Anda di halaman 1dari 14

KALKULUS PREDIKAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Logika dan Himpunan

Dosen Pengampu : Mulyaningrum Lestari, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Ahmad Sanjaya (2010610073)


2. Miftakh Sania Firda Suna (2010610084)
3. M. Fail Abdullah Aziz (2010610090)
4. Achmad Fandi Santoso (2010610093)

PROGAM STUDI TADRIS MATEMATIKA C

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayat,


serta karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya makalah yang bertema
“Kalkulus Predikat” ini dengan baik.
Makalah makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Mulyaningrum
Lestari, M.Pd selaku dosen mata kuliah Logika dan Himpunan di IAIN Kudus.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Kalkulus Predikat.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Mulyaningrum Lestari, M.Pd selaku dosen yang membimbing mata kuliah Logika
dan Himpunan, penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 30 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 3
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
2.1 Keabsahan Rumus............................................................................................... 2
2.2 Keabsahan Argumen ........................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era Yunani kuno dimulai pada Aristoteles (384-322 SM). Angka ini tidak menyebutkan
kata "logika". Dia menggunakan kata "Analisis" dan "Dialektika". Analisis digunakan untuk
merujuk pada metode penalaran Berdasarkan pernyataan yang benar. Dialektika sedang
digunakan. Sebutkan cara bernalar berdasarkan kriteria atau tebakan. Kemudian Analytica
dan Dialektika keduanya adalah jenis pengetahuan yang dikenal logika.

Dalam perkembangan selanjutnya, Logika biasanya dianggap sebagai semacam salah satu
cabang filsafat. Sekarang, logikanya harus diperbaiki sebagai ilmu, yaitu ilmu penalaran
formal atau ilmu proses penalaran. Sampai pertengahan abad ke-19, logika yang paling
berpengaruh adalah logika tradisional yang diciptakan oleh Aristoteles

Seperti yang disebutkan sebelumnya, logika adalah bidang penelitian Anda prinsip
penalaran yang benar dan kesimpulan yang valid, keduanya apakah itu deduktif atau induktif.
Orang sering mengatakan bahwa logika adalah teori pikiran. Mengatakan Logika mengarah
ke lebih benar kita berpikir tentang bagaimana seharusnya bekerja, bukan bagaimana kita
berpikir ini benar-benar bekerja. Hai yang tidak mudah untuk menganalisis suatu proses
pikiran: yaitu, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam sesuatu proses
berpikir. Karena ditentukan sebagian oleh logika dan sebagian lagi oleh operasi otomatis, ada
yang bisa dikatakan tidak menentu. Akan sulit seperti yang kita semua tahu, kita akan dapat
meningkatkan cara berpikir kita melalui kekuatan masukkan secara ketat sesuatu yang
sepenuhnya dikendalikan dan didominasi oleh operasi logis saja.

Pikiran yang produktif biasanya mengalami kerumitannya sendiri ini tidak selalu jelas.
Jadi apa yang Logika amati hanyalah hasilnya pikiran daripada proses berpikir itu sendiri.
Dengan kata lain, logis sebagai pengatur, bukan penggerak gagasan. Rumus logika hukum
yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah hasilnya valid gagasan itu
benar/valid, bukan hukum yang dipaksakan pada gagasan diri. Karena proses berpikir kreatif
tidak mengikuti jalan yang sama disediakan terlebih dahulu, tetapi ikuti aturan menebak dan
bereksperimen pertama.

Logika bertanggung jawab untuk membedakan yang benar dari yang salah. meskipun ini,
tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa, sampai batas tertentu, kami anda dapat
meningkatkan cara berpikir Anda dengan mempelajari logika sebagai salah satunya kontrol
cara operasi/berpikir untuk memaksimalkan jumlah hasil nilai sebenarnya akan meningkat.
Singkatnya, Logika tidak dapat menggantikan berpikir kreatif. Anggapan Logika salah
sebagai teknologi, setiap masalah dapat diselesaikan

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Seperti apa keabsahan rumus?
B. Bagaimana keabsahan suatu argumen?
1.3 Tujuan
A. Mengerti dan memahami keabsahan suatu rumus
B. Mengerti dan memahami keabsahan suatu argumen

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keabsahan Rumus

Fungsi pernyataan, yaitu fungsi dari (BS) ke (B.S). Apabila range dari fungsi ini hanya
bernialai B atau S saja (tidak kedua-duanya), maka fungsi itu disebut fungs konstan. Suatu
pernyataan yang memuat kuantorpun dapat dipandang sebagai suatu fungsi dengan
domain D dan kodomain (B.S) Domain D adalah suatu himpunan yang tidak kosong
apapun anggotanya diperbolehkan.

Contoh P(x) adalah suatu rumus yang menyatakan “x mempunyai star P. Misalkan d,
anggota D sedemikian sehingga hingga Pidj bernilai B( ditulis "P(d1) = B). d₂ anggota D
sedemikian hingga P(d₂) = S. Apabila nilai kebenaran P(x) untuk setiap anggota D
dinyatakan sebagai (d), maka P(x) menyajikan sebuah fungsi :

I D→ (B.S)

Apabila P(x₁x₂) adalah suatu rumus, maka domainnya dan D², karena rumus memuat dua
variabel yang berbeda, yaitu x, dari X₂ P(x₁,x₂) menyajikan sebuah fungsi yang
bersesuaian dengan

£ =D² → (B.S)

Secara umum, apabila P(X1. X₂, X3. maka domainnya diambil Dn, sebab rumus memuat
n variabel berbeda. Xa) adalah suatu rumus.

Sebagai ilustrasi, misalkan kita ingin menyusun tabel kebenaran untuk rumus

(∀𝑥) (Px=>Q) v (Q & Py).

2
Misalkan diambil domain D=(a,b). Px menyajikan suatu t 1: D⇒ (B.S), sehingga nilai-
nilai kebenaran yang mungkin a untuk setiap anggota D ditunjukkan dengan tabel

X I1x L2x L3x L4x

a B B S S

b B S B S

Sedangkan nilai-nilai kebenaran yang mungkin untuk rumus Q adalah B atau S. Variabel
bebas y disubstitusi dengan a atau b. yaitu anggota-anggota D. Sehingga untuk menyusun
label nilai kebenaran secara lengkap untuk rumus tersebut memerlukan 4x2x2 = 16 baris,
yang disusun seperti dalam tabel :

Baris Px Q Y (∀𝑥) (Px=>Q) v (Q & Py).


ke-

1 L1x B a B B B B B B B B

2 L1x B b B B B B B B B B

3 L1x S a S B S S S S S B

4 L1x S b S B S S S S S B

5 L2x B a B B B B B B B B

6 L2x B b B S B B B B S S

7 L2x S a S B S S S S S B

8 L2x S b B S B S B S S S

9 L3x B a B S B B B B S S

10 L3x B b B B B B B B B B

11 L3x S a B S B S B S S S

12 L3x S b S B S S S S S B

3
13 L4x B a B S B B B B S S

14 L4x B b B S B B B B S S

15 L4x S a B S B S B S S S

16 L4x S b B S B S B S S S

Langkah 4 2 3 1 5 1’ 2’ 3’

Penjelasan cara mengisi nilai kebenaran dalam tabel 72 Misalkan pengisian nilai-nilai
kebenaran pada baris 6. Pada ban ini Px mempunyai nilai kebenaran l₂b, yaitu S dan Py
bernilai yaitu S pula. Q diambil bernilai B. Untuk menentukan nia kebenaran (V x)(PxQ),
kita harus menentukan nilai kebenaran PxQ, dalam baris 6 berarti PbQ, Pb bernilai l2b,
yaitu S dan Q bernilai B, sehingga PxQ bernilai B. Maka nilai kebenaran (x)(₂x B) adalah
B. Nilai kebenaran Q & Py adalah S, karena Q bernilai B dan Py untuk y diganti b bernilai
l₂b yaitu S. Sehingga rumus (x)(x ) V (Q & Py) bernilai B (baris 6)

Definisi

I. Suatu rumus dikatakan absah dalam suatu domain bila dan hanya bila rumus
itu bernilai B untuk setiap subsitus anggota domain pada variabel-variabel bebasnya.
II. Suatu rumus dikatakan absah bila dan hanya bila rumus itu absah untuk setiap
anggota domain.

Contoh : Buktikan bahwa rumus (∀𝑥) Px=Py absah!

Bukti: Untuk menyusun tabel nilai kebenaran bagi rumus ini tidaklah mungkin, karena
domain lak tertentu. Sehingga keabsahan rumus dibuktikan sebagai berikut. Misalkan
rumus tersebut bernilai S, maka Py mesti bernilai S untuk suatu subsititusi anggota
domain pada y. Sehingga untuk kejadian itu (∀x) Px bernilai S. Dengan demikian (∀x)
Px=>Py bernilai B (absah).

Contoh : Buktikan bahwa rumus Py➡️(Ex)Px absah!

Bukti: Untuk menyusun tabel nilai kebenaran rumus ini yang meliputi semua nilai
kebenarannya pun tidaklah mungkin, karena domain tak tertentu.

Misalkan untuk suatu domain, (Ex) Px bernilai S. Kejadian ini menyatakan bahwa Px
bernilai S untuk suatu x dalam domain itu. Ini berarti Py bernilai S, yaitu y disubtitusi
dengan x. Oleh karena itu Py⇒ (Ex) Px bernilai B (absah).

4
Contoh : Tunjukkan bahwa rumus (Ex) Px=>(∀x) Px tidak absah!

Penyelesaian: Misalkan domain D memuat sekurang-kurangnya dua anggota yaitu a dan


b, sedemikian Pa bernilai B dan Pb bernilai S. Maka (Ex) Px bernilai B dan (∀x)) Px
bernilai S. Jadi rumus (Ex) Px=(∀x) Px bernilai S (tidak absah).

Contoh :Buktikan bahwa rumus (∀x) (Px v(∀x) Qx=(x) (PxvQx) absah!

Bukti: Misalkan pengikut (∀x) (PxVQx) bernilai S untuk suatu anggota domain D,
misalnya a. Berarti Pa dan Qa masing-masing bernilai S. Sehingga (x)Px dan (x)Qx
masing-masing bernilai S pula. Maka pendahulu (x)Px v(∀x)Qx bernilai S. Oleh karena
itu rumus (∀x) Px v(x) Qx⇒ (∀x) (Px v Qx) bernilai B (absah).

Sehingga dapat disimpulkan apabila Px adalah suatu rumus yang bebas untuk y, maka:

1. ( ∀x) Px=>Py
2. Py⇒ (Ex)Px

Jadi jika y diganti dengan x diperoleh ( ∀ x) PxPx, yaitu suatu rumus yang absah.
Selanjutnya, apabila diketahui bahwa (∀x) Px bernilal B, maka Px bernilai B. Sehingga
teorema dapat diturunkan teorema sebagai berikut:

Apabila (∀ x) Px suatu rumus yang absah, maka Px suatu rumus yang absah pula.

Contoh :

(1) (∀x) (x²-1 = (x + 1)(x - 1)) bernilai B dan x² -1 = (x + 1)(x-1) adalah suatu
identitas yang bernilai B.
(2) (∀𝑥)(∀y) (x²-y) = (x - y)(x² + xy + y²)) bernilal B dan x² - y² = (x - y)(x² + xy
+ y) adalah suatu identitas yang bernilai B

Misalkan x adalah sembarang variabel, P suatu rumus yang tidak memuat kejadian bebas
dari x dan Qx adalah sembarang rumus, maka

1. Jika P=0x suatu rumus yang absah, maka P=> (∀ x)Qx adalah suatu rumus yang
absah pula.
2. Jika Qx⇒P suatu rumus yang absah, maka (Ex) QxP adalah suatu rumus yang
absah pula.

Bukti: Misalkan D adalah sembarang domain dan ambil a anggota D, untuk menentukan
nilai kebenaran dari rumus P⇒(∀x) Qx. Tetapi, karena x bukan variabel bebas, baik dalam
P maupun dalam (∀x) Qx. sehingga a tidak akan mempengaruhi nilai kebenaran rumus
P=>(∀x) Qx untuk variabel tergantung x. Selanjutnya, jika P bernilai B dan karena P Qx
bernilai B, maka P(∀x) Qx bernilai B (absah). Jika P bernilai S, maka P⇒ (V x) Qx
bernilai B (absah).

5
Demikian pula di sini, suatu anggota domain yang diambil tidak akan memberikan nilai
kebenaran rumus (Ex) Qx P, karena x bukan variabel bebas baik dalam (Ex)Qx rhaupun
dalam P. Jika P bernilai B, maka (Ex) Qx⇒P bernilai B (absah). Dan jika P bernilai S,
dan Qx⇒ P bernilai 8 berarti Qx bernilai B untuk suatu x, maka (Ex) Qx⇒P bernilai
B(absah).

Kemudian Jika Qx suatu rumus yang absah, maka rumus (∀x) Qx absah pula.

Teorema ini sering digunakan dalam pembuktian-pembuktian teorema dalam Matematika


Misalkan akan dibuktikan bahwa untuk setiap bilangan real x, sin³x + cos²x = 1. Pertama-
tama diambil sembarang bilangan real x, ini berarti x telah tertentu, mesti pun
pengambilannya tidak pilih-pilih (sembarang) Kemudian dengan x ini, dibuktikan sin²x
+ cos²x = 1. Setelah pembuktian ini. selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa untuk setiap
bilangan real x, sin x + cos²x = 1 Nah, di sinilah terjadi perubahan dari x sebagai variabel
bebas menjadi variabel tergantung.

Misalkan x dan y adalah yariabel-valiabel yang berbeda, Px, Qx, dan Pxy adalah rumus-
rumus dan P adalah rumus yang tidak memuat setiap kejadian bebas dari variabel x, maka
rumus-rumus berikut adalah absah.

I. (Ex)(Ey) Pxy↔ (Ey)(Ex) Pxy.


II. (Ex) Px-(V x)(-PX)
III. (∀x) Px-(Ex)(-Px)
IV. (Ex)Px (x)(-x)
V. (x) Px (Ex)(-Px) :
VI. (Ex) (x) Pxy(x) (Cx) Pxy.
VII. (Ex) (PxvQx) (Ex) Pxv (Ex)Qx
VIII. (x) (Px & Qx) (Vx) Px & (V x) Qx.
IX. (x) (Px v Qx) (Vx) Pxv (Vx)Qx
X. (Ex) (Px & Qx) (Ex)Px&(Ex)Qx.
XI. (Ex)(PV Qx) P v (Ex) Qx
XII. (x)(P&Qx) P&(V x)Qx
XIII. (x)(PVQx) PV (V x)Qx (B) (Ex) (P&Qx) P&(Ex)Qx.

Perhatikan bahwa rumus-rumus 7.5 menyatakan bahwa kuantor-kuantor eksistensial


(universal) dapat ditukar tempatnya Rumus-rumus 7.6 memberikan. aturan bagaimana
kuantor eksistensial dapat dinyatakan sebagai kuanlor universal atau sebaliknya. Rumus-
rumus 7.7 menunjukkan bagaimana menen tukan negasi suatu pernyataan yang
menyertakan kuantor Sedangkan rumus-rumus 7.9 sampai dengan 7.12 memberikan
aturan mentransfer kuantor ke rumus yang menggunakan perangkat atau &

6
2.2 Keabsahan Argumen

Konsep-konsep dari penyimpulan dalam kalkulus predikat merupakan perluasan dari


penyimpulan dalam kalkulus pernyataan yang telah kita pelajari Jika A₁, Az. As An
adalah rumus-rumus dalam kalkulus predikat dan Q adalah rumus yang merupakan
kesimpulan yang diturunkan dari n rumus itu, maka A₁, A2. As... An dan Q membentuk
suatu argumen yang dituliskan sebagai: A₁, A₂, A3. ..A, = Q

A₁, A2, A3. A masing-masing disebut premis, dan Q disebut kesimpulan. Argumen itu
dikatakan absah bila dan hanya bila untuk setitp domain D, setiap A (i=1,2,3,n) bernilai
B dan Q bernilai B pula. Keabsahan argumen A (= 1,2,3,, n) Q dapat ditunjukkan dengan
kebenaran dari pernyataan A, & A, & A, &. &.

Dalam menyusun konstruksi penurunan kesimpulan dalam. suatu argumen, kecuali


menggunakan aturan-aturan p dan t serta cp, masih memerlukan dua aturan pokok yang
berkenaan dengan kuantor universal. Dua aturan pokok ini merupakan realisasi
penggunaan teorema-teorema 7.2 dan 7.4.

Aturan us (rule of universal specification)

Dari rumus (∀ x)Px dapat diturunkan rumus Px. Perhatikan bahwa dalam aturan us, x
dalam rumus (∀x) Px adalah variabel tergantung, sedangkan x dalam rumus Px adalah
variabel bebas, sehingga aturan us ini dapat dikatakan. Dari rumus (Vx)Px dapat
diturunkan rumus Py.

Aturan ug (rule of universal generalization)

Jika rumus Qx dengan x bukan suatu variabel yang mempunyai kejadian bebas dalam
setiap premis, maka dari rumus Qx dapat diturunkan rumus (x)Qx.

Contoh : Konstruksikan penurunan kesimpulan dalam argumen berikut ini:

Semua hewan mempunyai ekor, Semua manusia termasuk hewan. Jadi, semua manusia
mempunyai ekor.

Penyelesaian: Argumen ini jika ditulis dalam bentuk simbol sebagai:

(∀x)(HxEx), (∀X)(MxHx) F(∀x)(Mx⇒>Ex)

1. (Vx)(HxEx)
2. (Vx)(MxHx)
3. Hx > Ex
4. Mx⇒ Hx
5. Mx Ex
6. (X)MX⇒>Ex)

7
Contoh: Buktikanlah keabsahan argumen berikut!
Tak ada lembu yang ingin menari
Tidak ada penyanyi yang tak ingin menari
Semua ternak saya adalah lembu
Jadi, tidak ada satupun dari ternak saya yang menjadi penyanyi.

Bukti: Dalam bentuk simbol, argumen itu dituliskan:

(LX-MX)(x)(Px Mx), (x)(TxLx) (Vx)(Tx=-Px)

1. (X)(LX-MX)
2. (x)(PxMx)
3. (x)(TxLx)
4. Lx=>> -Mx
5. Px=>> Mx
6. Tx=>> Lx
7. Tx⇒>>-Mx
8. -Mx=>Px
9. Tx=-Px
10. (∀x)TX-Px

Contoh : Buktikan keabsahan argumen berikut!

Tidak ada buruh alaupun pegawai yang kaya.


Jono itu kaya
Jadi Jona bukan buruh.

Bukti:
Dalam bentuk simbol, argumen tersebut ditulis (∀x)(Rx v Gx) -Kx, Ka-Ra

1. (X)(Rx v Gx)⇒-Kx P
2. Ka P
3. Rav Ga⇒-Ka 1 us
4. –(Ra v Ga) (1.2) 2,3t
5. Ra & -Ga 4t
6. -Ra 5t

Simbol "a" menyatakan "Jono". Baris 3 diturunkan dengan aturan us dari baris ke 1
dengan mengganti "x" dengan "a".

Contoh : Konstruksikan suatu penurunan kesimpulan dalam argumen:

Tidak ada mahasiswa ataupun siswa yang tidak nakal.


Budi adalah nakal. Jadi, Budi bukan mahasiswa.

8
Penyelesaian: Secara simbolik, argumen itu ditulis:
(x((Mx v Sx) -Nx), Na -Ma.

1. (∀x)((Mx v Sx) →>-Nx) Р


2. Na P
3. Mav Sa-Na 1 us
4. (Ma v Sa) 2,31
5. -Ma & -Sa 4t
6. Ma 5t

Contoh-contoh di atas adalah contoh penyimpulan dalam argumen yang hanya memuat
kuantor universal, selanjutnya akan dibicarakan argumen yang memuat juga kuantor
eksistensial.

Perhatikan argumen berikut: (Ex) Hx Hx. Dua x pertama adalah variabel tergantung dan
x ketiga adalah variabel bebas. Penyimpulan ini, apabila tanpa ada pembatasan bagi
variabel bebas x akan memperoleh kesimpulan yang tidak absah, Misalkan "H"
dinterpretasikan sebagai "lebih dari 3". Jika *2" disubstitusikan pada variabel bebas "x"
maka argumen tersebut menjadi: Ada bilangan yang lebih besar 3, dan disimpulkan
bahwa 2 lebih besar dari 3. Jelas argumen ini tidak absah. Terlebih lagi. apabila dengan
aturan ug. Hx disimpulkan (Vx)Hx. Sehingga dari (Ex)Hx disimpulkan (x)Hx, tentu ini
suatu penyimpulan yang tidak absah.

Pembatasan variabel bebas dan suatu variabel tergantung dilakukan atau tidak dalam
suatu penyimpulan dapat diperiksa dalam contoh-contoh penyimpulan berikut.

Contoh : (∀𝑥)(𝐻𝑥 => 𝑀𝑥), (𝐸𝑥)𝐻𝑥 𝐼 = (𝐸𝑥)𝑀𝑥

1. (x) (HxMx) P
2. (Ex) Hx p
3. Ha⇒ Ma 1 us
4. Ha Substitusi 'a' pada 'x' dalam langkah 2
5. Ma 3,4 t
6. (Ex) Mx Eliminasi a dalam langkah 5

Langkah 3 dalam penyimpulan ini memang benar, yaitu menggunakan aturan us pada
langkah 1, dengan substitusi "a" pada x. Tetapi substitusi "a" dan "x" dalam langkah 2,
sehingga diturunkan langkah 4, yaitu Ha, tidaklah benar. Ambillah interpretasi premis-
premis itu demikian. "H" sebagai "berambut hitam", "M" sebagai "mahasiswa dan "Jono
yang berambut merah sebagai "a". Interpretasi ini menunjukkan bahwa langkah 3 tetap
benar, walaupun Jono berambut merah. Sedangkan langkah jelas salah. Nampak di sini,
variabel bebas a pada langkah 4 tanpa pembatasan, sebab variabel itu mengikuti variabol
bebas a yang diturunkan dari premis pertama yang menggunakan kuantor universal.
Pembatasan variabel bebas tersebut akan nampak pada konstruksi penurunan kesimpulan
berikut.

9
1. (x) (HxMx) p
2. (Ex) Hx p
3. Ha Substitusi a pada x dalam langkah 2
4. Ha = > Ma 1 us
5. Ma 3,4 t
6. (Ex)Mx Eliminasi a dalam langkah 5

Perbedaan konstruksi ini dengan konstruksi di atas hanya terletak pada langkah 3 dan 4'.
Nama "a" yang diambil dalam langkah 3 memang terbatas, yaitu untuk "a" yang
memenuhi premis 2. Kemudain a diberlakukan pada premis pertama, yang mesti
berakibat benar, sebab premis pertama menggunakan kuantor universal.

Dalam penyimpulan di atas sebenarnya kita telah menggunakan dua aturan baru yang
berkenaan dengan kuantor eksistensial, yaitu:

Aturan es (rule of exixtensial specification)

Dari rumus (Ex)Px dapat diturunkan Pa, bila variabel a tidak digunakan dalam penurunan
sebelumnya. Aturan eg (rule of exixtential generalization)

Dari rumus Pa dapat diturunkan (Ex) Px.

BAB III

PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan
Dalam kalkulus predikat terdapat dua pokok pembahasan yang dijelaskan, yaitu
keabsahan rumus dan keabsahan argumen. Banyak sekali teorema teorema pada
pembahasan tersebut sampai ke contoh contoh maupun bukti penerapan dari teorema
teorema tersebut. Fungsi pernyataan, yaitu fungsi dari (BS) ke (B.S). Apabila range dari
fungsi ini hanya bernialai B atau S saja (tidak kedua-duanya), maka fungsi itu disebut
fungs konstan. Suatu pernyataan yang memuat kuantorpun dapat dipandang sebagai suatu
fungsi dengan domain D dan kodomain (B.S) Domain D adalah suatu himpunan yang
tidak kosong apapun anggotanya diperbolehkan.
Sedangkan dalam keabsahan argumen, konsep-konsep dari penyimpulan dalam kalkulus
predikat merupakan perluasan dari penyimpulan dalam kalkulus pernyataan yang telah
kita pelajari Jika A₁, Az. As An adalah rumus-rumus dalam kalkulus predikat dan Q
adalah rumus yang merupakan kesimpulan yang diturunkan dari n rumus itu, maka A₁,
A2. As... An dan Q membentuk suatu argumen yang dituliskan sebagai: A₁, A₂, A3. ..A,
=Q
A₁, A2, A3. A masing-masing disebut premis, dan Q disebut kesimpulan. Argumen itu
dikatakan absah bila dan hanya bila untuk setitp domain D, setiap A (i=1,2,3,n) bernilai
B dan Q bernilai B pula. Keabsahan argumen A (= 1,2,3,, n) Q dapat ditunjukkan dengan
kebenaran dari pernyataan A, & A, & A, &. &.
Dalam menyusun konstruksi penurunan kesimpulan dalam. suatu argumen, kecuali
menggunakan aturan-aturan p dan t serta cp, masih memerlukan dua aturan pokok yang
berkenaan dengan kuantor universal.
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari sisi manapum sangat dibutuhkan dan berpengaruh
dalam penyempurnaan makalah ini. Atas saran, kritik maupun bantuannya penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga apa saja yang tertera didalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. (2006). Logika dan Himpunan. Yogyakarta: Hanggar Kreator

11

Anda mungkin juga menyukai