PERNYATAAN-PERNYATAAN MAJEMUK
DAN TABEL KEBENARAN
A. Negasi (Sangkalan/Ingkaran)
Contoh 3.1 “a” menyatakan “Ida suka mangga”. “negasi a” disingkat “-a”
menyatakan “Tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan bahasa sehari-hari dapat
dikatakan “Ida tidak suka mangga”.
Definisi 3.1 Negasi suatu pernyataan ialah suatu pernyataan yang bernilai salah
apabila pernyataan semula bernilai benar dan bernilai benar apabila
pernyataan semula bernilai salah.
11
12
Definisi ini dapat dinyatakan dalam suatu tabel yang disebut tabel kebenaran untuk
negasi suatu pernyataan sebagai berikut:
Tabel 3.1
a -a -(-a)
B S B
Contoh 3.2 S B S Misalkan “a”
menyatakan “Tembok itu
berwarna hitam”, maka negasi a yaitu “-a” menyatakan “Tidak benar bahwa tembok
itu berwarna hitam”.
Lebih ringkas dikatakan “Tembok itu tidak berwarna hitam”. Apabila “b”
menyatakan “Tembok itu berwarna putih”, maka b bukan negasi dari a. Sebab apabila
kenyataannya tembok itu berwarna hijau, maka baik a maupun b kedua pernyataan
bernilai salah. Hal ini bertentangan dengan definisi 3.1.
Contoh 3.3 Negasi dari “p q” adalah “tidak benar bahwa p q”. Tidak benar
bahwa p q bukan berarti bahwa p q, tetapi itu berarti p q. Sehingga dapat
ditulis bahwa “negasi dari p q” adalah “p q”.
Contoh 3.4 “Jono kaya dan bahagia” merupakan singkatan dari “Jono kaya dan Jono
bahagia”. Apabila “a” menyatakan “Jono kaya” dan “b” menyatakan “Jono bahagia”,
Maka “a & b” menyatakan “Jono kaya dan bahagia”. “a” maupun “b” masing-masing
disebut pernyataan tunggal (pernyataan prima/pernyataan atom). Sedangkan “a & b”
dibaca “a dan b” disebut konjungsi a dan b.
13
Definisi 3.2 Konjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a & b” (dibaca “a dan b”)
bernilai B (benar) hanya apabila kedua pernyataan tunggalnya bernilai B, dan untuk
nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya “a & b” bernilai S (salah).
Definisi tersebut dapat dinyatakan dalam suatu tabel kebenaran (tabel 3.2) konjungsi
dua pernyataan a dan b.
Tabel 3.2
a B a&b
B B B
B S S
S B S
S S S
Contoh 3.5 “Jakarta ibukota negara Republik Indonesia dan 3 x 4 = 12” adalah suatu
konjungsi yang bernilai B, sebab kedua pernyataan tunggalnya bernilai B.
Contoh 3.6 Ingatlah definisi irisan dua himpunan A dan B, definisi itu dapat
dituliskan sebagai berikut:
Contoh 3.7 Apabila x dan y menyatakan bilangan-bilangan nyata, apakah syarat bagi
x dan y agar x2 + y2 = 0?
Agar x2 + y2 = 0 haruslah dipenuhi bahwa x = 0 & y = 0
14
Definisi 3.3 Disjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a V b” (dibaca: “a atau b”)
bernilai S hanya apabila kedua pernyataan tunggalnya bernilai S,
sedangkan untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, “a V b” bernilai
B.
Definisi ini dapat dinyatakan dalam suatu tabel kebenaran disjungsi dua pernyataan a
dan b (tabel 3.3) sebagai berikut:
Tabel 3.3
A b aVb
B B B
B S B
S B B
S S S
Definisi 3.3 dapat pula dikatakan bahwa disjungsi dua pernyataan bernilai B
apabila sekurang-kurangnya satu dari pernyataan-pernyataan tunggalnya bernilai B.
Contoh 3.8 “7 adalah bilangan prima atau 7 lebih besar dari 8” adalah disjungsi yang
bernilai B (sesuai baris kedua dari tabel 3.3).
Disjungsi dua pernyataan yang didefinisikan sesuai dengan tabel 3.3 disebut
disjungsi inklusif. Disjungsi jenis lain disebut disjungsi eksklusif. Disjungsi
eksklusif dua pernyataan a dan b disimbolkan sebagai “a b” (dibaca “atau a atau b”
dan didefinisikan sesuai dengan tabel 3.4. Dalam buku ini, apabila ditentukan suatu
disjungsi tanpa keterangan apa-apa, maka yang dimaksud adalah disjungsi inklusif.
15
Tabel 3.4
a B a b
B B S
B S B
S B B
S S S
Contoh 3.10 Pada jam 06.30, Badu sedang mandi atau sedang makan pagi. Dua
perbuatan ini tidak dapat diselesaikan dalam suatu saat yang bersamaan oleh Badu.
Menurut ketentuan di atas dikatakan: Atau Badu sedang mandi atau Badu sedang
makan pagi.
Contoh 3.11 (i) Apabila kamu lulus ujian, maka saya membelikan sepeda
motor untukmu (suatu janji).
(ii) Apabila bel berdering tiga kali, maka pertanda kuliah diakhiri
(suatu pertanda).
(iii) Apabila anda biasa berlambat makan, maka anda akan
menderita penyakit perut (sebab akibat).
(iv) Apabila dua segitiga siku-siku samakaki, maka dua segitiga itu
sebangun (pengikut diturunkan dari pendahulu).
Pada contoh 3.11, pendahulu dan pengikut suatu implikasi itu mempunyai
hubungan yang ditunjukkan kata-kata dalam kurung di belakang tiap–tiap kalimat.
Dalam Matematika hubungan antara pendahulu dan pengikut tidak disyaratkan,
walaupun adanya hubungan diperbolehkan pula. Berarti atau tidaknya suatu implikasi
hanya bergantung pada berarti atau tidaknya pendahulu dan pengikut dari implikasi
itu. Begitu pula nilai kebenaran suatu implikasi hanya didasarkan atas nilai-nilai
kebenaran dari pendahulu dan pengikutnya.
Contoh 3.12 Apabila bumi berhenti berputar, maka Siti lulus ujian.
Kalimat ini sering kita dengar, dengan maksud bahwa mustahil Siti akan lulus
dalam menempuh ujiannya. Meskipun dalam implikasi itu tidak ada hubungan antara
pendahulu (bumi berhenti berputar) dan pengikut (Siti lulus ujian). Implikasi itu
bernilai benar, sebab pendahulunya bernilai salah.
Perhatikan tabel kebenaran implikasi (tabel 3.5). (1) Implikasi selalu bernilai
benar apabila pendahulunya bernilai salah, tanpa memperhatikan nilai kebenaran
pengikutnya (sesuai baris ke 3 dan 4 dalam tabel 3.5). (2) Implikasi selalu bernilai
17
benar, apabila pengikutnya bernilai benar, tanpa memperhatikan nilai kebenaran dari
pendahulunya (sesuai baris ke 1 dan 3).
Implikasi yang digunakan dalam Matematika adalah implikasi yang
didefinisikan seperti dalam tabel 3.5. Implikasi semacam ini disebut implikasi
material. Sedang implikasi yang dijumpai dalam percakapan sehari hari disebut
implikasi biasa (ordinary implication).
Apabila diketahui bahwa “a b” bernilai benar maka:
(1) a disebut syarat cukup bagi b, atau
(2) b disebut syarat perlu bagi a.
Perhatikan bahwa suatu syarat perlu belum tentu merupakan syarat cukup.
Implikasi ini jelas bernilai benar. Syarat perlu untuk ABCD merupakan belah ketupat
ialah diagonal-diagonalnya potong-memotong ditengah-tengah. Tetapi walaupun
segiempat ABCD diagonal-diagonalnya potong-memotong ditengah-tengah
merupakan syarat perlu, namun belum cukup untuk menghasilkan ABCD suatu belah
ketupat.
Contoh 3.14 Apabila keempat sisi segiempat ABCD sama panjang maka ABCD
jajargenjang.
Implikasi ini bernilai benar. Syarat cukupnya ialah “keempat sisi segiempat ABCD
sama panjang” dan syarat perlunya ialah “ABCD jajargenjang”.
Perhatikan bahwa syarat cukup tidak harus merupakan syarat perlu. Pada contoh ini,
memang pendahulu merupakan syarat perlu. Pada contoh ini, memang pendahulu
merupakan syarat cukup untuk mengakibatkan ABCD jajargenjang (pengikut). Tetapi
18
Contoh 3.15 Apabila segitiga ABC samakaki maka sudut-sudut alasnya sama besar.
Jelas implikasi ini bernilai benar. Segitiga ABC samakaki (pendahulu) merupakan
syarat cukup bagi pengikut (sudut alasnya sama besar). Sebaliknya pengikut juga
merupakan syarat cukup bagi pendahulu. Sehingga pendahulu merupakan syarat perlu
pula bagi pengikut. Dikatakan bahwa pendahulu merupakan syarat cukup dan perlu
bagi pengikut. Hal seperti ini akan dibicarakan lebih detail dalam biimplikasi.
konvers
kontra posisi
invers invers
kontra posisi
konvers
Tabel 3.6 adalah tabel nilai kebenaran suatu implikasi beserta konvers, invers, dan
kontraposisinya.
19
Tabel 3.6
a b -a -b
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B
Memperhatikan tabel nilai kebenaran ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan,
yaitu:
(1) Implikasi mula-mula ( ) dan konversnya tidak selalu mempunyai nilai
kebenaran yang sama.
(2) Implikasi mula-mula dan inversnya tidak selalu mempunyai nilai kebenaran
yang sama.
(3) Implikasi mula-mula selalu mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan
kontraposisinya, dan dikatakan bahwa ekivalen dengan
ditulis ek .
Apakah merupakan kontraposisi dari ? dan bagaimanakah tentang
nilai-nilai kebenarannya? Kesimpulan ketiga di atas merupakan suatu teknik untuk
membuktikan teorema-teorema secara tidak langsung.
Contoh 3.16 Apabila kuadrat suatu bilangan bulat adalah ganjil maka bilangan itu
ganjil. Atau ditulis: x2 bil. ganjil x bil. ganjil.
Untuk membuktikan kebenaran teorema ini ditempuh cara tidak langsung, yaitu
membuktikan kontraposisinya.
x bukan bil. ganjil x2 bukan bil. ganjil. atau x bil. genap x2 bil.
genap.
Misalkan x = 2n (n bilangan bulat) maka x2 = 4n2. Terlihat bahwa x2 memuat faktor
4, berarti x2 suatu bilangan genap. Jadi, x bil. genap x2 bil. genap. Sehingga benar
pula bahwa:
x2 bil ganjil x bil ganjil.
E. Biimplikasi (Bikondisional)
Definisi 3.6 dapat dinyatakan dalam suatu tabel nilai kebenaran (tabel 3.7) sebagai
berikut.
Tabel 3.7
A b
B B B
B S S
S B S
S S B
Tabel 3.8
21
a b ( )&( )
B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B
1 2 3 4 5 6
Terlihat bahwa urutan nilai kebenaran pada kolom 3 sama dengan urutan nilai
kebenaran pada kolom 6, berarti:
ek ( )&( )
Contoh 3.17 (1) Segi empat ABCD suatu jajargenjang bila dan hanya bila diagonal-
diagonalnya saling berpotongan ditengah-tengah.
(2) Segitiga ABC sama sisi bila dan hanya bila sudut-sudutnya sama
besar.
(3) Segi empat ABCD persegi bila dan hanya bila diagonal-diagonalnya
sama panjang.
(4) x = 3 x2 = 9.
Nilai kebenaran dari biimplikasi-biimplikasi (1), (2), (3), dan (4) berturut-turut adalah
B, B, S, dan S.
Apabila kita hendak membuktikan kebenaran pernyataan majemuk
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(i) Dibuktikan , yaitu pernyataan a diambil sebagai ketentuan dan
dibuktikan kebenaran b.
22
Contoh 3.18 Apabila ketiga sisi suatu segitiga sama panjang maka segitiga itu
samasisi. Dimaksudkan bahwa “ketiga sisi suatu segitiga sama
panjang bila dan hanya bila segitiga itu sama sisi”.
Selanjutnya “bila dan hanya bila” disingkat “bhb”. Kita telah menggunakan
singkatan “ek” untuk “ekivalen”. Dua pernyataan dikatakan ekivalen bhb nilai-nilai
kebenarannya sama. Bandingkanlah dengan a ek b! Kedua pernyataan ini
Tabel 3.9
a b -a -b a&b a b - (a & b) - (a b) -( )
B B S S B B B S S S
B S S B S B S B S B
S B B S S B B B S S
S S B B S S B B B S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Misalkan kita akan menentukan negasi dari (a & b), yaitu –(a & b), nilai-nilai
kebenarannya terlihat pada kolom ke-8. Nilai-nilai kebenaran pada kolom itu terdiri
atas satu S dan diikuti berturut-turut tiga B. Hal ini hanya terjadi pada pernyataan
majemuk dengan kata penghubung “ ”, yaitu –a -b.
Jadi –(a & b) ek –a –b
Nilai-nilai kebenaran dari –(a b) berturut terdiri atas tiga S dan satu B (lihat
kolom 9). Hal ini hanya terjadi pada pernyataan majemuk dengan kata penghubung
“&”, yaitu -a & -b.
Jadi –(a b) ek -a & -b.
Nilai-nilai kebenaran dari –(a b) terdiri atas tiga S dan satu B (lihat kolom 10). Hal
ini hanya terjadi pada nilai-niali kebenaran pernyataan majemuk dengan kata
penghubung “&”, yaitu a & -b.
Jadi –(a b) ek a & -b.
Kita telah mengetahui bahwa ek ( )&( )
Rangkuman:
-(a & b) ek -a -b
-(a b) ek -a & -b
-( ) ek a & -b
-( ) ek (a & -b) (b & -a).
Selanjutnya untuk menghindari banyaknya tanda kurung yang digunakan
dalam penulisan simbol-simbol dalam pernyataan majemuk, maka diadakan
perjanjian tentang urutan kekuatan penghubung dari kata-kata penghubung sebagai
berikut:
sebagai penghubung paling kuat, diikuti oleh , selanjutnya diikuti
3.1. Misalkan “p” menyatakan “15 habis dibagi 4” dan “q” menyatakan “7 bilangan
prima”. Tuliskanlah dalam kalimat sehari-hari proposisi-proposisi berikut dan
tentukanlah nilai kebenarannya?
i. –p v. p q
ii. p & q vi. q V –p
iii. p V q vii. –p & -q
iv. q p viii. p -q
25
3.2. Misalkan “a” menyatakan “Ida adalah gadis cantik” dan “b” menyatakan “Ida
berambut keriting”, tuliskanlah setiap pernyataan berikut dengan simbol-simbol
a atau b?
i. Ida adalah gadis cantik yang berambut keriting.
ii. Ida gadis cantik, tetapi tidak berambut keriting.
iii. Tidak benar bahwa Ida gadis cantik atau berambut keriting.
iv. Ida bukan gadis cantik dan berambut keriting.
v. Apabila Ida berambut keriting maka ia gadis cantik.
vi. Apabila Ida tidak berambut keriting maka ia bukan gadis cantik.
Jawab:
i. a&b iv. –a & b
ii. a & -b v. b a
iii. –(a V b) vi. –b -a
26
Langkah ke a b (c – d)
1 B S S B
2 B S
3 B
4 B
3.4. Susunlah tabel nilai kebenaran dari pernyataan majemuk a & b (a b).
Penyelesaian:
Cara pertama
a b a&b a b a&b (a b)
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S B B
27
Cara kedua
Tabel 3.11
a b a & b (a b)
B B B B B B B B B
B S B S S B B S S
S B S S B B S S B
S S S S S B S B S
Langkah 1 2 1 3 1 2 1
Catatan: Pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk setiap nilai kebenaran
dari pernyataan tunggalnya disebut totologi.
Pernyataan majemuk pada contoh soal 3.4. adalah totologi.
Penyelesaian:
- (p (- q r)) ek p & - (-q r)
ek p & (q & -r)
Jadi negasi dari p (-q r) adalah p & (q & -r).
Ternyata bahwa urutan nilai-nilai kebenaran dari p q (kolom ke-3) sama dengan
urutan nilai-nilai kebenaran dari -p q (kolom ke-5)
Jadi p q ek –p V q.
B B B B B B B B B B B B B B B
B B S B S B S S B B B S B S S
B S B B S S S B B S S S B B B
B S S B S S S S B S S S B S S
S B B S B B B B S B B B S B B
S B S S B B S S S B B B S B S
S S B S B S S B S B S B S B B
S S S S B S S S S B S B S B S
langkah ke 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 1
H. Soal-soal
3.5. Diketahui bahwa nilai kebenaran dari a b adalah S (salah). Apakah yang dapat
anda katakan tentang nilai kebenaran dari –a & b a b?
3.6. i. Diketahui nilai kebenaran dari a b ialah B. Apakah yang dapat dikatakan
tentang nilai kebenaran dari -a b dan a -b?
31
3.7. Apabila r ialah suatu pernyataan yang bernilai B, tentukanlah nilai kebenaran
dari pernyataan-pernyataan berikut?
i. (p q) r
ii. (q r) (-r -q)
iii. p & q q r
iv. r&q r
3.8. Apabila Kpq menyatakan “p & q’ dan Np menyatakakn “-p”. Tuliskanlah dengan
menggunakan K dan N sebagai pengganti berturut-turut & dan – dari
pernyataan-pernyataan berikut?
i. -p & q
ii. p &-(p & q)
iii. -(p & q) & (p &-q)
iv. –p q (ubahlah dengan kata penghubung &)
v. (p & -q) (p q)
3.10. Tentukanlah negasi dari setiap pernyataan majemuk berikut dan tulislah negasi
itu dalam bentuk yang paling sederhana?
i. a b&c
ii. a (b c)
iii. a b b & -c
iv. a&c (a -b & c)
v. (a b & c) (-a & b)