama tersebut dengan
menggunakan metode tanya jawab atau dialog tiga arah, antara Jibril dengan Nabi dan antara
Nabi dengan para sahabat. Sedangkan metode sosiodrama, Rasulullah mengajarkan keutamaan
ayat kursi untuk pemeliharaan diri dari berbagai gangguan dengan mendramatisasikan dalam
suatu adegan pemeliharaan rumah zakat, setan sebagai pencuri harta zakat dan Rasulullah
sebagai guru sejati yang bertanggung jawab tehadap rumah zakat.
KELOMPOK 2

(URGENSI ILMU)

Yang Artinya :

Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: kelebihan ahli ilmu terhadap ahli
ibadah adalah “kelebihanku terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian “
kemudian Rasullah melanjutan sabdanya “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya serta
penghuni langit dan  bumi sampai semut yang berada di sarahngnya dan juga ikan senantiasa
meminta rahmad kepada orang yang mengajarkan kenaikan kepaa manusia .”(H.R. al-Tusmizi)
Penjelasan : sesuai dengan apa yang tertera dalam al qur’an bahwasannya allah akan
meninggikan orang yang berilmu beberapa derajat. Tidak hanya itu saja, keutamaan dan
kemuliaan mengenai ilmu telah disebutkan berkali kali dalam al qur’an. Dalam keilmuan tidak
berhenti pada diri sendiri saja melainkan ditularkan, disampaikan kepada manusia lain sehingga
ilmu tersebut akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Apabila ilmu tersebut berhasil diamalkan
maka balasan kepada orang yang telah mengamalkan akan mendapat pahala seperti orang yang
melanjutkan penyampaian ilmu tersebut. Jadi pahalanya tidak akan berhenti begitu saja setelah
diamalkan, namun akan terus mengalir pahalannya.

KELOMPOK 3

(usia belajar dan hukuman, ragam kesuksesan tugas belajar)

‫ مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء س<<بع‬: ‫ قال رسول هلال صل هلال عليه وسلم‬: ‫عن عمرو بن شعيب عن ابيه عن جدّه قال قال‬
‫ ) احرجه ابو داود‬ ‫(سنين واضربواهم عليها وهم ابناء عشر سنين وفرقوا بينهم في المضاجع‬

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Perintahkan anak-anakmu melaksanakan shalat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah
mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di
tempat tidurnya” (HR. Abu Dawud).

‫مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء سبع سنين‬

“Perintah anak-anakmu melaksanakan sholat sedangkan mereka berusia tujuh tahun”


Penjelasan : beberapa hadist diatas ada beberapa penjelasan didalamnya yaitu mengenai usia
belajar dan hukuman apa yang akan didapat apabila ditinggalkan. Fase usia dibedakan menjadi 3
antara lain usia 0-7 tahun, 7-10 tahun dan 10 tahun keatas. Dalam rentan usia 7 tahun anak harus
sudah menunaikan shalat dan berlaku keraslah apabila ia tidak mau mengerjakan. Dan untuk usia
10 tahun lebih baik memisahkan ranjang tidur mereka agar tidak terjadi perkara ang tidak
diinginkan seperti halnya seks. Selain mengenai usia belajar juga terdapat ragam kesuksesan
tugas belajar yaitu antara lain dengan memperbanyak bersedekah, sabar atas cobaan yang
diterima dan tidak memita-meminta. Cukup denga nallah lah kita dapat meminta segala
sesuatunya. Ada beberapa faktor yang dapat mempegaruhi kesuksesan dalam belajar yaitu
pengaruh lingkungan sekitar, sarana dan prasarana dalam belajar dan selalu mempergunakan
tangan hati otak serta pikiran kita sesuai dengan tugasnya masing-masing.

KELOMPOK 4

(ETIKA DAN METODE BELAJAR)

‫َّحمن ب ِن َأبِي لَيلَى عَن‬ ِ ‫َيس ]ى ب ِن عَب ] ِدالر‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ِإس َما ِعي ُل بنُ َأبِي خَا لِ ٍد عَن عَب ِد هَّللا ِ ب ِن ع‬.‫ َح ََّدثَنَا َأبِي‬.‫ير‬ ٍ ‫َح َّدثنا ُم َح َّمدُبنُ عَب ِدهَّللا ِ ب ِن نُ َم‬
َ ]ِ‫]را َءةً ِس ] َوى ق‬
‫]را َء ِة‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ]ِ‫ فَقَ َرأق‬.ُ‫ ثُ َّم َدخَ َل اَخَ ر‬.‫ فَقَ َر قِ َرا َء ٍة ن َكرتُهَا َعلَي ِه‬.‫صلِّي‬ َ ُ‫ فَ َد َخ َل َر ُج ٌل ي‬.‫سج ِد‬ ِ ‫نت فِي ال َم‬ ُ ‫ ُك‬:‫ب قَا َل‬ ٍ ‫َج ِّد ِه عَن ُأبَ ِّي ب ِن َكع‬
‫]را َء ِة‬ َ ِ‫ َو َدخَ َل اَ خَ ُر فَقَ َرَأ ِس] َوى ق‬.‫ ِإ ََّن هَ َذا قَ َرَأ قِ َرا َءةً َأن َكرتُهَا َعلَي ِه‬:‫لت‬ ُ ُ‫ فَق‬.ِ ‫صاَل ةَ َدخَ لنَا َج ِميعًا َعلَى َرسُو ِل هَّللا‬ َ ‫ضينَا ال‬ َ َ‫ فَلَ َّما ق‬.‫صا ِحبِ ِه‬ َ
‫َأ‬
‫ فَلَ َّما َر ى َرسُو ُل‬.‫الجا ِهلِيَّ ِة‬ َ ‫نت فِي‬ ُ ‫ َواَل ِإذ ُك‬.‫ب‬ ‫هَّللا‬
ِ ‫ فَ ُسقِطَ فِي نَف ِسي ِمنَ التَّك ِذي‬.‫ فَ َحسَّنَ النَّبِ ُّي َشأ نَهُ َما‬.‫ فَ َم َرهُ َما َرسُو ُل ُ فَقَ َرا‬.‫صا ِحبِ ِه‬ ‫َأ‬ َ
ُ
َ‫اقرِإالق]]راَن‬ َ ‫ي ِن‬ ‫َأ‬ َّ َ‫رس] َل ِإل‬ ‫ُأ‬ ‫ُأ‬ َ ‫هَّللا‬ ُ ‫ُأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ يَا بَ ُّي‬:‫ فَقَا َل لِي‬.‫ َو َك نَّ َما نظ ُرِإلَى ِ َع َّز َو َج َّل فَ َرقًا‬.‫ضت َع َرقًا‬ ُ ِ‫ فَف‬.‫صد ِري‬ َ ‫ب فِي‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫هِّللا ِ َماقَد غ َِشيَنِي‬
‫ي الثَّا‬ َ ]َ‫ ف‬.‫ َأن هَ ] ِّون َعلَى ُأ َّمتِي‬:‫َدت ِإلَي ] ِه‬
َّ َ‫]ر َّدِإل‬ ُ ‫ فَ َرد‬.‫ين‬ ِ َ‫ اق َرأهُ َعلَى َحرف‬:َ‫ي الثَّا نِيَة‬ َّ َ‫ فَ َر َّد ِإل‬.‫ َأن هَوَّن َعلَى ُأ َّمتِي‬:‫َدت ِإلَي ِه‬ ُ ‫ فَ َرد‬.‫رف‬ ٍ ‫َعلَى َح‬
َّ‫رت الثا‬ ‫َأ‬ َّ ‫ُأَل‬
ُ ‫ َو َّخ‬.‫ اللهُ َّم اغفِ]]ر إِل َّمتُي‬.‫ اللهُ َّم اغفِ]]ر َّمتِي‬:‫لت‬ َّ ُ ُ ‫َأ‬ ٌ ‫َأ‬
ُ ‫ فَق‬.‫ك بِ ُك ِّل َر َّد ٍة َر َّد ٍة َردَدتُ َكهَا َمس] لَة تَس] لنِيهَا‬ َ َ‫ُف فَل‬ ‫َأ‬
ٍ ‫اقرأهُ َعلَى َسب َع ِة حر‬ َ :َ‫لِثَة‬
‫برا ِهي ُم‬ َّ
َ ‫ َحتى ِإ‬.‫ق كلهُم‬ ُّ ُ ُ ‫ي الخَ ل‬ َّ َ‫وم يَرغَبُ إل‬ ٍ َ‫لِثَةَ لِي‬
"Diriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: “Aku berada di masjid, tiba-
tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu masuk
lagi lelaki lain membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama”. Setelah kami
selesai shalat, kami bersama-sama masuk ke rumah Rasulullah saw, lalu aku bercerita: “Bahwa
si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan
bacaan kawannya yang pertama”. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan keduanya untuk
membaca. Setelah mereka membaca Rasulullah saw menganggap baik bacaannya. Setelah
menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan, tidak seperti halnya
diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah
peluh karena kebingungan, ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di
hadapan Allah Yang Maha Agung. Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau
menegaskan pada diriku dan berkata: “Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca al-Qur’an dengan
suatu huruf lahjah (dialek)”, kemudian aku meminta pada Jibril untuk memudahkan umatku, dia
membacakannya dengan huruf kedua, akupun meminta lagi padanya untuk memudahkan
umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga kalinya. “Hai Muhammad, bacalah al-Qur’an
dalam 7 lahjah dan terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan
pertanyaan permintaan lagi”. Kemudian aku menjawabnya: “Wahai Allah! Ampunilah umatku,
ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua
makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibrahim as”. (HR. an Nasa’i)

َ ]َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم قَ]]ا َل ِإنَّ َم]]ا َمث‬


‫]ل‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ عَنهُ َما َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ابن ُع َم َر َر‬ ٌ ‫َح َّدثَنَا عَب ُدهَّللا ِ بنُ يُوسُفَ َأخبَ َرنَا َما ِل‬
ِ ‫ك عَن نَا فِ ِع عَن‬
َ َ ‫َأ‬ ‫َأ‬ َ َ َّ
‫ب اإل بِ ِل ال ُم َعقل ِة ِإ ن عَا هَ َد َعليهَا م ِس َكهَا َوِإن طلقَهَا ذهَبَت‬ ِ ‫صا ِح‬ َ ُ
َ ‫ب القرا ِن َك َمث ِل‬
ِ ‫صا ِح‬
َ
"Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan para
penghafal Al Qur`an adalah seperti seorang yg memiliki Unta yg terikat, jika ia selalu
menjaganya, maka ia pun akan selalu berada padanya dan jika ia melepaskannya, niscaya akan
hilang dan pergi." [HR. Bukhari No.4643].

Penjelasan : pada hadist kali ini kita belajar mengenai etika dan metode dalam belajar. Untuk
etikannya dalam bertanya dan menghargai perbedaan. Jika kita tidak paham ataupun tidak
mengetahui atas suatu hal maka dianjurkan bagi kita unutk bertanya. Sedangakan dalam
mengahrgai adanya perbedaan, kita harus selalu lapang dada apabila ada perbedaan dengan
orang lain. Tidak boleh memaksakan pendapat ataupun gagasan kita sendiri. Selanjutnya perihal
metode dalam belajar kita mendapati adannya tekun belajar. Disini artinnya kita dakam mencari
ilmu haruslah dengan sungguh-sungguh. Antara lain dengan kita membaca, mencatat serta
menulisn kembali. Dalam membaca kita dianjurkan membaca secara berulang-ulang agar materi
yang kita pelajari betul-betul akan masuk dalam ingatan kita.

KELOMPOK 5

(TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, KESUKSESAN ILMU, DAN MENCARI RIDHA


ALLAH DALAM HADIST)

‫يب بِ ] ِه عرض]ا ً ِمنَ ال ] ّدنيَا لَ ْم‬ ِ ‫ َم ْن تَ َعلَّ َم ِعل ًما ِم َّما يُ ْبتَغَى بِ ِه َوجْ هُ هللاِ َع َّز َو َج َّل الَ يَتَ َعلَّ ُمهُ إالَّ لِي‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
َ ]‫ُص‬
)‫(رواه أبو داود بإسناد صحيح‬،‫ ِري َحهَا‬: ‫ يَ ْغنِي‬،‫يَ ِج ِد َعرْ فَ ال َجنَّ ِة يَوْ َم القِيامة‬
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang
mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya bertujuan untuk mencari ridho Allah 'Azza wa
Jalla. Kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan
kedudukan/kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya syurga kelak pada hari
kiamat.” (HR. Abu Daud) Sanad Hadist ini Shohih
َ ِ‫ ُك ْن عَال ًما َأوْ ُمتَ َعلِّ ًمـا َأوْ ُم ْستَ ِمعًا َأوْ ُم ِحبًّا َوال تَ ُك ْن خا ِمسا فَتُ ْهل‬:‫قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬.
)‫ك (رواه البيهقي‬
Artinya : Rasulullah saw bersabda “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang
yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka”. (HR.Baihaqi)

ِ ِ‫ َمن اَرا َد ال ّد ْنيا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َمن أ َرا َد اآل ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِال ِع ْل ِم َو َمن أ َرا َدهُما فَ َعلَ ْي ِه ب‬ 
‫الع ِلم‬
(‫)رواه البخاری ومسلم‬
Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan didunia maka dengan ilmu, barangsiapa
yang menghendaki kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki
keduanya maka dengan ilmu.” (HR. Bukhori muslim)

ٌ ‫إن ال ُّد ْنيَا َم ْلعونَةٌ َم ْل‬


‫عون ما فيهاإالَّ ِذ ْك ُر هللا َوم]]ا واالهُ وع]]الِ ٌم‬ َّ ‫عن أبي هريرة يقول سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول َأال‬
‫أوْ ُمتَ َعلِّ ٌم‬ 
(‫حديث حسن‬:‫)رواه الترمديوقال‬
 Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ingatlah, bahwa
dunia ini terkutuk, dan semua yang ada di dalamnya juga terkutuk, kecuali zikrullah dan sesuatu
yang dicintai Nya, orang alim (orang yang berilmu) dan orang yang belajar ilmu”. (HR. al-
Turmudzi dan ia berkata Hadis ini Hasan)

ُ‫ق َأ ْن يُرْ ضُوه‬


ُّ ‫َوهَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ َح‬

Artinya : Allah dan Rasul-Nya yang lebih berhak untuk mereka cari keridhaan-Nya (QS 9:61).

ِ َّ‫ضا َء الن‬
‫اس بِ َس ]خَ ِط‬ َ ‫س ِر‬ َ ‫اس َو َم ِن ْالتَ َم‬
ِ َّ‫اس َكفَاهُ هَّللا ُ ُمْؤ نَةَ الن‬
ِ َّ‫ضا َء هَّللا ِ بِ َس َخ ِط الن‬ َ ‫" َم ِن ْالتَ َم‬  ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم يَقُو ُل‬
َ ‫س ِر‬ َ ‫َرس‬
‫هَّللا ِ َو َكلَهُ هَّللا ُ ِإلَى النَّاس‬
Artinya :
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan meridhainya
dan Allah akan membuat manusia yang meridhainya. Barangsiapa yang mencari ridha manusia
dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan membuat manusia pun ikut
murka.” (H.R At Tirmidzi)

َ‫ َو َما لَنَا ال‬: َ‫ضيتُم ؟ فَيقُولُون‬ ِ ‫ هَلْ َر‬: ‫ فَيقُو ُل‬، َ‫ك َربَّنَا َو َس ْع َد ْيك‬ َ ‫إن هللا – عز وجل – يَقُو ُل َأل ْه ِل‬
َ ‫ لَبَّي‬: َ‫ فَيقولُون‬، ‫ يَا أ ْه َل ال َجنَّ ِة‬: ‫الجنَّ ِة‬ َّ
َ‫ض ُل ِم ْن ذلِ]]ك‬ َ ْ
‫ف‬ ‫أ‬ ‫ء‬
ٍ ‫ي‬‫ش‬َ ُّ‫أي‬‫و‬َ : َ‫ون‬ُ ‫ل‬ ‫و‬ُ ‫ق‬ ‫ي‬َ ‫ف‬ ‫؟‬ ‫ك‬
َ ‫ل‬ ‫ذ‬ ْ
‫ن‬
ِ ِ َ َ‫م‬ ‫ل‬ ‫ض‬ ْ
‫ف‬ ‫أ‬ ‫م‬
ْ ُِ
‫ك‬ ‫ي‬‫ط‬ ْ
‫ع‬ ‫ُأ‬ َ ‫ال‬‫أ‬ : ‫ل‬
ُ ‫و‬ُ ‫ق‬ ‫ي‬َ ‫ف‬ ، ‫ك‬
َ ِ ‫ق‬ ْ
‫ل‬ َ‫خ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِ ً ‫ا‬ ‫أحد‬ ‫ط‬ ْ
‫ع‬
ِ ْ َ ُ ‫ت‬ ‫م‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫َا‬ ‫ن‬َ ‫ت‬‫ي‬ْ َ ‫ط‬ ْ
‫ع‬ ‫َأ‬ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬‫و‬َ َ َ َ ْ‫نَر‬
‫َا‬ ‫ن‬َّ ‫ب‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ض‬
ً‫ ُأ ِحلُّ َعلَي ُك ْم ِرضْ َوانِي فَالَ أ ْس َخطُ َعلَ ْي ُك ْم بَ ْع َدهُ أبَدا‬: ‫؟ فَيقُو ُل‬
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berkata kepada penghuni surga, “Wahai penghuni surga..”,
mereka berkata, “Kami memenuhi panggilanMu, kami menta’atiMu”. Allah berkata, “Apakah
kalian ridho (puas)?”, maka mereka berkata, “Kenapa kami tidak ridho (puas) sementara
Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari
ciptaanMu”. Maka Allah berkata, “Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih baik dari
ini?”. Mereka berkata, “Apakah yang lebih baik dari ini?”. Allah berkata, “Aku telah
menurunkan kepada kalian keridhoanKu, maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini
selama-lamanya” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

‫اب َألِي ٌم‬ ِ ُ‫فَ ۡليَ ۡح َذ ِر ٱلَّ ِذينَ يُ َخالِفُونَ ع َۡن َأمۡ ِر ِٓۦه َأن ت‬
ِ ُ‫صيبَ ُهمۡ فِ ۡتنَةٌ َأ ۡو ي‬
ٌ ‫صيبَ ُهمۡ َع َذ‬
Artinya :
“Maka hendaklah berhati-hati orang yang menyelisihi perintah Rasul-Nya untuk tertimpa fitnah
atau tertimpa azab yang pedih.” (an-Nur: 63)

Penjelasan : dalam hadist ini menjelaskan mengenai tujuan Pendidikan, kesuksesan ilmu dan
mencari ridha allah swt. Dalam tujuan Pendidikan yiatu pribadi seseorang yang jasmani serta
rohaninnya mampu berkembang karena terus tawakal kepada allah swt. Selain itu, agar kita
mendapat sumber ilmu pengetahuan dan nantinnya akan menjadikan kita Bahagia dunia akhirat.
Maka dari itu kesuksesan ilmu juga akan tercapai dengan sendirinnya. Perihal menacri ridha
allah, kita sebagai manusia harus selalu cukup akan pemberian allah. Tidak hanya itu kita juga
harus rela, sabar dan menerimannya dengan senang hati apabila sednag mendapat suatu cobaan
ataupun ujian dari allah swt. Kategori ridha kepada allah ada 3 yaitu Pertama, ridha bi
syar’illah (syariat Allah) berarti menerima dan menjalankan syariat-Nya dengan ikhlas dan
penuh dedikasi. Kedua, ridha bi qadha’illah (ketentuan Allah) berati tidak menolak dan
membenci apa yang telah ditetapkan Allah, termasuk segala sesuatu yang tidak menyenangkan
(musibah), karena ujian dari Allah merupakan tangga peningkatan derajat iman. Ketiga, ridha bi
rizqillah (rezeki Allah)  berarti menerima dan merasa cukup (qana’ah) terhadap rezeki yang
dianugerahkan kepadanya, tidak rakus dan tidak serakah,  meskipun sedikit dan belum
mencukupi kebutuhannya.

KELOMPOK 6

(SIFAT KEPRIBADIAN PENDIDIK)

ُ‫سلَّ َم فَقَا َل ِإنِّ ْي نَ َح ْلتُ ا ْبنِى َه َذا ُغاَل ًما فَقَا َل َأ ُك َّل َولَ ِدكَ نَ َح ْلت‬
َ ‫ص َّل هَّللا ُ َعلَ ْى ِه َو‬ ُ ‫ش ْي ٍر َأنَّ أبَاهُ َأتَى بِ ِه ِإلَى َر‬
َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ ِ َ‫عَنْ النُّ ْع َما ِن ْب ِن ب‬
)‫ار ِح ْعهُ (متفق عليه‬ َ َ َ َ
ْ ‫ِمثلهُ قا َل اَل قا َل ف‬ْ

Dari Nu’man bin Basyir r.a. bahwa ayahnya datang membawanya kepada Rasulullah SAW dan
berkata: “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak(pembantu) kepada anakku ini”.
Maka Rasulullah SAW bertanya: “Apakah semua anakmu kamu beri budak seperti ini?” Ayah
menjawab: “Tidak”. Rasulullah SAW lantas bersabda: “Tariklah kembali pemberianmu itu.”
(HR. Muttafaq Alayh)

‫س ِكنَةٌ ت َْح ِم ُل ا ْبنَتَ ْي ِن لَ َها فََأ ْط َع ْمتُ َها ثَاَل َث ثَ َم َرا ٍة فََأ ْعطَتْ ُك َّل َوا ِح َد ٍة ِم ْن ُه َما تَ ْم< َرةً َو َرفَ َعتْ ِإلَى فِ ْيهَا‬
ْ ‫شةَ َأ ْن َها قَا لَتْ َجا َء ْتنِي ِم‬ َ ‫عَنْ عَاِئ‬
‫ول‬
ِ <‫س‬ َ
ُ ‫ص<ن َعتْ لِ َر‬ َّ َ َ
َ ‫ش< ن َها فَذك ْرتُ التِي‬ ُ ‫ْأ‬ ‫ََأ‬ َ َ ُ ‫ْأ‬َ ‫َأ‬ َ َ َ
َ ‫شقتْ الت َم َرة التِي كانتْ ت ِري ُد نْ ت كل َها بَ ْين ُه َما ف ع َْجبَنِي‬َّ َ َّ َّ َ َ ْ ْ َ
َ ‫ستط َع َمت َها ا ْبنتَاهَا ف‬ ْ ‫تَ ْم َرةٌ لِتَْأ ُكل َها فا‬
َ َ
)‫الجنَّةَ َأ ْو َأ ْعتَقَ َها بِ َها ِمنْ نَّا ِر (أخرجه مسلم‬ َ ‫سلَّ َم فَقَا َل ِإنَّ هَّللا قَ ْدَأ ْو َج َب لَ َها بِ َها‬َ ‫هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َو‬
Dari ‘Aisyah r.a. berkata: “Ada seorang perempuan miskin datang kepadaku dengan membawa
kedua anak perempuannya, maka saya berikan kepadanya tiga butir biji kurma. Ia memberikan
kepada masing-masing anaknya sebutir biji kurma dan yang sebutir lagi sudah ia angkat ke
mulutnya untuk dimakan tetapi(tiba-tiba) diminta oleh kedua anaknya juga, ia lalu membelah biji
kurma yang akan dimakannya & dibagikan kepada kedua anaknya itu. Saya sangat kagum
melihat perilaku orang perempuan itu. Kemudian saya ceritakan kepada Rasulullah SAW,
peristiwa yang dilakukan wanita itu, Beliau lantas bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
menentukan surga baginya atau ia dibebaskan dari api neraka lantaran perbuatanyya itu.” (HR.
Muslim)

ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ُسِئ َل ع َْن ِع ْل ٍم َعلِ َمهُ ثُ َّم َكتَ َمهُ ُأ ْل ِج َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام ِم ْن ن‬
‫َار َوفِي ْالبَ]]اب‬ َ ِ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هللا‬
ٌ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬
)‫ع َْن َجابِ ٍر َو َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل بُو ِعي َسى َح ِديث بِي ه َُر ْي َرةَ َح ِديث َح َس ٌن (أخر جه أبو داود والترمذي‬

Dari Abu Hurairah r.a. Berkata: Rasullah SAW bersabda:”Barang siapa yang ditanya sesuatu
ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia nanti pada hari kiamat dikendalikan dengan tali
kendali dari api neraka.” (HR. Abu Daud dan al-Taurmudzl)

‫ق قَا َل َد َخ ْلنَا َعلَى َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد قَا َل يَا َأيُّهَا النَّاسُ َم ْن َعلِ َم َش ْيًئا فَ ْليَقُ]]لْ بِ] ِه َو َم ْن لَ ْم يَ ْعلَ ْم فَ ْليَقُ]]لْ هللا َأ ْعلَ ُم فَ]ِإ َّن ِم ْن ْال ِع ْل ِم‬
ٍ ْ‫ع َْن َم ْسرُو‬
ِّ َ ْ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ َ ُ ُ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫صلى هللا َعل ْي ِه َو َسل ْم (قلْ َما ْس لك ْم َعل ْي ِه ِمن جْ] ٍر َو َم]]ا نَ]]ا ِمن ال ُمتَكلفِينَ )(أخ]]ر‬ ُ َّ َ َّ َ ‫َأ ْن يَقُو َل لِ َما ال يَ ْعل ُم هللا عل ُم ق َل هللا َعز َو َج َّل لِنَبِيِّ ِه‬
َّ َ َ ْ ‫َأ‬ َ َ
)‫جه البخاري‬

Dari Masruq berkata: Kami masuk ke rumah Abdullah bin Mas'ud r.a. kemudian ia berkata:
"Wahai sekalian manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah ia mengatakan
apa yang diketahuinya, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia
mengatakan:"Allah lebih mengetahui", karena sesungguhnya termasuk ilmu bila seseorang
mengatakan;"Allah lebih mengetahui" ,terhadap sesuatu yang ia tidak diketahuinya. (H.R.
Bukhari)Allah berfirman kepada Nabi-Nya: Katakanlah (hai Muhammad);"Aku tidak meminta
upah sedikipun kepadamu atas dakwahku ,dan bukanlah aku termasuk orang orang yang
mengada adakan (QS. Shaad (38):86). 

‫س َر ُج< ٌل‬ َ َ‫ ِإ ْذ َعط‬، - ‫س<لَّ ْم‬ َ ‫صلّي هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ – ‫س ْو ُل هّللا‬ ُ ‫صلّ ِي َم َع َر‬ َ ُ‫ بَ ْينَا َآنَا ا‬:‫ قَا َل‬، - ُ‫ض َي هّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫ َر‬-‫سلَ ِمى‬ ُّ ‫عَنْ ُم َعا ِويَ ْة بِنْ َأ ْل َح َك ْم اَل‬
‫ض< ِربُ ْونَ بَِأ ْي< ِد ْي ِه ْم‬ َ ‫ َم‬، ُ‫ َواثُ ْك َل ُأ َميَّاه‬: ُ‫صا ِر ِه ْم ! فَقُ ْلت‬
ْ َ‫اش<أنُ ُك ْم تَ ْنظُ< ُر ْونَ ِإلَ َّي فَ َج َعلُ ْواي‬ َ ‫ فَقُ ْلتُ ؛ يَ ْر َح ُم َك هّللا ُ فَ َر َمانِ ّي ا ْلقَ ْو ُم بَِأ ْب‬، ‫ِمنَ ا ْلقَ ْو ِم‬
ُ‫ َما َرَأيْت‬،‫ فَبَِأبِي ُه َو َوُأ ّم ِي‬، - ‫صلّ َي هّللا َعلَ ْي ِه َوسلم‬ َ – ‫س ْو َل هّللا‬ ُ ‫صلَّي َر‬ َ ‫ فَلَ َّما‬، ُّ‫س َكت‬ َ ‫ص َّمت ُْونَنِي لَ ِكنّي‬ َ ُ‫َعلَي َأ ْف َخا ِذ ِه ْم ! فَلَ َّما َرَأ ْيتُ ُه ْم ي‬
‫ش < ْي ٌء‬ َ ‫صلُ ُح ِف ْيهَا‬ ْ َ‫صالَةَ الَ ي‬ ّ ‫ ِإنَّ َه ِذ ِه ال‬: ‫ قَا َل‬،‫شتَ َمنِي‬ َ َ‫ َوال‬، ‫ض َربَنِي‬ َ َ‫ َوال‬, ،‫ فَ َوهّللا ِ َما َك َه َرنِي‬،ُ‫سنُ تَ ْعلِ ْي ًما ِم ْنه‬ َ ‫ُم َعلِّ ًما قَ ْبلَهُ َوالَ َب ْع َدهُ َأ ْح‬
‫س ْو ُل هّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ُ‫قُ ْلت‬.- ‫سلَّ ْم‬ َ ‫صلَّي هّللا َعلَ ْي ِه َو‬ َ – ‫س ْو ُل هّللا‬ ُ ‫َأ ْو َك َما قَا َل َر‬، ‫يح َوالتَّ ْكبِ ْي ُر َوقِ َرا َءةُ القُ ْرآ ِن‬ ُ ِ ‫سب‬ ْ َّ‫ ِإنَّ َما ِه َي الت‬، ‫س‬ ِ ‫ِمنْ َكالَ ِم النَّا‬
‫ َو ِمنَّا ِرجَ ا ٌل‬: ُ‫قُ ْلت‬. ))‫ ((فَالَ تَْأتِ ِه ْم‬:‫ َوِإنَّ ِمنَا ِرجَ ا الً يَأ تُ<<ونَ ا ْل ُكهَا نَ قَا َل‬، ‫س<الَ ِم‬ ْ ‫أال‬ِ ‫ َوقَ ْد َجا َءهّللا ُ ِب‬، ‫ث َع ْه< ٍد ِب َجا ِهلِيَّ ٍة‬ ُ ‫ ِإنِّ ِي حَ ِد ْي‬،
‫ مسلم‬ ‫ رواه‬ )) ‫ص َّدنّ ُه ْم‬ ُ َ‫صد ُْو ِر ِه ْم فَالَ ي‬ ُ ‫ (( اَ َك ش َْي ٌء يَ ِجد ُْونَهُ فِ ْي‬ :‫ قَا َل‬  َ‫يَتَطَيَّ ُر ْون‬

Dari Muawiyah bin al-Hakam r.a: Sewaktu ketika aku shalat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba
ada seorang laki-laki bersin, aku menjawab: “Semoga Allah merahmatimu”. Lalu orang-orang
melototi aku, aku berkata: “Celaka aku mengapa kalian memandang aku seperti itu?”. Kemudian
mereka memukulkan tangan ke paha mereka, ketika aku melihat mereka menyuruh aku diam dan
aku pun diam. Setelah Rasulullah SAW selesai shalat. Demi ayah dan ibuku, saya belum pernah
melihat seorang pengajar sebelum dan sesudahnya yang lebih baik dalam pengajarannya
daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak memandang aku dengan muka masam. Tidak memukul
dan tidak memaki aku. Kemudian bersabda: “Sesungguhnya shalat itu tidak patut dicampur
dengan perkataan manusia. Shalat itu adalah tasbih, takbir dan membaca Al-Qur’an”. Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku baru masuk Islam dan Allah telah mendatangkan
Islam, sedangkan diantara kami ada yang mendatangi dukun tenung.” Beliau menjawab:
“Janganlah kamu mendatanginya”. Aku bertanya lagi: “Diantara kami ada yang meramal nasib
dengan burung”. Beliau menjawab: “Demikian itu hanya terkaan hati saja, maka janganlah
diperhambat dengan dugaan itu”. (H.R Muslim) [1]

Penjelasan : dari beberapa hadist diatas menjelaskan tentang sifat kepribadian pendidik. Sebagai
seorang pendidik tentunnya harus memeilik sifat-sifat tertentu dalam penerapannya. Disini
dijelaskan ada beberapa sifat kepribadian pendidik antara lain yaitu, bersikap adil, sebagai
penyampai ilmu, tawadhu, pengasih, toleran serta bijaksana. Bersifat adil berarti seorang
pendidik harus mampu berlaku adil kepada semua muridnya, tidak boleh membeda bedakan satu
sama lain. Sebagai penyampai ilmu, pendidik harus menyampaiakan apa adanya ilmu tersebut
kepada murid sehingga pengetahuan murid tersebut bertambah. Toleran serta bijaksana, pendidik
harus berlaku bijaksana dalam setiap keputusan yang ia ambil dalam berbagai permasalahan,
serta memberikan sedikit toleransi kepada anak didiknya. Bersifat tawadhu yakni jika pendidik
tersebut memang tidak mengetahui ilmu tersebut maka hendaknya tidak disampaikan.

KELOMPOK 7

KELOMPOK 8

KELOMPOK 9

(HADIST TENTANG MATERI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HADIST)

Artinya : “Abdullah bin abi Rafi’ berkata : Aku melihat rosulullah  adzan ditelinganya
hasan bin ali seperti adzan ketika sholat ketika fatimah melahirkannya”.(HR. Abu Daud)
Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah kepada anak-
anak kalian untuk sholat ketika  berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika mereka
berumur 10 tahun bila mereka enggan menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari
ranjang-ranjangnya”. (Abu Daud)

Abi Rafi’ berkata, Rosulullah Saw bersabda ; Apakah Orang tua mempunyai hak seperti
hak kita kepada mereka? , Rosul menjawab: Ya, hak orang tua terhadap anaknya yaitu
mengajarkan anaknya menulis, berenang dan memanah , dan mewariskannya kebaikan.
(HR. Baihaqi)

Dari Abi Hurairah berkata, Rosulullah bersabda : “Org mukmin yg kuat lebih dicintai
Allah dari pada mukmin yang lemah disetiap kebaikannya, bersemangatlah terhadap hal-
hal yang bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah kpd Allah dan janganlah lemah, dan jika
sesuatu menimpamu dan janganlah berkata sekiranya aku mengerjakan hal itu maka aku
akan begini dan begini. Akan tetapi katankanlah ini karena ketentuan Allah, dan apa yg ia
kehendaki ia kerjakan, dan sesungguhnya kata “lau”(seandainya) membuka pintu-pintu
syaitan.(HR. Muslim)

Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda :  “Bukankah aku kabarkan bahwasanya


engkau bangun malam dan berpuasa disiang harinya, aku berkata sesungguhnya engkau
merasa lelah dan letih. Dan sesungguhnya bagi badanmu itu ada hak dan keluargamu juga
ada haknya, maka berpuasalah dan berbukalah bangun dan tidurlah”.(HR. Bukhori).

Dari ‘Aisyah Ra: ketika bersama Nabi Saw dalam perjalanan, maka aku mengajak beliau
lomba lari, kemudian aku yang berhasil mendahuluinya. Setelah badanku gemuk maka
Rosul yang berhasil mengalahkanku, kemudian Rosul berkata : “ini balasannya”  (HR. Abu
Daud)
Penjelasan : Hadis ini lemah. Ibn Qayyim berkata bahwa hikmah azan dan iqamah di
telinga bayi yang baru lahir adalah agar suara pertama yang didegar adalah seruan yang
mengandung makna keagungan Allah serta syahadat. Pendidikan Aqidah adalah proses
pembinaan dan pemantapan kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi yang kuat
dan benar. Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran, pelatihan
dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus. Ini adalah hadist dhoif. Baca tulis
merupakan hal penting untuk diajarkan karena dengan begitu anak akan memahami sebuah
hal. Memanah dan berkuda adalah dua keterampilan yang dianjurkan rosulullah kepada
umatnya, karena sarat dengan berjihad dijalan Allah.

KELOMPOK 10

(METODE PEMAHAMAN HADIST HADIST PENDIDIKAN)

KELOMPOK 11

(ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN)

Dari Abu Sa'id Al-Khudry r.a. berkata: "Ada seorang perempuan datang kepada Rasulullah
SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah banyak orang yang telah mendapatkan Hadis dari tuan,
maka berilah kami kesempatan suatu hari yang mana kami akan datang dan di situ sudilah
kiranya tuan mengajarkan kepada kami tentang apa yang telah Allah ajarkan pada tuan. Beliau
bersabda: "Berkumpullah kalian pada hari anu di tempat anu". Maka berkumpullah mereka,
dan Nabi SAW mendatangi mereka serta mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh Allah. Di
situ Beliau bersabda: "Tiada seorang perempuan pun di antara kamu sekalian yang kematian
tiga orang anaknya lebih dahulu melainkan me reka menjadi tirai dari api neraka bagi
mereka". Kemudian ada seorang perempuan bertanya: "Bagaimana kalau dua orang anak?".
Rasulullah menjawab: "Ya dua orang anak" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abi Wail berkata: Abdullah bin Mas'ud memberi pelajaran kepada orang banyak setiap
hari Kamis, seorang laki-laki berkata kepadanya: "Hai Abdurrahman! Demi Allah, aku senang
jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari". Beliau menjawab: "Ingatlah,
bahwa yang mencegah aku dari yang demikian itu, aku tidak suka membuat engkau menjadi
bosan. Sesungguhnya aku memer hatikan waktu untuk memberi mau'izhah (pelajaran) kepada
kamu sebagaimana Rasulullah memerhatikannya untuk kita karena khawatir
membosankan.“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Al Makkiy ibn Ibrahim, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanthalah ibn Abi
Sufyan dari Salim, ia berkata bahwa saya pernah mendengar Abu Hurairah dari Nabi saw.
Beliau bersabda, “Akan dicabut ilmu dan semakin tampak kebodohan dan fitnah dan
banyak harj.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, apakah harj itu?” Beliau menjawab, “Begini,”
(memberi isyarat) dengan tangannya kemudian memiringkannya seolah-olah ingin
membunuh. (HR. Bukhari).
Dari Amr bin Maimun al-Audiy berkat sa’ad mengajarkan beberapa kalimat do’a
sebagaimana seorang guru mengajarkan tulisan kepada anak-anak dan dia berkata bahwa
Rasulullah selalu memohon perlindungan dari bebrapa kalimat itu setiap selesai sholat, yaitu:
Ya Allah, sesungguhny aku mohon perlindungan kepada Engkau dari rsa takut, dan aku
mohon perlindungan kepada Engkau dari di kembalikan ke serendah-rendahnya usia(pikun)
dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari fitnah dunia dan aku mohon perlindungan
kepada Engkau dari siksa kubur. (HR. Bukhari dan Turmudzi).

Dari Qutaibah ibn Sa’id, ia berkata, dari Yakub ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn
Abdullah  ibn Abdul Qari Al Qurasiy Al Iskandaraniy, ia berkata, dari Abu Hazim ibn Dinar
sesunguhnya orang-orang mendatangi Sahal ibn Sa’d As Sa’idiy dan mereka berbeda
pendapat tentang kebiasaannya (berdakwah) di mimbar. Mereka menanyakan hal itu
kepadanya. Demi Allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali
hal itu ditetapkan dan pertama kali Rasulullah saw. duduk di atasnya.  Rasulullah saw.
mengirim surat kepada seorang perempuan Anshar bernama Sahal (yang berisi),
“Perintahkanlah pelayanmu (dari) Bani An Najjar  supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu
(mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia.” Maka ia (Sahal)
menyuruh ghulam-nya dan ia mengerjakannya dari kayu-kayu hutan. Kemudian ia datang
membawanya dan mengirimkannya kepada Rasulullah saw. Rasul menyuruh (untuk
meletakkan) nya, maka diletakkanlah (mimbar itu) di sini. Lalu saya melihat Rasulullah shalat
di atasnya seraya bertakbir sedang beliau di atasnya. Kemudian ruku’ dan beliau berada di
atasnya. Kemudian beliau turun menuju ke belakang dan sujud di pangkal mimbar lalu
kembali (ke mimbar). Ketika selesai, beliau menghadap manusia dan berkata, “Wahai
manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari
sholatku.” (HR. Bukhari).
a. Penjelasan : Hadits di atas menjelaskan perhatian Nabi SAW terhadap pendi dikan para
sahabat terutama kaum wanita. Pembelajaran yang dilaku kan Nabi tidak hanya sepihak
terhadap kaum pria saja akan tetapi juga terhadap kaum wanita. Sebagaimana pula Beliau
mempunyai majelis pembelajaran ilmu khusus pria dan majelis ilmu untuk umum seperti
yang dilakukan Beliau setiap selesai shalat wajib di masjid. Belajar ilmu bagi pencintanya
memang mengasyikan, terkadang orang sampai lupa waktu, umur, dan lupa segalanya.
Sebagaimana pula seseorang yang sedang mencintai bola kapan pun dan di mana pun siap
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda. Berbeda dengan Abdullah bin
Mas'ud yang memberi pelajaran dan memberi mau'izhah kepada jemaah dan murid-
muridnya seminggu hanya sekali yakni setiap ban Kamis, Hal ini dilakukan karena
mengantisipasi semangat para murd agar tetap segar, menyenangkan, dan tidak bosan.
Tanda-tanda kiamat ada 4: hilangnya ilmu, banyak kebodohan, fitnah, dan pembunuhan.
Nabi selalu menggunakan bahasa yang mudah dipahami para sahabat. Kesungguhan para
sahabat terhadap hadist nabi, Ketika mereka tidak paham sesuatu, mereka langsung
menanyakannya. Nabi menggunakan media pembelajaran agar para sahabat mudah
memahami, yakni menjadikan dirinya sebagai mediator.

KELOMPOK 12

(SUMBER DAN EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADIST)


Artinya : “Menceritakan kepada kami oleh Hafidh bin Umar dari Syu’bah dari Abu ‘Aun dari
Harits bin Amrin (anak saudara laki-laki Mu’qiroh Bin Syu’bah) dari Anan keluarga Himsh
dari sahabat Mu’az bin Jabal: Sesungguhnya Rasulullah SAW, tatkala ingin mengutus saya ke
Negeri Yaman beliau bertanya kepada saya: “Jika kamu dihadapkan dengan permasalahan,
dengan apakah kamu akan memutuskan perkara itu?”. Saya menjawab: “Akan saya selesaikan
dengan al-Qur’an”. Nabi bertanya lagi: “bagaimana jika kamu tidak menemuinya dalam al-
Qur’an?”. Saya menjawab: ”Akan saya selesaikan sesuai dengan sunnah Rasulullah”. Lalu
Nabi kembali bertanya: ”Bagaimana jika kamu tidak menemukan di dalan Sunnah
Rasulullah?”. Saya menjawab: ”Akan saya selesaikan dengan pikiran melalui ijtihad secara
maksimal, bukan asal-asalan”. Maka Rasulullah memukul dada saya dengan tangannya sambil
berkata: ”Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah
untuk sesuatu yang diridhoi oleh Rasulullah. (HR. Abu Daud, al-Turmuzi dan Imam Ahmad).

Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Isma‟il ibn Ja‟far dari
Abdullah Ibn Dinar dari Ibn Umar, ia berkata; Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya di
antara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (berguguran), pohon itu
bagaikan seorang muslim, jelaskan kepadaku pohon apa itu?”, Orang-orang mengatakan
pohon itu terdapat di daerah pedalaman. Abdullah berkata, “dalam benakku terbersit pikiran
bahwa pohon yang dimaksud tersebut adalah pohon kurma, akan tetapi aku malu
menjawabnya”, orang-orang berkata, beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, “pohon kurma.”-HR.Bukhari.

Penjelasan : Hadits menjelaskan mengenai sumber-sumber pendidikan Islam. Adapun


mengenai sumber pendidikan Islam diantaranya adalah al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijtihad.
Sebagai sumber pendidikan Islam, Alquran menempati posisi pertama. Kemudian di susul
sunnah atau hadis dan ijtihad. Dalam konteks hadits Rasul tersebut tergambar bahwa dalam
mengevaluasi pemahaman para sahabat-sahabatnya, Rasulullah menggunakan bentuk dialog
atau tanya jawab untuk mengetahui sejauhmana pemahaman para sahabat tentang suatu
masalah. Rasulullah saw. Juga selalu melakukan evaluasi tentang sejauh mana kemampuan
para sahabatnya ketika di utus ke suatu daerah guna mengajarkan atau menyebarkan agama
islam. Dengan sahabat Mu’az bin Jabal pada saat Mu’az hendak ditugaskan sebagai Ghadi di
negeri Yaman, maka terlebih dahulu Mu’az di uji kemampuannya oleh Rasulullah yang
berkaitan dengan dasar atau referensi yang akan dijadikan pokok pikirannya apabila
ditemukan permasalahan di tengah-tengah masyarakat yang benar-benar membutuhkan
penyelesaian, kemudian Muaz menjawabnya dengan tiga referensi, yaitu al- Qur’an, al-Hadits
dan apabila tidak ditemukan pada keduanya (al- Qur’an dan al-Hadits), langkah yang ketiga
adalah dengan berijtihad. kemudian Rasulullah tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak
mu’az.

Anda mungkin juga menyukai