Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PUASA
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Metodologi Studi Fiqih

Dosen Pengampu : H. Saiful Mujab, M.S.I

Disusun Oleh :

1. Muhammad Rifqi Bahrus Salam (2010610070)

2. Muhammad Andi Imron Farhani (2010610081)

3. Tamsilatul Musafiroh (2010610092)

Prodi Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Kudus


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis bisa menyelesaikan makalah
ini dengan baik, untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Fiqih, dan bisa
mengembangkan kemampuan penulis dalam makalah ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada


Bapak H. Saiful Mujab, M.S.I selaku dosen pengampu Metode Studi Fiqih. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekukarangan dan jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam
penyempurnaan makalah ini. atas saran, kritik maupun bantuannya penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga yang ditulis didalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jum’at, 2 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Pengertian Puasa .............................................................................................. 2
B. Syarat wajib Puasa........................................................................................... 2
C. Rukun Puasa ..................................................................................................... 3
D. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa ................................................................ 5
E. Macam-Macam Puasa ..................................................................................... 6
F. Waktu yang Diharamkan Berpuasa ............................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu ibadah yang dilaksanakan umat islam, yang
terdapat pada rukun islam yang keempat, ibadah puasa dapat membersihkan hati,
menyucikan jiwa dan menyehatkan tubuh. Ibadah puasa juga menjadi tolak ukur
dalam beribadah untuk meningkatkan kualitas seseorang, sebagai bukti ketaatan
kepada Allah.

Puasa merupakan ibadah yang tidak ada tandingannya. Puasa menggabungkan


tiga jenis kesabaran yaitu kesabaran dalam melakukan ketaan kepada Allah,
kesabaran dalam menjauhi larangan Allah, dan kesabaran terhadap takdir Allah
atas rasa lapar dan kesulitan yang dirasakan saat berpuasa.

Terkadang seseorang hanya melaksanakan puasa tenpa mengetahui syarat-


syarat berpuasa, hal-hal yang membatalkan puasa, sunah-sunah puasa, dan waktu
yang diharamkan untuk melakukan puasa. Mereka hanya mendapatkan hawa
lapar tanpa mendapatkan pahala, jadi seseorang harus memahami dan
mempelajari apa saja yang harus dilakukan sebelum melaksanakan ibadah puasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud puasa?
2. Apa saja syarat wajib puasa?
3. Apa saja rukun puasa?
4. Apa saja hal-hal yang membatalkan puasa?
5. Apa saja macam-macam puasa?
6. Kapan waktu yang diharamkan berpuasa?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu puasa.
2. Untuk menjelaskan syarat wajib puasa.
3. Untuk menjelaskan rukun puasa.
4. Untuk menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa.
5. Untuk menjelaskan macam-macam puasa.
6. Untuk menjelaskan waktu yang haram berpuasa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa

Puasa terdiri dari kata "‫ "الصيام‬dan "‫ "الصوم‬dua kata tersebut merupakan
dua mashdar yang makna keduanya secara bahasa adalah menahan diri.
Secara syara’ berarti menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa
seperti makan, minum, atau yang lainnya dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari disertai niat kepada Allah, dengan syarat dan rukun
tertentu. Hal ini sudah dijelaskan dalam Q.S.Al-Baqarah ayat 183 yaitu :

ِّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم‬


َ‫الص َيا ُم َك َما ُكت َِب َعلَى الَّذِينَ مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.

Wajib hukumnya bagi seorang muslim menjalankan ibadah puasa, sebagai


bukti ketaatan kepada Allah. Puasa yang hukumnya wajib adalah puasa
ramadhan, tetapi ada juga puasa yang hukumnya sunah atau dianjurkan,
seperti puasa senin kamis, puasa syawal, puasa muharram, puasa sya’ban dan
puasa-puasa sunah yang lainnya.

B. Syarat wajib Puasa

Syarat-syarat wajib berpuasa itu ada tiga, tetapi dalam sebagian kitab salinan
disebutkan "‫( "اربعة الشياء‬empat perkara). Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah
dalam matan Abi Syuja’ mengatakan :

َّ ‫ اإلِ ْسالَ ُم َوال ُبلُ ْو ُغ َوال َع ْقل ُ َوالقُدْ َرةُ َعلَى ال‬: ‫اء‬
‫ص ْو ِم‬ ْ َ‫ص ْو ِم أَ ْر َب َع ُة أ‬
َ ‫ش َي‬ ِ ‫ش َرائِ ُط ُو ُج ْو‬
َّ ‫ب ال‬ َ ‫َو‬

Ada empat syarat wajib puasa: (1) islam, (2) baligh, (3) berakal, (4) mampu
menunaikan puasa.

2
1. Islam
Syarat berpuasa yang pertama adalah islam. Islam yaitu bersaksi tiada
tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Seorang muslim
wajib menjalankan ibadah puasa, karena puasa merupakan salah satu
rukun islam yang keempat.
2. Baligh
Syarat berpuasa yang kedua adalah baligh. Baligh merupakan pertanda
seseorang sudah dewasa yang berkewajiban melaksanakan syariat islam.
Perempuan dikatakan baligh apabila ia mengeluarkan darah yang
dihukumi haid, minimal pada umur 9 tahun. Laki-laki dapat dihukumi
baligh apabila ia sudah mernah mengalami mimpi basah.
3. Berakal
Syarat berpuasa yang ketiga adalah berakal. Dikatakan berakal karena
saat seseorang berpuasa memiliki akal yang sempurna. Jika seseorang
dalam keadaan gila maka tidak dikenakan hukum wajib berpuasa.

َّ ‫ث عَنْ ال ّنائ ِِم َح ّتى َي ْس َت ْيقِ ُظ َو َع ِن اْل َم ْج ُن ْو ِن َح ّتى ُيفِ ْيقَ َو َع ِن ال‬
‫صبِ ِّى َح َّتى َي ْبل ُ َغ‬ ٍ ‫ُرف َِع اْل َقلَ ُم عَنْ َث َال‬

“Tiga golongan yang tidak terkena hukum syar’i: orang yang tidur sampai
ia terbangun, orang yang gila sampai ia sembuh, dan anak-anak sampai ia
baligh.” (Hadits Shahih, riwayat Abu Daud: 3822, dan Ahmad: 910. Teks
hadits riwayat al-Nasa’i)
4. Mampu menunaikan puasa
Syarat puasa yang terakhir adalah mampu menunaikan puasa. Apabila
tidak mampu melaksanakan puasa, maka wajib mengganti dibulan
berikutnya atau membayar fidyah.

C. Rukun Puasa

Rukun puasa atau kewajiban-kewajiban puasa menurut kitab fathul Qorib itu
ada 4 :

ُّ ‫سا ُك َع ِن ْاْلَ ْك ِل َوال‬


ُ ‫ وال َّثال‬،ِ‫ش ْرب‬
‫ِث‬ َ ‫ َوال َّثانِى اَ ْإلِ ْم‬،ِ‫ اَ َح ُدهَا أَل ِّن َّي ُة ِبا ْل َق ْلب‬: ‫ش َيا َء‬
ْ َ‫ص ْو ِم أَ ْر َب َع ُة أ‬ ُ ‫َو َف َرائ‬
َّ ‫ِض ال‬
ِ‫الر ِاب ُع َت َع َّمدُا ْل َق ْيء‬
َّ ‫ َو‬،‫ا ْل ِج َما ُع َعامِدً ا‬

Kewajiban atau rukun puasa itu ada 4 perkara : (1) niat dengan hati. (2)
menahan diri dari makan dan minum. (3) menahan jima’ yang disengaja. (4)
1. Niat dengan
menahan muntahhati
yang disengaja.

3
Jika seseorang melakukan puasa wajib, seperti puasa ramadhan atau
puasa nadzar makawajib menempatkan niat pada malam hari. Sedangkan
dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari
adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai
berikut:
‫ص َيا َم َق ْبل َ ْال َف ْج ِر َف َال صِ َيا َم لَ ُه‬
ِّ ‫مَنْ لَ ْم َي ْج َم ِع ال‬

“Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu


hajar, maka ia tidak berpuasa,” (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098,
al-Tirmidz: 662, dan al-Nasa’i: 2293).

Berikut niat puasa ramadhan:

‫الى‬
َ ‫سـنـَ ِة لِلـّ ِه تـَ َع‬
َّ ‫ان هـَ ِذ ِه ال‬
ِ ‫ض‬َ َ‫ض شـَ ْه ِر َرمـ‬ َ ُ‫نـَ َو ْيت‬
ِ ‫ص ْو َم غـَ ٍد َعـنْ ا َ َداءِ فـَ ْر‬

“Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban bulan


Ramadhan pada tahun ini, karena Allah s.w.t, semata”

2. Menahan diri dari makan dan minum


Menahan diri dari makan dan minum dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari. Apabila seseorang makan dan minum dengan
sengaja disiang hari walaupun sedikit itu bisa membatalkan puasa.
3. Menahan jima’ yang disengaja
Berhubungan pasangan suami istri pada bulan ramadhan, akan
membatalkan puasa apabila dilakukan pada siang hari. Tidak hanya
membatalkan puasa tetapi harus wajib mengganti puasa yang telah gugur,
dan membayar kafarat.
4. Menahan muntah yang disengaja
Seseorang yang sengaja memuntahkan isi perutnya, atau memasukkan
benda kedalam mulutnya sehingga muntah, itu termasuk membatalkan
puasa. Jika muntah itu tidak disengaja seperti karena sakit, maka tidak
membatalkan puasa. Diriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda,

"Siapa yang tidak sengaja muntah, maka ia tidak diwajibkan untuk


mengganti puasanya, dan siapa yang sengaja muntah maka ia wajib
mengganti puasanya". (H.R al-Tirmidzi 653 dan Ibn Majah 1666).

4
D. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang membatalkan puasa ada 9 dikutip dari At-Tadzhib fi Adilati


Matan al-Ghoyati wa at-Taqrib karya Dr Mushtafa Dib al-Baga :
1. Memasukkan sesuatu kedalam lubang tubuh secara sengaja
Masuknya sesuatu dari salah satu lubang yang berpangkal pada organ
bagian dalam, secara istilah fiqih disebut jauf, seperti telinga, hidung,
mulut, hal tersebut dapat membatalkan puasa, apabila dimasukkan secara
sengaja.
2. Memasukan benda kedalam salah satu jalan
Salah satu jalan, maksudnya adalah kemaluan dan dubur. Jika ada benda
yang masuk disalah satu jalan tersebut dapat membatalkan puasa. Seperti
sedang mengobati ambeien.
3. Muntah secara disengaja
Seseorang yang sengaja memuntahkan isi perutnya, atau memasukkan
benda kedalam mulutnya sehingga muntah, itu termasuk membatalkan
puasa. Jika muntah itu tidak disengaja seperti karena sakit, maka tidak
membatalkan puasa. Diriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda,

"Siapa yang tidak sengaja muntah, maka ia tidak diwajibkan untuk


mengganti puasanya, dan siapa yang sengaja muntah maka ia wajib
mengganti puasanya". (H.R al-Tirmidzi 653 dan Ibn Majah 1666).

4. Berhubungan seks dengan disengaja


Berhubungan pasangan suami istri pada bulan ramadhan, akan
membatalkan puasa apabila dilakukan pada siang hari. Tidak hanya
membatalkan puasa tetapi harus wajib mengganti puasa yang telah gugur,
dan membayar kafarat.
5. Keluar mani
Keluar mani yang dimaksud didalam sini adalah terjadinya persentuhan
kulit dengan lawan jenis atau karena onani. Namun, apabila keluar mani
karena mimpi basah, maka hukum puasanya tetap sah, tidak membatalkan
sama sekali.
6. Haid atau menstruasi
Haid adalah darah yang dikeluarkan wanita yang sudah memasuki umur 9
tahun bukan karena sakit atau melahirkan. Disaat wanita mengalami haid
sangat diharamkan baginya menjalankan puasa.
7. Nifas

5
Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Masa minimal nifas
adalah 1 tetes, batas maksimalnya adalah 60 hari, sedangkan umum-
umumnya nifas adalah 40 hari.
8. Gila
Sudah jelas bahwa seseorang yang mengalami kejiwaan tidak diwajibkan
berpuasa. Apabila seseorang mengalami kejiwaan secara tiba-tiba maka
puasanya batal.
9. Murtad
Murtad adalah keluar dari islam. Ketika seseorang menjalankan ibadah
puasa kemudian murtad, maka otomatis puasa tersebut menjadi batal,
karena syarat wajib puasa salah satunya adalah islam.

E. Macam-Macam Puasa

1. Puasa Wajib
Puasa wajib dikerjakan bagi orang-orang dewasa, berakal sehat dan
mampu melaksanakan ibadah puasa. Adapun macam-macam puasa wajib
adalah sebagai berikut :
a. Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan merupakan puasa yang dikerjakan pada bulan
Ramadhan selama satu bulan. Hukum puasa ramadhan yaitu fadu
‘ain atas tiap-tiap mukallaf, artinya apabila dikerjakan maka akan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan maka akan mendapat
dosa. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa
Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin,
umat Muhammad Saw. dalam Firman Allah Swt dalam surah Al-
Baqarah ayat 183 :

ِّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم‬


َ‫الص َيا ُم َك َما ُكت َِب َعلَى الَّذِينَ مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬

Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu


berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang
yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).
b. Puasa Nazar
Puasa nazar adalah puasa yang dilakukan oleh seseorang karena
mengiginkan sesuatu. Maka ia wajib puasa setelah yang
diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu tidak
dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat .
c. Puasa Kafarat

6
Puasa kifarat atau juga biasa disebut puasa kafarat dalam Islam adalah
puasa untuk menembus suatu kesalahan tertentu yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT (Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan) (Ahmad Sarwat)
(2014:28). Hukum puasa kifarat adalah wajib dikerjakan untuk
menebus berbagai jenis kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan
oleh umat muslim. Kesalahan yang mewajibkan puasa kifarat adalah
seperti berikut :
➢ Kifarat karena tidak memenuhi nazar
➢ Kifarat karena jima’ di bulan Ramadhan
➢ Melakukan zihar kepada istri
➢ Membunuh secara tidak sengaja
➢ Mencukur rambut ketika ihram
➢ Berburu ketika ihram
➢ Mengerjakan haji dan umrah dengan cara Tamattu’ atau Qiran

Puasa bukanlah satu-satunya cara untuk membayar kafarat.


Cara lain membayar kafarat disebutkan seperti pada hadist sahih
berikut.

Abu Huraihah meriwayatkan, ada seorang laki-laki datang


kepada Rasulullah lantas berkata : “Celakalah aku! Aku mencampuri
istriku (siang hari) di bulan Ramadhan,”. Beliau bersabda,
“Merdekakanlah seorang hamba sahaya perempuan,”. Dijawab oleh
laki-laki itu, “Aku tidak mampu”. Beliau kembali bersabda,
“Berpuasalah selama dua bulan berturut-turut”. Dijawab lagi oleh
laki-laki itu, “Aku tak mampu,”. Beliau kembali bersabda,
“Berikanlah makanan kepada enam puluh orang miskin.” (HR Al-
Bukhari).

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa urutan kafarat


yang pertama adalah memerdekakan hamba sahaya perempuan yang
beriman dan bebas dari cacat. Kedua, jika tidak mampu dapat
melakukan puasa kifarat selama dua bulan berturut-turut. Ketiga, jika
masih tidak mampu harus memberi makanan pokok kepada 60 orang
miskin di daerahnya.

2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah memiliki keistimewaannya masing-masing. Ada
beberapa puasa sunnah yang dapat secara rutin di laksanakan, dan ada
pula beberapa puasa sunnah lainnya yang dilakukan pada waktu

7
tertentu saja. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya mengetahui
macam-macam puasa sunnah. Puasa sunnah menjadi lumbung pahala
yang dapat dimanfaatkan seluruh umat muslim pada waktu yang telah
ditentukan.

Mengerjakan puasa sunnah tak hanya menjadi lumbung pahala,


tetapi juga bisa menggugurkan beberapa dosa yang pernah dilakukan.
Melaksanakan puasa sunnah juga bisa menjadi pelepas kerinduan
beribadah di bulan bulan Ramadan. Adapun macam-macam puasa
wajib adalah sebagai berikut :

a. Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan selama enam
hari pada bulan Syawal, setelah Hari Raya Idulfitri. Macam-
macam puasa sunnah dan niatnya ini dilakukan di tanggal yang
tidak ditentukan, boleh urut maupun acak, asal masih dalam bulan
Syawwal tetapi berurutan lebih afdal. Jadi, puasa wajib bulan
Ramadhan dan di tambah lagi dengan puasa enam hari bulan
Syawal dianggap seperti berpuasa setahun penuh.

"Dari Abu Ayyub Al-Anshari RA. berkata, Rasulullah bersabda,"


Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu melanjutkannya dengan
puasa enam hari di bulan syawal maka ia seperti berpuasa
setahun" (HR. Muslim).
b. Puasa Sanin-Kamis
Puasa Senin Kamis merupakan puasa sunnah yang sering
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad. Sebagaimana yang
diriwayatkan Aisyah RA, ia mengatakan:

"Rasulullah SAW sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam


melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis." (HR Tirmidzi, An
Nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad).

Puasa dua kali seminggu bukan hanya sunnah, tetapi juga bisa
menjadi rutinitas yang menyehatkan bagi tubuh. Terdapat studi
yang menunjukkan bahwa puasa intermiten adalah kesempatan
bagi tubuh untuk membersihkan diri dari limbah dan
meningkatkan laju metabolisme seseorang, membantu membakar
lebih banyak kalori.

c. Puasa Nabi Daud


Puasa sunnah Nabi Daud adalah puasa yang dilakukan selang-
seling, yakni sehari puasa dan sehari berikutnya tidak.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, "Maka berpuasalah
engkau sehari dan berbuka sehari, inilah yang dinamakan Puasa

8
Daud AS. Dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku
(Abdullah bin Amru ra berkata) "Sesungguhnya aku mampu untuk
puasa lebih dari itu maka Nabi. berkata “tidak ada puasa yang
lebih afdhal dari itu." (HR Bukhari).

d. Puasa Asyura
Hari Asyura atau hari yang jatuh setiap tanggal 10 Muharram,
bulan pertama kalender Islam merupakan hari yang penuh sejarah.
Ini memiliki keistimewaan tersendiri di dalam Islam.

Rasulullah biasa berpuasa pada hari itu dan memerintahkan


umatnya untuk melakukan hal serupa.Tidak ada hari yang lebih
baik untuk berpuasa setelah Ramadhan selain Muharram.

Puasa ini sangat dianjurkan. Hal ini bisa dilihat dari hadits riwayat
Ibnu Abbas ketika ditanyai tentang puasa di hari Asyura, lalu dia
berkata : "Saya tidak mengetahui Rasulullah SAW bersungguh-
sungguh untuk berpuasa kecuali pada hari ini, yakni hari Asyura"
(HR. Muslim).
e. Puasa Arafah
Bagi mereka yang tidak menunaikan haji, dianjurkan berpuasa
sembilan hari pertama Dzul-Hijjah (tanggal 10 adalah Idul Adha).
Secara khusus, Hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzul-Hijjah sangat
dianjurkan.

Dari Abu Qatadah RA meriwatkan bahwa puasa arafah dapat


menghapuskan dosa setahun yang lalu. "Puasa Arafah dapat
menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan
puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun
yang lalu," (HR Muslim).

f. Bulan Sya'ban merupakan bulan sebelum Ramadhan, dan


merupakan kesempatan yang luas untuk mempersiapkan
Ramadhan, baik secara spiritual maupun fisik.
Diriwayatkan bahwa Aisyah RA, menyebutkan bahwa
Rasulullah menyukai bulan Sya'ban lebih dari bulan lainnya
perihal berpuasa. "Aku tidak pernah melihat Rasulullah
berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan
aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dalam
sebulan dibandingkan dengan puasa beliau pada bulan
Sya'ban" (HR. Bukhari).

9
F. Waktu yang Diharamkan Berpuasa

Dalam hari-hari tertentu Allah swt. Melarang umat-Nya untuk menjalankan


puasa. Adapun hari-hari diharamkannya puasa sebagai berikut :
1. Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
2. Hari Tasyrik ( tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah)
3. Hari yang diragukan (apakah sudah 1 Ramadhan atau belum)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Puasa terdiri dari kata "‫"الصيام‬dan "‫ "الصوم‬dua kata tersebut merupakan
dua mashdar yang makna keduanya secara bahasa adalah menahan diri.
Secara syara’ berarti menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa
seperti makan, minum, atau yang lainnya dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari disertai niat kepada Allah, dengan syarat dan rukun
tertentu.
2. Syarat wajib puasa yaitu islam, baligh, berakal, dan mampu menunaikan
puasa.
3. Rukun puasa yaitu niat dengan hati, menahan diri dari makan dan minum,
menahan jima’ yang disengaja, dan menahan muntah yang disengaja.
4. Hal-hal yang membatalkan puasa yaitu memasukkan sesuatu kedalam
lubang tubuh secara disengaja, memasukan benda kedalam salah satu
jalan, muntah secara disengaja, berhubungan seks secara disengaja, keluar
mani, haid atau menstruasi, nifas, gila, dan murtad.
5. Puasa ada 2 yaitu puasa wajib dan puasa sunah. Yang termasuk puasa
wajib yaitu puasa ramadhan, puasa nazar, dan puasa kafarat. Kemudian
yang termasuk puasa sunah yaitu puasa syawal, puasa senin-kamis, puasa
Nabi Daud, puasa asyura, puasa arafah, dan puasa sya’ban.
6. Waktu yang diharamkan berpuasa yaitu hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha, hari tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
7. Hari yang diragukan (penentu Ramadhan, apakah memasuki bulan
Ramadhan atau belum).

11
DAFTAR PUSTAKA

Anisya, Ninda. 2021. 11 Macam Puasa dalam Ajaran Islam, Keluarga Muslim Wajib
Tahu. https://www.popmama.com/life/relationship/ninda/macam-macam-puasa-
dalam-ajaran-agama-islam/4 (Diakses pada 9 April 2021)

Kumparan.com.Puasa Kifarat dan Tata Cara Membayar Kifarat. 6 April 2021, 08:34
[Diakses 9 April 2021]. https://kumparan.com/berita-update/puasa-kifarat-dan-tata-
cara-membayar-kifarat-1vUtbcBPoIv/full

Huda, Miftakhul. 2018. Makalah Puasa. Dikutip dari


https://mihu211.wordpress.com/2018/05/16/makalah-puasa/ (Diakses 9 April 2021)

Yuda, Alfi. 2021. Macam-Macam Puasa Sunnah, Lengkap dengan Bacaan Niat dan
Waktu Pelaksanaannya. https://www.bola.com/ragam/read/4497826/macam-macam-
puasa-sunnah-lengkap-dengan-bacaan-niat-dan-waktu-pelaksanaannya (Diakses 9
April 2021)

Luthfi, Haikal. 2021. 6 Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya.


https://www.haibunda.com/parenting/20210311083940-61-197857/6-macam-puasa-
sunnah-dan-keutamaannya (Diakses 9 April 2021)

12

Anda mungkin juga menyukai