Anda di halaman 1dari 14

Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq

Radhiallahu’anhu
Penulis: Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah As Suhaim hafizhahullah

Nama

Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir
bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At
Taimi.

Kun-yah

Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar

Laqb (Julukan)

Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (‫ )عتيق‬dan Ash Shiddiq (‫)الصدِّيق‬.

Sebagian ulama berpendapat bahwa alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan.
Sebagian mengatakan karena beliau berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan
karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu
beliau awalnya tidak kunjung hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,

‫ فهبه لي‬، ‫اللهم إن هذا عتيقك من الموت‬

“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku”

Dan ada beberapa pendapat lain.

Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi.
Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata
kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul
Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:

‫إن كان قال فقد صدق‬

“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”

Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:

َ‫صدَّقَ به أ ُ ْولَئكَ هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬ ِّ ‫َوالَّذي َجاء ب‬


َ ‫الصدْق َو‬

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya,


mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)

Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa
kebenaran’ (‫الصدْق‬
ِّ ‫ ) َجاء ب‬adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang
dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ ( ‫صدَّقَ به‬
َ ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.

Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki pertama yang
membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash Shiddiq
sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:

: ‫ فرجف بهم فقال‬، ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم صعد أُحدا ً وأبو بكر وعمر وعثمان‬
‫ فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان‬، ‫اثبت أُحد‬

“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki
gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang.
Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr)
dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”

Kelahiran

Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.

Ciri Fisik

Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya
muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.

Jasa-jasa

 Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.
 Hijrahnya beliau bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
 Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
 Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang
kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin
Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani
Mu’ammal, Ummu ‘Ubais
 Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi
orang-orang murtad

Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang
murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada
Umar bin Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan
terhadap Allah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu:

‫ يا أبا بكر كيف تقاتل الناس‬: ‫لما توفى النبي صلى هللا عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر‬
‫ فمن قال ال إله إال هللا‬، ‫ أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا ال إله إال هللا‬: ‫وقد قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ فإن‬، ‫ وهللا ألقاتلن من فرق بين الصالة والزكاة‬: ‫عصم مني ماله ونفسه إال بحقه وحسابه على هللا ؟ قال أبو بكر‬
. ‫ وهللا لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لقاتلتهم على منعها‬، ‫الزكاة حق المال‬
‫ فو هللا ما هو إال أن رأيت أن قد شرح هللا صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق‬: ‫قال عمر‬

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya,


banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-
bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa
ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya,
kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’
Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat
dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang
yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi
Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk
memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran‘”

Begitu tegas dan kerasnya sikap beliau sampai-sampai para ulama berkata:

‫ وبأحمد يوم الفتنة‬، ‫نصر هللا اإلسالم بأبي بكر يوم الردِّة‬

“Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan
melalui Ahmad (bin Hambal) di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an)”

Abu Bakar pun memerangi orang-orang yang murtad dan orang-orang yang enggan
membayar zakat ketika itu

 Musailamah Al Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau


 Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan akhirnya Syam pun di taklukan,
demikian juga Iraq.
 Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid
bin Tsabit untuk mengumpulkannya.
 Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan
dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:

‫وهللا ال أشيم سيفا سله هللا على عدوه حتى يكون هللا هو يشيمه‬

“Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya
sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)

Ketika masa pemerintahan beliau, terjadi peperangan. Beliau pun bertekad untuk pergi
sendiri memimpin perang, namun Ali bin Abi Thalib memegang tali kekangnya dan
berkata: ‘Mau kemana engkau wahai khalifah? Akan kukatakan kepadamu perkataan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Uhud:

‫ فو هللا لئن فُجعنا بك ال يكون لإلسالم نظام أبدا‬، ‫ وارجع إلى المدينة‬. ‫شـ ْم سيفك وال تفجعنا بنفسك‬

‘Simpanlah pedangmu dan janganlah bersedih atas keadaan kami. Kembalilah ke


Madinah. Demi Allah, jika keadaan kami membuatmu sedih Islam tidak akan tegak
selamanya‘. Lalu Abu Bakar Radhiallahu’anhu pun kembali dan mengutus pasukan.

 Beliau juga sangat mengetahui nasab-nasab bangsa arab

Keutamaan

Tidak ada lelaki yang memiliki keutaman sebanyak keutamaan Abu


Bakar Radhiallahu’anhu

1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi


Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dari golongan umat beliau

Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu berkata:

‫ ثم عثمان بن عفان‬، ‫ ثم عمر بن الخطاب‬، ‫ فنخيِّر أبا بكر‬، ‫كنا نخيِّر بين الناس في زمن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫رضي هللا عنهم‬

“Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami
pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan
Radhiallahu’anhu” (HR. Bukhari)

Dari Abu Darda Radhiallahu’anhu, ia berkata:

‫كنت جالسا عند النبي صلى هللا عليه وسلم إذ أقبل أبو بكر آخذا بطرف ثوبه حتى أبدى عن ركبته فقال النبي صلى هللا‬
‫ فأسرعت إليه ثم ندمت فسألته أن‬، ‫ إني كان بيني وبين ابن الخطاب شيء‬: ‫ وقال‬. ‫ أما صاحبكم فقد غامر‬: ‫عليه وسلم‬
‫ أثَـ ِّم‬: ‫ يغفر هللا لك يا أبا بكر – ثالثا – ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل‬: ‫ فأقبلت إليك فقال‬، ‫ي‬
ِّ ‫يغفر لي فأبى عل‬
‫ حتى أشفق أبو بكر فجثا على ركبتيه‬، ‫ فأتى إلى النبي فجعل وجه النبي صلى هللا عليه وسلم يتمعِّر‬، ‫ ال‬: ‫أبو بكر ؟ فقالوا‬
، ‫ كذبت‬: ‫ إن هللا بعثني إليكم فقلتم‬: ‫ يا رسول هللا وهللا أنا كنت أظلم – مرتين – فقال النبي صلى هللا عليه وسلم‬: ‫فقال‬
‫ فهل أنتم تاركو لي صاحبي – مرتين – فما أوذي بعدها‬، ‫ وواساني بنفسه وماله‬، ‫ص َدق‬ َ : ‫وقال أبو بكر‬

“Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah


Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung
pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata:
‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah‘. Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai
Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera
mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun
dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lalu berkata: ‘“Semoga Allah mengampunimu wahai
Abu Bakar‘. Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya,
dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?”
Namun keluarganya menjawab, tidak. Umar segera mendatangi
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sementara wajah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada
Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah Demi Allah
sebenarnya akulah yang bersalah”, sebanyak dua kali. Maka
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus
Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ”Engkau pendusta wahai
Muhammad”, Sementara Abu Bakar berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad”.
Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak
jera menyakiti sahabatku?‘ sebanyak dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah
disakiti” (HR. Bukhari)

Beliau juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan
perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun
banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika hijrah.

2. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam di gua ketika dikejar kaum Quraisy

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ي اثْنَيْن إ ْذ هُ َما في ْالغَار إ ْذ يَقُو ُل ل‬


ِّ ‫صاحبه الَ ت َ ْحزَ ْن إ َّن‬
‫ّللاَ َمعَنَا‬ َ ‫ثَان‬
“Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata
kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS.
At Taubah: 40)

As Suhaili berkata: “Perhatikanlah baik-baik di sini Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam berkata ‘janganlah kamu bersedih’ namun tidak berkata ‘janganlah kamu
takut’ karena ketika itu rasa sedih Abu Bakar terhadap keselamatan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sangat mendalam sampai-sampai rasa
takutnya terkalahkan”.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu
Bakar berkata kepadanya:

‫ يا رسول هللا لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت‬: ‫نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت‬
‫ يا أبا بكر ما ظنك باثنين هللا ثالثهما‬: ‫ فقال‬. ‫قدميه‬

“Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat
dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di
antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki
mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita
berdua yang ketiga adalah Allah’”

Ketika hendak memasuki gua pun, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan
tidak ada hal yang dapat membahayakan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Juga ketika
dalam perjalanan hijrah, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam, terkadang di belakangnya, terkadang di kanannya, terkadang di kirinya.

Oleh karena itu ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu ada
sebagian orang yang menganggap Umar lebih utama dari Abu Bakar, maka
Umar Radhiallahu’anhu pun berkata:

‫ لقد خرج رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ وليوم من أبي بكر خير من آل عمر‬، ‫وهللا لليلة من أبي بكر خير من آل عمر‬
‫ حتى فطن له رسول هللا صلى هللا‬، ‫ فجعل يمشي ساعة بين يديه وساعة خلفه‬، ‫لينطلق إلى الغار ومع ه أبو بكر‬
‫ يا رسول هللا أذكر الطلب فأمشي‬: ‫ يا أبا بكر مالك تمشي ساعة بين يدي وساعة خلفي ؟ فقال‬: ‫عليه وسلم فقال‬
‫ نعم‬: ‫يا أبا بكر لو كان شيء أحببت أن يكون بك دوني ؟ قال‬: ‫ فقال‬. ‫ ثم أذكر الرصد فأمشي بين يديك‬، ‫خلفك‬
‫ مكانك يا‬: ‫ فلما انتهيا إلى الغار قال أبو بكر‬، ‫والذي بعثك بالحق ما كانت لتكون من ُمل ِّمة إال أن تكون بي دونك‬
‫ والذي نفسي‬: ‫ فقال عمر‬. ‫ فنزل‬، ‫ انزل يا رسول هللا‬: ‫ قم قال‬، ‫ فدخل واستبرأ‬، ‫رسول هللا حتى استبرئ الجحرة‬
‫بيده لتلك الليلة خير من آل عمر‬

“Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar,
satu harinya Abu Bakar masih lebih baik dari seharinya keluarga Umar. Abu Bakar
bersama Rasulullah pergi ke dalam gua. Ketika berjalan, dia terkadang berada di depan
Rasulullah dan terkadang di belakangnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam heran dan berkata: ‘Wahai Abu Bakar mengapa engkau berjalan terkadang
di depan dan terkadang di belakang?’. Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah, ketika saya
sadar kita sedang dikejar, saya berjalan di belakang. Ketika saya sadar bahwa kita
sedang mengintai, maka saya berjalan di depan’. Rasulullah lalu berkata: ‘Wahai Abu
Bakar, kalau ada sesuatu yang aku suka engkau saja yang melakukannya tanpa aku?’
Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, tidak ada yang lebih tepat melainkan hal itu aku saja
yang melakukan tanpa dirimu’. Ketika mereka berdua sampai di gua, Abu Bakar
berkata: ‘Ya Rasulullah aku akan berada di tempatmu sampai memasuki gua.
Kemudian mereka masuk, Abu Bakar berkata: Turunlah wahai Rasulullah. Kemudian
mereka turun. Umar berkata: ‘Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari
satu malamnya keluarga Umar’‘” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwwah)

3. Ketika kaum muslimin hendak berhijrah, Abu Bakar Ash Shiddiq


menyumbangkan seluruh hartanya. (Dalilnya disebutkan pada poin 8, pent.)

4. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama

Dan kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk


meneladani khulafa ar rasyidin, sebagaimana sabda beliau:

‫عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ‬

“Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin
setelahku. Gigitlah dengan gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan
lainnya. Hadits ini shahih dengan seluruh jalannya)

5. Abu Bakar Ash Shiddiq dipilih sebagai khalifah berdasarkan nash

Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar
untuk menjadi imam shalat berjama’ah. Dalam Shahihain, dari
‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:

َ ُ‫بكر ْفلي‬
ُ‫ قلت‬. ‫ص ِّل‬ ٍ ‫ ُمروا أَبا‬: ‫ضهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بال ٌل يُؤْ ذنهُ بالصالة فقال‬ َ ‫مر‬
َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم‬ ِّ ‫ض النب‬َ ‫لما َمر‬
‫ ُمروا أَبا‬: ‫ قال‬. ‫علَى القرا َءة‬
َ ‫ رجل رقيق ] إن يَقُ ْم َمقا َمكَ يبكي فال يقد ُر‬: ‫يف [ وفي رواية‬ ٌ ‫بكر رج ٌل أَس‬ ٍ ‫إن أبا‬ِّ :
ْ
‫ فصلِّى‬، ‫بكر فليُص ِّل‬
ٍ ‫يوسف ! ُمروا أَبا‬
َ ‫واحب‬
ُ ‫ص‬
َ ‫كن‬ ْ
ِّ ِّ‫ إن‬: – ‫ فقال في الثالثة – أَو الرابعة‬: ُ‫ فقلتُ مثلَه‬. ‫بكر فليُص ِّل‬
ٍ

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta
idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk
menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut,
kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia
akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap
berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu
berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga
atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti
para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan
shalatlah’”

Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:

‫أفال نرضى لدنيانا من رضيه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لديننا‬

“Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?”

Juga diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:

‫ فإني أخاف أن يتمنى‬، ‫ ا دعي لي أبا بكر وأخاك حتى اكتب كتابا‬: ‫قال لي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في مرضه‬
ٍِّ
‫ ويأبى هللا والمؤمنون إال أبا بكر وجاءت امرأة إلى النبي صلى هللا عليه وسلم فكلمته‬، ‫ أنا أولى‬: ‫متمن ويقول قائل‬
‫ إن لم تجديني فأتي أبا بكر‬: ‫ أرأيت يا رسول هللا إن لم أجدك ؟ قال‬: ‫ فقالت‬، ‫في شيء فأمرها بأمر‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata kepadaku ketika beliau sakit, panggilah


Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan
ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khilafah) sehingga ia berkata: ‘Aku
lebih berhak’. Padahal Allah dan kaum mu’minin menginginkan Abu Bakar (yang
menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu
kepadanya. Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi
menjawab: ‘Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang’” (HR. Bukhari-
Muslim)

6. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar Ash Shiddiq

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر‬

“Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)

7. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah salah seorang mufti di masa Nabi Muhammad

Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menugasi beliau sebagai Amirul Hajj
pada haji sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu:

‫بعثني أبو بكر الصديق في الحجة التي أمره عليها رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قبل حجة الوداع في رهط يؤذنون في‬
‫ وال يطوف بالبيت عريان‬، ‫ ال يحج بعد العام مشرك‬: ‫الن اس يوم النحر‬

“Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah haji yang terjadi
sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada
sekelompok orang di hari raya idul adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya
orang musyrik dan tidak boleh ber-thawaf di ka’bah dengan telanjang”

Abu Bakar juga sebagai pemegang bendera Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika
perang Tabuk.

8. Abu Bakar Ash Shiddiq menginfaqkan seluruh hartanya ketika


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan sedekah

Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:

: ‫ قال‬. ‫ اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما‬: ‫ فوافق ذلك ماالً فقلت‬، ‫أمرنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أن نتصدق‬
‫ وأتى أبو بكر بكل ما عنده‬، ‫ مثله‬: ‫ ما أبقيت ألهلك ؟ قلت‬: ‫ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬، ‫فجئت بنصف مالي‬
‫ وهللا ال أسبقه إلى شيء أبدا‬: ‫ أبقيت لهم هللا ورسوله ! قال عمر قلت‬: ‫ يا أبا بكر ما أبقيت ألهلك ؟ فقال‬: ‫فقال‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka


kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan
Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk
keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa
seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu
Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan
bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa
mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)

9. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang paling dicintai Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam

‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu’alahi Wasallam:

‫ أبوها‬: ‫ من الرجال ؟ قال‬: ‫ قلت‬: ‫ قال‬. ‫ عائشة‬: ‫أي الناس أحب إليك ؟ قال‬

“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau
laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim)
10. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalil bagi Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam

Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al


Khudri Radhiallahu’anhu, ia berkata:

‫ إن هللا خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند‬: ‫خطب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الناس وقال‬
‫ فكان رسول هللا صلى‬، ‫ فعجبنا لبكائه أن يخبر رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن عبد خير‬، ‫ فبكى أبو بكر‬: ‫ قال‬. ‫هللا‬
ِّ ‫ إن من أ َم ِّن الناس عل‬: ‫ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬. ‫ وكان أبو بكر أعلمنا‬، ‫هللا عليه وسلم هو المخير‬
‫ي في‬
‫ ال يبقين في‬، ‫ ولكن أخوة اإلسالم ومودته‬، ‫ ولو كنت متخذا ً خليالً غير ربي التخذت أبا بكر‬، ‫صحبته وماله أبا بكر‬
‫سـ ِّد إال باب أبي بكر‬ُ ‫المسجد باب إال‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah kepada manusia, beliau berkata:


‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Namun hamba tersebut hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’. Lalu
Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya karena
Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam lah orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang sangat besar
jasanya padaku dalam kedekatan dan kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar.
Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah
aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan
karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja’”

11. Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar Ash Shiddiq

Allah Ta’ala berfirman:

‫ف‬ َ َ‫سيُ َجنَّبُ َها األَتْقَى * الَّذي يُؤْ تي َمالَهُ يَت َزَ َّكى * َو َما أل َ َح ٍد عن َدهُ من نِّ ْع َم ٍة ت ُ ْجزَ ى * إال ابْتغَاء َو ْجه َربِّه األ َ ْعلَى * َول‬
َ ‫س ْو‬ َ ‫َو‬
‫ضى‬َ َْ‫ر‬ ‫ي‬

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan
itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia
benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)

Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Selain itu beliau juga
termasuk as sabiquunal awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman:

‫ت‬ ٍ ‫ع َّد لَ ُه ْم َجنَّا‬َ َ ‫ضواْ َع ْنهُ َوأ‬


ُ ‫ّللاُ َع ْن ُه ْم َو َر‬
ِّ ‫ي‬ َ ‫ان َّرض‬ ٍ ‫س‬ َ ‫سابقُونَ األ َ َّولُونَ منَ ْال ُم َهاجرينَ َواألَن‬
َ ْ‫صار َوالَّذينَ اتَّبَعُوهُم بإح‬ َّ ‫َوال‬
ْ ْ َ
‫ار خَالدينَ في َها أبَدًا ذَلكَ الفَ ْو ُز العَظي ُم‬ َ
ُ ‫ت َ ْجري ت َ ْحت َ َها األ ْن َه‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)

12. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberi tazkiyah kepada Abu Bakar

Ketika Abu Bakar bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫ إن أحد شقي ثوبي يسترخي إال أن أتعاهد ذلك منه فقال‬: ‫ قال أبو بكر‬. ‫جر ثوبه خيالء لم ينظر هللا إليه يوم القيامة‬
ِّ ‫من‬
‫ إنك لست تصنع ذلك خيالء‬: ‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

“Barangsiapa yang membiarkan kainnya terjulur karena sombong, tidak akan dilihat
oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya salah satu sisi
sarungku melorot kecuali jika aku ikat dengan baik. Rasulullah lalu berkata: ‘Engkau
tidak melakukannya karena sombong”” (HR. Bukhari dalam Fadhail Abu
Bakar Radhiallahu’anhu)
13. Abu Bakar Ash Shiddiq didoakan oleh Nabi untuk memasuki semua pintu
surga

‫ يا عبد هللا هذا خير ؛ فمن كان من أهل‬: ‫من أنفق زوجين من شيء من األشياء في سبيل هللا دُعي من أبواب الجنة‬
‫ ومن كان من أهل الصدقة دُعي من‬، ‫ ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد‬، ‫الصالة دعي من باب الصالة‬
‫ ما على هذا الذي يدعى من‬: ‫ فقال أبو بكر‬. ‫ ومن كان من أهل الصيام دُعي من باب الصيام وباب الريان‬، ‫باب الصدقة‬
‫ وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر‬، ‫ نعم‬: ‫ فهل يُدعى منها كلها أحد يا رسول هللا ؟ قال‬، ‫تلك األبواب من ضرورة‬

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil
oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju
kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat,
ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan
dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan
dipanggil dari pintu sedekah” (HR. Al Bukhari – Muslim)

14. Abu Bakar Ash Shiddiq melakukan banyak perbuatan agung dalam sehari

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

: ‫ فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر رضي‬: ‫ قال‬. ‫ أنا‬: ‫من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر رضي هللا عنه‬
‫ فمن عاد منكم اليوم مريضا‬: ‫ قال‬. ‫ أنا‬: ‫ فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ قال أبو بكر رضي هللا عنه‬: ‫ قال‬. ‫ أنا‬: ‫هللا عنه‬
‫ ما اجتمعن في امرىء إال دخل الجنة‬: ‫ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬. ‫ أنا‬: ‫؟ قال أبو بكر رضي هللا عنه‬

“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan


oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga’”

15. Orang musyrik mensifati Abu Bakar Ash Shiddiq sebagaimana Khadijah
mensifati Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

Mereka berkata tentang Abu Bakar:

‫ْف َويُعي ُن َعلَى ن ََوائب ْال َح ِّق‬ َّ ‫الرح َم َويَحْ م ُل ْال َك َّل َويَ ْقري ال‬
َ ‫ضي‬ َ ‫ب ْال َم ْعد‬
َّ ‫ُوم َويَص ُل‬ ُ ‫أَت ُ ْخر ُجونَ َر ُج ًال يُ ْكس‬

“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya,
menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan
selalu menolong di jalan kebenaran?” (HR. Bukhari)

16. Ali Radhiallahu’anhu mengenal keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq

Muhammad bin Al Hanafiyyah berkata, aku bertanya kepada ayahku, yaitu Ali bin Abi
Thalib:

‫ وخشيت أن يقول‬، ‫ ثم عمر‬: ‫ ثم من ؟ قال‬: ‫ قلت‬. ‫ أبو بكر‬: ‫أي الناس خير بعد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ؟ قال‬
‫ ما أنا إال رجل من المسلمين‬: ‫ ثم أنت ؟ قال‬: ‫عثمان قلت‬

“Manusia mana yang terbaik sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Ali


menjawab: Abu Bakar. Aku berkata: ‘Kemudian siapa lagi?’. Ali berkata: ‘Lalu Umar’.
Aku lalu khawatir yang selanjutnya adalah Utsman, maka aku berkata: ‘Selanjutnya
engkau?’. Ali berkata: ‘Aku ini hanyalah orang muslim biasa’” (HR. Bukhari)

Sikap Zuhud
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu meninggal tanpa meninggalkan sepeserpun
dirham atau dinar. Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali Radhiallahu’anhu:

‫ يا عائشة أنظري اللقحة التي كنا نشرب من لبنها والجفنة التي كنا نصطبح فيها‬: ‫لما احتضر أبو بكر رضي هللا عنه قال‬
‫ فلما مات أبو بكر‬، ‫ فإذا مت فاردديه إلى عمر‬، ‫والقطيفة التي كنا نلبسها فإنا كنا ننتفع بذلك حين كنا في أمر المسلمين‬
‫ رضي هللا عنك يا أبا بكر لقد أتعبت من‬: ‫رضي هللا عنه أرسلت به إلى عمر رضي هللا عنه فقال عمر رضي هللا عنه‬
‫جاء بعدك‬

“Ketika Al Hasan sedang bersama Abu Bakar Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata,
wahai ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan
mangkuk besar yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang
biasa kita pakai. Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku
mengurusi urusan kaum muslimin. Jika aku mati, kembalikanlah semuanya kepada
Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim semua itu kepada Umar
Radhiallahu’anhu. Umar pun berkata: ‘Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar,
sungguh lelah orang yang datang setelahmu’”

Sikap Wara’

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu adalah orang yang wara’ dan zuhud terhadap
dunia sampai-sampai ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari
nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia
untuk mengambil upah dari baitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang
khalifah.

Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:

‫ فقال له‬، ‫ فأكل منه أبو بكر‬، ‫ فجاء يوما ً بشيء‬، ‫ وكان أبو بكر يأكل من خراجه‬، ‫كان ألبي بكر غالم يخرج له الخراج‬
‫ كنت تك ِّهنت إلنسان في الجاهلية وما أحسن الكهانة إال أني خدعته‬: ‫ وما هو ؟ قال‬: ‫ تدري ما هذا ؟ فقال أبو بكر‬: ‫الغالم‬
‫ رواه البخاري‬. ‫ فأدخل أبو بكر يده فقاء كل شيء في بطنه‬، ‫ فلق يني فأعطاني بذلك فهذا الذي أكلت منه‬،

“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj
(setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu
hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang
budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari
mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang
menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya
menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang
anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan
tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan” (HR. Bukhari)

Wafat beliau

Beliau wafat pada hari Senin di bulan Jumadil Awwal tahun 13 H ketika beliau berusia
63 tahun.

Semoga Allah meridhainya dan mengumpulkan kita bersamanya di surga kelak.

[Diterjemahkan dari http://www.saaid.net/Doat/assuhaim/126.htm dengan beberapa


peringkasan, takhrij dan tash-hih hadits dari penulis]

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-ash-


shiddiq.html
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar
‫أبو بكر‬

Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhu

Khalifah

Berkuasa 8 Juni 632 – 23 Agustus 634

(2 tahun, 76 hari)

Penerus 'Umar bin Khattab

Lahir 'Abdul Ka'bah

27 Oktober 573

Makkah, Jazirah Arab

Wafat 23 Agustus 634

Madinah, Jazirah Arab

Pemakaman Masjid Nabawi, Madinah

Suku Quraisy (Bani Taim)

Nama dan tanggal

periode

Khulafaur
Rasyidin: 632–661

Ayah 'Utsman Abu Quhafah

Ibu Salma binti Shakhar

 Qutailah (cerai)
Pasangan
 Ummu Ruman

 Asma binti 'Umays

 Habibah binti Kharijah

Anak Putra

 Abdullah

 'Abdurrahman

 Muhammad
Putri

 Asma

 Aisyah
 Ummu Kultsum

Agama Islam
'Abdullah bin Abu Quhafah (Arab: ‫ ;عبد هللا بن أبي قحافة‬572 – 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) atau yang
lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq (Arab: ‫)أبو بكر الصديق‬, adalah salah satu pemeluk Islam awal,
salah satu sahabat utama Nabi, dan khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad mangkat. Melalui
putrinya, 'Aisyah, Abu Bakar merupakan ayah mertua Nabi Muhammad. Ash-Shiddiq yang merupakan julukan
Nabi Muhammad kepada Abu Bakar merupakan salah satu gelar yang paling melekat padanya. Bersama
ketiga penerusnya, Abu Bakar dimasukkan ke dalam kelompok Khulafaur Rasyidin.
Sebagai pemeluk awal Islam, Abu Bakar telah mengambil berbagai peran besar. Melalui ajakannya, Abu
Bakar berhasil mengislamkan banyak orang yang di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah
Islam, di antaranya adalah 'Utsman bin 'Affan yang kemudian menjadi khalifah ketiga. Abu Bakar juga turut
serta dalam berbagai perang seperti Perang Badar (624 M/2 H) dan Perang Uhud (625 M/3 H). Kedekatan
dan kesetiaannya pada Nabi Muhammad merupakan satu hal yang sangat melekat pada diri Abu Bakar,
utamanya terlihat saat mendampingi Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan kepatuhannya dalam menerima
keputusan Nabi dalam Perjanjian Hudaibiyah, meski banyak sahabat Nabi kala itu tidak menyepakati
perjanjian tersebut karena dipandang berat sebelah.
Abu Bakar dinyatakan sebagai khalifah sepeninggal Nabi Muhammad, menjadikannya sebagai khalifah
pertama umat Islam. Masa kekuasaannya yang singkat dipusatkan pada pemadaman pemberontakan suku-
suku Arab yang menolak tunduk pada Abu Bakar. Dalam banyak hal, Abu Bakar berusaha mengeluarkan
kebijakan yang tidak berbeda dengan Nabi Muhammad, seperti penolakannya untuk mencopot Khalid bin
Walid dari kedudukannya sebagai panglima.

Nama dan silsilah[sunting | sunting sumber]


Nama lahir Abu Bakar adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi
menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata
benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya,
sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq"
Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah
bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya bernama Murrah
bin Ka'ab bin Lu'ay dan ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin
Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.

Kehidupan awal Abu Bakar[sunting | sunting sumber]


Abu Bakar lahir di kota Mekah sekitar tahun 573, dari keluarga kaya dalam Bani Taim. [1] Ayah Abu Bakar
bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) dan ibunya bernama Salma binti Sakhar
(panggilan Umm-ul-Khair). Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di
antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa
kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta
inilah yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.[2]
Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan kafilah dagang. Nabi
Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar
yang pada saat itu berusia 18 tahun pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain yang memang
sudah menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu Bakar sering sekali bepergian dengan
kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah dan beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis
inilah yang membuatnya semakin kaya dan semakin berpengalaman dalam berdagang.
Bisnisnya semakin berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar. Meskipun ayahnya Uthman Abu
Quhafa masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala sukunya. Seperti anak-anak lain dari keluarga
pedagang Mekah yang kaya, Abu Bakar adalah orang terpelajar (bisa menulis dan membaca) dan dia
menyukai puisi. Abu Bakar biasanya menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan ikut berpatisipasi dalam
simposium puitis. Ia memiliki ingatan yang bagus dan pemahaman yang baik mengenai silsilah atau asal usul
suku-suku Arab, sejarah dan juga politik mereka.[3]
Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan meminta Abu Bakar
berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk mengurus urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu
Bakar sendirian dengan berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya Tuhanku, aku
sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak
menanggapi permintaan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya dan mengatakan
"Ya Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak
memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu
Bakar habis lalu mengangkat sebuah batu dan berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang
mengangkat batu dan akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu
sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan meninggalkan Ka'bah. Setelah itu,
Abu Bakar tidak pernah lagi datang ke Ka'bah untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.[4]
Memeluk Islam[sunting | sunting sumber]
Setelah kembali dari perjalanan bisnis dari Yaman, Abu Bakar diberi tahu oleh teman-temannya bahwa ketika
beliau tidak berada di Mekah, Muhammad menyatakan dirinya bahwa beliau adalah seorang utusan Allah.
Tabari, ahli sejarawan muslim yang paling terkenal, dalam Ta'rikhnya mengutip perkataan dari Muhammad
Bin Sa'ad Bin Abi Waqqas, yang mengatakan:
Aku bertanya kepada ayaku apakah Abu Bakar orang pertama yang masuk Islam. Beliau menjawab, "Tidak,
lebih dari 50 orang masuk Islam sebelum Abu Bakar, tetapi beliau lebih unggul sebagai seorang Muslim. Umar
bin Khattab masuk Islam setelah 55 laki-laki dan 21 perempuan. Adapun salah satu yang terkemuka dalam
Islam dan iman, itu adalah Ali bin Abi Thalib".[5]
Sunni dan semua muslim Shi'a mempertahankan pendapat mereka bahwa orang kedua yang secara terang-
terangan menerima Muhammad sebagai utusan Allah adalah Ali bin Abi Thalib, dan orang yang pertama
adalah Khadijah.[6]
Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah wan Nihayah memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat di
atas. Dia berpendapat bahwa wanita yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah. Zaid bin
Haritsah adalah budak pertama yang masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil pertama yang masuk
islam karena pada waktu ia masuk Islam, Ali belum dewasa pada waktu itu. Adapun laki-laki dewasa yang
bukan budak yang pertama kali masuk islam yaitu Abu Bakar.[7]
Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak oleh Muhammad.
Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah, ia berkata:
Sejak zaman jahiliyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu hari, dia hendak menemui Rasulullah,
ketika bertemu dengan Rasulullah, dia berkata, "Wahai Abul Qosim (panggilan nabi), ada apa denganmu
sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata
buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?" Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah dan aku mengajak kamu kepada Allah." Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung
masuk Islam. Melihat keislamannya itu, dia gembira sekali, tidak ada seorang pun yang ada di antara kedua
gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman
bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk
masuk Islam. Lalu, mereka pun masuk Islam.
Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.[8][9]
Kehidupan setelah masuk Islam[sunting | sunting sumber]
Istri pertama Abu Bakar yang bernama Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima agama Islam lalu Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain yang bernama Ummi Ruman menjadi mualaf. Semua anak Abu Bakar
menerima agama Islam kecuali Abdurrahman bin Abi Bakar sehingga membuat mereka berpisah, walaupun
pada akhirnya Abdurrahman kelak menjadi seorang Muslim setelah Perjanjian Hudaibiyyah.
Masuk Islamnya Abu Bakar membuat banyak orang masuk Islam. beliau membujuk teman dekatnya untuk
masuk Islam sehingga banyak temannya menerima ajakan tersebut.[10][11]

Ciri Fisik[sunting | sunting sumber]


Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering
memakai hinaa dan katm.

Masa bersama Nabi[sunting | sunting sumber]


Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat
itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka
berdua berusia sama dan hanya berselisih 2 tahun 1 bulan lebih muda daripada muhammad, pedagang dan
ahli berdagang.
Penyiksaan oleh suku Quraisy[sunting | sunting sumber]
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan
yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka.
Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para
pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa
sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya
dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian
dibebaskan adalah Bilal bin Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya
orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak
perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk
menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan
menggantikan posisinya. Bahkan 'pun setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq
dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Segera setelah
kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah bani
saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru
umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai
khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, di mana umat
Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin
Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan
Rasulullah sendiri, sementara kaum suni berpendapat bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk
penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan
pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan
sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan
apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi Referensi dari kaum Sunni maupun
Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rasulullah. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat
masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu
Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan
pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar.
Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia
berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan
protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Perang Riddah[sunting | sunting sumber]


Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas
dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari
daerah Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya
menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali
memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa
hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang
Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal
dengan nama Musailamah al-Kazzab (Musailamah si pendusta), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru
menggantikan Nabi Muhamad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba
oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak
yang dibebaskan oleh Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa
Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk agama Islam serta mengakui
kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah paman nabi Muhammad. Al Wahsyi pernah berkata,
"Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh
orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara[sunting | sunting sumber]


Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai jazirah Arab, Abu Bakar memerintahkan
para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin
Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke daerah Suriah juga meraih sukses.

Qur'an[sunting | sunting sumber]


Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah
kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzdzab dalam perang Riddah atau juga
dikenal dengan perang yamamah, banyak para penghafal Al Qur'an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar
lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh
sahabat Zaid bin Tsabit, dikumpulkan lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan
yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka
kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab
dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada
masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.

Kematian[sunting | sunting sumber]


Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia
61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi
Muhammad SAW.

Keluarga[sunting | sunting sumber]


Orangtua[sunting | sunting sumber]
Ayah — 'Utsman bin 'Amir (540– Maret 635), juga dikenal dengan nama Abu Quhafah. Berasal dari Bani
Taim. Abu Quhafah baru menganut Islam setelah penaklukkan Makkah. Dia meninggal beberapa bulan
setelah mangkatnya Abu Bakar.[12](hlm.87)

Ibu — Salma binti Shakhar, juga dikenal dengan sebutan Ummu al-Khair. Salma merupakan sepupu Abu
Quhafah dan juga berasal dari Bani Taim. Salma termasuk orang yang telah masuk Islam sebelum Nabi
Muhammad hijrah dan yang mendatangi kediaman Arqam.[13][14] Dia meninggal pada masa kekhalifahan
putranya.[15]
Pasangan[sunting | sunting sumber]

 Qutailah binti 'Abdul 'Uzza. Dia berasal dari suku 'Amir bin Luayy, cabang suku Quraisy di
Makkah.[16] Qutailah dan Abu Bakar bercerai beberapa saat setelah kelahiran putra mereka, 'Abdullah.[17]
 Zainab binti 'Amir (meninggal 628), dikenal dengan sebutan Ummu Ruman. Dia berasal dari suku Al-
Harits, cabang Bani Kinanah.[18] Dia menikah dengan Abu Bakar setelah kematian suami pertamanya,
Harits bin Sakhbarah dari Bani Azad.[16]
 Asma binti 'Umays. Secara keseluruhan, Asma menikah tiga kali. Sebelumnya Asma adalah istri Ja'far
bin Abi Thalib. Setelah Ja'far meninggal pada tahun 629, Asma menikah dengan Abu Bakar. Setelah Abu
Bakar meninggal, Asma mendapat tunjangan sebesar 1.000 dirham pada masa Khalifah 'Umar in Khattab.
Asma kemudian menikah dengan 'Ali bin Abi Thalib.
 Habibah binti Kharijah. Berasal dari Bani Khazraj.
Putra[sunting | sunting sumber]

 'Abdullah (sekitar 610 – 633) — putra dari Qutailah. 'Abdullah sendiri adalah suami kedua 'Atikah.
'Abdullah meninggal lantaran luka yang dia dapat saat Pengepungan Tha'if hampir tiga tahun
sebelumnya. Dia menikah dengan 'Atikah binti Zaid, seorang pujangga dari Bani 'Adi.
 'Abdurrahman (meninggal 666) — putra dari Ummu Ruman. 'Abdurrahman masuk Islam setelah
penaklukkan Makkah.
 Muhammad (631–658) — putra dari Asma. Menjadi anak angkat dari ayah tirinya, 'Ali bin Abi Thalib.
Putri[sunting | sunting sumber]

 Asma (sekitar 595 – 692) — putri dari Qutailah. Saat ayahnya dan Nabi Muhammad bersembunyi di Gua
Tsur, Asma menyuplai makanan untuk mereka. Dari pernikahannya dengan Zubair bin 'Awwam, Asma
memiliki seorang putra, Abdullah bin Zubair, yang menyatakan dirinya sebagai khalifah pada 683 sebagai
saingan dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
 Aisyah (613/614 – 678) — putri dari Ummu Ruman. Bergelar ummul mu'minin sebagai istri ketiga Nabi
Muhammad.
 Ummu Kultsum — putri dari Habibah. Menikah dengan Thalhah bin 'Ubaidillah.

Rujukan[sunting | sunting sumber]


1. ^ Prof. Masud-Ul-Hasan. Sidiq-I-Akbar Hazrat Abu Bakr. hlm 1.
2. ^ Drissner, Gerald (2016). Islam for Nerds - 500 Questions and Answers. Berlin: createspace.
hlm. 432. ISBN 978-1530860180.
3. ^ Al-zarkali. "Al-A'alam". Dar Al'ilm Lil'malayeen. Edisi ke-15. Mei 2002.
4. ^ Prof. Masud-Ul-Hasan. Sidiq-I-Akbar Hazrat Abu Bakr. hlm 2.
5. ^ "Sixth Session, Tuesday night, 28th Rajab 1345 A.H." Al-Islam.org (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2017-02-26.
6. ^ M. Th. Houtsma et al., eds., E.J. Brill's first Encyclopaedia of Islam, 1913–1936, Leiden: E. J. Brill, 8 vols. with
Supplement (vol. 9), 1991. ISBN 90-04-09796-1
7. ^ The Biography Of Abu Bakr As Siddeeq by Dr. Ali Muhammad As-Sallaabee (Published 2007)
8. ^ al-Bidayah wa'an-Nihayah 3/26
9. ^ Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions by Wendy Doniger ISBN 978-0-87779-044-0
10. ^ "al-Bidayah wa'an-Nihayah 3/26" (dalam bahasa Inggris).
11. ^ "Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions by Wendy Doniger ISBN 978-0-87779-044-0" (dalam
bahasa Inggris).
12. ^ Al-Suyuti, Jalal ad-Din. Tarikh al-Khulafa. Translated by Jarrett, H. S. (1881). The History of the Caliphs.
Calcutta: The Asiatic Society.
13. ^ Ibn Hajar. Al-Isaba, vol. 8.
14. ^ Muhammad ibn Ishaq (1955). Sirat Rasul Allah (The Life of Muhammad). Oxford University Press. hlm. 117.
15. ^ Ibn Hajar. Al-Isaba, vol. 4.
16. ^ a b Muhammad ibn Saad, Tabaqat vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina. London:
Ta-Ha Publishers.
17. ^ "Family Tree Abu bakr". Quran search online. Diakses tanggal 28 September 2012.
18. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by Landau-Tasseron, E.
(1998). Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors, pp. 171-172. Albany: State University
of New York Press.

Anda mungkin juga menyukai