Anda di halaman 1dari 33

BAB V

KALKULUS PERNYATAAN, KEABSAHAN

A. Totologi (Keabsahan)

Apa yang kita pelajari pada bab-bab terdahulu, kita selalu berasumsi
bahwa:
1. Setiap proposisi atau pernyataan tunggal pasti mempunyai nilai
kebenaran yaitu Benar (B) atau Salah (S).
2. Setiap proposisi (pernyataan) majemuk, nilai kebenarannya hanya
bergantung pada nilai-nilai kebenaran dari pernyatan-pernyataan
tunggalnya dan penghubung pernyataan-pernyataan itu.
Nilai-nilai kebenaran pernyataan-pernyataan majemuk yang telah kita
pelajari disajikan kembali seperti pada tabel 5.1.

Tabel 5.1
Baris P q p&q p q p q p q
1 B B B B B B
2 B S S B S S
3 S B S B B S
4 S S S S B B

P -p
B S
S B

Perhatikan tabel 5.1, untuk menyusun tabel kebenaran dengan satu


pernyataan tunggal diperlukan 2 baris, sebab nilai kebenaran suatu pernyataan bisa B

53
54

atau S. Apabila suatu pernyataan majemuk menggunakan dua pernyataan tunggal


yang berbeda, maka untuk menyusun tabel semua nilai kebenaran dari pernyataan
majemuk itu diperlukan 4 baris. Untuk menyusun tabel nilai kebenaran suatu
pernyataan majemuk yang menggunakan tiga pernyataan tunggal yang berbeda
diperlukan 8 baris yang mencakup semua kemungkinan nilai kebenaran dari
pernyataan-pernyataan tunggalnya. Urutan penentuan nilai-nilai kebenaran suatu
pernyataan majemuk dengan tiga pernyataan tunggal p, q, dan r disusun dalam tabel
5.2.

Tabel 5.2
P Q r
B B B
S B B
B S B
S S B
B B S
S B S
B S S
S S S

Pembaca dipersilahkan menyusun urutan nilai kebenaran pernyataan-


pernyataan tunggal dari suatu pernyataan majemuk dengan 4, 5, 6 dan lainnya dari
pernyataan-pernyataan tunggal yang berbeda. Memperhatikan banyaknya urutan
nilai-nilai kebenaran pernyataan tunggal pada pernyataan majemuk dengan 1, 2, 3,
4,... pernyataan tunggal yang berbeda, sementara kita dapat menyimpulkan bahwa
jika suatu pernyataan majemuk memuat n pernyataan tunggal yang berbeda, maka
untuk menyusun tabel kebenarannya diperlukan 2n baris. Seperti telah kita bicarakan
dalam bab IV bahwa pernyataan majemuk dengan n pernyataan tunggal menyatakan
55

suatu fungsi dari Wn ke W, di mana W = {B, S}. Suatu fungsi kebenaran yang
rangenya (nilai kebenarannya) hanya B atau hanya S untuk setiap nilai kebenaran dari
pernyataan tunggalnya disebut fungsi konstan. Dengan demikian, totologi dapat
dinyatakan sebagai fungsi konstan dengan nilai kebenaran B. Sedang kontradiksi
adalah fungsi konstan yang anggota rangenya hanya S saja, untuk setiap substitusi
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan tunggalnya.
Dalam bab IV telah disajikan banyak sekali totologi, berikut ini di antara
totologi itu disajikan kembali, karena totologi ini sangat penting dalam penurunan
kesimpulan atau pembuktian keabsahan suatu argumen.
1. Aturan detasemen (Law of detachement)
p&
Dalam bahasa Latin, aturan ini disebut Modus ponendo ponens.
2. Modus tollendo tollens
-q &
3. Aturan negasi rangkap

Kadang-kadang kita ingin mengkombinasikan modus tollendo tollens dengan


aturan negasi rangkap, yaitu:
atau ditulis .
4. Modus tollendo ponens.

5. Aturan penyederhanaan.

6. Aturan hipotetik silogisme.

7. Aturan eksportasi.
56

.
8. Aturan importasi.
.
9. Aturan kemustahilan.

10. Aturan penambahan.

11. Aturan kontraposisi.


.
12. Aturan-aturan De Morgan.
(i)
(ii)
13. Aturan ekivalen dari implikasi dan disjungsi.
.
14. Aturan-aturan komutatif.
(i)
(ii)
15. Aturan negasi implikasi.

16. Aturan-aturan untuk biimplikasi.


(i) .
(ii) .
17. Aturan tiada jalan tengah (Law of Excluded Middle)

18. Aturan kontradiksi:

Beberapa contoh penggunaan totologi itu adalah sebagai berikut:


(1) Ida dilahirkan di Jakarta Ida dilahirkan di Indonesia.
57

Dengan aturan kontraposisi (1) diturunkan menjadi


(2) Jika Ida tidak dilahirkan di Indonesia, maka Ida tidak dilahirkan di Jakarta.
Dengan aturan ekivalen dari implikasi dan disjungsi (1) diturunkan menjadi:
(3) Ida tidak dilahirkan di Jakarta atau Ida dilahirkan di Indonesia.
Dengan aturan De Morgan (3) diturunkan menjadi:
(4) Tidak benar bahwa Ida dilahirkan di Jakarta dan Ida tidak dilahirkan di
Indonesia.
(5) Jika hari ini tidak hujan dan ayah memberi uang, maka saya pergi berbelanja
Dengan aturan eksportasi (5) diturunkan menjadi:
(6) Jika hari ini tidak hujan, maka jika ayah memberi uang maka saya pergi
berbelanja.
Dengan aturan kontraposisi (6) diturunkan menjadi:
(7) Jika ayah memberi uang dan saya tidak berbelanja, maka hari ini hujan.

B. Penurunan Kesimpulan dalam Argumen dan Keabsahannya

Telah kita pelajari beberapa totologi (keabsahan) pernyataan-pernyataan


majemuk. Selanjutnya dalam penurunan kesimpulan ini ditentukan suatu himpunan
pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang semuanya bernilai benar. Kita
akan merangkaikan pernyataan tunggal atau pernyataan-pernyataan majemuk dengan
aturan-aturan yang berlaku sehingga diturunkan pernyataan tunggal atau pernyataan
majemuk yang bernilai benar pula. Pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk,
hasil penurunan itu dinamakan kesimpulan (konklusi). Sedang pernyataan–
pernyataan tunggal atau pernyataan-pernyataan majemuk yang dirangkaikan itu
masing-masing dinamakan premis.

Contoh 5.1
1. Apabila Andi belajar giat maka Andi lulus ujian. (B)
58

2. Andi belajar giat. (B)


Dari kedua premis ini dapat diturunkan pernyataan baru (kesimpulan) yaitu “Andi
lulus ujian” (B).
Penyimpulan pada contoh ini dapat ditulis dalam bahasa lambang sebagai:
1. p q (premis)
2. p (premis)
q (kesimpulan)
Secara ringkas bentuk penyimpulan ini (argumen) dituliskan sebagai:
p q ; p q
Kesimpulan q diturunkan dari premis pertama p q dan premis kedua p dengan
aturan detasemen.

Contoh 5.2
1. Apabila matahari terbit dari barat maka Andi lulus ujian. (premis)
2. Andi tidak lulus ujian. (premis)
Ingat bahwa premis-premis bernilai B. Kedua premis ini dapat diturunkan kesimpulan
yaitu:
Matahari terbit dari barat, Andi lulus ujian (B)
Andi tidak lulus ujian (B)
Matahari tidak terbit dari barat (B)
Dengan bahasa lambang, argumen ini dapat dituliskan sebagai:
1. p q (premis)
2. –q (premis)
-p (kesimpulan)
Lebih ringkas argumen itu dituliskan sebagai
p q ; -q -p
Bandingkan premis-premis dan kesimpulannya atau argumen itu dengan pernyataan
majemuk berikut:
59

Pernyataan majemuk ini adalah suatu totologi yang merupakan aturan modus tollendo
tollens.

Contoh 5.3
1. Tini lulus tes atau membayar satu juta rupiah. (premis)
2. Tini tidak membayar satu juta rupiah. (premis)
Tini lulus tes. (kesimpulan)
Secara ringkas dengan bahasa lambang argumen itu dituliskan sebagai:
p q, -q p
Bandingkan argumen ini dengan pernyataan majemuk:

Pernyataan majemuk ini suatu totologi implikasi yang disebut modus tollendo
ponens.

Contoh 5.4 Tabel nilai kebenaran dari pernyataan majemuk


terlihat pada tabel 5.2.
60

Tabel 5.2
p q r (p & r & (q & p) -r) -q
B B B B B B S B B B S S B S
B B S B S S S B B B B B B S
B S B B B B B S S B B B B B
B S S B S S S S S B B B B B
S B B S S B S B S S B S B S
S B S S S S S B S S B B B S
S S B S S B S S S S B S B B
S S S S S S S S S S B B B B
Langkah ke 1 2 1 4 1 2 1 3 1 5 1

Terlihat pada langkah ke 5, semua baris terisi B, berarti pernyataan majemuk itu
suatu totologi. Totologi ini dapat dinyatakan sebagai suatu argumen dengan premis-
premis p, r, (q & p) -r dan kesimpulannya adalah –q. Sehingga argumennya
ditulis:
p, r, (q & p) –r -q
Ingat sekali lagi bahwa setiap premis dalam suatu argumen selalu bernilai benar.
Telah ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa pernyataan majemuk tersebut suatu
totologi, berarti argumennya absah.
Cara lain untuk menunjukkan keabsahan argumen itu adalah sebagai berikut:
(1) 1. p premis
(2) 2. r premis
(3) 3. premis
(2, 3) 4. –(q & p) 2 & 3 modus tolledo tollens
(2, 3) 5. –q –p 4 totologi De Morgan
(1, 2, 3) 6. –q 1 & 5 Modus tolledo ponens.
61

Keterangan: Nomor-nomor yang berkurung adalah nomor-nomor premis yang


menyatakan atau yang digunakan pada baris yang bersesuaian. Nomor yang tidak
berkurung menyatakan baris ke atau langkah ke. Misalkan baris ke 4 adalah –(q & p)
diturunkan dari premis-premis 2 dan 3, ditulis (2, 3). Baris ke 5 diturunkan dari baris
ke 4, sehingga tetap hanya menggunakan premis-premis 2 dan 3, sehingga tetap
ditulis (2, 3). Sedangkan baris ke 6, yaitu –q diturunkan dari baris ke 1 (premis 1)
dan baris ke 5, sehingga menggunakan premis-premis 1, 2, dan 3, sehingga ditulis (1,
2, 3). Ini berarti kesimpulan –q telah diturunkan dari premis-premis 1, 2, dan 3.
Kecuali itu tiap-tiap langkah dilengkapi dengan alasan penurunannya atau ketentuan.
Baris-baris ke 1, 2, dan 3 adalah premis-premis yang ditentukan. Langkah ke 4
beralasan 2 & 3 modus tollendo tollens, dimaksudkan bahwa –(q & p) diturunkan dari
baris-baris ke 2 dan 3 dengan aturan modus tollendo tollens. Baris ke 5, yaitu –q –p
diturunkan dari baris ke 4 dengan aturan De Morgan. Selanjutnya baris ke 6, yaitu –q
diturunkan dari baris-baris ke 1 dan ke 5 dengan aturan modus tollendo ponens.

Contoh 5.5 Konstruksi penurunan kesimpulan dari argumen berikut.


a -d
Penyelesaian:
(1) 1. p
(2) 2. p
(3) 3. p
(4) 4. a p
(1, 4) 5. b c 1 & 4 Aturan detasemen
(2, 4) 6. –b 2 & 4 Modus tollendo tollens.
(1, 2, 4) 7. c 5 & 6 Modus tollendo ponens.
(1, 2, 3, 4) 8. –d 3 & 7 Modus tollendo tollens.
62

Keabsahan argumen dapat dilihat cara penurunan kesimpulan-kesimpulan


sementara dengan menggunakan aturan- aturan yang berlaku pada premis-premis atau
kesimpulan-kesimpulan sementara sebelumnya. Keabsahan argumen itu dapat
ditunjukkan dengan memperlihatkan bahwa pernyataan majemuk berikut merupakan
suatu totologi.

Untuk memperlihatkan bahwa pernyataan majemuk ini suatu totologi dengan


menyusun tabel kebenarannya akan memerlukan 16 baris. Sehingga menunjukkan
kebenaran pernyataan majemuk tersebut dengan menyusun tabel kebenarannya
kurang efisien. Oleh karena itu ditempuh cara sebagai berikut:

Tabel 5.3

langkah ke ((a b c) & (b -a & (d -c) & a) -d


1 B B B B
2 B S
3 B S
4 B
5 S
6 S
7 B

Ingat bahwa setiap premis suatu argumen bernilai B (perhatikan langkah ke 1,


semua premis bernilai B). Pada langkah ke 1, a bernilai B, karena a b c bernilai

B, maka b c bernilai B (langkah ke 3). Pada langkah ke 3 pula, karena b –a


bernilai B dan –a bernilai S maka b bernilai S. Selanjutnya, b c bernilai B dan b
bernilai S, maka c bernilai B. d –c bernilai B dan c bernilai B maka d bernilai S,

sehingga -d bernilai B.
63

Karena semua premis bernilai B dan kesimpulan yang diturunkan bernilai B,


maka pernyataan majemuk yang merupakan implikasi itu bernilai B pula. Hal ini
menyatakan bahwa pernyataan majemuk itu suatu totologi.
Contoh-contoh 5.4 dan 5.5 tersebut merupakan penggunaan teorema berikut.
Selanjutnya untuk menyingkat penulisan pernyataan-pernyataan majemuk diberi
simbol dengan huruf-huruf besar (kapital) A, C, P, Q, …. Misalkan, a b c
disimbolkan dengan P, b -a disimbolkan dengan Q dan seterusnya.

Teorema 5.1
(I) A Q suatu argumen yang absah bila dan hanya bila A Q suatu
totologi.

(II) A1, A2, A3, …, Am Q suatu argumen yang absah bila dan hanya bila
A1 & A2 & … & Am Q suatu totologi. (m 2)
Bukti:
(I) Misalkan A Q suatu argumen yang absah, berarti A maupun Q
masing-masing merupakan pernyataan-pernyataan yang bernilai B. Ini
berarti A Q adalah suatu implikasi yang selalu bernilai B (suatu
totologi). Sebaliknya, apabila A Q suatu totologi, berarti A Q
bernilai B, maka (1) A maupun Q masing-masing bernilai B, sehingga A
Q suatu argumen yang absah, (2) A maupun Q masing-masing bernilai S.
Hal ini tidak membentuk argumen, dan (3) A bernilai S dan Q bernilai B.
Inipun tidak membentuk argumen, sebab argumen terbentuk dari premis-
premis yang bernilai B dengan kesimpulan yang bernilai B pula.
(II) Misalkan A1, A2, …, Am Q suatu argumen yang absah, berarti premis-
premis A1, A2, …, Am semuanya bernilai B dan Q pun bernilai B. Jadi
pernyataan majemuk A1& A2 & … & Am bernilai B (kunjungsi dari
pernyataan-pernyataan yang bernilai B). Sehingga A1, & A2 & …Am Q
adalah implikasi yang bernilai B (suatu totologi). Sebaliknya, apabila A 1
64

& A2 & … & A m Q suatu totologi, maka ada tiga kemungkinan yang
terjadi, yaitu:
(1) A1 & A2 & … & Am bernilai S dan Q bernilai B. Hal ini tidak
menghasilkan argumen.
(2) A1 & A2 & … & Am bernilai S dan Q pun bernilai S. Hal inipun tidak
menghasilkan argumen.
(3) A1 & A2 & A3 & … & Am bernilai B dan Q pun bernilai B. Ini berarti
pernyataan-pernyataan A1, A2, …, Am masing-masing bernilai B.
sehingga A1, A2, …Am Q suatu argumen yang absah.

Teorema 5.2 A1, A2, …, Am-1 , Am Q suatu argumen yang absah bila dan hanya
bila A1, A2, …, Am-1 Am Q argumen yang absah.
Bukti: Untuk m = 1 diperoleh teorema (I) di atas. Misalkan A 1, A2, …, Am-1, Am Q
suatu argumen yang absah, maka A1 & A2 & … & Am-1 & Am Q suatu totologi.
Totologi itu ekivalen dengan
(A1 & A2 & … & Am-1) & Am Q.
Dengan aturan eksportasi diperoleh bahwa:
A1 & A2 & … & Am-1 (Am Q) suatu totologi pula. Sesuai dengan teorema 5.1
(II) diperoleh bahwa:
A1, A2, … Am-1 (Am Q) suatu argumen yang absah.
Secara umum teorema ini dapat dituliskan sebagai berikut:

A1, A2, … , Am-1, Am Q bila dan hanya bila

suatu totologi.

Teorema 5.3 (I) A1, A2, …, Am Ai untuk i = 1, 2, 3, …, m adalah suatu argumen


yang absah.
(II). Jika A1, A2, …, Am Qj untuk j = 1, 2, 3, …, p dan Q 1, Q2, …, Qp C, maka
A1, A2, …Am C suatu argumen yang absah.
65

Bukti:
(I) A1, A2, …, Am masing-masing adalah premis dari suatu argumen,
berarti masing-masing pernyataan itu bernilai B, sehingga A1, A2, …, Am Ai
untuk i = 1, 2, …, m suatu argumen yang absah.
(II) A1, A2, …, Am Qj untuk j = 1, 2, …, p adalah argumen-argumen yang
absah, maka premis-premis A1, A2, …Am semuanya bernilai B dan Qj (j = 1, 2, …, p)
pun semuanya bernilai B.
Q1, Q2, … , Qp C suatu argumen yang absah, sehingga Q1, Q2, … , Qp dan C
semuanya bernilai B.
Jadi A1, A2, …, Am C suatu argumen yang absah.

Contoh 5.6 Konstruksikan penurunan kesimpulan dalam argumen berikut!


Jika Cica juara ketiga, maka jika Dedi juara kedua maka Edi akan menjadi juara
keempat. Gino tidak akan menjadi juara pertama atau Cica akan menjadi juara ketiga.
Kenyataan, Dedi menjadi juara kedua.
Kesimpulan: Jika Gino juara pertama maka Edi akan menjadi juara keempat.
Penyelesaian: Misalkan c = Cica juara ketiga
d = Dedi juara kedua
e = Edi juara keempat
g = Gino juara pertama.
Premis-premisnya adalah: . Kesimpulan ialah .
Sehingga bentuk argumennya ialah:
c (d e), -g c, d g e
Sesuai teorema 5.2, bentuk argumen itu ekivalen dengan
g e.
66

Konstruksi penurunan kesimpulan dalam argumen itu adalah sebagai berikut:


(1)1. premis
(2) 2. –g c premis
(3)3. d premis
(4)4. g premis
(2, 4) 5. c 2 & 4 modus tollendo ponens.
(1, 2, 4) 6. d e 1 & 5 modus ponendo ponens
(1, 2, 3, 4,) 7. e 3 & 6 modus ponendo ponens.
Konstruksi ini juga menyatakan keabsahan argumen:
c (d e), -g c, d g e
Selanjutnya untuk menyingkat penulisan dalam memberikan alasan dinyatakan tiga
aturan sebagai berikut:
1. Aturan p: Suatu pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang
ditentukan adalah premis (disingkat “p”).
2. Aturan t: Pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk A 1, A2, …, An
sebagai pendahulu diturunkannya C sedemikian sehingga A1
& A2 & …& An C suatu totologi disingkat “t”.
3. Aturan cp: Jika C ialah suatu kesimpulan dari premis-premis A 1, A2, …,
An dan D maka D C merupakan suatu kesimpulan dari
premis-premis A1, A2, …, An. Aturan ini disebut aturan bukti
bersyarat (the rule of conditional proof) dan disingkat “cp”.
Aturan cp ini merupakan penggunaan teorema 5.2.

Selanjutnya konstruksi keabsahan argumen pada contoh 5.6 di atas dapat ditulis
lebih singkat menjadi:
(1) 1. c (d e) p
(2) 2. –g c p
(3) 3. d p
67

(4) 4. g p (premis tambahan)


(2, 4) 5. c 2,4 t
(1, 2, 4) 6. d e 1,5 t
(1, 2, 3, 4) 7. e 3,6 t
(1, 2, 3) 8. g e 4,7 cp.

Ingat bahwa aturan cp hanya digunakan apabila kesimpulan berbentuk


kondisional (implikasi). Pembentukan kondisional (penggunaan aturan cp) pada baris
8, pendahulu harus diambil dari baris 4, yaitu premis tambahan. Dengan
menggunakan premis tambahan sebagai pendahulu suatu implikasi dengan pengikut
kesimpulan yang diturunkan dari premis-premis (1), (2), (3), dan (4), berarti implikasi
yang terbentuk sebagai kesimpulan terakhir itu hanya menggunakan premis-premis
(1), (2), dan (3) saja (sesuai teorema 5.2). Memang kita dapat menuliskan pada baris
8 dengan g e yang bernilai benar pula, tetapi implikasi ini diturunkan tidak dengan
aturan cp, melainkan diturunkan dari premis-premis (1), (2), (3), dan (4).
Kadang-kadang kesimpulan suatu argumen tidak berbentuk suatu implikasi,
misalkan berbentuk disjungsi. Jika kita ingin mengkonstruksikan keabsahan argumen
itu dengan menggunakan aturan cp, maka disjungsi tersebut dapat diubah menjadi
suatu implikasi yang ekivalen dengan disjungsi itu.

c d ek –c d

Contoh 5.7 Konstruksikan penurunan kesimpulan dari argumen:

a e, a c, e d c d

Penyelesaian: Argumen ini ekivalen dengan argumen:

a e, a c, e d -c d
68

Konstruksi keabsahan argumen ini adalah sebagai berikut:


(1) 1. a e p
(2) 2. a c p
(3) 3. e d p
(4) 4. -c p (premis tambahan)
(2, 4) 5. -a 2,4 t
(1, 2, 4) 6. e 1,5 t
(1,2,3,4) 7. d 3,6 t
(1,2,3) 8. -c d 4,7 cp
(1,2,3) 9. c d 8 t.
Kita dapat pula mengkonstruksikan keabsahan argumen pada contoh 5.7 ini tanpa
menggunakan aturan cp. Konstruksi keabsahannya adalah sebagai berikut:
(1) 1. a e p
(2) 2. a c p
(3) 3. e d p
(4) 4. –c p (premis tambahan)
(2,4) 5. –a 2,4 t
(1,2,4) 6. e 1,5 t
(1,2,3,4) 7. d 3,6 t
(1,2,3) 8. –c d 4,7 cp
(1,2,3) 9. c d 8t

Contoh 5.8 Tunjukkan bahwa pernyataan berikut suatu totologi?


(w p i) & (i c e) & (e u) & (-c & -u) -w
Penyelesaian:
Untuk menunjukkan bahwa pernyataan majemuk ini suatu totologi, karena
terdapat 6 pernyataan tunggal maka diperlukan 64 baris untuk menyusun tabel
kebenarannya. Oleh karena itu, suatu cara penyelesaian yang singkat apabila kita
69

dapat menyatakan pernyataan majemuk tersebut menjadi suatu argumen dan


seterusnya menunjukkan keabsahan penurunan kesimpulan dari argumen itu.
Pernyataan majemuk itu ekivalen dengan argumen berikut:
(w p i), (i c e), (e u), (-c & -u) = -w.
Konstruksi keabsahan argumen ini adalah sebagai berikut:
(1) 1. w p i p
(2) 2. i c e p
(3) 3. e u p
(4) 4. -c & -u p
(4) 5. -u 4t
(3, 4) 6. -e 3.5t
(4) 7. -c 4t
(3, 4) 8. -c & -e 6.7t
(3, 4) 9. - (c e) 8t
(2, 3, 4) 10. -i 2.9 t
(1, 2, 3, 4) 11. – (w r) 1.10 t
(1, 2, 3, 4) 12. –w & -p 11 t
(1, 2, 3, 4) 13. –w 12 t

Jadi w p i, i c e, e u, -c & -u -w suatu argumen yang absah,


berarti pernyataan majemuk (w p i) & (i c e) & (e u) & (-c & -u) -w
merupakan suatu totologi.

Contoh 5.9 Konstruksikan penurunan kesimpulan dalam argumen:


a b c, b -a, d -c a -d
70

Penyelesaian: 1. a b c
2. b -a
3. d -c
4. a
5. b c
6. –b
7. c
8. –d
9. a -d

Sebagai latihan, lengkapilah penurunan kesimpulan dari premis-premisnya dengan


nomor premis pada kolom terdepan dan alasannya pada kolom terakhir.

Contoh 5.10 Konstruksikan keabsahan penurunan kesimpulan dalam argumen


berikut!
Apabila hujan lebat dan angin kencang, maka terjadilah banjir. Jika terjadi banjir
maka petani tidak panen padi. Anginnya kencang dan petani panen padi.
Kesimpulan: Tidak hujan lebat.
Penyelesaian:
Misalkan h = hujan lebat, a = angin kencang
b = terjadi banjir, p = petani panen padi.
Argumen di atas dapat dinyatakan dengan bahasa lambang sebagai berikut:
h&a b, b -p, a & p -h
(1) 1. h & a b p
(2) 2. b -p p
(3) 3. a & p p
(3) 4. p 3t
(2,3) 5. –b 2,4 t
71

(1,2,3) 6. –(h & a) 1,5 t


(1,2,3) 7. –h –a 6t
(3) 8. a 3t
(1,2,3) 9. –h 7,8 t

Contoh 5.11 Buktikanlah bahwa argumen berikut absah dengan mengkonstruksikan


kesimpulannya. Jika harga barang di toko itu rendah (r), maka (akan) banyak
pembelinya (b). Toko itu terletak ditengah pemukiman penduduk (d) atau tidak
banyak pembelinya. Toko itu tidak terletak di tengah pemukiman penduduk.
Kesimpulan: Harga barang di toko itu tidak rendah.
Penyelesaian: Dengan bahasa lambang argumen itu dapat dituliskan sebagai berikut:
r b, d –b, -d -r
1. r b
2. d b
3. –d
4. –b
5. –r
Lengkapilah penurunan kesimpulan dari premis-premisnya dengan nomor-nomor
premis pada kolom terdepan dan alasannya pada kolom terakhir.

C. Soal-soal.

5.1 Periksalah keabsahan penurunan kesimpulan dalam setiap argumen


berikut!
(i) p, r, q & p -r -q
(ii) p, p r, r p q r
(iii) q & p -r, p r -(p & q)
5.2 Lengkapilah konstruksi penurunan kesimpulan dalam setiap
argumen berikut dengan nomor-nomor premis yang digunakan tiap-tiap baris,
72

nomor langkah dan alasan totologinya.


(i) a b, -(b c) -a
a b
-(b c)
-b &-c
-b
-a

(ii) (a & b) (c & d), a -a c


(a & b) (c & d)
a -a
-a
-a –b
-(a & b)
c&d
c

(iii) a b, c b, d a c, d b
a b
c b
d a c
d
a c
a c b
b
73

(iv) a (c b), -d a, c d b
a (c b)
-d a
c
d
a
c b
b
d b

(v) p -q, -q -r, s & r -p


p -q
-q -r
s&r
p -r
-p –r
r
-p

(vi) p-(q & r), -q –r -s, t s -p t


p -(q & r)
-q –r -s
t s
-(q & r) -s
p -s
s t
-s t
74

p t
-p t

5.3. Buktikanlah keabsahan penurunan kesimpulan dalam argumen berikut, hanya


dengan menggunakan aturan p dan aturan t saja.

(i). –a b, c -b a -c

(ii). a (b c), c & d e, -f d & -e a(b f)

(iii). a b c & d, d e f a f.

(iv). a b & c, -b d, (e -f) -d, b a & -e b e.

(v). (a b) & (c d), (b e) & (d f), -(e & f), a c -a.

5.4. Kecuali menggunakan aturan-aturan t dan p, gunakanlah aturan cp, agar bukti
keabsahan argumen-argumen nomor 5.3. (i), (ii), (iii), dan (iv) menjadi lebih
pendek.

5.5. Dapatkah aturan cp digunakan untuk membuktikan keabsahan argumen nomor


5.3. (v)? Periksalah jawaban anda!

5.6. Buktikanlah bahwa argumen-argumen berikut absah, dengan menyusun


konstruksi penurunan kesimpulan dari premis-premisnya. Gunakan lambang-
lambang sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ditentukan pada tiap akhir
argumen.
(i) Jika orang melaksanakan KB maka jumlah keluarganya
kecil. Jika jumlah keluarganya besar maka berat tanggungannya. Orang
melaksanakan KB atau jumlah keluarganya besar. Kesimpulan: Orang itu
mempunyai tanggungan berat atau jumlah keluarganya kecil. (m = orang
75

melaksanakan KB; k = jumlah keluarganya kecil; b = jumlah keluarganya


besar; t = berat tanggungannya)
(ii) Jika hujan terus menerus maka terjadi banjir. Jika hujan
terus menerus dan terjadi banjir, maka jalan (akan) rusak. Jika hujan terus
menerus dan jalan rusak, maka kota ini akan sepi. Jalan tidak rusak atau
kota ini tidak sepi.
Kesimpulan: Tidak hujan terus menerus.
(h = hujan terus menerus; b = terjadi banjir; r = jalan rusak; s = kota ini
sepi).
(iii) Jika orang lulus ujian saringan, maka ia diterima di
Universitas. Jika orang menjadi mahasiswa, maka ia wajib membayar SPP.
Apabila orang tidak lulus ujian saringan, maka ia tidak wajib membayar
SPP. Kesimpulan: Jika orang menjadi mahasiswa maka ia diterima di
Universitas. (1 = orang lulus ujian saringan; t = ia diterima di Universitas; m
= orang itu menjadi mahasiswa; w = ia wajib membayar SPP).

D. Konsistensi Sekumpulan Premis dan Bukti Tak Langsung

Telah dibicarakan bagaimana mengkonstruksikan keabsahan suatu argumen.


Tetapi apa yang terjadi, jika ternyata kita tidak berhasil membuktikan keabsahan
penurunan suatu kesimpulan dari sekumpulan premis yang ditentukan? Atau dengan
kata lain, apa yang terjadi jika sekumpulan premis tidak mencukupi untuk
menghasilkan kesimpulan yang diharapkan? Ketidakberhasilan dalam pembuktian
keabsahan suatu argumen, mungkin karena kita kurang mampu untuk membuktikan
atau mungkin premis-premisnya tidak mencukupi untuk memperoleh kesimpulan
yang diharapkan. Sekumpulan premis yang demikian disebut inkonsisten.
Sekumpulan premis dikatakan inkonsisten apabila di antara premis-premis itu ada
yang bernilai S.
76

Untuk memeriksa apakah sekumpulan premis itu konsisten atau inkonsisten,


kita andaikan bahwa semua premis bernilai B. Apabila dari premis-premis yang
diandaikan bernilai B itu dapat diturunkan secara logis suatu kontradiksi, maka
sekumpulan premis tersebut inkonsisten. Aturan-aturan penurunan (penyimpulan)
untuk memperoleh kontradiksi sama seperti aturan-aturan yang digunakan untuk
memperoleh kesimpulan tertentu. Perbedaannya, pada penurunan untuk memperoleh
kesimpulan tertentu, kita berhenti setelah mendapatkan kesimpulan itu, sedangkan
penurunan untuk kontradiksi, kita berhenti setelah diperoleh suatu kontradiksi.
Contoh 5.12 memperlihatkan aturan-aturan penyimpulan logis yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa suatu kumpulan premis yang inkonsisten.

Contoh 5.12. Selidikilah bahwa premis-premis berikut inkonsisten?


a b, b c, d -c, a & d.
Penyelesaian:
(1) 1. a b p
(2) 2. b c p
(3) 3. d -c p
(4) 4. a&d p
(4) 5. a 4t
(1, 2) 6. a c 1,2 t
(1,2,4) 7. c 5,6 t
(4) 8. d 4t
(3, 4) 9. -c 3,8 t
(1,2,3,4) 10. c & -c 7,9 t
Perhatikan bahwa penurunan dari 4 premis pada contoh ini memperoleh suatu
kontradiksi. Ini menunjukkan bahwa keempat premis tersebut inkonsisten.
Cara lain untuk menyelidiki konsistensi sekumpulan premis ialah dengan
membentuk pernyataan majemuk dari premis-premis itu yang dihubungkan dengan
77

perangkai “&” serta menganggap bahwa setiap premis sebagai pernyataan yang
bernilai B. Berdasar anggapan ini disusun tabel kebenaran sehingga tiap-tiap
pernyataan tunggalnya akan diketahui nilai kebenarannya dan tampak pula
kontradiksinya (lihat tabel 5.4).
Tabel 5.4.

langkah (a b) & (b c) & (d - c) & (a & d)


ke
1 B B B B
2 B B
3 B B
4 B B
5 B S
6 B

Dengan mengambil pengandaian bahwa semua premis bernilai B, dapat


ditentukan nilai kebenaran setiap pernyataan tunggalnya. Premis a & d bernilai B,
maka pernyataan tunggal a dan d masing-masing bernilai B. Pernyataan a b
bernilai B dan a bernilai B, maka b bernilai B. Pernyataan d -c bernilai B dan d
bernilai B, maka –c bernilai B sehingga c bernilai S. Pernyataan b c bernilai
bernilai B dan b bernilai B maka c bernilai B. Sehingga pernyataan c mempunyai
nilai B dan S, kontradiksi terjadi. Oleh karena itu pengandaian harus diingkar, berarti
tidak semua premis bernilai B.
Kecuali dengan cara-cara di atas, konsistensi sekumpulan premis itu dapat
ditunjukkan dengan membuat tabel kebenaran dari pernyataan majemuk yang
dibentuk dari premis-premis yang dirangkai dengan perangkai “&” seperti pernyataan
majemuk pada cara kedua di atas. Apabila pernyataan majemuk itu selalu bernilai S
untuk setiap nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan tunggalnya (premis-premis),
78

maka sekumpulan premis itu inkonsisten. Tetapi jika sekurang-kurangnya ada satu
baris dalam pernyataan majemuk (tabel kebenarannya) bernilai B, maka kumpulan
premis itu konsisten untuk pernyataan tunggal-pernyataan tunggal yang nilai
kebenarannya terletak pada baris itu. Pembaca dipersilahkan mencoba menyusun
tabel kebenaran dari:
(a b) & (b c) & (d -c) & (a &d)
Benarkah bahwa pernyataan majemuk ini suatu totologi?

Teorema 5.4 Himpunan pernyataan A1, A2, …, Am inkonsisten apabila dari himpunan
pernyataan itu dapat diturunkan suatu kontradiksi.
Bukti: Misalkan A1, A2, …, Am C & -C untuk suatu pernyataan C merupakan
argumen yang absah. Maka A1 & A2 & …& Am C & -C suatu totologi. C & -C
adalah suatu kontradiksi, berarti pernyataan itu selalu bernilai S untuk setiap nilai
kebenaran dari pernyataan C. Oleh karena itu pendahulu dari implikasi itu mesti
bernilai S. Berarti sekurang-kurangnya ada satu di antara pernyataan-pernyataan A 1,
A2, …, Am bernilai S. Sehingga A1, A2, …, Am inkonsisten.

Contoh 5.13 Tunjukkan bahwa premis-premis berikut inkonsisten!


a b, b c, -c d, -a d, -d
Penyelesaian:
1. a b
2. b c
3. –c d
4. -a d
5. –d
6. –(-a)
7. a
8. b
9. c
79

10. d
11. –d & d

Lengkapilah penyelesaian ini dengan nomor-nomor premis dan alasan penurunan


untuk setiap baris!

Selanjutnya kita akan menggunakan aturan cp (bukti bersyarat) dan


pengertian himpunan premis yang inkonsisten untuk mengantarkan suatu metode
pembuktian yang penting dalam Matematika yang biasa disebut bukti tak langsung
(bukti dengan kontradiksi atau bukti reductio ad absurdum). Sebagai ilustrasi akan
dibuktikan keabsahan argumen pada contoh 5.9 dengan bukti reductio ad absurdum.

Contoh 5.14. Buktikan keabsahan argumen berikut dengan bukti reductio ad


absurdum.
a b c, b -a, d -c a -d
a b c, b -a, d -c, a & d adalah sekumpulan premis yang
inkonsisten.
(1) 1. a b c p
(2) 2. b -a p
(3) 3. d -c p
(4) 4. a&d p (premis tambahan)
(4) 5. a 4t
(1,4) 6. b c 1,5 t
(4) 7. d 4t
(3,4) 8. -c 3,7 t
(1,3,4) 9. b 6,8 t
(1,2,3,4) 10. -a 5,9 t
(1,2,3) 11. a & -a 5,10 t
80

(1,2,3) 12. a&d a & -a 4,11 t


(1,2,3) 13. –(a & d) 12 t
(1,2,3) 14. a -d 13 t

Langkah-langkah pembuktian dengan metode bukti reductio ad absurdum dapat


disusun secara berurutan sebagai berikut:
1. Ingkarlah konklusinya dan digunakan sebagai premis baru.
2. Premis baru ini bersama-sama dengan premis-premis yang ditentukan,
turunkanlah suatu kontradiksi.
3. Apabila kontradiksi telah tercapai, maka kunklusi yang diingkar itu sebagai
kesimpulan logis dari premis-premis ditentukan.
Cara pembuktian ini berdasarkan teorema sebagai berikut:

Teorema 5.5 A1, A2, …, Am, C suatu argumen yang absah, jika dari A 1, A2, …, Am
dan –C dapat diturunkan suatu kontradiksi.

Bukti: Misalkan A1, A2, …, Am, -C D & -D untuk suatu pernyataan D adalah suatu
argumen yang absah. Maka A1, A2, … Am -C D & -D pun suatu argumen yang
absah. Ingat bahwa semua premis dari argumen yang absah bernilai B dan -C D&
-D pun bernilai B. Karena D & -D bernilai S maka -C harus bernilai S. Jadi C bernilai
B. Sehingga A1, A2, …, Am C adalah argumen yang absah.
Berikut ini suatu contoh penggunaan teorema itu (pembuktian keabsahan
suatu argumen dengan metode reductio ad absurdum).

Contoh 5.15. Jika saya datang pertama kali di sekolah, maka saya harus bangun pagi-
pagi, dan jika malamnya saya nonton bioskop, maka saya akan tidur terlambat. Jika
saya tidur terlambat dan harus bangun pagi-pagi, maka saya hanya tidur selama 5
81

jam. Kenyataan, saya tidak tidur hanya selama 5 jam. Kesimpulan saya tidak datang
pertama kali di sekolah atau tidak nonton bioskop.
Buktikan keabsahan argumen tersebut dengan bukti reductio ad absurdum?

Bukti: Misalkan a = Saya datang pertama kali di sekolah. b = Saya harus bangun
pagi-pagi. c = Malam itu saya nonton bioskop. d = Saya (akan) tidur terlambat. e =
Saya hanya tidur selama 5 jam.
Dengan pemberian simbol-simbol untuk tiap pernyataan itu, maka premis-premis dan
kesimpulannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Premis 1. (a b) & (c d)
2. d & b e
3. -e
Kesimpulan: -a –c
(1) 1. (a b) & (c d) p
(2) 2. d&b e p
(3) 3. –e p
(4) 4. –(-a –c) p (premis tambahan)
(4) 5. a&c 4t
(1) 6. a b 1t
(4) 7. a 5t
(4) 8. c 5t
(1) 9. c d 1t
(1,4) 10. b 6,7 t
(1,4) 11. d 8,9 t
(1,4) 12. d&b 10,11 t
(1,2,4) 13. e 2,12 t
(1,2,3,4) 14. -e & e 3,13 t
(1,2,3) 15. -(-a –c) -e & e 4,14 cp
82

(1,2,3) 16. -a –c 15 t
Dengan menggunakan nilai-nilai kebenaran dari premis-premis dan
kesimpulannya dapat ditunjukkan keabsahan argumen itu, sebagai berikut:
Andaikan kesimpulan –a –c bernilai S, berarti –a dan –c masing-masing
bernilai S, sehingga a dan c masing-masing bernilai B. Ingat setiap premis bernilai B.
Pada premis pertama dapat ditentukan bahwa b dan d masing-masing bernilai B sebab
a dan c masing-masing bernilai B. Seterusnya dari premis kedua dapat dipastikan
bahwa e bernilai B, sebab d & b bernilai B. Padahal –e bernilai B (premis ketiga),
sehingga dicapai suatu kontradiksi. Oleh karena itu pengandaian di atas harus
diingkar, berarti –a –c bernilai B yang merupakan kesimpulan dari premis-premis
yang ditentukan.

E. Soal-soal

5.7. Buktikanlah bahwa argumen-argumen berikut tidak absah dengan menentukan


nilai-nilai kebenaran setiap pernyataan tunggalnya!
(i) (a b) & (c d), -(a & c) e t
(ii) p q, q r, -p –q -q –r
(iii) a (b c), (d b) & (d p), e c, u -v, (x u) & (v y) d e
(iv) –(-q p), p –r, q r r
(v) a (b c), b d & e, (d e) u, a u p r.

5.8. Tulislah argumen-argumen berikut dalam bahasa lambang sesuai dengan


lambang dalam kurung dan buktikanlah bahwa argumen-argumen tersebut tidak
absah dengan menentukan nilai-nilai kebenaran setiap pernyataan tunggalnya.
(i) Hutan yang gundul (g) sama artinya dengan timbul banjir (b). Apabila
timbul banjir maka kesuburan tanah berkurang (t). Kesuburan tanah tidak
berkurang atau orang hutan merasa bahagia (h). Apabila hutan tidak
gundul maka orang hutan merasa bahagia. Orang hutan tidak bahagia.
83

Kesimpulan: Hutan itu gundul.


(ii) Jika orang itu kaya (k), maka ia dapat hidup mewah (h) dan tidak miskin.
Jika orang itu miskin (m), maka ia selalu merasa kekurangan (r). Apabila
orang itu serakah (s), maka jika ia selalu merasa kekurangan, maka ia
tidak bahagia (-b), orang itu tidak kaya atau tidak bahagia. Kesimpulan:
Orang itu kaya sama saja dengan orang itu miskin.

5.9. Apakah argumen-argumen berikut absah atau tidak absah? Tunjukkan dengan
menentukan nilai kebenaran setiap pernyataan tunggalnya? Jika absah,
konstruksikan penurunan kesimpulannya dan apabila tidak absah, turunkanlah
suatu kontradiksi dari premis-premisnya.
(i) Apabila terjadi inflasi (f), maka gaji (akan) naik (g). Jika terjadi inflasi
maka biaya hidup naik (b). Gaji naik. Kesimpulan, biaya hidup naik.
(ii) Jika 2 adalah bilangan prima (p) maka 2 adalah bilangan prima terkecil (t).
Jika 2 bilangan prima terkecil maka 1 bukan bilangan prima (-s). 1 bukan
bilangan prima terkecil.
Kesimpulan, 2 adalah bilangan prima
(iii) Jono lelah (1) atau ia sakit (s). Jika ia lelah, maka ia istirahat (t). Jono
tidak istirahat. Kesimpulan, Jono sakit.
(iv) Santi dan Bobi mempunyai umur yang sama (s) atau Santi lebih tua
daripada Bobi (t). Jika Santi dan Bobi mempunyai umur yang sama maka
Nani dan Bobi tidak mempunyai umur sama (-n). Jika Santi lebih tua
daripada Bobi, maka Bobi lebih tua daripada Gani (g). Kesimpulan, Nani
dan Bobi tidak mempunyai umur yang sama atau Bobi lebih tua daripada
Gani.
(v) Jika 6 ialah bilangan komposit (e), maka 12 adalah bilangan komposit (d).
Jika 12 bilangan komposit maka ada bilangan prima yang lebih besar
daripada 12 (p). Jika ada bilangan prima yang lebih besar daripada 12,
84

maka ada bilangan komposit yang lebih besar dari 12 (k). Jika 12 habis
dibagi 2 (h), maka 6 adalah bilangan komposit. 12 adalah bilangan
komposit. Kesimpulan, 6 adalah bilangan komposit.
(vi) Jika ia naik bus (b) dan busnya terlambat (t) maka ia mengingkari janjinya
(j). Jika ia mengingkari janjinya dan merasa tidak mempunyai harapan (h)
maka ia tidak pulang. Jika ia tidak bekerja (-k) maka ia tidak mempunyai
harapan (h) dan ia (akan) pulang (p). Kesimpulan, jika ia naik bus dan
busnya terlambat, maka ia (akan) pulang.

5.10. Periksalah apakah premis-premis berikut konsisten atau inkonsisten. Jika


premis-premis itu inkonsisten, tunjukkan dengan menentukan nilai kebenaran
setiap pernyataan tunggalnya dan turunkan suatu kontradiksi?
(i) a -(b &c), d e g, g -(h i), -c & e & h.
(ii) a b c & d, d e g, a –g.
(iii) (a b) & (c d), (b d) & (-c a), (e g) & g -d, -e e.
(iv) (a b & c) & (d b & e), (g -a) & h i, (h i) g & d, -(-c
e)

5.11. Buktikan dengan metode reductio ad absurdum keabsahan argumen-argumen


berikut.
(i) w p i, i c s, s u, -c & -u -w
(ii) a (b c), -d a, b d c
(iii) c g & (d s), s &g e, -e -c -d
(iv) r h d & s, d p, -p -r
(v) Logika adalah mata kuliah yang sukar (1) atau tidak banyak mahasiswa
yang mengikutinya (k). Jika Matematika itu mudah (m), maka Logika
itu tidak sukar. Kesimpulan, Apabila banyak mahasiswa yang mengikuti
Logika maka Matematika tidak mudah.
85

(vi) Jono dan Henri berumur sama atau Jono lebih tua daripada Henri. Jika
Jono lebih tua daripada Henri, maka Jono lebih tua daripada Tuti. Jika
Jono dan Henri berumur sama, maka Eli dan Jono tidak berumur sama.
Kesimpulan, Eli dan Jono tidak berumur sama atau Jono lebih tua
daripada Tuti.

Anda mungkin juga menyukai