Anda di halaman 1dari 22

BAB III

PERNYATAAN-PERNYATAAN MAJEMUK
DAN TABEL KEBENARAN

Pada pembicaraan ini dan seterusnya kita hanya membicarakan pernyataan-


pernyataan saja. Pernyataan-pernyataan sederhana digandengkan menjadi pernyataan
majemuk (tersusun) dengan menggunakan kata-kata perangkai (penghubung). Kata-
kata perangkai itu adalah:
(1) “atau” dengan simbol “ ”
(2) “dan” dengan simbol “&”
(3) “apabila …. maka….” dengan simbol “ ”
(4) “bila dan hanya bila” dengan simbol “ ”
Sedangkan negasi (sangkalan) suatu pernyataan digunakan kata-kata “tidak
benar bahwa” yang diberi simbol “-” di depan pernyataan yang disangkal (diingkar).
Di depan telah dikatakan bahwa pernyataan-pernyataan diberi simbol dengan huruf
alfabet kecil: a, b, c, d, ….. Sedangkan nilai “Benar” atau “Salah” suatu pernyataan
disingkat berturut-turut dengan “B” atau “S”.

A. Negasi (Sangkalan/Ingkaran)

Contoh 3.1 “a” menyatakan “Ida suka mangga”. “negasi a” disingkat “-a”
menyatakan “Tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan bahasa sehari-hari dapat
dikatakan “Ida tidak suka mangga”.

Definisi 3.1 Negasi suatu pernyataan ialah suatu pernyataan yang bernilai salah
apabila pernyataan semula bernilai benar dan bernilai benar apabila
pernyataan semula bernilai salah.

11
12

Definisi ini dapat dinyatakan dalam suatu tabel yang disebut tabel kebenaran untuk
negasi suatu pernyataan sebagai berikut:
Tabel 3.1
a -a -(-a)
B S B
Contoh 3.2 S B S Misalkan “a”
menyatakan “Tembok itu
berwarna hitam”, maka negasi a yaitu “-a” menyatakan “Tidak benar bahwa tembok
itu berwarna hitam”.
Lebih ringkas dikatakan “Tembok itu tidak berwarna hitam”. Apabila “b”
menyatakan “Tembok itu berwarna putih”, maka b bukan negasi dari a. Sebab apabila
kenyataannya tembok itu berwarna hijau, maka baik a maupun b kedua pernyataan
bernilai salah. Hal ini bertentangan dengan definisi 3.1.

Contoh 3.3 Negasi dari “p  q” adalah “tidak benar bahwa p  q”. Tidak benar
bahwa p  q bukan berarti bahwa p  q, tetapi itu berarti p  q. Sehingga dapat
ditulis bahwa “negasi dari p  q” adalah “p  q”.

Catatan: Pernyataan dan negasinya mempunyai nilai-nilai kebenaran yang selalu


berlainan, artinya jika pernyataannya bernilai B maka negasinya bernilai S dan
sebaliknya jika pernyataannya bernilai S maka negasinya bernilai B.

B. Konjungsi dua pernyataan

Contoh 3.4 “Jono kaya dan bahagia” merupakan singkatan dari “Jono kaya dan Jono
bahagia”. Apabila “a” menyatakan “Jono kaya” dan “b” menyatakan “Jono bahagia”,
Maka “a & b” menyatakan “Jono kaya dan bahagia”. “a” maupun “b” masing-masing
disebut pernyataan tunggal (pernyataan prima/pernyataan atom). Sedangkan “a & b”
dibaca “a dan b” disebut konjungsi a dan b.
13

Definisi 3.2 Konjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a & b” (dibaca “a dan b”)
bernilai B (benar) hanya apabila kedua pernyataan tunggalnya bernilai B, dan untuk
nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya “a & b” bernilai S (salah).
Definisi tersebut dapat dinyatakan dalam suatu tabel kebenaran (tabel 3.2) konjungsi
dua pernyataan a dan b.

Tabel 3.2
a B a&b
B B B
B S S
S B S
S S S

Catatan: Nilai kebenaran konjungsi dua pernyataan ditentukan oleh nilai-nilai


kebenaran pernyatan-pernyataan tunggalnya, tidak usah memperhatikan ada tidaknya
hubungan pernyataan-pernyataan tunggalnya.

Contoh 3.5 “Jakarta ibukota negara Republik Indonesia dan 3 x 4 = 12” adalah suatu
konjungsi yang bernilai B, sebab kedua pernyataan tunggalnya bernilai B.

Contoh 3.6 Ingatlah definisi irisan dua himpunan A dan B, definisi itu dapat
dituliskan sebagai berikut:

Contoh 3.7 Apabila x dan y menyatakan bilangan-bilangan nyata, apakah syarat bagi
x dan y agar x2 + y2 = 0?
Agar x2 + y2 = 0 haruslah dipenuhi bahwa x = 0 & y = 0
14

C. Disjungsi Dua Pernyataan

Definisi 3.3 Disjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a V b” (dibaca: “a atau b”)
bernilai S hanya apabila kedua pernyataan tunggalnya bernilai S,
sedangkan untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, “a V b” bernilai
B.
Definisi ini dapat dinyatakan dalam suatu tabel kebenaran disjungsi dua pernyataan a
dan b (tabel 3.3) sebagai berikut:

Tabel 3.3

A b aVb

B B B
B S B
S B B
S S S

Definisi 3.3 dapat pula dikatakan bahwa disjungsi dua pernyataan bernilai B
apabila sekurang-kurangnya satu dari pernyataan-pernyataan tunggalnya bernilai B.

Contoh 3.8 “7 adalah bilangan prima atau 7 lebih besar dari 8” adalah disjungsi yang
bernilai B (sesuai baris kedua dari tabel 3.3).

Contoh 3.9 Apabila x bilangan nyata, (x - 1)(x – 5) = 0 dipenuhi jika x = 1 x = 5.

Disjungsi dua pernyataan yang didefinisikan sesuai dengan tabel 3.3 disebut
disjungsi inklusif. Disjungsi jenis lain disebut disjungsi eksklusif. Disjungsi
eksklusif dua pernyataan a dan b disimbolkan sebagai “a b” (dibaca “atau a atau b”
dan didefinisikan sesuai dengan tabel 3.4. Dalam buku ini, apabila ditentukan suatu
disjungsi tanpa keterangan apa-apa, maka yang dimaksud adalah disjungsi inklusif.
15

Tabel 3.4
a B a b
B B S
B S B
S B B
S S S

Contoh 3.10 Pada jam 06.30, Badu sedang mandi atau sedang makan pagi. Dua
perbuatan ini tidak dapat diselesaikan dalam suatu saat yang bersamaan oleh Badu.
Menurut ketentuan di atas dikatakan: Atau Badu sedang mandi atau Badu sedang
makan pagi.

D. Implikasi (Kondisional) dua Pernyataan

Implikasi dua pernyataan a dan b diberi simbol “a b” (dibaca “apabila a


maka b”). a disebut pendahulu (antecedent) dan b disebut pengikut (consequent).

Definisi 3.4 “a b” bernilai S hanya apabila pendahulu a bernilai B dan pengikut


b bernilai S, untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, “a b”
bernilai B.

Definisi tersebut dapat dinyatakan dalam suatu tabel kebenaran implikasi a b


(tabel 3.5) berikut.
Tabel 3.5
a b a b
B B B
B S S
S B B
S S B
16

Dalam percakapan sehari-hari pernyataan majemuk “apabila … maka …”


biasanya ada suatu hubungan antara pendahulu dan pengikut.

Contoh 3.11 (i) Apabila kamu lulus ujian, maka saya membelikan sepeda
motor untukmu (suatu janji).
(ii) Apabila bel berdering tiga kali, maka pertanda kuliah diakhiri
(suatu pertanda).
(iii) Apabila anda biasa berlambat makan, maka anda akan
menderita penyakit perut (sebab akibat).
(iv) Apabila dua segitiga siku-siku samakaki, maka dua segitiga itu
sebangun (pengikut diturunkan dari pendahulu).
Pada contoh 3.11, pendahulu dan pengikut suatu implikasi itu mempunyai
hubungan yang ditunjukkan kata-kata dalam kurung di belakang tiap–tiap kalimat.
Dalam Matematika hubungan antara pendahulu dan pengikut tidak disyaratkan,
walaupun adanya hubungan diperbolehkan pula. Berarti atau tidaknya suatu implikasi
hanya bergantung pada berarti atau tidaknya pendahulu dan pengikut dari implikasi
itu. Begitu pula nilai kebenaran suatu implikasi hanya didasarkan atas nilai-nilai
kebenaran dari pendahulu dan pengikutnya.

Contoh 3.12 Apabila bumi berhenti berputar, maka Siti lulus ujian.

Kalimat ini sering kita dengar, dengan maksud bahwa mustahil Siti akan lulus
dalam menempuh ujiannya. Meskipun dalam implikasi itu tidak ada hubungan antara
pendahulu (bumi berhenti berputar) dan pengikut (Siti lulus ujian). Implikasi itu
bernilai benar, sebab pendahulunya bernilai salah.
Perhatikan tabel kebenaran implikasi (tabel 3.5). (1) Implikasi selalu bernilai
benar apabila pendahulunya bernilai salah, tanpa memperhatikan nilai kebenaran
pengikutnya (sesuai baris ke 3 dan 4 dalam tabel 3.5). (2) Implikasi selalu bernilai
17

benar, apabila pengikutnya bernilai benar, tanpa memperhatikan nilai kebenaran dari
pendahulunya (sesuai baris ke 1 dan 3).
Implikasi yang digunakan dalam Matematika adalah implikasi yang
didefinisikan seperti dalam tabel 3.5. Implikasi semacam ini disebut implikasi
material. Sedang implikasi yang dijumpai dalam percakapan sehari hari disebut
implikasi biasa (ordinary implication).
Apabila diketahui bahwa “a b” bernilai benar maka:
(1) a disebut syarat cukup bagi b, atau
(2) b disebut syarat perlu bagi a.
Perhatikan bahwa suatu syarat perlu belum tentu merupakan syarat cukup.

Contoh 3.13 ABCD belah ketupat diagonal-diagonalnya potong memotong


ditengah-tengah.

Implikasi ini jelas bernilai benar. Syarat perlu untuk ABCD merupakan belah ketupat
ialah diagonal-diagonalnya potong-memotong ditengah-tengah. Tetapi walaupun
segiempat ABCD diagonal-diagonalnya potong-memotong ditengah-tengah
merupakan syarat perlu, namun belum cukup untuk menghasilkan ABCD suatu belah
ketupat.

Contoh 3.14 Apabila keempat sisi segiempat ABCD sama panjang maka ABCD
jajargenjang.

Implikasi ini bernilai benar. Syarat cukupnya ialah “keempat sisi segiempat ABCD
sama panjang” dan syarat perlunya ialah “ABCD jajargenjang”.
Perhatikan bahwa syarat cukup tidak harus merupakan syarat perlu. Pada contoh ini,
memang pendahulu merupakan syarat perlu. Pada contoh ini, memang pendahulu
merupakan syarat cukup untuk mengakibatkan ABCD jajargenjang (pengikut). Tetapi
18

ABCD jajargenjang (pengikut) mutlak diperlukan, karena ada jajargenjang yang


keempat sisinya tidak sama panjang.

Contoh 3.15 Apabila segitiga ABC samakaki maka sudut-sudut alasnya sama besar.

Jelas implikasi ini bernilai benar. Segitiga ABC samakaki (pendahulu) merupakan
syarat cukup bagi pengikut (sudut alasnya sama besar). Sebaliknya pengikut juga
merupakan syarat cukup bagi pendahulu. Sehingga pendahulu merupakan syarat perlu
pula bagi pengikut. Dikatakan bahwa pendahulu merupakan syarat cukup dan perlu
bagi pengikut. Hal seperti ini akan dibicarakan lebih detail dalam biimplikasi.

Definisi 3.5 Apabila diketahui maka


(1) disebut konvers dari
(2) disebut invers dari
(3) disebut kontraposisi (kontrapositif) dari .
Definisi ini dapat dinyatakan dengan skema sebagai berikut:

konvers
kontra posisi

invers invers

kontra posisi

konvers

Tabel 3.6 adalah tabel nilai kebenaran suatu implikasi beserta konvers, invers, dan
kontraposisinya.
19

Tabel 3.6
a b -a -b
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

Memperhatikan tabel nilai kebenaran ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan,
yaitu:
(1) Implikasi mula-mula ( ) dan konversnya tidak selalu mempunyai nilai
kebenaran yang sama.
(2) Implikasi mula-mula dan inversnya tidak selalu mempunyai nilai kebenaran
yang sama.
(3) Implikasi mula-mula selalu mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan
kontraposisinya, dan dikatakan bahwa ekivalen dengan
ditulis ek .
Apakah merupakan kontraposisi dari ? dan bagaimanakah tentang
nilai-nilai kebenarannya? Kesimpulan ketiga di atas merupakan suatu teknik untuk
membuktikan teorema-teorema secara tidak langsung.

Contoh 3.16 Apabila kuadrat suatu bilangan bulat adalah ganjil maka bilangan itu
ganjil. Atau ditulis: x2 bil. ganjil x bil. ganjil.

Untuk membuktikan kebenaran teorema ini ditempuh cara tidak langsung, yaitu
membuktikan kontraposisinya.

Kontraposisi dari implikasi itu ialah:


20

x bukan bil. ganjil x2 bukan bil. ganjil. atau x bil. genap x2 bil.
genap.
Misalkan x = 2n (n bilangan bulat) maka x2 = 4n2. Terlihat bahwa x2 memuat faktor
4, berarti x2 suatu bilangan genap. Jadi, x bil. genap x2 bil. genap. Sehingga benar
pula bahwa:
x2 bil ganjil x bil ganjil.

E. Biimplikasi (Bikondisional)

Definisi 3.6 Biimplikasi a dan b disimbolkan dengan bernilai benar


apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai kebenaran yang sama, dan
mempunyai nilai salah apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai
kebenaran yang berbeda.

Definisi 3.6 dapat dinyatakan dalam suatu tabel nilai kebenaran (tabel 3.7) sebagai
berikut.
Tabel 3.7
A b
B B B
B S S
S B S
S S B

Teorema 3.1 ek ( )&( )


Bukti: Untuk membuktikan kebenaran teorema itu diperlihatkan tabel nilai
kebenarannya sebagai berikut:

Tabel 3.8
21

a b ( )&( )
B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B
1 2 3 4 5 6

Terlihat bahwa urutan nilai kebenaran pada kolom 3 sama dengan urutan nilai
kebenaran pada kolom 6, berarti:
ek ( )&( )

Implikasi , a adalah syarat cukup bagi b, dan implikasi , a


adalah syarat perlu bagi b. Sehingga berarti a adalah syarat cukup dan perlu
bagi b.

Contoh 3.17 (1) Segi empat ABCD suatu jajargenjang bila dan hanya bila diagonal-
diagonalnya saling berpotongan ditengah-tengah.
(2) Segitiga ABC sama sisi bila dan hanya bila sudut-sudutnya sama
besar.
(3) Segi empat ABCD persegi bila dan hanya bila diagonal-diagonalnya
sama panjang.
(4) x = 3 x2 = 9.
Nilai kebenaran dari biimplikasi-biimplikasi (1), (2), (3), dan (4) berturut-turut adalah
B, B, S, dan S.
Apabila kita hendak membuktikan kebenaran pernyataan majemuk
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(i) Dibuktikan , yaitu pernyataan a diambil sebagai ketentuan dan
dibuktikan kebenaran b.
22

(ii) Dibuktikan , yaitu b diambil sebagai ketentuan dan dibuktikan


kebenaran a.
Jika kedua langkah ini terselesaikan, barulah disimpulkan bahwa
terbukti.
Dari pembicaraan di atas jelas bahwa dalam Matematika, antara implikasi
dan biimplikasi harus dibedakan dengan tajam. Kedua pengertian ini tidak boleh
dicampuradukkan. Dalam buku-buku Matematika ada satu kekecualian, yaitu dalam
suatu definisi terdapat ungkapan “ apabila … maka …” dimaksudkan “ … bila dan
hanya bila…”

Contoh 3.18 Apabila ketiga sisi suatu segitiga sama panjang maka segitiga itu
samasisi. Dimaksudkan bahwa “ketiga sisi suatu segitiga sama
panjang bila dan hanya bila segitiga itu sama sisi”.
Selanjutnya “bila dan hanya bila” disingkat “bhb”. Kita telah menggunakan
singkatan “ek” untuk “ekivalen”. Dua pernyataan dikatakan ekivalen bhb nilai-nilai
kebenarannya sama. Bandingkanlah dengan a ek b! Kedua pernyataan ini

mempunyai nilai kebenaran sama.

F. Negasi-Negasi dari Konjungsi, Disjungsi, Implikasi, dan Biimplikasi.

Untuk menentukan negasi-negasi konjungsi, disjungsi, implikasi, dan


biimplikasi disusun tabel-tabel kebenarannya dalam satu tabel (tabel 3.9).
23

Tabel 3.9
a b -a -b a&b a b - (a & b) - (a b) -( )
B B S S B B B S S S
B S S B S B S B S B
S B B S S B B B S S
S S B B S S B B B S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Misalkan kita akan menentukan negasi dari (a & b), yaitu –(a & b), nilai-nilai
kebenarannya terlihat pada kolom ke-8. Nilai-nilai kebenaran pada kolom itu terdiri
atas satu S dan diikuti berturut-turut tiga B. Hal ini hanya terjadi pada pernyataan
majemuk dengan kata penghubung “ ”, yaitu –a -b.
Jadi –(a & b) ek –a –b
Nilai-nilai kebenaran dari –(a b) berturut terdiri atas tiga S dan satu B (lihat
kolom 9). Hal ini hanya terjadi pada pernyataan majemuk dengan kata penghubung
“&”, yaitu -a & -b.
Jadi –(a b) ek -a & -b.
Nilai-nilai kebenaran dari –(a b) terdiri atas tiga S dan satu B (lihat kolom 10). Hal
ini hanya terjadi pada nilai-niali kebenaran pernyataan majemuk dengan kata
penghubung “&”, yaitu a & -b.
Jadi –(a b) ek a & -b.
Kita telah mengetahui bahwa ek ( )&( )

Maka –( ) ek –(( )&( ))


ek –( ) –( )
ek (a & -b) (b & -a)
Jadi –( ) ek (a & -b) (b & -a)
24

Rangkuman:
-(a & b) ek -a -b
-(a b) ek -a & -b
-( ) ek a & -b
-( ) ek (a & -b) (b & -a).
Selanjutnya untuk menghindari banyaknya tanda kurung yang digunakan
dalam penulisan simbol-simbol dalam pernyataan majemuk, maka diadakan
perjanjian tentang urutan kekuatan penghubung dari kata-kata penghubung sebagai
berikut:
sebagai penghubung paling kuat, diikuti oleh , selanjutnya diikuti

& dan yang mempunyai kekuatan penghubung sama, dan akhirnya


– (negasi) merupakan penghubung paling lemah.

Contoh 3.19 a & b c dimaksudkan (a & b) c


dimaksudkan a (b c).
-a b -c & d dimaksudkan ((-a) b) ((-c) & d)
a b (c d & -e) dimaksudkan (a b) (c (d & (-
e))).
a b c d & e dimaksudkan ((a b) c) (d & e).

G. Soal dan Penyelesaiannya

3.1. Misalkan “p” menyatakan “15 habis dibagi 4” dan “q” menyatakan “7 bilangan
prima”. Tuliskanlah dalam kalimat sehari-hari proposisi-proposisi berikut dan
tentukanlah nilai kebenarannya?
i. –p v. p q
ii. p & q vi. q V –p
iii. p V q vii. –p & -q
iv. q p viii. p -q
25

ix. –(–q) x. (p & -q) p


Jawab: 15 habis dibagi 4 bernilai S (salah)
7 bilangan prima bernilai B (benar)
i. 15 tidak habis dibagi 4. (B)
ii. 15 habis dibagi 4 dan 7 bilangan prima. (S)
iii. 15 habis dibagi 4 atau 7 bilangan prima. (B)
iv. 7 bilangan prima bhb 15 habis dibagi 4. (S)
v. Jika 15 habis dibagi 4 maka 7 bilangan prima. (B)
vi. 7 bilangan prima atau 15 tidak habis dibagi 4. (B)
vii. 15 tidak habis dibagi 4 dan 7 bukan bilangan prima (S)
viii.15 habis dibagi 4 bhb 7 bukan bilangan prima. (B)
ix. Tidak benar bahwa 7 bukan bilangan prima (B)
x. Apabila 15 habis dibagi 4 dan 7 bukan bilangan prima maka 15 habis
dibagi 4. (B)

3.2. Misalkan “a” menyatakan “Ida adalah gadis cantik” dan “b” menyatakan “Ida
berambut keriting”, tuliskanlah setiap pernyataan berikut dengan simbol-simbol
a atau b?
i. Ida adalah gadis cantik yang berambut keriting.
ii. Ida gadis cantik, tetapi tidak berambut keriting.
iii. Tidak benar bahwa Ida gadis cantik atau berambut keriting.
iv. Ida bukan gadis cantik dan berambut keriting.
v. Apabila Ida berambut keriting maka ia gadis cantik.
vi. Apabila Ida tidak berambut keriting maka ia bukan gadis cantik.
Jawab:
i. a&b iv. –a & b
ii. a & -b v. b a
iii. –(a V b) vi. –b -a
26

3.3. Apabila nilai-nilai kebenaran dari proposisi-proposisi a, b, c. dan d berturut-turut


adalah B, S, S, dan B, tentukanlah nilai kebenaran dari pernyataan majemuk
a b (c –d).
Penyelesaian:
Nilai kebenaran dari a b adalah B, nilai kebenaran dari –d adalah S dan nilai
kebenaran dari c –d adalah B. Jadi nilai kebenaran dari a b (c -d)
adalah B.
Skema berikut akan memperjelas cara penyelesaian ini.

Langkah ke a b (c – d)
1 B S S B
2 B S
3 B
4 B

3.4. Susunlah tabel nilai kebenaran dari pernyataan majemuk a & b (a b).
Penyelesaian:
Cara pertama

a b a&b a b a&b (a b)
B B B B B
B S S S B
S B S S B
S S S B B
27

Cara kedua
Tabel 3.11
a b a & b (a b)
B B B B B B B B B
B S B S S B B S S
S B S S B B S S B
S S S S S B S B S
Langkah 1 2 1 3 1 2 1

Catatan: Pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk setiap nilai kebenaran
dari pernyataan tunggalnya disebut totologi.
Pernyataan majemuk pada contoh soal 3.4. adalah totologi.

3.5. Tentukanlah negasi dari p (-q r).

Penyelesaian:
- (p (- q r)) ek p & - (-q r)
ek p & (q & -r)
Jadi negasi dari p (-q r) adalah p & (q & -r).

3.6. Tunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa p q ek -p q


Penyelesaian:
Tabel 3.12
p q p q -p -p q
B B B S B
B S S S S
S B B B B
S S B B B
1 2 3 4 5
28

Ternyata bahwa urutan nilai-nilai kebenaran dari p q (kolom ke-3) sama dengan
urutan nilai-nilai kebenaran dari -p q (kolom ke-5)
Jadi p q ek –p V q.

3.7. Tunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa:


a b & c ek (a b) & (a c)
Penyelesaian:
Tabel 3.13
a b c a b & c (a b) & (a c)

B B B B B B B B B B B B B B B
B B S B S B S S B B B S B S S
B S B B S S S B B S S S B B B
B S S B S S S S B S S S B S S
S B B S B B B B S B B B S B B
S B S S B B S S S B B B S B S
S S B S B S S B S B S B S B B
S S S S B S S S S B S B S B S
langkah ke 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 1

Ternyata bahwa nilai-nilai kebenaran & c (langkah ke-3 pertama)


mempunyai urutan yang sama dengan nilai-nilai kebenaran ( ) & (a c)
(lihat kolom langkah ke-3 yang kedua).
Jadi, a b & c ek ( ) & (a c)

3.8. Misalkan Kab menyatakan “a & b” dan Na menyatakan “-a”. Tuliskan


pernyataan majemuk berikut dengan menggunakan K dan N berturut-turut
sebagai pengganti & dan -.
29

i. a & -b iii. -a & (-b & c)


ii. -(-a & b) iv. -(a & -b) & (-a &-b)
Penyelesaian :
i. a & -b ditulis sebagai KaNb
ii. -(-a & b) ditulis sebagai NKNab
iii. -a & (-b & c) ditulis sebagai KNaKNbc
iv. -(a & -b) & (-a &-b)
KN(a & -b)(-a & -b)
KNKaNbKNaNb
Jadi -(a & -b) & (-a & -b) ditulis KNKaNbKNaNb

H. Soal-soal

3.1. Tentukanlah negasi dari pernyataan-pernyataan berikut?


i. a>b
ii. p q
iii. Bunga itu berwarna merah.
iv. Separuh dari siswa-siswa kelas I berambut keriting.
v. Ada kendaraan beroda delapan.
vi. Segitiga ABC siku-siku.
vii. Segiempat ABCD jajargenjang.
viii. Lingkaran itu berjari-jari 5 cm.
ix. Semua orang berambut hitam.
x. Tidak ada orang yang mempunyai tiga tangan.

3.2 . Tentukan nilai kebenaran dari setiap pernyataan ini?


i. Jika 4 < 6 maka -4 > -6
ii. Jika 5 < 7 maka –5 < -7
iii. Tidak benar bahwa 3 + 2 = 5 atau 4x 2 = 6
30

iv. Benar bahwa 2 + 2 4 dan 3 + 3 = 6


v. Tidak benar bahwa jika 3 + 2 = 5, maka 3 + 4 = 12 atau 5 – 1 = 4
vi. Jika 2 + 2 4 maka tidak benar bahwa 3 + 3 = 7 bila dan hanya bila
1 + 1 = 2.

3.3. Misalkan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan p, q, r, dan t beruturut-turut


adalah B, S, S, dan B. Tentukanlah nilai kebenaran dari setiap pernyataan
majemuk berikut?
i. r (t & p)
ii. p (r t)
iii. p r r&-t
iv. t p (-p r)
v. r&t (p -q t)
vi. (p -q) r (s & -t)

3.4. Buatlah tabel kebenaran dari setiap pernyataan majemuk berikut.


i. a (a b)
ii. a b b a
iii.a -(b & c)
iv. (a b & c) (-a & b)
v. a&b (b & -b c & b)

3.5. Diketahui bahwa nilai kebenaran dari a b adalah S (salah). Apakah yang dapat
anda katakan tentang nilai kebenaran dari –a & b a b?

3.6. i. Diketahui nilai kebenaran dari a b ialah B. Apakah yang dapat dikatakan
tentang nilai kebenaran dari -a b dan a -b?
31

ii. Diketahui nilai kebenaran dari a b ialah S. Apakah yang dapat


dikatakan tentang nilai kebenaran dari -a b dan a -b?

3.7. Apabila r ialah suatu pernyataan yang bernilai B, tentukanlah nilai kebenaran
dari pernyataan-pernyataan berikut?
i. (p q) r
ii. (q r) (-r -q)
iii. p & q q r
iv. r&q r

3.8. Apabila Kpq menyatakan “p & q’ dan Np menyatakakn “-p”. Tuliskanlah dengan
menggunakan K dan N sebagai pengganti berturut-turut & dan – dari
pernyataan-pernyataan berikut?
i. -p & q
ii. p &-(p & q)
iii. -(p & q) & (p &-q)
iv. –p q (ubahlah dengan kata penghubung &)
v. (p & -q) (p q)

3.9. Tuliskanlah pernyatan-pernyataan berikut dengan mengganti K dan N berturut-


turut dengan & dan - (sebagai kebalikan soal nomor 3.8)
i. NKpNq
ii. KNKpqNp
iii.KKpNrKqNp
iv. KNKNqKNpqNp
v. KKpKqNrKqr
32

3.10. Tentukanlah negasi dari setiap pernyataan majemuk berikut dan tulislah negasi
itu dalam bentuk yang paling sederhana?
i. a b&c
ii. a (b c)
iii. a b b & -c
iv. a&c (a -b & c)
v. (a b & c) (-a & b)

3.11. Tentukanlah invers, konvers, dan kontraposisi dari implikasi-implikasi berikut ?


i. -a b
ii. a & -b -a
iii. a b&c
iv. a b a

Anda mungkin juga menyukai