Anda di halaman 1dari 8

Proposisi Majemuk

Lembar Kerja Mahasiswa

Tim Dosen 2/13/24 Logika & Komputasi


MATERI IV: PROPOSISI MAJEMUK

A. PRETEST
1. Buatlah tabel kebenaran dari proposisi berikut, berdasarkan akhiran NIM, kerjakan soal
dibawah ini:
a. A Ʌ ¬ (¬A → A)
b. (A → B) ↔ (B → A)
c. (A → B) → ((A → ¬B) → ¬A)
d. ¬(¬A Ʌ A) V A
e. (A ↔ B) → (B ↔ A)
f. (¬A → B) → ((¬A → ¬B) → A)
2. Buatlah tabel kebenaran dari proposisi berikut berdasarkan akhiran NIM, kerjakan soal
dibawah ini (ex: NIM 100 (genap), NIM 101 (ganjil):

Genap:
Jika hari sedang hujan atau mendung, maka Andi tidak pergi ke stasiun dan Ibu
membersihkan halaman.

Ganjil:
Ani pergi ke taman jika dan hanya jika Dita pulang dari sekolah dan cuaca cerah.

B. EKSPRESI LOGIKA
Proposisi majemuk terdiri atas beberapa proposisi atomik. Proposisi majemuk yang rumit dapat
disederhanakan menjadi beberapa sub-ekspresi. Teknik penyederhanaan atau pemecahan ini
disebut sebagai parsing. Untuk menghindari perbedaan makna atau ambiguitas antara satu orang
dengan lainnya, maka proposisi majemuk yang akan dipecah diberi tanda kurung terlebih dahulu.
Dengan demikian, rangkaian proposisi-proposisi dengan perangkai-perangkainya yang berada di
dalam sebuah tanda kurung disebut fully parenthesized expression (fpe). Salah satu cara
menyederhanakan proposisi adalah SKEMA.

C. SKEMA
Skema merupakan suatu cara untuk menyederhanakan suatu proposisi majemuk yang rumit
dengan memberi huruf tertentu untuk menggantikan satu subekspresi atau sub-subekspresi.

Contoh 1:
Jika P = (A Ʌ B) dan Q = (A V B), maka (P → Q) = ((A Ʌ B)→(A V B))
Selanjutnya, perhatikan penjelasan berikut :
1. Ekspresi apa saja berbentuk (¬P) disebut negasi.
2. Ekspresi apa saja berbentuk (P Ʌ Q) disebut konjungsi.
3. Ekspresi apa saja berbentuk (P V Q) disebut disjungsi.
4. Ekspresi apa saja berbentuk (P → Q) disebut implikasi.
5. Ekspresi apa saja berbentuk (P ↔ Q) disebut biimplikasi.

1
Sekarang perhatian 4 (empat) aturan berikut:
1. Semua ekspresi atomic adalah fpe (fully parenthesized expression).
2. Jika P adalah fpe, maka (¬P) juga fpe.
3. Jika P dan Q adalah fpe, maka (P Ʌ Q), (P V Q), (P → Q), dan (P ↔ Q).
4. Tidak ada fpe lainnya.

Ekspresi – ekspresi logika yang dijelaskan diatas disebut well formed formulae (wff), sehingga wff
adalah fpe, demikian juga sebaliknya.

Contoh 2:
1. A → (B → (¬A V ¬B)) (wff dan fpe)
2. A → (B → ¬A V ¬B)) (bukan wff dan fpe)
3. A → (B → (¬A V ¬B) (bukan wff dan fpe)

Jika ada suatu ekspresi logika (¬P), maka P disebut skop negasi dimana ¬ (negasi) disebut dengan
perangkai utama. Jika terdapat proposisi majemuk seperti: (P V Q), (P Ʌ Q), (P → Q), (P ↔ Q),
maka P disebut skop kanan, Q disebut skop kiri, sedangkan perangkainya {V, Ʌ, →, ↔} disebut
perangkai utama.

Berdasarkan contoh 1, maka dapat dibentuk:

P→Q

(Skop kiri) (perangkai utama) (skop kanan)

((A Ʌ B) → (A V B))

D. ANALISIS PROPOSISI MAJEMUK


Analisis proposisi majemuk bertujuan menentukan proposisi atomik dari sebuah pernyataan
yang cukup panjang kemudian membentuk sebuah ekspresi logika untuk pernyataan tersebut.
Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan Teknik Parsing yang menghasilkan parse tree.

Contoh 3:
1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika, orang tuanya akan senang, dan dia dapat segera
bekerja, tetapi jika dia tidak lulus sarjana teknik informatika, semua usahanya akan sia-sia.

Berdasarkan pembagian skop kiri dan skop kanan maka diperoleh pembagian ekspresi sebagai
berikut:
1.1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika, orang tuanya akan senang dan dia dapat segera
bekerja.

2
dengan
1.2. Jika dia tidak lulus sarjana teknik informatika, semua usahanya akan sia – sia

Kedua skop diatas masih berupa proposisi majemuk. Sehingga dapat dipecah lagi untuk masing
– masing skop:
1.1.1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika,
dengan
1.1.2. Orang tuanya akan senang, dan dia dapat segera bekerja

Kalimat skop kanan masih berbentuk proposisi majemuk sehingga masih dapat dipisah menjadi:
1.1.2.1. Orang tuanya akan senang,
dengan
1.1.2.2. Dia dapat segera bekerja

Kalimat diatas tidak dapat dipecah lagi, sehingga tinggal skop kanan (1.2) yang perlu untuk di
urai:
1.2.1. Dia tidak lulus sarjana teknik informatika,
dengan
1.2.2. Semua usahanya akan sia – sia.

Teknik parsing diatas menghasilkan proposisi atomic. Hasil parsing dapat diwujudkan dalam
bentuk parse tree seperti berikut:

Dari parse tree diatas, setiap node daun merupakan proposisi atomic. Kecuali untuk node 1.2.1
bukan proposisi atomic baru karena merupakan negasi dari node 1.1.1. Dalam hal ini pasangan
atomic dan negasinya dikenal dengan istilah literal.

Untuk mengubah parse tree menjadi ekspresi logika menjadi symbol, adalah menggunakan fpe
seperti berikut ini:
A = Dewi lulus sarjana teknik informatika (1.1.1)
B = orang tua Dewi senang (1.1.2.1)
C = Dewi bekerja (1.1.2.2)
D = Usaha Dewi sia – sia. (1.2.2)
Dengan demikian dapat diperoleh ekspresi :
(A → (B Ʌ C)) Ʌ ((¬A) → D)

3
E. ATURAN PENGURUTAN
Hirarki pengurutan perangkai pada sebuah ekspresi logika dapat dilihat dari table dibawah ini:
Hirarki Simbol Nama
1 ¬ Negasi
2 Ʌ Konjungsi
3 V Disjungsi
4 → Implikasi
5 ↔ Biimplikasi
Contoh 4:
1. A Ʌ B V C harus dibaca ((A Ʌ B) V C)
2. ¬A Ʌ B harus dibaca (¬A) Ʌ B
Contoh 5:
1. A → B → C harus dibaca (A → B) → C, model ini disebut left associative artinya operator
sebelah kiri yang didahulukan.

F. PEMBUKTIAN VALIDITAS EKSPRESI LOGIKA


Pembuktian validitas ekspresi logika dari suatu argumen dapat dilakukan menggunakan Tabel
Kebenaran. Tabel Kebenaran menggunakan aturan-aturan untuk setiap perangkai seperti yang
dibahasa pada modul sebelumnya. Argumen yang dibuktikan kebenarannya dengan Tabel
Kebenaran dapat menghasilkan Tautologi, Kontradiksi, atau Kontingen.

i. TAUTOLOGI
Jika pada table kebenaran, untuk semua pasangan nilai variable proposisi (hasil operasi logika)
menunjukkan semua nilai benar, maka kondisi tersebut disebut tautology.

Contoh 6:
Buktikan ¬(A Ʌ B) V B adalah tautology ?
A B A Ʌ B ¬(A Ʌ B) ¬(A Ʌ B) V B
F F F T T
F T F T T
T F F T T
T T T F T

ii. KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautology, yakni jika semua pasangan nilai variable (hasil
operasi logika) menunjukkan semua bernilai salah.

Contoh 7:
Buktikan ((A V B) Ʌ ¬A) Ʌ ¬B adalah kontradiksi?

4
A B ¬A ¬ B A V B ((A V B) Ʌ ¬A) ((A V B) Ʌ ¬A) Ʌ ¬B
F F T T F F F
F T T F T T F
T F F T T F F
T T F F T F F

iii. CONTINGENT
Continget merupakan formula campuran yang menghasilkan nilai benar dan salah.
Contoh 8:
A B A Ʌ B ¬(A Ʌ B) ¬(A Ʌ B) Ʌ B
F F F T F
F T F T T
T F F T F
T T T F F

G. BENTUK ARGUMEN
Terdapat beberapa aturan dalam logika proposisional sebagai berikut:
1. Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotesis adalah bentuk silogisme yang memiliki dua premis dan sebuah konklusi.
Dalam silogisme hipotesis, salah satu atau kedua premisnya berupa proposisi bersyarat atau
hipotesis. Hipotesis atau proposisi bersyarat adalah pernyataan yang memiliki dua bagian:
antecedent (yang dijelaskan oleh "jika" atau "ketika") dan consequent (yang dijelaskan oleh
"maka").
Contoh 9:
Jika Budi belajar dengan rajin, maka Budi lulus ujian. Jika Budi lulus ujian, maka orang tua Budi
senang. Dengan demikian, jika Budi belajar dengan rajin maka orang tua budi senang.
A = Budi belajar dengan rajin
B = Budi lulus ujian
C = Orang Tua Budi senang
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) B → C
3) A → C

2. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah sebuah bentuk silogisme yang memiliki dua premis, satu di antaranya
adalah disjungsi (atau). Dalam silogisme disjungtif, kedua premisnya memiliki struktur "A atau
B", dan konklusi yang diambil tergantung pada bagaimana hubungan antara dua proposisi
tersebut.

5
Contoh 10:

Program komputer mempunyai bug, atau input program salah. Input program tidak error.
Dengan demikian, program komputer mempunyai bug.
A = Program komputer mempunyai bug
B = Input program salah.
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A V B
2) ¬B
3) A

3. Modus Ponens
Modus Ponens adalah salah satu aturan dalam logika proposisional. Aturan ini digunakan untuk
membuat kesimpulan dari dua proposisi, di mana premis pertama adalah implikasi (jika...maka)
dan premis kedua adalah antecedent dari implikasi tersebut.
Contoh 11:
Jika lampu lalu lintas menyala merah, maka kendaraan yang melintas berhenti. Lampu lalu lintas
menyala merah. Dengan demikian, kendaraan yang melintas berhenti.
A = Lampu lalu lintas menyala merah
B = kendaraan yang melintas berhenti
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) A
3) B

4. Modus Tollens
Modus Tollens adalah salah satu aturan dalam logika proposisional. Aturan ini digunakan untuk
membuat kesimpulan dari dua proposisi, di mana premis pertama adalah implikasi (jika...maka)
dan premis kedua adalah negasi dari consequent dari implikasi tersebut.
Contoh 12:
Jika Ahmad belajar dengan rajin, maka Ahmad lulus ujian. Ahmad tidak belajar dengan rajin.
Dengan demikian, Ahmad tidak lulus ujian.
A = Ahmad belajar dengan rajin
B = Ahmad lulus ujian
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) ¬A
3) ¬B

6
H. POSTTEST
1. Dengan memperhatikan aturan pengurutan, tentukan fpe/wff dari ekspresi logika berikut:
a. A → B V C → D
b. A V B V ¬C ↔ ¬D
c. ¬A Ʌ B → ¬C V D
d. A → B ↔ ¬C → ¬D
e. A Ʌ B V C → B Ʌ C

2. Tentukan ekspresi berikut menggunakan Table Kebenaran apakah tautologi, kontradiksi atau
contigent:
a. A → (B → A)
b. (B → A) → A)
c. ¬(A ↔ ¬A)
d. (¬A → ¬C) → (B → A)
e. (A → (B → C)) → ((A → B) → (A → C))

Anda mungkin juga menyukai