Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan selanjutnya, Logika biasanya dianggap sebagai semacam salah satu
cabang filsafat. Sekarang, logikanya harus diperbaiki sebagai ilmu, yaitu ilmu penalaran
formal atau ilmu proses penalaran. Sampai pertengahan abad ke-19, logika yang paling
berpengaruh adalah logika tradisional yang diciptakan oleh Aristoteles
Seperti yang disebutkan sebelumnya, logika adalah bidang penelitian Anda prinsip
penalaran yang benar dan kesimpulan yang valid, keduanya apakah itu deduktif atau induktif.
Orang sering mengatakan bahwa logika adalah teori pikiran. Mengatakan Logika mengarah
ke lebih benar kita berpikir tentang bagaimana seharusnya bekerja, bukan bagaimana kita
berpikir ini benar-benar bekerja. Hai yang tidak mudah untuk menganalisis suatu proses
pikiran: yaitu, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam sesuatu proses
berpikir. Karena ditentukan sebagian oleh logika dan sebagian lagi oleh operasi otomatis, ada
yang bisa dikatakan tidak menentu. Akan sulit seperti yang kita semua tahu, kita akan dapat
meningkatkan cara berpikir kita melalui kekuatan masukkan secara ketat sesuatu yang
sepenuhnya dikendalikan dan didominasi oleh operasi logis saja.
Pikiran yang produktif biasanya mengalami kerumitannya sendiri ini tidak selalu jelas.
Jadi apa yang Logika amati hanyalah hasilnya pikiran daripada proses berpikir itu sendiri.
Dengan kata lain, logis sebagai pengatur, bukan penggerak gagasan. Rumus logika hukum
yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah hasilnya valid gagasan itu
benar/valid, bukan hukum yang dipaksakan pada gagasan diri. Karena proses berpikir kreatif
tidak mengikuti jalan yang sama disediakan terlebih dahulu, tetapi ikuti aturan menebak dan
bereksperimen pertama.
Logika bertanggung jawab untuk membedakan yang benar dari yang salah. meskipun ini,
tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa, sampai batas tertentu, kami anda dapat
meningkatkan cara berpikir Anda dengan mempelajari logika sebagai salah satunya kontrol
cara operasi/berpikir untuk memaksimalkan jumlah hasil nilai sebenarnya akan meningkat.
Singkatnya, Logika tidak dapat menggantikan berpikir kreatif. Anggapan Logika salah
sebagai teknologi, setiap masalah dapat diselesaikan
1
1.2 Rumusan Masalah
A. Seperti apa keabsahan rumus?
B. Bagaimana keabsahan suatu argumen?
1.3 Tujuan
A. Mengerti dan memahami keabsahan suatu rumus
B. Mengerti dan memahami keabsahan suatu argumen
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi pernyataan, yaitu fungsi dari (BS) ke (B.S). Apabila range dari fungsi ini hanya
bernialai B atau S saja (tidak kedua-duanya), maka fungsi itu disebut fungs konstan. Suatu
pernyataan yang memuat kuantorpun dapat dipandang sebagai suatu fungsi dengan
domain D dan kodomain (B.S) Domain D adalah suatu himpunan yang tidak kosong
apapun anggotanya diperbolehkan.
Contoh P(x) adalah suatu rumus yang menyatakan “x mempunyai star P. Misalkan d,
anggota D sedemikian sehingga hingga Pidj bernilai B( ditulis "P(d1) = B). d₂ anggota D
sedemikian hingga P(d₂) = S. Apabila nilai kebenaran P(x) untuk setiap anggota D
dinyatakan sebagai (d), maka P(x) menyajikan sebuah fungsi :
I D→ (B.S)
Apabila P(x₁x₂) adalah suatu rumus, maka domainnya dan D², karena rumus memuat dua
variabel yang berbeda, yaitu x, dari X₂ P(x₁,x₂) menyajikan sebuah fungsi yang
bersesuaian dengan
£ =D² → (B.S)
Secara umum, apabila P(X1. X₂, X3. maka domainnya diambil Dn, sebab rumus memuat
n variabel berbeda. Xa) adalah suatu rumus.
Sebagai ilustrasi, misalkan kita ingin menyusun tabel kebenaran untuk rumus
2
Misalkan diambil domain D=(a,b). Px menyajikan suatu t 1: D⇒ (B.S), sehingga nilai-
nilai kebenaran yang mungkin a untuk setiap anggota D ditunjukkan dengan tabel
a B B S S
b B S B S
Sedangkan nilai-nilai kebenaran yang mungkin untuk rumus Q adalah B atau S. Variabel
bebas y disubstitusi dengan a atau b. yaitu anggota-anggota D. Sehingga untuk menyusun
label nilai kebenaran secara lengkap untuk rumus tersebut memerlukan 4x2x2 = 16 baris,
yang disusun seperti dalam tabel :
1 L1x B a B B B B B B B B
2 L1x B b B B B B B B B B
3 L1x S a S B S S S S S B
4 L1x S b S B S S S S S B
5 L2x B a B B B B B B B B
6 L2x B b B S B B B B S S
7 L2x S a S B S S S S S B
8 L2x S b B S B S B S S S
9 L3x B a B S B B B B S S
10 L3x B b B B B B B B B B
11 L3x S a B S B S B S S S
12 L3x S b S B S S S S S B
3
13 L4x B a B S B B B B S S
14 L4x B b B S B B B B S S
15 L4x S a B S B S B S S S
16 L4x S b B S B S B S S S
Langkah 4 2 3 1 5 1’ 2’ 3’
Penjelasan cara mengisi nilai kebenaran dalam tabel 72 Misalkan pengisian nilai-nilai
kebenaran pada baris 6. Pada ban ini Px mempunyai nilai kebenaran l₂b, yaitu S dan Py
bernilai yaitu S pula. Q diambil bernilai B. Untuk menentukan nia kebenaran (V x)(PxQ),
kita harus menentukan nilai kebenaran PxQ, dalam baris 6 berarti PbQ, Pb bernilai l2b,
yaitu S dan Q bernilai B, sehingga PxQ bernilai B. Maka nilai kebenaran (x)(₂x B) adalah
B. Nilai kebenaran Q & Py adalah S, karena Q bernilai B dan Py untuk y diganti b bernilai
l₂b yaitu S. Sehingga rumus (x)(x ) V (Q & Py) bernilai B (baris 6)
Definisi
I. Suatu rumus dikatakan absah dalam suatu domain bila dan hanya bila rumus
itu bernilai B untuk setiap subsitus anggota domain pada variabel-variabel bebasnya.
II. Suatu rumus dikatakan absah bila dan hanya bila rumus itu absah untuk setiap
anggota domain.
Bukti: Untuk menyusun tabel nilai kebenaran bagi rumus ini tidaklah mungkin, karena
domain lak tertentu. Sehingga keabsahan rumus dibuktikan sebagai berikut. Misalkan
rumus tersebut bernilai S, maka Py mesti bernilai S untuk suatu subsititusi anggota
domain pada y. Sehingga untuk kejadian itu (∀x) Px bernilai S. Dengan demikian (∀x)
Px=>Py bernilai B (absah).
Bukti: Untuk menyusun tabel nilai kebenaran rumus ini yang meliputi semua nilai
kebenarannya pun tidaklah mungkin, karena domain tak tertentu.
Misalkan untuk suatu domain, (Ex) Px bernilai S. Kejadian ini menyatakan bahwa Px
bernilai S untuk suatu x dalam domain itu. Ini berarti Py bernilai S, yaitu y disubtitusi
dengan x. Oleh karena itu Py⇒ (Ex) Px bernilai B (absah).
4
Contoh : Tunjukkan bahwa rumus (Ex) Px=>(∀x) Px tidak absah!
Contoh :Buktikan bahwa rumus (∀x) (Px v(∀x) Qx=(x) (PxvQx) absah!
Bukti: Misalkan pengikut (∀x) (PxVQx) bernilai S untuk suatu anggota domain D,
misalnya a. Berarti Pa dan Qa masing-masing bernilai S. Sehingga (x)Px dan (x)Qx
masing-masing bernilai S pula. Maka pendahulu (x)Px v(∀x)Qx bernilai S. Oleh karena
itu rumus (∀x) Px v(x) Qx⇒ (∀x) (Px v Qx) bernilai B (absah).
Sehingga dapat disimpulkan apabila Px adalah suatu rumus yang bebas untuk y, maka:
1. ( ∀x) Px=>Py
2. Py⇒ (Ex)Px
Jadi jika y diganti dengan x diperoleh ( ∀ x) PxPx, yaitu suatu rumus yang absah.
Selanjutnya, apabila diketahui bahwa (∀x) Px bernilal B, maka Px bernilai B. Sehingga
teorema dapat diturunkan teorema sebagai berikut:
Apabila (∀ x) Px suatu rumus yang absah, maka Px suatu rumus yang absah pula.
Contoh :
(1) (∀x) (x²-1 = (x + 1)(x - 1)) bernilai B dan x² -1 = (x + 1)(x-1) adalah suatu
identitas yang bernilai B.
(2) (∀𝑥)(∀y) (x²-y) = (x - y)(x² + xy + y²)) bernilal B dan x² - y² = (x - y)(x² + xy
+ y) adalah suatu identitas yang bernilai B
Misalkan x adalah sembarang variabel, P suatu rumus yang tidak memuat kejadian bebas
dari x dan Qx adalah sembarang rumus, maka
1. Jika P=0x suatu rumus yang absah, maka P=> (∀ x)Qx adalah suatu rumus yang
absah pula.
2. Jika Qx⇒P suatu rumus yang absah, maka (Ex) QxP adalah suatu rumus yang
absah pula.
Bukti: Misalkan D adalah sembarang domain dan ambil a anggota D, untuk menentukan
nilai kebenaran dari rumus P⇒(∀x) Qx. Tetapi, karena x bukan variabel bebas, baik dalam
P maupun dalam (∀x) Qx. sehingga a tidak akan mempengaruhi nilai kebenaran rumus
P=>(∀x) Qx untuk variabel tergantung x. Selanjutnya, jika P bernilai B dan karena P Qx
bernilai B, maka P(∀x) Qx bernilai B (absah). Jika P bernilai S, maka P⇒ (V x) Qx
bernilai B (absah).
5
Demikian pula di sini, suatu anggota domain yang diambil tidak akan memberikan nilai
kebenaran rumus (Ex) Qx P, karena x bukan variabel bebas baik dalam (Ex)Qx rhaupun
dalam P. Jika P bernilai B, maka (Ex) Qx⇒P bernilai B (absah). Dan jika P bernilai S,
dan Qx⇒ P bernilai 8 berarti Qx bernilai B untuk suatu x, maka (Ex) Qx⇒P bernilai
B(absah).
Kemudian Jika Qx suatu rumus yang absah, maka rumus (∀x) Qx absah pula.
Misalkan x dan y adalah yariabel-valiabel yang berbeda, Px, Qx, dan Pxy adalah rumus-
rumus dan P adalah rumus yang tidak memuat setiap kejadian bebas dari variabel x, maka
rumus-rumus berikut adalah absah.
6
2.2 Keabsahan Argumen
A₁, A2, A3. A masing-masing disebut premis, dan Q disebut kesimpulan. Argumen itu
dikatakan absah bila dan hanya bila untuk setitp domain D, setiap A (i=1,2,3,n) bernilai
B dan Q bernilai B pula. Keabsahan argumen A (= 1,2,3,, n) Q dapat ditunjukkan dengan
kebenaran dari pernyataan A, & A, & A, &. &.
Dari rumus (∀ x)Px dapat diturunkan rumus Px. Perhatikan bahwa dalam aturan us, x
dalam rumus (∀x) Px adalah variabel tergantung, sedangkan x dalam rumus Px adalah
variabel bebas, sehingga aturan us ini dapat dikatakan. Dari rumus (Vx)Px dapat
diturunkan rumus Py.
Jika rumus Qx dengan x bukan suatu variabel yang mempunyai kejadian bebas dalam
setiap premis, maka dari rumus Qx dapat diturunkan rumus (x)Qx.
Semua hewan mempunyai ekor, Semua manusia termasuk hewan. Jadi, semua manusia
mempunyai ekor.
1. (Vx)(HxEx)
2. (Vx)(MxHx)
3. Hx > Ex
4. Mx⇒ Hx
5. Mx Ex
6. (X)MX⇒>Ex)
7
Contoh: Buktikanlah keabsahan argumen berikut!
Tak ada lembu yang ingin menari
Tidak ada penyanyi yang tak ingin menari
Semua ternak saya adalah lembu
Jadi, tidak ada satupun dari ternak saya yang menjadi penyanyi.
1. (X)(LX-MX)
2. (x)(PxMx)
3. (x)(TxLx)
4. Lx=>> -Mx
5. Px=>> Mx
6. Tx=>> Lx
7. Tx⇒>>-Mx
8. -Mx=>Px
9. Tx=-Px
10. (∀x)TX-Px
Bukti:
Dalam bentuk simbol, argumen tersebut ditulis (∀x)(Rx v Gx) -Kx, Ka-Ra
1. (X)(Rx v Gx)⇒-Kx P
2. Ka P
3. Rav Ga⇒-Ka 1 us
4. –(Ra v Ga) (1.2) 2,3t
5. Ra & -Ga 4t
6. -Ra 5t
Simbol "a" menyatakan "Jono". Baris 3 diturunkan dengan aturan us dari baris ke 1
dengan mengganti "x" dengan "a".
8
Penyelesaian: Secara simbolik, argumen itu ditulis:
(x((Mx v Sx) -Nx), Na -Ma.
Contoh-contoh di atas adalah contoh penyimpulan dalam argumen yang hanya memuat
kuantor universal, selanjutnya akan dibicarakan argumen yang memuat juga kuantor
eksistensial.
Perhatikan argumen berikut: (Ex) Hx Hx. Dua x pertama adalah variabel tergantung dan
x ketiga adalah variabel bebas. Penyimpulan ini, apabila tanpa ada pembatasan bagi
variabel bebas x akan memperoleh kesimpulan yang tidak absah, Misalkan "H"
dinterpretasikan sebagai "lebih dari 3". Jika *2" disubstitusikan pada variabel bebas "x"
maka argumen tersebut menjadi: Ada bilangan yang lebih besar 3, dan disimpulkan
bahwa 2 lebih besar dari 3. Jelas argumen ini tidak absah. Terlebih lagi. apabila dengan
aturan ug. Hx disimpulkan (Vx)Hx. Sehingga dari (Ex)Hx disimpulkan (x)Hx, tentu ini
suatu penyimpulan yang tidak absah.
Pembatasan variabel bebas dan suatu variabel tergantung dilakukan atau tidak dalam
suatu penyimpulan dapat diperiksa dalam contoh-contoh penyimpulan berikut.
1. (x) (HxMx) P
2. (Ex) Hx p
3. Ha⇒ Ma 1 us
4. Ha Substitusi 'a' pada 'x' dalam langkah 2
5. Ma 3,4 t
6. (Ex) Mx Eliminasi a dalam langkah 5
Langkah 3 dalam penyimpulan ini memang benar, yaitu menggunakan aturan us pada
langkah 1, dengan substitusi "a" pada x. Tetapi substitusi "a" dan "x" dalam langkah 2,
sehingga diturunkan langkah 4, yaitu Ha, tidaklah benar. Ambillah interpretasi premis-
premis itu demikian. "H" sebagai "berambut hitam", "M" sebagai "mahasiswa dan "Jono
yang berambut merah sebagai "a". Interpretasi ini menunjukkan bahwa langkah 3 tetap
benar, walaupun Jono berambut merah. Sedangkan langkah jelas salah. Nampak di sini,
variabel bebas a pada langkah 4 tanpa pembatasan, sebab variabel itu mengikuti variabol
bebas a yang diturunkan dari premis pertama yang menggunakan kuantor universal.
Pembatasan variabel bebas tersebut akan nampak pada konstruksi penurunan kesimpulan
berikut.
9
1. (x) (HxMx) p
2. (Ex) Hx p
3. Ha Substitusi a pada x dalam langkah 2
4. Ha = > Ma 1 us
5. Ma 3,4 t
6. (Ex)Mx Eliminasi a dalam langkah 5
Perbedaan konstruksi ini dengan konstruksi di atas hanya terletak pada langkah 3 dan 4'.
Nama "a" yang diambil dalam langkah 3 memang terbatas, yaitu untuk "a" yang
memenuhi premis 2. Kemudain a diberlakukan pada premis pertama, yang mesti
berakibat benar, sebab premis pertama menggunakan kuantor universal.
Dalam penyimpulan di atas sebenarnya kita telah menggunakan dua aturan baru yang
berkenaan dengan kuantor eksistensial, yaitu:
Dari rumus (Ex)Px dapat diturunkan Pa, bila variabel a tidak digunakan dalam penurunan
sebelumnya. Aturan eg (rule of exixtential generalization)
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Kesimpulan
Dalam kalkulus predikat terdapat dua pokok pembahasan yang dijelaskan, yaitu
keabsahan rumus dan keabsahan argumen. Banyak sekali teorema teorema pada
pembahasan tersebut sampai ke contoh contoh maupun bukti penerapan dari teorema
teorema tersebut. Fungsi pernyataan, yaitu fungsi dari (BS) ke (B.S). Apabila range dari
fungsi ini hanya bernialai B atau S saja (tidak kedua-duanya), maka fungsi itu disebut
fungs konstan. Suatu pernyataan yang memuat kuantorpun dapat dipandang sebagai suatu
fungsi dengan domain D dan kodomain (B.S) Domain D adalah suatu himpunan yang
tidak kosong apapun anggotanya diperbolehkan.
Sedangkan dalam keabsahan argumen, konsep-konsep dari penyimpulan dalam kalkulus
predikat merupakan perluasan dari penyimpulan dalam kalkulus pernyataan yang telah
kita pelajari Jika A₁, Az. As An adalah rumus-rumus dalam kalkulus predikat dan Q
adalah rumus yang merupakan kesimpulan yang diturunkan dari n rumus itu, maka A₁,
A2. As... An dan Q membentuk suatu argumen yang dituliskan sebagai: A₁, A₂, A3. ..A,
=Q
A₁, A2, A3. A masing-masing disebut premis, dan Q disebut kesimpulan. Argumen itu
dikatakan absah bila dan hanya bila untuk setitp domain D, setiap A (i=1,2,3,n) bernilai
B dan Q bernilai B pula. Keabsahan argumen A (= 1,2,3,, n) Q dapat ditunjukkan dengan
kebenaran dari pernyataan A, & A, & A, &. &.
Dalam menyusun konstruksi penurunan kesimpulan dalam. suatu argumen, kecuali
menggunakan aturan-aturan p dan t serta cp, masih memerlukan dua aturan pokok yang
berkenaan dengan kuantor universal.
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari sisi manapum sangat dibutuhkan dan berpengaruh
dalam penyempurnaan makalah ini. Atas saran, kritik maupun bantuannya penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga apa saja yang tertera didalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. (2006). Logika dan Himpunan. Yogyakarta: Hanggar Kreator
11