Anda di halaman 1dari 32

LOGIKA MATEMATIKA,

TAUTOLOGI, KONTRADISI
DAN KONTINGENSI
Diposkan pada Agustus 30, 2016 oleh wahyuhartati

BAB II
PEMBAHASAN
 

1. TAUTOLOGI
Tautologi adalah proporsi majemuk yang selalu bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai
kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat
pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan
Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel
kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara kedua
yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12
hukum-hukum Ekuivalensi Logika.

Contoh:

Perhatikn argumen berikut:

“Jika Toni pergi kuliah, maka Dini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Dini pergi kuliah.
Dengan demkian, jika Toni pergi kuliah atau Siska tidur, maka Dini pergi kuliah.”

Diubah ke variabel proposional:

A   Toni pergi kuliah

B   Dini pergi kuliah

C   Siska tidur

Setelah diubah ke bentuk variabel maka diubah ubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri
dari premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah kesimpulan.

1). A  B              (premis)


2). C  B               (premis)

3). (A ˅ C)  B      (kesimpulan)

Maka sekarang dapat ditulis: ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B

A B C AB C (A ˄(C A˅C (A˅C)

B B B B B B B B B

B B S B B B B B B

B S B S S S B S B

B S S S B S B S B

S B B B B B B B B

S B S B B B S B B

S S B B S S B S B

S S S B B B S B B
 

Dari tabel kebenaran diatas menunjukkan bahwa pernyataan majemuk :

((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua benar (Tautologi)


Contoh tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran:

1. (p ʌ ~q)  p
Pembahasan:

P q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q)  p

B B S S B
B S B B B

S B S S B

S S B S B

Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu        semua
pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan majemuk (p
ʌ ~q)  p selalu benar.
1. [(p q) ʌ p] p  q
Pembahasan:

P Q (p  q) (p  q) ʌ p [(p  q) ʌ p] p  q

B B B B B
B S S S B

S B B S B

S S B S B

(1)                       (2)                   (3)                      (4)                     (5)

Berdasarkan tabel diatas pada kolom 5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu adalah BBBB.
Dengan perkataan lain, pernyataan majemuk [(p  q) ʌ p] p  q selalu benar.
Pembuktian dengan cara kedua yaitu dengan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan
sebagian dari 12 hukum-hukum ekuivalensi logika.

Contoh:

1. (p ʌ q) q
Penyelesaian:

(p ʌ q)  q  ~(p ʌ q) v q
~p v ~q v q

~p v T

T ………….(Tautologi)

Dari pembuktian diatas telah nampaklah bahwa pernyataan majemuk dari (p ʌ q)  q adalah
tautologi karena hasilnya T (true) atau benar.

Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran dari pernyataan majemuk  (p ʌ q)  q yaitu:

P Q (p ʌ q) (p ʌ q)  q

B B B B
B S S B

S B S B

S S S B

Pada tabel diatas nampaklah bahwa kalimat majemuk (p ʌ q)  q merupakan Tautologi.

1. q (p v q)
penyelesaian:

q  (p v q)     ~q v (p v q)

~q v (q v p)

Tvp

T …………(Tautologi)

2. KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah proporsi majemuk yang selalu bernilai salah untuk semua kemungkinan
kombinasi nilai kebenaran dari proporsi-proporsi nilai pembentuknya. . Untuk membuktikan
apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama
dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai F  atau salah maka
disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan
menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.

Contoh dari kontradiksi:

1. (A˄ A)
Pembahasan:

A ~A (A ʌ ~A)

B S S
S B S

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan majemuk (A˄ A) selalu salah.

1. P ʌ (~p ʌ q)
Pembahasan:

P Q ~p (~p ʌ q) P ʌ (~p ʌ q)

B B S S S
B S S S S

S B B B S

S S B S S

Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan kontradiksi dengan alasan yaitu semua pernyataan
bernilai salah (F).

3. KONTINGENSI
Kontingensi adalah suatu ekspresi logika yang mempunyai nilai benar dan salah di dalam tabel
kebenarannya, tanpa memperdulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada di
dalamnya.

Selain pengertian di atas kontingensi juga merupakan:

 Proposisi majemuk yang bukan tautologi juga bukan kontradiksi. Contoh: p→(pɅq) dan
(pɅq)→r masing-masing bukan tautologi dan kontradiksi.
 Merupakan bentuk campuran dari nilai benar (B) dan nilai salah (S)
Contoh :

 Disjungsi
 Konjungsi
 Implikasi
 Biimplikasi
 NAND, NOR, XOR
Contoh pada tabel kebenaran:

P Q R PVQ (PVQ)→R

B B B B B

B B S B S

B S B B B

B S S B S

S B B B B

S B S B S

S S B B B

S S S S B
 

4. PERNYATAAN MAJEMUK EQUIVALEN


Dua pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen jika untuk semua kemungkinan nilai kebenaran
komponen-komponennya, pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama .
ekuivalen ditulis dengan tanda
Contoh :

B B S B B

B S S S S

S B B B B

S S B B B

B B S S B B

B S S B S S

S B B S B B

S S B B B B
 

 
 

5. BENTUK LOGIKA YANG EKUIVALEN


6. Hukum Komutatif :
1)   p ˄ q ≡ q ˄ p
2)   p ˅ q   q ˅ p

2. Hukum Asosiatif :
1)   (p ˄ q) ˄ r ≡ p ˄ ( q ˄ r)

2)   (p ˅ q) ˅ r ≡ p ˅ (q ˅ r)

3. Hukum Distributf :
1)   p ˄ (q ˅ r) ≡ (p ˄ q) ˅ (p ˄ r)

2)   p ˅ (q ˄ r) ≡ (p ˅ q) ˄ (p ˅ r)

4. Hukum de Morgan :
1)   ~(p ˄ q) ≡ ~p ˅ ~q

2)   ~(p ˅ q) ≡ ~p ˄ ~q

3)   ~(p ⟹ q) ≡ p ˄ ~q

4)   p ⟹ q ≡ ~p ˅ q

ari suatu barisan bilangan 1,4,9,16,25,36,...., berapakah bilangan ke 10 dalam


pola bilangan tersebut?

Dari suatu barisan bilangan 1, 4, 9, 16, 25, 36, ...., berapakah bilangan ke 10
dalam pola bilangan tersebut? Bilangan ke-10 dalam pola tersebut adalah
100.
Pola bilangan adalah barisan bilangan yang mengikuti pola tertentu dalam
pembentukannya.
Setiap bilangan pada pola bilangan disebut suku.
Pembentukan suku-suku pada pola bilangan mengikuti pola yang sudah
ditetapkan.
Pembahasan
Pola persegi kecil
1    4    9   16   25   36
 +3  +5  +7  +9   +11
     +2  +2  +2  +2
2a = 2
a=1
3a + b = 3
3+b=3
b=0
a+b+c=1
1+0+c=1
c=0
Rumus suku ke-n = an² + bn + c
                             = 1n² + 0n + 0
                             = n²
Un = n²
Suku ke-10 = U₁₀
U₁₀ = 10²
     = 10 x 10
     = 100.
Jadi bilangan ke 10 dalam pola bilangan diatas adalah 100.
Pelajari Lebih Lanjut
Bab barisan dan deret aritmatika dapat disimak pula di

 Pada barisan aritmatoka diketahui suku ke 5 = 35 dan suku ke 9 = 43.


suku ke 21 adalah brainly.co.id/tugas/1168886
 Tentukan banyak suku dan jumlah barisan aritmetika 72+66+60+54+...
+12 brainly.co.id/tugas/4240841
 Suku kedua puluh delapan barisan aritmetika 45,38,31,24
adalah brainly.co.id/tugas/12054249

===========================
Detail Jawaban
Kelas : 9
Mapel : Matematika
Kategori : Barisan dan Deret
Kode : 9.2.2
Kata Kunci : barisan aritmatika, deret aritmatika, suku pertama, beda, suku
ke-n, jumlah n suku pertama
Pada barisan aritmatoka diketahui suku ke 5 = 35 dan
suku ke 9 = 43. suku ke 21 adalah
Pada barisan aritmatika diketahui suku ke 5 = 35 dan suku ke 9 = 43. suku
ke 21 adalah ...
Barisan Aritmatika adalah  suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n - 1)b
Deret Aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = ¹/₂ n (a + Un)
Pembahasan
Penjelasan dengan langkah-langkah:
Diketahui:
U₅ = 35
U₉ = 43
Ditanya:
U₂₁ =  ...... ?
Jawab:
Kita buat persamaan linearnya
Un = a + (n-1)b
U₅ = a + (5-1)b
35 = a + 4b ..... persamaan 1
U₉ = a + (9-1)b
43 = a + 8b ..... persamaan 2
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
a + 4b = 35
a + 8b = 43
------------------ -
-4b = -8
b=2
Subtitusi b = 2 kepersamaan (1)
a + 4b = 35
a + 4(2) = 35
a + 8 = 35
a = 27
Langkah terahir kita cari suku ke-21
Un = a + (n-1)b
U₂₁ = 27 + (21-1)2
     = 27 + 20.2
     = 27 + 40
     = 67
Tentukan banyak suku dan jumlah barisan aritmetika
72+66+60+54+...+12
barisan aritmatika adalah  suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n-1)b
deret aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = 1/2 n (a + Un)
Pembahasan
diketahui:
a = 72
b = -6
Un = 12
ditanya banyak suku dan jumlah deret = ... ?
jawab:
Un = a + (n-1)b
12 = 72 + (n-1)(-6)
12 = 72 -6n +6
6n = 78-12
n = 66/6
n = 11
banyak suku ada 11
S11 = 11/2 (U1 + Un)
      = 11/2 ( 72+12)
      = 11/2 ( 84)
      = 11 (42)
      = 462
jumlah barisan = 462
Suku kedua puluh delapan barisan aritmetika
45,38,31,24 adalah
barisan aritmatika adalah  suatu barisan dengan selisih antara dua suku
yang berurutan selalu tetap.
Rumus : Un = a + (n-1)b
deret aritmatika adalah jumlah suku – suku barisan aritmatika
Rumus : Sn = 1/2 n (a + Un)
Pembahasan
diketahui:
suku pertama (a) = 45
beda (b) = 38 - 45 = -7
ditanya, suku ke 28 = ... ?
jawab:
gunakan rumus ↓
Un = a + (n-1)b
U₂₈ = 45 + (28 - 1)(-7)
      = 45 + 27(-7)
      = 45 - 189
      = -144
Pelajari lebih lanjut
dapat disimak pula di
brainly.co.id/tugas/1509694
PENALARAN
  
Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik
suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

  1.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran dari hal-hal khusus ke hal-hal yang
umum.Generalisasi merupakan salah satu bagian dari penalaran induktif. Generalisasi
adalah penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis
yang berupa proposisi empirik .generalisasi meliputi mengobservasi pola, membuat hubungan
yang mungkin dan formulasi konjektur. Generalisasi merupakan suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat
selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Jadi, dalam kasus ini untuk menentukan atau membuat pola bilangan kita menggunakan
teknik penalaran induksi yaitu generalisasi.

2.      Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman yang
umum yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.

B.     POLA BILANGAN
1.     Pengertian Pola Bilangan Matematika
Pola bilangan matematika adalah susunan dari beberapa angka yang dapat membentuk pola
tertentu.Misalnya pada kalender terdapat susunan angka-angka baik mendatar, menurun, diagonal
(miring).

2.      Membuat Pola Bilangan


Untuk memecahkan suatu masalah, harus lebih dahulu benar-benar memahami masalahnya.
Kemudian menuliskan apa yang diketahui dan apa yang harus dicari dari masalah tersebut.
Selanjutnya membuat pola jawaban dari masalah tersebut sudah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan atau belum.Jika satu pola dapat diketahui dari sekumpulan data atau dengan
melakukan manipulasi data, maka kita dapat menggunakan pola tersebut untuk menyelesaikan
masalah yang harus dipecahkan. Perhatikan contoh berikut:

Contoh :
1.         Diberikan beberapa persegi yang disusun mulai 1 persegi, 4 persegi, 9 persegi dan 16
persegi. Persegi tersebut diberikan dua warna.putih dan hitam seperti tampak pada gambar
berikut:

Berapa banyak persegi warna putih dan persegi warna hitam jika diberikan n persegi?
Penyelesaian masalah ini dilakukan dengan membuat pola dari data yang ada.Selanjutnya dipilah
persegi warna putih dan persegi warna hitam. Seperti dalam daftar pola berikut:

No Banyak Persegi Persegi Putih Persegi HItam


1 1 1 0
2 4 1 3
3 9 4 5
4 16 9 7
. . . .
. . . .
. . . .
n n2 (n-1)2 2n – 1
3.      Jenis-jenis Pola Bilangan.
a.    Pola bilangan ganjil
Pola bilangan ganjil memiliki pola 1, 3, 5, 7, 9 ….
Barisan bilangan ganjil adalah 1,3, 5, 7, 9, …
Deret bilangan ganjil adalah 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + ….
Rumus mencari suku ke ke-n adalah Un = 2n – 1
Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = n2
Berikut adalah gambar pola dari bilangan ganjil

b.      Pola bilangan genap


Pola bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, …..
Barisan bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, ….
Deret bilangan genap adalah 2 + 4 + 6 + 8 + 10 + …..
Rumus untuk mencari suku ke-n adalah Un = 2n
Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = n2 + n
Gambar pola bilangan genap adalah sebagai berikut

c.      Pola bilangan segitiga


Pola bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, 21, …..
Barisan bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, 21, …..
Deret bilangan segitiga adalah 1 + 3 + 6 + 10 + 15 + 21 + …..
Rumus mencari suku ke-n adalah Un = ½ n (n + 1 )
Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( n + 2 )
Gambar pola bilangan segitiga adalah sebagai berikut

d.     Pola bilangan persegi


Pola bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, …..
Barisan bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, …..
Deret bilangan persegi adalah 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + ……
Rumus mencari suku ke-n adalah Un = n2
Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( 2n + 1 )
Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut

e.     Pola bilangan persegi panjang


Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, ……
Barisan bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, ……
Deret bilangan persegi panjang adalah 2 + 6 + 12 + 20 + 30 + …..
Rumus mencari suku ke-n adalah Un = n ( n + 1 )
Rumus mencari jumlah n suku pertama adalah Sn = 1/3 n ( n + 1 ) ( n + 2 )
Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut

f.      Pola bilangan segitiga pascal


Rumus mencari jumlah baris ke-n adalah 2n – 1
Gambar pola bilangan segitiga pascal adalah sebagai berikut
g.     Pola bilangan Fibonacci
Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah bilangan setelahnya merupakan
hasil dari penjumlahan dari dua bilangan sebelumnya.
Pola bilangan Fibonacci adalah 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, …..
2 diperoleh dari hasil 1 + 1 3 diperoleh dari hasil 2 + 1, 5 diperoleh dari hasil 3 + 2 dan
seterusnya
Rumus mencari suku ke-n adalah Un = Un – 1 + Un - 2

h.     Pola bilangan pangkat tiga


Pola bilangan pangkat tiga adalah pola bilangan dimana bilangan setelahnya merupakan hasil
dari pangkat tiga dari bilangan sebelumnya
Contoh pola bilangan pangkat tiga adalah 2, 8, 512, 134217728, …..
Keterangan : 8 diperoleh dari hasil 2 pangkat tiga, 512 diperoleh dari hasil 8 pangkat tiga, dan
seterusnya

i.        Pola bilangan aritmatika


Pola bilangan aritmatika adalah pola bilangan dimana bilangan sebelum dan sesudahnya
memiliki selisih yang sama.

  Barisan Aretmatika atau Barisan Hitung adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh
dari suku sebelumnya dengan cara menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan
tetap. Dari definisi di atas, diperoleh hubungan sebagai berikut :
U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = a + b + b = a + 2b
U4 = U3 + b = a + 2b + b = a + 3b
.
.
Un = Un-1 + b = a + (n - 2)b + b = a + (n - 1)b
Un = a + (n – 1 )b
Dengan n = 1, 2, 3,..
Bilangan b adalah suatu bilangan tetap yang sering disebut dengan beda. Penentuan rumus beda
dapat di uraikan sebagai berikut :
U2 = U1 + b => b = U2 - U1
U3 = U2 + b => b = U3 - U2
U4 = U3 + b => b = U4 - U3
.
.
.
Un= Un-1 + b => b = Un - Un-1
Dengan melihat nili b, kita dapat menentukan barisan aritmetika itu naik atau turun.
Bila b ˃ 0 maka barisan aritmetika itu naik
Bila b ˂ 0 maka barisan aritmetika itu turun

  Deret Aritmatika adalah jumlah yang ditunjuk untuk suku-suku dari barisan aritmatika.
Bentuk umum:
Sn = U1 + U2 + U3 +….. Un

Sn =

Sn =

J. Pola Bilangan Geometri


Pola bilangan geometri adalah bilangan yang tiap sukunya diperoleh dari perkalian suku
sebelumnya.

  Barisan Geometri atau Barisan Ukur


Barisan Geometri adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya
dengan mengalikan atau membagi dengan suatu bilangan tetap
Misalkan, barisannya U1, U2, U3, . . . . . .,Un-1, Un, maka :
U1 = a
U2 = U1 . r = ar
U3 = U2 . r = ar2
U4 = U3 . r = ar3
Un = Un-1 . r = arn-1
1. Un= r × Un-1 atau
2. Un= a × rn-1

Dengan: r = rasio atau pembanding


n = bilangan asli
a = suku pertama
Berdasarkan nilai rasio (r) kita dapat menentukan suatu barisan geometri naik atau turun.
Bila r > 1 maka barisan geometri naik.
Bila 0 < r < 1 maka barisan geometri turun.
  Deret Geometri adalah jumlah yang ditunjuk untuk suku-suku dari barisan geometri.
Bentuk umum:
Sn = U1 + U2 + U3 +….. Un

Sn =  ; r < 1
Sn =  ; r > 1

CONTOH SOAL HIGH ORDER THINKING


Diposting oleh Unknown di 02.58 55 komentar: 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

BARISAN DAN DERET


POLA, BARISAN, DAN DERET BILANGAN

Materi :: Pola, Barisan, dan Deret Bilangan

Kelas :: IX semester genap

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas apa aja sih ?

1) Pola Bilangan

2) Barisan Bilangan

3) Barisan dan Deret Aritmatika

4) Barisan dan Deret Geometri

***************************

1) Pola Bilangan

A. Pengertian  Pola bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-pola tertentu. 
Misalnya pada kalender terdapat susunan angka” baik mendatar, menurun, diagonal (miring).

B. Jenis dan Bentuk Pola Bilangan


a) Pola Bilangan Ganjil

oo

ooo

berikut pola titik” yang menyatakan suatu bilangan ganjil yang dinyatakan dengan banyak titik
nya , yaitu 1, 3, 5, dst

b) Pola Bilangan Genap

oo

ooo

oooo

berikut pola titik” yang menyatakan suatu bilangan genap yang dinyatakan dengan banyak titik
nya , yaitu 2, 4, 6, dst

c) Pola Bilangan Segitiga Pascal

(Bentuk Segitiga) >> diperoleh dari penambahan baris diatasnya ..

121

1331

14641

1 5 10 10 5 1

1 6 15 20 15 6 1 ….

d) Pola Bilangan Persegi


o

oo

oo

ooo

ooo

ooo

… Pola bilangan persegi :: 1 , 4 , 9 , … merupakan bilangan kuadrat dari bilangan asli . Un= n^2

e) Pola Bilangan Persegi Panjang

oo

ooo

ooo

oooo

oooo

oooo

… Pola bilangan persegi panjang :: 2, 6, 12, … Un = n(n+1)

f) Pola bilangan segitiga

Bentuk segitiga sama sisi >>

oo

oo

ooo

… Pola bilangan segitiga :: 1, 3, 6, 10, … Un = n/2 (n+1)

2. Barisan Bilangan

Jenis-jenis barisan bilangan ::


a. Barisan Bilangan Genap

Barisan: 2, 4, 6, 8, …

Deret: 2 + 4 + 6 + 8 + …

Rumus Suku ke-n: Un = 2n

Jumlah n suku pertama: Sn = n² + n

2. Barisan Bilngan Ganjil

Barisan: 1, 3, 5, 7, 9, …

Deret: 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + …

Rumus Suku ke-n: Un = 2n – 1

Jumlah n suku pertama: Sn = n²

3. Barisan Bilangan Persegi ( Kuadrat )

Barisan: 1, 4, 9, 16, 25, 36, …

Deret: 1 + 4 + 9 + 25 + 36 + …

Rumus Suku ke-n: Un = n²

Jumlah n suku pertama: Sn = 1/6 n( n + 1 )( 2n + 1 )

4. Barisan Bilngan Kubus ( Kubik )

Barisan: 1, 8, 27, 64, 125, 216, …

Deret: 1 + 8 + 27 + 64 + 125 + 216 + …

Rumus Suku ke-n: Un = n³

Jumlah n suku pertama: Sn = 1/4 n² ( n + 1 )²

5. Barisan Bilangan Segitiga

Barisan: 1, 3, 6, 10, 15, 21, …

Deret: 1 + 3 + 6 + 10 + 15 + 21 + …

Rumus Suku ke-n: Un = 1/2 n ( n + 1 )

Jumlah n suku pertama: Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( n + 2 )

6. Barisan Bilangan Persegi Panjang


Barisan: 2, 6, 12, 20, 30, 42, …

Deret: 2 + 6 + 12 + 20 + 30 + 42 + …

Rumus Suku ke-n: Un = n ( n + 1 )

Jumlah n suku pertama: Sn = 1/3 n ( n + 1 ) ( n + 2 )

7. Barisan Bilangan Balok

Barisan: 6, 24, 60, 120, …

Deret: 6 + 24 + 60 + 120 + …

Rumus Suku ke-n: Un = n ( n + 1 ) ( n + 2 )

Jumlah n suku pertama: Sn = 1/4 n ( n + 1 ) ( n + 2 ) ( n + 3 )

8. Barisan Bilangan Fibonacci

Barisan Bilangan Fibonacci adalah barisan yang nilai sukunya sama dengan jumlah dua suku di
depannya.

Barisan:1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, …

Deret: 1 + 1 + 2 + 3 + 5 + 8 + 13 + 21 + 34 + …

Rumus Suku ke-n: Un = Un – 1 + Un – 2

 Jumlah n suku pertama: Sn = 2Un+U(n-1)-U2

C. Barisan dan Deret Aritmatika

1) Barisan Aritmatika

 Barisan Aritmatika adalah barisan dimana suku berikutnya diperoleh dengan cara
menambahkan suatu bilangan tetap pada suku sebelumnya. Bilangan tetap itu disebut beda (b).

 Bentuk umum :: a , a+b , a+2b , a+3b , … , a+(n-1)b

beda (b) = U2-U1 = U3-U2 = …. = Un-U(n-1)

Un = a+(n-1)b

dengan :

a = suku pertama

b = beda ( selisih )

n = banyaknya suku
Un = suku ke-n yaitu suku terakhir

2) Deret Aritmatika

Deret aritmatika adalah jumlah semua suku pada barisan aritmatika.

Bentuk umum :: a + (a+b) + (a+2b) + … + a+(n-1)b

Jumlah n suku pertama deret aritmatika Sn , Sn = n/2 (a+Un) atau Sn = n/2 (2a+(n-1)b)

deret barisan aritmatika bermacam – macam, yang penting barisan yang di buat memenuhi
syarat tersebut, contohnya adalah sebagai berikut : Deret: 1, 5, 9, 13, 17, …

dapatkah kawan – kawan meneruskannya ? iya’, mudah sekali,karena apa ? kita mengetahui
polanya,yaitu mempunya beda 4,dan suku selanjutnya adalah 21, 25, … dan barisan aritmatika
juga dapat kita batasi sendiri yang penting memenuhi syarat tadi…….

sebetulnya barisan aritmatika mempunya banyak macam, tapi kita anak smp hanyalah ini yang
di ajari di sekolah, untuk sekedar pengayaan, ada juga aritmatika tingkat 2, kalau itu tadi tingkat
1.

secara umum dapat di tulis :

Rumus Suku ke-n : Un = an² + bn + c

tapi kita harus mencari dulu nilai a, b, dan c, hanya sebagai ilmu tambahan aja ^^ .. lain kali kita

bahas ya 

3. Sifat Barisan dan Deret Aritmetika

a) Jika U1, U2, U3, U4 -> barisan aritmetika maka berlaku :

>> 2 U2 = U1 + U3

>> U2+U3 = U1+U4

b) Hubungan antara Un dan Sn

Un = Sn – S(n-1)

c) Sisipan pada barisan artimatika

apabila diantara 2 suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan aritmatika baru,
maka beda suku baru setelah sisipan adalah : b’ = b / (k+1)

dengan :

b’ = beda setelah sisipan

b = beda sebelum sisipan


k = banyak suku sisipan

banyaknya suku baru setelah sisipan adalah: n’ = n+(n-1)k

dengan :

n’ = banyak suku setelah sisipan

n = banyak suku sebelum sisipan

k = banyaknya suku sisipan

Jumlah n suku pertama sesudah sisipan adalah : Sn’ = n’/2 (2a+(n’-1)b’)

ex : Diantara 5 dan 50 disisipi 8 bilanagn sehingga membentuk barisan aritmatika. Tentukan


barisan tersebut .. jawab : beda sebelum sisipan = b = 50-5 = 45 beda sesudah sisipan  b’ = b /
(k+1) = 45/(8+1) = 45/9 = 5 jadi barisan yg dibentuk : 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.

4. Suku Tengah Aritmatika

Ut = (a+Un)/2

dengan :

Ut = suku tengah

Un = suku ke-n

a = suku pertama

D. Barisan dan Deret Geometri

1. Barisan Geometri

Barisan Geometri adalah suatu barisan bilangan dimana suku-suku berikutnya diperoleh
dengan mengalikan suatu bilangan tetap pada suku sebelumnya. Bilangan tetap itu rasio (r)

Bentuk umum :: a , ar, ar^2 , … , ar^(n-1)

r = U2/U1 = U3/U2 = … = Un/U(n-1)

Un = ar^(n-1)

dengan :

a = U1 = suku pertama

r = rasio

n = banyak suku

untuk r
untuk r>1 disebut geometri naik (barisan divergen)

2) Deret Geometri

Deret geometri adalah jumlah semua suku pada barisan geometri,

Bentuk umum :: a + ar + ar^2 + … + ar^(n-1).

Jumlah n suku pertama deret geo (Sn)

Sn = a[(r^n – 1)/(r-1)] , r>1

Sn = a[(1 – r^n)/(1-r)] , r

Jika nilai rasio (r) adalah 0 < r < 1 maka jumlah n suku sampai tak hingga adalah :

S~ =a/(1-r) dengan :

a= suku pertama

r = rasio

3. Sifat Barisan dan Deret Geometri

a) Jika U1, U2, U3, U4 adalah barisan geometri

>> (U2)^2 = U1 * U3

>> U1 * U4 = U2 * U3

b) Hubungan antara Un dan Sn

Un = Sn – S(n-1)

c) Sisipan pada barisan geometri

apabila diantara dua suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan geometri baru
maka rasio baru setelah sisipan adalah : r’ = (k+1)’V(r) = (k+1) akar pangkat dari r

dengan:

r’ = rasio setelah sisipan

r = rasio sebelum sisipan

k = banyaknya suku sisipan

banyaknya suku baru setelah sisipan adalah  n’ = n+(n-1)k

dengan :

n’ = banyaknya suku setelah sisipan


n = banyaknya suku sebelum sisipan

k = banyknya suku sisipan

jumlah n suku pertama setelah sisipan :

Sn’ = a [{(r’)^(n’-1)} / (r’ – 1) ] , r’>1

Sn’ = a[{1 – (r’)^n} / (1-r’) ] , r’ < 1

4. Suku tengah geometri

Ut = V(a. Un)

Ut:suku tengah

a : suku pertama

Un: suku ke-n

Anda mungkin juga menyukai