Oleh:
TEAM DOSEN LAB MATEMATIKA DISKRET
1
2
BAB I
PERNYATAAN KALIMAT
1. PENDAHULUAN
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena mempunyai
bahasa dan kemampuan menalar. Penalaran merupakan kemampuan untuk
berfikir menurut suatu alur berfikir tertentu, sehingga manusia dapat menarik
kesimpulan/konklusi.
Menarik konklusi merupakan proses untuk dapat sampai pada sesuatu
yang sebelumnya belum kita ketahui dari hal-hal yang kita ketahui. Untuk itu
diperlukan suatu aturan-aturan untuk dapat melakukan penalaran dengan tepat.
Logika adalah ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar sehingga
didapatkan kesimpulan yang shahih/absah. Sehingga mempelajari logika dapat
meningkatkan kemampuan penalaran karena kita mengenali dan menggunakan
bentuk-bentuk umum tertentu dari cara penarikan kesimpulan yang absah, dan
menghindari kesalahan-kesalahan yang biasa dijumpai. Kita juga dapat
memperpanjang rangkaian penalaran untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
lebih kompleks.
2
3
Kalimat yang tidak mempunyai nilai benar atau salah disebut Meaning less.
Contoh 3 :
2 anak dari 10.
3 mencintai 5.
Kalimat majemuk (composite statement) adalah pernyataan yang terdiri atas satu
atau lebih pernyataan sederhana yang dihubungkan dengan kata hubung kalimat,
misalnya kalimat "Baik kantor maupun bank tidak buka hari ini"
B. ) Disjungsi Inklusif ( )
3
4
A B AB
T T T
T F T
F T T
F F F
Contoh 5 : 2 lebih kecil atau sama dengan 4 (T)
Tono seorang mahasiswa yang pandai atau atlit yang
berbakat, mungkin kedua-duanya
)Disjungsi Eksklusif ( )
A B AB
T T F
T F T
F T T
F F F
4
5
B : konsekuen / konklusi
A B AB
T T T
T F F
F T T
F F T
5
6
6
7
E. Bi-implikasi ( )
A B AB
T T T
T F F
F T T
F F T
) INGKARAN KALIMAT
(A B) ingkarannya ~(A B) adalah ~A ~B.
(A B) ingkarannya ~(A B) adalah ~A ~B.
(A B) ingkarannya ~(A B) adalah A ~B
(A B) ingkarannya ~(A B) adalah (A ~B) (~A B)
5. KONSTANTA
Definisi: Konstanta adalah suatu simbol menunjuk pada suatu anggota dari
semesta pembicaraannya.
Bahasa dalam arti luas yaitu himpunan simbol-simbol yang
digandengkan menurut aturan tertentu menjadi perkataan-perkataan, kalimat-
kalimat dengan maksud, menyatakan asensi ilmiah. Kita harus dapat
membedakan antara simbol dengan obyek yang disimbolisir oleh simbol tersebut.
7
8
Contoh:
a). Fatimah adalah gadis cantik.
b). Fatimah terdiri dari tujuh huruf.
Fatimah pada a) merupakan simbol yang berbicara tentang gadis, tetapi fatimah
pada b) adalah suatu obyek yang disimbolisir, yaitu pembicaraan tentang jumlah
huruf. Hal ini jika diturunkan maka ada gadis cantik yang terdiri dari tujuh huruf.
Jika kita tetap konsisten pada prinsip maka kita harus menggunakan suatu simbol
dari perkataannya yang berbicara tentang perkataan itu (semesta
pembicaraannnya), sehingga jika b) "Fatimah"terdiri dari tujuh huruf maka hal ini
tidak dapat diturunkan. Dalam contoh diatas tidak tampak jelas kesalahannya,
tetapi bagaimana dengan pernyataan dibawah ini :
1. 30/6 = 15/3.
2. Penyebut dari 30/6 habis dibagi 2.
3. Karena 30/6 = 15/3 maka 30/6 dapat diganti oleh 15/3.
4. Sehingga penyebut 15/3 habis dibagi 2.
5. Kesimpulan 3 habis dibagi 2.
Selain obyek- obyek dari semesta pembicaraannya, kita juga berbicara
tentang sifat-sifat dari, dan relasi-relasi antara obyek-obyek itu. Untuk itupun
diperlukan simbol-simbol yang biasanya kita singkat dengan huruf-huruf besar
seperti "P", "Q", dan seterusnya, misalnya :
a). 3 adalah bilangan Prima ,disingkat P(3)
b). 3 terletak antara 2 dan 4, disingkat T(3,2,4)
6. VARIABEL
Definisi: Suatu simbol untuk menunjuk pada sembarang anggota semesta
pembicaraan disebut VARIABEL.
Biasanya dinotasikan dengan huruf kecil di alphabet urutan belakang. (x, y, z, x 1,
xx, dan sebagainya). Pandang kalimat umum yang mengandung variabel x berikut:
"x adalah bilangan prima" disingkat P(x)
"x lebih besar daripada y" disingkat B(x,y)
"x terletak antara y dan z" disingkat D(x,y,z)
8
9
9
10
8. LATIHAN
1. Manakah yang merupakan pernyataan:
a. Jakarta ibukota India
b. Silahkan duduk !
c. Semoga kalian lulus ujian
d. 7 < 6
e. Plato habis dibagi 2
2. Tentukan pernyataan sederhana dari kalimat dibawah ini:
a. Hari sangat panas, rasanya aku ingin mandi
b. Toni belum datang atau dia sudah berangkat sebelum kamu tiba
c. Nelayan melaut hanya jika bertiup angin barat
d. Udara sudah terasa panas walaupun hari masih pagi
e. Jika air dibubuhi garam maka titikbekunya menurun
3. Tentukan disjungsi inklusif ataukah eksklusif :
a. Pangeran Diponegoro dimakamkan di Sulawesi atau di Jawa
b. Candi Borobudur terbuat dari batu atau terletak di Pulau Jawa
c. Setiap pagi dia sarapan nasi atau roti
d. Hari ini hari Minggu atau besok hari Senin
e. Aku akan mendapatkan nilai A atau B dalam mata kuliah ini
4. A : gadis itu ramah B : Gadis itu cantik
Tentukan secara simbolik pernyataan dan tentukan nilai kebenarannya
a. Gadis itu tidak ramah atau cantik
b. Gadis itu tidak ramah atau tidak cantik
10
11
11
12
12
13
BAB II
ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI
Contoh :
Jika kita menanam bunga Flamboyan, maka taman kita berkembang pesat,
dan jika kita menanam bunga Bougenville, maka terlambatlah perkembangan
taman kita. Jadi, jika kita menanam bunga Flamboyan dan bunga Bougenville,
maka taman kita akan berkembang dengan pesat dan terlambat.
Misalnya: P : Kita menanam bunga Flamboyan.
Q : Taman kita berkembang dengan pesat.
R : Kita menanam bunga Bougenville.
S : Terlambatlah perkembangan taman kita.
Maka argumen diatas dapat kita nyatakan dengan simbol-simbol seperti dibawah
ini :
(P Q) (R S)
(P R) (R S)
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
1. P Q Pr.
2. Q R Pr.
3. P Pr./ R
4. Q 1, 3, MP.
5. R 2, 4, MP.
Yang terdapat pada kolom sebelah kiri adalah pernyataan-pernyataan dari
argumen. Disebelah kanannya menunjukkan alasan (dasar pembenaran) atas
pernyataan yang berkorespondensi disebelah kirinya. Pr berarti Premis, dan MP
berarti Modus Ponen. Susunan dan urutan keseluruhan dikatakan "bukti
langsung"(bukti formal).
19
20
2.5.3 Simplifikasi
Kadang-kadang untuk membantu pemeriksaan bukti formal sebuah
argumen, perlu menambah bentuk valid sederhana yang lain.
Perhatikan argumen berikut :
(1) Jika Meirani datang, Ari pun ikut.
(2) Meirani dan Ratna datang.
Jadi, Ari ikut datang.
Argumen tersebut valid, dan bentuknya adalah sebagai berikut :
1. P Q Pr.
2. P R Pr. / Q
Cara biasa untuk membuktikannya dengan deduksi terurut adalah dengan
menarik kesimpulan bahwa dari P R dapat ditarik P saja. Prinsip inilah yang
disebut Simplifikasi, disingkat Simp.
Sekarang kita lengkapi bukti yang ditanyakan :
1. P Q Pr.
20
21
2. P R Pr. / Q
3. P 2, Simp.
4. Q 1, 3, MP.
Dalam simbol, argumen simplifikasi mempunyai bentuk umum :
PQ
P
Jika diamati, argumen ini merupakan bentuk argumen yang hanya memuat
satu premis saja. Sebenarnya prinsip ini telah digunakan secara implicit dalam
teknik tabel kebenaran tidak langsung, yakni jika diketahui bahwa sebuah
konjungsi benar, maka tentulah konjung-konjungnya harus benar pula.
2.5.4 Konjungsi
Dalam bentuk simbol argumen, konjungsi dapat dituliskan :
P
Q
PQ
Perhatikan argumen berikut :
1. (P Q) R Pr.
2. P S Pr.
3. Q T Pr.
4. P 2, Simp.
5. Q 3, Simp.
6. P Q 4, 5, Conj.
7. R 1, 6, MP.
21
22
22
23
23
24
2.5.9 Addition
Addisi (Add) merupakan prinsip penarikan kesimpulan yang sangat
ringkas. Aturan ini hanya memuat satu premis tunggal. Dalam addisi kita
dapat menggabungkan suatu pernyataan dengan pernyataan lain dengan cara
disjungsi.
Addisi dapat kita nyatakan dengan rangkaian lambang :
A
AB
Perhatikan, bahwa kita melakukan dengan sebuah pernyataan saja
dalam penggunaan aturan addisi ini. Jika kita mengaddisi dengan lebih dari
sebuah pernyataan(compound statement), mana mungkin akan terjadi
kesalahan , dan argumen bisa termasuk invalid serta tidak akan terbukti
validitasnya.
Contoh: Jika di Pangandaran nelayan tertawa berdendang ria atau wisatawan
ramai berpesta pora, maka pasti disana ada pesta laut.
Jika bulan Februari telah tiba, nelayan di Pangandaran tertawa
berdendang ria.
Bulan Februari telah tiba.
Jadi, di Pangandaran ada pesta laut.
24
25
25
26
Exportation (Exp)
[(p q) r] [p (q r)]
Tautologi (Taut)
p (p p)
p (p p)
Contoh:
Dasar pembenaran penarikan kesimpulan argumen dibawah ini :
1. J (~ K J)
2. K (~J K) (J K) (~ J ~ K)
3. (~K J) J 1 Comm
4. ~ K (J J) 3 Ass
5. ~ K J 4 Taut
6. K J 5 Impl
7. (~ J K) K 2 Comm
8. ~ J (K K) 7 Ass
9. ~ J K 8 Taut
10. J K 9 Impl
11.(J K) (K J) 10, 6 Conj
12. J K 11 Equiv
13. (J K) (~ J ~ K) 12 Equiv
26
27
Ini memperlihatkan pada kita bahwa jika kita membuktikan argumen yang
berbentuk :
A
B C
Maka kita dapat menarik kesimpulan validitas argumen tersebut dengan
mengubahnya menjadi argumen dengan bentuk :
A
B
C
Aturan seperti diatas dinamakan Aturan Pembuktian Kondisional (Rules of
Conditional Proof).
Contoh :
AB
CD
~B~D
~ A ~B
27
28
A~C
Dapat diubah menjadi :
AB
CD
~B~D
~A~B
A
~C
Pembuktian selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. A B
2. C D
3. ~ B ~ D
4. ~ A ~ B A~C
5. A ~ C ( CP)
6. B 1, 5, MP.
7. ~ ~ B 6 DN
8. ~ D 3, 7, DS
9. ~ C 2, 8, MT
28
29
dijadikan premis tambahan. Jika sebagai akibat langkah ini muncul sebuah
kontradiksi, maka apa yang kita buktikan berarti semua argumen yang valid.
Jika melakukan pembuktian, dan hanya sampai pada sebuah bentuk kontradikasi
explicit, maka pembuktian kita dianggap sudah cukup. Namun meskipun
demikian, jika kita ingin meneruskan pembuktian maka tentu saja masih dapat
dilakukan yakni dengan meneruskan langkah pembuktian sampai pada konklusi
argumen semula yang diturunkan dari kondisi tersebut.
Contoh :
Susunlah pembuktian tak langsung untuk memperlihatkan validitas
argumen.
PQ
QR
P
R
Jawab :
1. P Q
2. Q R
3. P R
4. ~ R (IP)
5. ~ Q 2, 4, MT.
6. ~ P 1, 5, MT.
7. P ~ P 3, 6, Conj.
Pada contoh ini kita mendapat sebuah kontradiksi pada baris pembuktian ke-7,
yakni P ~ P. karena muncul sebuah kontradiksi maka argumen diatas termasuk
valid.
29
30
Contoh :
Buktikan bahwa pernyataan [~(A B) C] [A (B C) ] merupakan
Tautologi !
Jawab :
Argumen yang berkorespondensi dengan pernyataan diatas adalah :
~(A B) C A (B C).
maka pembuktiannya dapat disusun sebagai berikut :
1. ~ (A B) C A (B C)
2. A B C (CP)
3. B C (CP)
4. (~ A ~ B) C 1 de M
5. ~ A (~ B C) 4 Ass
6. ~ ~ A 2 DN
7. ~ B C 5, 6, DS
8. ~ ~ B 3 DN
9. C 7, 8, DS
30
31
31
32
1. [(P Q) (Q R)] (P R)
B B S S
2.11 L ATIHAN
A. Dengan menggunakan aturan penarikan kesimpulan dan penukaran, susunlah
bukti formal validitas argumen berikut :
1. G (S U)
G
~U /~S
2. P
(P R) D / P D
3. B J
32
33
HD
~(~ J ~ D) U
~U / ~ B ~H
4. N M
M D
MP
~P
MN /D
5. ~ [(A A) D] Z
~Z
~Z~D /A
6. T (C D)
TB
(F F) ~ (~ W B)
W ~(C D) /F
7. H (L R)
(L W) P
WH /P
8. M (~ R U)
M~R /U
9. ~ (P Q) R
P S /PR
10. (S Q) R
(P S) Q / P R
11. (A B) (C D)
(D E) F
A /F
11. (S W) (B T)
(T H) M
33
34
S / M
12. [(P Q) R] ~ S
SQ /~P
13. (P Q) (R S)
~ (Q R)
(~ P R) (Q R) / Q S
14. G (L T)
G~T
T / L
15. P (L G)
P~G /L
16. ~ (P M) (S R)
~S / ~M
17. P R
(~P R) (S Q) / P (S Q)
34
35
18 ~ A ~B
AC
BD
DE / E C
19. ~ A ~ B
(A C) [(A C) B] / (A C) ~ A
20. P [Q (R S)]
~R~S
~Q /~P
21. C ~ J
J / C (E ~ K)
22. (J R) (D V) / ~ J D
23. (T D) E /TE
24. (R F) D
~DF /F
35
36
36
37
BAB III
KUANTOR DAN TEORI KUANTIFIKASI
A. FUNGSI PROPOSISI
Argumen yang valid banyak sekali jumlahnya,namun validitasnya ada
yang tidak dapat diuji dengan metode biasa. Sebagai contoh kita tidak dapat
memeriksa validitas argumen berikut dengan bukti formal :
Semua kucing adalah hewan menyusui.
Puppy adalah seekor kucing.
Jadi, Puppy adalah hewan menyusui.
Validitasnya tergantung pada struktur logis pada pernyataan non
majemuk tersebut dan pada makna yang terkandung didalamnya.
Premis kedua pada argumen diatas merupakan pernyataan tunggal
(Singular Proposisi). "Puppy" disini merupakan subyek, sedangkan "adalah
seekor kucing" merupakan predikat. Setiap pernyataan tunggal, subyek dan
predikat mempunyai tafsiran yang tergantung pada hubungan antara satu bagian
dengan yang lain.
Dalam memberi simbol pada pernyataan tunggal, menggunakan huruf
kecil dari a sampai z, dan biasanya digunakan huruf pertama dari bagian
pernyataan. Bagi ciri-ciri khusus menggunakan huruf kapital.
Untuk simbol pernyataan tunggal, predikatnya dapat diberi notasi dan
diletakkan disebelah kiri subyeknya.
Contoh : "Castro adalah manusia" dinotasikan dengan Mc
"Aryanti adalah manusia" dinotasikan dengan Ma
Pada pernyataan tunggal tersebut, huruf pertama dengan "M" yang
menyatakan "seorang manusia" dan huruf kedua yakni "a" , "c" yang menyatakan
siapa manusia tersebut, yang berfungsi sebagai subyek dengan dijelaskan oleh
predikat M.
Pernyataan tunggal Ma, Mc dan sebagainya mempunyai nilai kebenaran T
(benar) dan F (salah). Lambang umum untuk pernyataan tunggal ini dapat
dinyatakan dengan "Mx" dimana x adalah variabel individual yang dapat diganti
37
38
dengan konstanta individual. "Mx" ini bukan pernyataan, sebab tidak benar dan
tidak salah. Ungkapan seperti "Mx" dinamakan Fungsi Proposisi.
Suatu pernyataan tunggal dapat dianggap sebagai "substitution instance"
dari fungsi proposisi yang diperoleh dengan cara mensubstitusikan konstanta
individual terhadap variabel-variabel individualnya dalam fungsi proposisi
tersebut. Proses untuk memperoleh pernyataan dari fungsi proposisi yang
diperoleh dengan cara mensubstitusikan konstanta individual pada varibel
individualnya dinamakan Instantiasi (instantiation).
Kita dapat melakukan instantiasi dari ungkapan Mx, misalnya :
a. Aryati adalah bukan manusia.
b. Castro adalah bukan manusia.
Dengan simbol masing-masing "~Ma" , "~Mc".
Pernyataan yang bersifat umum seperti "Semua manusia adalah fana" dan
"Sesuatu adalah fana", berlainan dengan pernyataan tunggal biasa, karena
pernyataan ini tidak terdiri dari bagian-bagian subyek dan predikat seperti pada
pernyataan tunggal biasa.
Meskipun demikian, pernyataan umum ini merupakan hasil dari fungsi
proposisi. Prosesnya tidak dengan instantiasi, tapi melalui proses yang disebut
Generalisasi atau Kuantifikasi.
B. KUANTOR
1. KUANTOR UMUM
Pernyataan "Semua manusia adalah fana" dapat dinyatakan dengan :
"Untuk setiap obyek, obyek itu fana".
Kata "obyek itu" adalah sebagai ganti "obyek" sebelumnya. Kata ini
dinamakan variabel individual, yang dapat diganti dengan lambang "x", sehingga
diperoleh :
"Untuk setiap x, x adalah fana" atau "Untuk setiap x, " Mx"
Ungkapan "Untuk setiap x" disebut Kuantor Universal atau Kuantor
Umum (Universal Quantifier), dan diberi simbol dengan "(x) dan dapat juga
dinotasikan dengan (x)Mx.
38
39
Tanda "" dibaca "untuk setiap" atau "untuk semua". Notasi lain dari
KU adalah A, tetapi ada juga yang tidak menggunakan notasi, cukup dengan
menulis (x)Mx.
Notasi (x)Mx, dibaca "untuk setiap x, x mempunyai sifat M", atau
"untuk setiap x berlaku M". Akibat adanya kuantor x, maka Mx menjadi
kalimat tertutup(pernyataan).
Contoh :
1. Misalkan Mx : x + 2 > 0
Maka M(-1/2) = -1/2 + 2 > 0 adalah pernyataan yang benar (T)
2. Misalkan x adalah bilangan riil, maka (x) [x2 + 2 > 0]
mempunyai nilai kebenaran T (benar).
2. KUANTOR KHUSUS
Sama halnya dalam menyusun ungkapan pernyataan umum, dapat
dilakukan hal serupa "Sesuatu adalah fana" , dengan :
Ada paling sedikit satu yang fana
Ada sekurang-kurangnya yang fana
Ada paling sedikit satu obyek sedemikian sehingga obyek itu adalah fana
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga x adalah fana
Lebih singkat lagi ditulis dengan :
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx
Pernyataan diatas disebut "Kuantor Khusus" atau "Kuantor Eksistensial"
(Existensial Quantifier) , dan diberi simbol "(x)".
Pernyataan (x)Mx dibaca :"Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa
sehingga Mx" atau "Beberapa x, hingga berlaku Mx".
Contoh :
(x) [ x2 + 1 = 0 ] dibaca "ada paling sedikit satu x, sehingga x 2 + 1 = 0".
Nilai kebenaran pernyataan ini adalah salah (F).
Jika (x)Mx benar, maka (x)Mx benar pula.
3. NEGASI PERNYATAAN BERKUANTOR
Negasi Kuantor mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
39
40
C. PERNYATAAN LOGIKA
1. PERNYATAAN LOGIKA TRADISIONAL
Logika tradisional menekankan pada 4 tipe pernyataan :
a. Affairmatif Umum (Universal Affairmative)
Contoh : Semua ikan paus adalah hewan menyusui
Pernyataan ini dapat dinyatakan dengan :
"Untuk setiap x, jika x adalah ikan paus, maka x adalah hewan menyusui".
Sesuai dengan teori kuantifikasi, dinotasikan dengan :
(x) (Hx Mx),
dimana Hx : x adalah ikan paus
Mx : x adalah hewan menyusui
40
41
41
42
P
e
r
n
y
a
t
a
a
n
1. Semua P adalah Q (x) (Px Qx)
2. Semua P adalah Q atau R (x) [Px (Qx Rx)]
3. Semua P dan Q adalah R atau S (x) [(Px Qx) (Rx Sx)]
4. Tak ada P yang merupakan Q (x) (Px ~ Qx)
5. Beberapa P adalah Q
(x) (Px Qx)
6. Beberapa P tak merupakan Q
(x) (Px ~ Qx)
7. a berelasi dengan b
R
8. b berelasi dengan a
a
9. a berelasi dengan semua P
b
42
43
R
b
a
(x) (Px Rax)
Contoh :
a. Semua pria mencintai wanita
b. Semua wanita mencintai pria
c. Beberapa pria mencintai beberapa wanita
d. Beberapa wanita mencintai beberapa pria
Misalkan Rx : x adalah pria
Qy : y adalah wanita
Maka pernyataan diatas dapat dilambangkan :
a. (x)(y) [(Rx Qy) (Pxy)]
b. (x)(y) [(Rx Qy) (Pyx)]
c. (x)( y) (Rx Qy Pxy)
d. (x)( y) (Rx Qy Pyx)
43
44
44
45
45
46
Pembuktian:
1. (x) (Sx Tx) Pr
2. (x) (Tx ~ Cx) Pr
3. Sr Pr./ ~ Cr
4. Sr Tr 1, UI
5. Tr ~ Cr 2, UI
6. Sr ~ Cr 4, 5, HS
7. ~ Cr 6, 3, MP.
2. Universal Generalization
Ma
Dinotasikan dengan : , a adalah lambang individual.
(x) Mx
Dengan rumus tersebut, kita menarik konklusi generalisasi secara
umum, kita mengumpulkan apa yang kita merupakan ciri khas atau
sifat suatu individual yang juga terdapat pada individu lain yang
sejenis, sehingga akhirnya kita menarik kesimpulan yang berlaku
umum, yakni kesimpulan bahwa sifat atau ciri khas tersebut berlaku
pula untuk sembarang individu.
Contoh :
Semua mahasiswa Matematika adalah manusia.
Tak ada manusia yang hidup seribu tahun.
46
47
47
48
3.Existensial Generalization
Kuantor Existensial sebuah fungsi proposisi adalah benar jika dan
hanya jika fungsi proposisi tersebut punya paling sedikit sebuah
substitution instance yang benar.
Ma
Dinotasikan dengan : , a adalah lambang individual.
(x) Mx
Contoh :
Perhatikan sebuah argumen dibawah ini :
Setiap bilangan prima adalah bilangan asli.
Jadi, jika 2 adalah bilangan prima, maka beberapa bilangan prima
adalah bilangan asli.
Misalkan ; Px : x adalah bilanga prima
Ax : x adalah bilangan asli
Dan “2” dilambangkan dengan “d”
Maka validitas argumen diatas dapat disusun sebagai berikut :
1. (x) (Px Ax) Pr./ Pd (x) (Px Ax)
2. Pd / (x) (Px Ax) (CP)
3. Pd Ad 1, UI
4. Ad 3, 2, MP
5. Pd Ad 2, 4, Conj
6. (x) (Px Ax) 5, EG
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa sebuah hasil
substansi yang benar mengakibatkan adanya sebuah fungsi proposisi
yang benar pula dengan melewati proses generalisasi khusus.
3. Existential Instantiation
Pada sebuah kuantor existensial sebuah fungsi proposisi paling sedikit
ada sebuah substitusi tertentu yang dapat digantikan variabel “x” pada
fungsi proposisi tersebut, yang akan menghasilkan sebuah substitution
instance.
48
49
(x) Mx
Dinotasikan dengan : , y adalah sebuah konstanta individual
My
selain “a” yang tidak pernah muncul
dalam pembuktian yang dilakukan.
Contoh :
Perhatikan argumen berikut :
Semua mahasiswa pemenang bea siswa adalah mahasiswa yang
berprestasi.
Beberapa mahasiswa Matematika adalah pemenang beasiswa.
Jadi, beberapa mahasiswa Matematika adalah mahasiswa yang
berprestasi.
Dalam bentuk lambang, pembuktian argumen ini dapat disajikan seperti
berikut:
1. (x) (Px Bx) Pr.
2. (x) (Mx Px) Pr./ (x) (Mx Bx)
3. My Py 2, UI
4. Py By 1, UI
5. Py My 3, Comm
6. Py 5, Siimp.
7. By 4, 6, MP.
8. My 3, Simp.
9. My By 8, 7, Conj.
10. (x) (Mx Bx) 9, EG
Kita dapat pula melakukan inferensi terhadap pernyataan yang
mengandung relasi. Untuk memperjelas bagian ini, perhatikan contoh
dibawah ini :
Semua kuda adalah binatang.
Jadi, setiap kepala kuda adalah kepala binatang.
Argumen diatas cukup singkat, namun hanya menggunakan kuantor
satu variabel saja sehingga sulit untuk menentukan argumen tersebut
valid atau invalid.
49
50
Oleh karena itu perlu menggunakan yang lebih dari sekedar pernyataan
tunggal, dalam hal ini diperlukan pernyataan yang mengandung relasi,
sehingga :
1. (x) (Px Qx) Pr.
2. (y) (z) (Pz Ryz) Pr./ ( w) (Qw Ryw)
3. (z) (Pz Rbz) 2, UI
4. Pa Rba 3, EI
5. Rba Pa 4, Comm
6. Pa Qa 5, Simp.
7. Pa 7, UI
8. Pa 4, Simp.
9. Qa 7, 8, MP.
10. Qa Rba 6, 9, Conj.
11 (w) (Qw Rbw) 10, EG
50
51
7. Ba ~ Sa Sa 4, 6, Conj.
8. (x) (Bx ~ Sx Sx) 7, EG
Konklusi pada baris kedelapan diatas jelas keliru, sebab dari premis-
premis yang benar yakni “Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang pernah
berenang di danau Saguling” dan “Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang
belum pernah berenang di danau Saguling” telah ditarik sebuah konklusi lanjutan
yang keliru, yaitu sebuah kontradiksi (x) (Bx ~ Sx Sx).
Sekarang perhatikan penarikan validitas argumen berikut :
Nilai Z pada persamaan 2Z = ½ adalah ¼
Misalkan kita melakukan pembuktian dengan langkah :
1. Sz Pr./ ( x) Sx
2. (x) Sx 1, UG (?)
Penarikan kesimpulan dengan UG pada contoh ini adalah salah,
karena kita melakukan penarikan dengan aturan UG, sedangkan premis
sebelumnya tidak mengandung lambang individual “y” sebuah lambang
khusus pada aturan UG. Kekecualian lainnya yang berkaitan dengan
penggunaan aturan UG, dapat kita lihat pada contoh berikut :
Tak semua benda dapat dimakan.
Jadi tak ada benda yang dapat dimakan.
Argumen diatas sepintas saja dapat kita ketahui sebagai argumen yang
invalid. Jika saja kita tidak ingat akan kekecualian yang terdapat pada aturan UG
dan tidak memperhatikan makna yang terkandung didalamnya, bukan mustahil
kita mengangggap bahwa argumen diatas adalah valid, sehingga kita tersesat pada
pembuktian yang salah.
Pembuktian argumen diatas umpamanya demikian :
1. ~ (x)Dx Pr./ ( x) ~ Dx
2. Dy
3. (x)Dx 2, UG
4. Dy (x)Dx 2, 3, CP
5. ~ Dy 4, 1, MT
6. (x) ~ Dx 5, UG
51
52
52
53
53
54
(Ra Sa ) / ( Ra Ba ),
Misal dengan menyatakan premis dengan B, dan konklusi dengan S maka
akan didapat suatu kesimpulan bahwa argumen tersebut valid., selanjutnya
(Ba Sa ) bernilai benar
(Ra Sa ) bernilai benar , jadi ( Ra Ba ) benilai salah, maka jelas hal ini
adalah kontradiktif. Lalu apakah kita langsung mengambil kesimpulan
bahwa argumen tersebut valid ?
Untuk mengatasi hal ini dicoba dengan mensubtitusi variabel dengan dua
konstanta individual yaitu ‘a’ dan ‘b’, sehingga persoalan menjadi
(Ba Sa ) V ( Bb Sb )
(Ra Sa ) V ( Rb Sb ) / ( Ra Ba ) V ( Rb Bb )
Jika diperiksa lebih lanjut akan nampak bahwa argument yang di uji ini
adlah argument yang invalid.
Agar kita mem peroleh sebuah proposisi yang tepat dalam
argumen dengan pernyataan berkuantor, kita harus mengujinya dengan
mencoba mensubstitusikan satu individu, yang dilanjutkan dengan 2
individual dan sseterusnya. Akan nampak dengan segera bahwa dengan 2
individu muncul hal-hal yang kontradiktif dalam arti hal-hal yang mustahil
terjadi, jika memang argumen tersebut valid. Sebaliknya jika argument yang
kita periksa tidak menampakkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
argument yang kita buktikan memang invalid.
G. LATIHAN
I. Misalkan Px : x adalah bilangan prima
Ex : x adalah bilangan genap
Ax : x adalah bilangan ganjil, dan
Bxy : x membagi habis y
Terjemahkanlah tiap-tiap bentuk berikut ke dalam pernyataan biasa :
1. P23
2. E2 P2
3. (x) (B2x Ex)
4. (x) (Ex Bx6)
54
55
5. (x) (~ Ex ~ B2x)
II. Bubuhkanlah Kuantor pada setiap pernyataan dibawah ini. Gunakanlah
singkatan yang disarankan dan tiap rumusannya awali dengan sebuah
kuantor , sedangkan setiap kata “tidak” nyatakan dengan lambang negasi.
1. Orang Bali tak semuanya bisa menari.
(Bx : x adalah orang Bali, Mx : x bisa menari ).
2. Hanya direktur yang mempunyai sekretaris pribadi.
(Dx : x adalah seorang direktur, Sx : x mempunyai sekretaris pribadi)
3. Setiap kemegahan tak selalu mencerminkan kebahagiaan.
(Mx : x adalah kemegahan, Bx : x adalah suatu kebahagiaan).
4. Tak semua yang menikah hidupnya bahagia.
(Mx : x menikah, Hx : x hidupnya bahagia ).
5. Beberapa pejabat tinggi negara dihinggapi penyakit kecemasan.
(Px : x adalah seorang pajabat tinggi negara, Dx : x dihinggapi
penyakit kecemasan ).
6. Seorang gadis adalah sehat jika dia hidup penuh gizi dan sering
melakukan senam kesegaran jasmani.
(Gx : x adalah seorang gadis, Sx : x sehat, Hx : x hidup penuh gizi,
Mx : x sering melakukan senam kesegaran jasmani).
55
56
56
57
57