TAUTOLOGI, KONTRADISI
DAN KONTINGENSI
Diposkan pada Agustus 30, 2016 oleh wahyuhartati
BAB II
PEMBAHASAN
1. TAUTOLOGI
Tautologi adalah proporsi majemuk yang selalu bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai
kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat
pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan
Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel
kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara kedua
yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12
hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh:
“Jika Toni pergi kuliah, maka Dini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Dini pergi kuliah.
Dengan demkian, jika Toni pergi kuliah atau Siska tidur, maka Dini pergi kuliah.”
Setelah diubah ke bentuk variabel maka diubah ubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri
dari premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah kesimpulan.
B B B B B B B B B
B B S B B B B B B
B S B S S S B S B
B S S S B S B S B
S B B B B B B B B
S B S B B B S B B
S S B B S S B S B
S S S B B B S B B
1. (p ʌ ~q) p
Pembahasan:
P q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q) p
B B S S B
B S B B B
S B S S B
S S B S B
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua
pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan majemuk (p
ʌ ~q) p selalu benar.
1. [(p q) ʌ p] p q
Pembahasan:
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Berdasarkan tabel diatas pada kolom 5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu adalah BBBB.
Dengan perkataan lain, pernyataan majemuk [(p q) ʌ p] p q selalu benar.
Pembuktian dengan cara kedua yaitu dengan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan
sebagian dari 12 hukum-hukum ekuivalensi logika.
Contoh:
1. (p ʌ q) q
Penyelesaian:
(p ʌ q) q ~(p ʌ q) v q
~p v ~q v q
~p v T
T ………….(Tautologi)
Dari pembuktian diatas telah nampaklah bahwa pernyataan majemuk dari (p ʌ q) q adalah
tautologi karena hasilnya T (true) atau benar.
Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran dari pernyataan majemuk (p ʌ q) q yaitu:
P Q (p ʌ q) (p ʌ q) q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
Pada tabel diatas nampaklah bahwa kalimat majemuk (p ʌ q) q merupakan Tautologi.
1. q (p v q)
penyelesaian:
q (p v q) ~q v (p v q)
~q v (q v p)
Tvp
T …………(Tautologi)
2. KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah proporsi majemuk yang selalu bernilai salah untuk semua kemungkinan
kombinasi nilai kebenaran dari proporsi-proporsi nilai pembentuknya. . Untuk membuktikan
apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama
dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai F atau salah maka
disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan
menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
1. (A˄ A)
Pembahasan:
A ~A (A ʌ ~A)
B S S
S B S
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan majemuk (A˄ A) selalu salah.
1. P ʌ (~p ʌ q)
Pembahasan:
P Q ~p (~p ʌ q) P ʌ (~p ʌ q)
B B S S S
B S S S S
S B B B S
S S B S S
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan kontradiksi dengan alasan yaitu semua pernyataan
bernilai salah (F).
3. KONTINGENSI
Kontingensi adalah suatu ekspresi logika yang mempunyai nilai benar dan salah di dalam tabel
kebenarannya, tanpa memperdulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di
dalamnya.
Proposisi majemuk yang bukan tautologi juga bukan kontradiksi. Contoh: p→(pɅq) dan
(pɅq)→r masing-masing bukan tautologi dan kontradiksi.
Merupakan bentuk campuran dari nilai benar (B) dan nilai salah (S)
Contoh :
Disjungsi
Konjungsi
Implikasi
Biimplikasi
NAND, NOR, XOR
Contoh pada tabel kebenaran:
P Q R PVQ (PVQ)→R
B B B B B
B B S B S
B S B B B
B S S B S
S B B B B
S B S B S
S S B B B
S S S S B
B B S B B
B S S S S
S B B B B
S S B B B
B B S S B B
B S S B S S
S B B S B B
S S B B B B
2. Hukum Asosiatif :
1) (p ˄ q) ˄ r ≡ p ˄ ( q ˄ r)
2) (p ˅ q) ˅ r ≡ p ˅ (q ˅ r)
3. Hukum Distributf :
1) p ˄ (q ˅ r) ≡ (p ˄ q) ˅ (p ˄ r)
2) p ˅ (q ˄ r) ≡ (p ˅ q) ˄ (p ˅ r)
4. Hukum de Morgan :
1) ~(p ˄ q) ≡ ~p ˅ ~q
2) ~(p ˅ q) ≡ ~p ˄ ~q
3) ~(p ⟹ q) ≡ p ˄ ~q
4) p ⟹ q ≡ ~p ˅ q
Dari suatu barisan bilangan 1, 4, 9, 16, 25, 36, ...., berapakah bilangan ke 10
dalam pola bilangan tersebut? Bilangan ke-10 dalam pola tersebut adalah
100.
Pola bilangan adalah barisan bilangan yang mengikuti pola tertentu dalam
pembentukannya.
Setiap bilangan pada pola bilangan disebut suku.
Pembentukan suku-suku pada pola bilangan mengikuti pola yang sudah
ditetapkan.
Pembahasan
Pola persegi kecil
1 4 9 16 25 36
+3 +5 +7 +9 +11
+2 +2 +2 +2
2a = 2
a=1
3a + b = 3
3+b=3
b=0
a+b+c=1
1+0+c=1
c=0
Rumus suku ke-n = an² + bn + c
= 1n² + 0n + 0
= n²
Un = n²
Suku ke-10 = U₁₀
U₁₀ = 10²
= 10 x 10
= 100.
Jadi bilangan ke 10 dalam pola bilangan diatas adalah 100.
Pelajari Lebih Lanjut
Bab barisan dan deret aritmatika dapat disimak pula di
===========================
Detail Jawaban
Kelas : 9
Mapel : Matematika
Kategori : Barisan dan Deret
Kode : 9.2.2
Kata Kunci : barisan aritmatika, deret aritmatika, suku pertama, beda, suku
ke-n, jumlah n suku pertama
Pada barisan aritmatoka diketahui suku ke 5 = 35 dan
suku ke 9 = 43. suku ke 21 adalah
Pada barisan aritmatika diketahui suku ke 5 = 35 dan suku ke 9 = 43. suku
ke 21 adalah ...
Barisan Aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n - 1)b
Deret Aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = ¹/₂ n (a + Un)
Pembahasan
Penjelasan dengan langkah-langkah:
Diketahui:
U₅ = 35
U₉ = 43
Ditanya:
U₂₁ = ...... ?
Jawab:
Kita buat persamaan linearnya
Un = a + (n-1)b
U₅ = a + (5-1)b
35 = a + 4b ..... persamaan 1
U₉ = a + (9-1)b
43 = a + 8b ..... persamaan 2
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
a + 4b = 35
a + 8b = 43
------------------ -
-4b = -8
b=2
Subtitusi b = 2 kepersamaan (1)
a + 4b = 35
a + 4(2) = 35
a + 8 = 35
a = 27
Langkah terahir kita cari suku ke-21
Un = a + (n-1)b
U₂₁ = 27 + (21-1)2
= 27 + 20.2
= 27 + 40
= 67
Tentukan banyak suku dan jumlah barisan aritmetika
72+66+60+54+...+12
barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n-1)b
deret aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = 1/2 n (a + Un)
Pembahasan
diketahui:
a = 72
b = -6
Un = 12
ditanya banyak suku dan jumlah deret = ... ?
jawab:
Un = a + (n-1)b
12 = 72 + (n-1)(-6)
12 = 72 -6n +6
6n = 78-12
n = 66/6
n = 11
banyak suku ada 11
S11 = 11/2 (U1 + Un)
= 11/2 ( 72+12)
= 11/2 ( 84)
= 11 (42)
= 462
jumlah barisan = 462
Suku kedua puluh delapan barisan aritmetika
45,38,31,24 adalah
barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n-1)b
deret aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = 1/2 n (a + Un)
Pembahasan
diketahui:
suku pertama (a) = 45
beda (b) = 38 - 45 = -7
ditanya, suku ke 28 = ... ?
jawab:
gunakan rumus ↓
Un = a + (n-1)b
U₂₈ = 45 + (28 - 1)(-7)
= 45 + 27(-7)
= 45 - 189
= -144
Pelajari lebih lanjut
dapat disimak pula di
brainly.co.id/tugas/1509694
PENALARAN
Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik
suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran dari hal-hal khusus ke hal-hal yang
umum.Generalisasi merupakan salah satu bagian dari penalaran induktif. Generalisasi
adalah penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis
yang berupa proposisi empirik .generalisasi meliputi mengobservasi pola, membuat hubungan
yang mungkin dan formulasi konjektur. Generalisasi merupakan suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat
selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Jadi, dalam kasus ini untuk menentukan atau membuat pola bilangan kita menggunakan
teknik penalaran induksi yaitu generalisasi.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman yang
umum yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.
B. POLA BILANGAN
1. Pengertian Pola Bilangan Matematika
Pola bilangan matematika adalah susunan dari beberapa angka yang dapat membentuk pola
tertentu.Misalnya pada kalender terdapat susunan angka-angka baik mendatar, menurun, diagonal
(miring).
Contoh :
1. Diberikan beberapa persegi yang disusun mulai 1 persegi, 4 persegi, 9 persegi dan 16
persegi. Persegi tersebut diberikan dua warna.putih dan hitam seperti tampak pada gambar
berikut:
Berapa banyak persegi warna putih dan persegi warna hitam jika diberikan n persegi?
Penyelesaian masalah ini dilakukan dengan membuat pola dari data yang ada.Selanjutnya dipilah
persegi warna putih dan persegi warna hitam. Seperti dalam daftar pola berikut:
Barisan Aretmatika atau Barisan Hitung adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh
dari suku sebelumnya dengan cara menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan
tetap. Dari definisi di atas, diperoleh hubungan sebagai berikut :
U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = a + b + b = a + 2b
U4 = U3 + b = a + 2b + b = a + 3b
.
.
Un = Un-1 + b = a + (n - 2)b + b = a + (n - 1)b
Un = a + (n – 1 )b
Dengan n = 1, 2, 3,..
Bilangan b adalah suatu bilangan tetap yang sering disebut dengan beda. Penentuan rumus beda
dapat di uraikan sebagai berikut :
U2 = U1 + b => b = U2 - U1
U3 = U2 + b => b = U3 - U2
U4 = U3 + b => b = U4 - U3
.
.
.
Un= Un-1 + b => b = Un - Un-1
Dengan melihat nili b, kita dapat menentukan barisan aritmetika itu naik atau turun.
Bila b ˃ 0 maka barisan aritmetika itu naik
Bila b ˂ 0 maka barisan aritmetika itu turun
Deret Aritmatika adalah jumlah yang ditunjuk untuk suku-suku dari barisan aritmatika.
Bentuk umum:
Sn = U1 + U2 + U3 +….. Un
Sn =
Sn =
Sn = ; r < 1
Sn = ; r > 1
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas apa aja sih ?
1) Pola Bilangan
2) Barisan Bilangan
***************************
1) Pola Bilangan
A. Pengertian Pola bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-pola tertentu.
Misalnya pada kalender terdapat susunan angka” baik mendatar, menurun, diagonal (miring).
oo
ooo
berikut pola titik” yang menyatakan suatu bilangan ganjil yang dinyatakan dengan banyak titik
nya , yaitu 1, 3, 5, dst
oo
ooo
oooo
berikut pola titik” yang menyatakan suatu bilangan genap yang dinyatakan dengan banyak titik
nya , yaitu 2, 4, 6, dst
121
1331
14641
1 5 10 10 5 1
1 6 15 20 15 6 1 ….
oo
oo
ooo
ooo
ooo
… Pola bilangan persegi :: 1 , 4 , 9 , … merupakan bilangan kuadrat dari bilangan asli . Un= n^2
oo
ooo
ooo
oooo
oooo
oooo
oo
oo
ooo
2. Barisan Bilangan
Barisan: 2, 4, 6, 8, …
Deret: 2 + 4 + 6 + 8 + …
Barisan: 1, 3, 5, 7, 9, …
Deret: 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + …
Deret: 1 + 4 + 9 + 25 + 36 + …
Deret: 1 + 3 + 6 + 10 + 15 + 21 + …
Deret: 2 + 6 + 12 + 20 + 30 + 42 + …
Deret: 6 + 24 + 60 + 120 + …
Barisan Bilangan Fibonacci adalah barisan yang nilai sukunya sama dengan jumlah dua suku di
depannya.
Deret: 1 + 1 + 2 + 3 + 5 + 8 + 13 + 21 + 34 + …
1) Barisan Aritmatika
Barisan Aritmatika adalah barisan dimana suku berikutnya diperoleh dengan cara
menambahkan suatu bilangan tetap pada suku sebelumnya. Bilangan tetap itu disebut beda (b).
Un = a+(n-1)b
dengan :
a = suku pertama
b = beda ( selisih )
n = banyaknya suku
Un = suku ke-n yaitu suku terakhir
2) Deret Aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika Sn , Sn = n/2 (a+Un) atau Sn = n/2 (2a+(n-1)b)
deret barisan aritmatika bermacam – macam, yang penting barisan yang di buat memenuhi
syarat tersebut, contohnya adalah sebagai berikut : Deret: 1, 5, 9, 13, 17, …
dapatkah kawan – kawan meneruskannya ? iya’, mudah sekali,karena apa ? kita mengetahui
polanya,yaitu mempunya beda 4,dan suku selanjutnya adalah 21, 25, … dan barisan aritmatika
juga dapat kita batasi sendiri yang penting memenuhi syarat tadi…….
sebetulnya barisan aritmatika mempunya banyak macam, tapi kita anak smp hanyalah ini yang
di ajari di sekolah, untuk sekedar pengayaan, ada juga aritmatika tingkat 2, kalau itu tadi tingkat
1.
tapi kita harus mencari dulu nilai a, b, dan c, hanya sebagai ilmu tambahan aja ^^ .. lain kali kita
bahas ya
>> 2 U2 = U1 + U3
Un = Sn – S(n-1)
apabila diantara 2 suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan aritmatika baru,
maka beda suku baru setelah sisipan adalah : b’ = b / (k+1)
dengan :
dengan :
Ut = (a+Un)/2
dengan :
Ut = suku tengah
Un = suku ke-n
a = suku pertama
1. Barisan Geometri
Barisan Geometri adalah suatu barisan bilangan dimana suku-suku berikutnya diperoleh
dengan mengalikan suatu bilangan tetap pada suku sebelumnya. Bilangan tetap itu rasio (r)
Un = ar^(n-1)
dengan :
a = U1 = suku pertama
r = rasio
n = banyak suku
untuk r
untuk r>1 disebut geometri naik (barisan divergen)
2) Deret Geometri
Sn = a[(1 – r^n)/(1-r)] , r
Jika nilai rasio (r) adalah 0 < r < 1 maka jumlah n suku sampai tak hingga adalah :
S~ =a/(1-r) dengan :
a= suku pertama
r = rasio
>> (U2)^2 = U1 * U3
>> U1 * U4 = U2 * U3
Un = Sn – S(n-1)
apabila diantara dua suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan geometri baru
maka rasio baru setelah sisipan adalah : r’ = (k+1)’V(r) = (k+1) akar pangkat dari r
dengan:
dengan :
Ut = V(a. Un)
Ut:suku tengah
a : suku pertama