Anda di halaman 1dari 4

Cast :

1. Narator
2. Bilai
3. Umar
4. Cucu Nabi 2
5. Sahabat umar 3

[Narator]
Beberapa masa sepeninggal Rasulullah suasana Madinah menjadi berbeda. Kesedihan menyelimuti
setiap sudut kota, Kerinduan mengalir di relung jiwa setiap Insan, termasuk Sayyidina Bilal bin Rabah
yang merasakan gelap di hatinya karena kekasih yang di cinta dan penuntun hidupnya telah tiada
[Musik]

[Bilal]
Wahai khalifah Aku minta izin

[Abu Bakar]

Minta izin apa?

[Bilal]

Izinkan aku untuk tidak adzan lagi

[Abu Bakar]

Wahai Bilal Aku tidak akan menurunkan orang yang telah diangkat oleh Rasulullah

[Bilal]

Izinkan aku tidak adzan lagi Abu Bakar

[Abu Bakar]

tidak kecuali engkau punya alasan apa alasanmu

[Billal]

Wahai Abubakar…. kebiasaanku dulu semasa Rasulullah masih hidup adalah aku datang kepada
beliau sebelum waktu shalat dan membangunkan beliau, begitu pula sebaliknya Beliau juga
demikian terhadapku. Kemudian kami bersama menuju ke tempat shalat lalu aku naik ke Menara itu
dan beliau melihatku di atas sana di atas menara itu aku selalu menoleh kepada beliau ditempat itu
lalu aku Adzan kemudian ketika aku turun aku disambut oleh Beliau dan itu aku lakukan lima kali
setiap hari dan berulang-ulang sehingga sungguh mengingatkan aku kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam dan aku tidak lagi sanggup melakukan hal itu saat ini wahai Abu Bakar. Tolong aku
abu bakar

[Abu Bakar]

Jika itu alasanmu wahai Bilal boleh boleh boleh kau tidak adzan lagi
[Musik]
[Narator]
Syaidina Bilal bin Robah pergi ke Syam untuk beberapa lama untuk beberapa bulan hingga suatu
ketika Bilal bermimpi bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam mimpinya Rasulullah
menegur Bilal. hal ini diriwayatkan oleh Ibnu asakir “Bilal begitu keras kah hatimu dimana
kerinduanmu bilal lama sekali kau tak berkunjung kepadaku”

[Billal]

Rasullullah Rasullulloh jangan pergi Rosulullah Rosulullah

[Narator]

Billal terbangun dan menangis dengan tangisan yang sangat sehingga keluarganya pun ketakutan

[Keluarga Billal]

ada apa billal kenapa billal

[Billal]

Rasullullah aku takut aku takut ditinggal Rosulullah aku takut

[Keluarga Billal]

sudah waktunya kau ziarah billal Pergilah kau ke Madinah berangkatlah esok hari sekarang
Istirahatlah dulu

[Musik]
[Narator]

Sayyidina Bilal bin Rabah berjalan di padang pasir sampai tiba di Madinah mendekati makam
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

[Musik]

[Narator]

Dengan suara Parau billal berkata

[Billal]

Assalamualaika Ya Rasulallah, Assalamualaika Ya Rasulallah, Assalamualaika ya Habib allah',


Assalamualaika Ya Nabi Yallah

[Musik]

[Abu Bakar]

Billal kenapa kau menangis tidak seperti biasanya

[Billal]

sungguh sungguh aku sangat merasakan takut wahai Abu Bakar

[Abu bakar]

takut apa?
[Billal]

aku takut takut ditinggal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Aku takut sekali

[Abu Bakar]

Memangnya ada apa denganmu? telah melakukan dosa apa?

[Billal]

beberapa waktu lalu aku bermimpi bertemu Rasulullah beliau menegurku dalam mimpi itu Beliau
berkata “billal begitu keras hatimu gimana kerinduanmu lama kau tak berkunjung padaku” sungguh
aku takut ditinggal Rasulullah aku takut Abubakar

[Abu Bakar]

Billal ketahuilah airmata yang pernah menangis karena rindu kepada baginda Rasul sungguh tidak
akan ditinggal oleh Rasulullah dan engkau tidak akan pernah ditinggal Rasulullah

[Billal]

Benarkah demikian?

[Abu Bakar]

ia saudaraku

[Musik]

Billal sementara kamu di Madinah maukah engkau untuk adzan Kembali

[Billal]

tidak Abubakar tidak tidak Umar tidak aku belum siap

[anak anak]

hai kakekku

[Billal]

ya Allah ya Allah wajah yang begitu mirip dengan Rasulullah kaki yang begitu mirip dengan
Rasulullah Terima kasih ya Allah terima kasih ya Allah dalam kerinduan ini kau kirim mereka yang
begitu dicintai oleh baginda Rasul ia Rasulullah sungguh bau keringat mu ketemukan di kedua
cucumu ini ya Rasulullah bau keringatnya sangat kurindukan Ya Rasulullah

[anak anak]

Kakek billal kami rindu suara adzanmu maukah kau adzan kembali

[Abu Bakar]

lakukan Bilal lakukan

[Narator]

suasana saat itu seolah kembali sama dengan semasa baginda Rasul masih hidup Sayyidina Bilal
berdiri di tempat yang sama berjalan dengan langkah yang sama sehingga membuat orang-orang
merasakan kerinduan yang sangat hingga jatuhlah air mata mereka
[Musik]

[Narator]

ketika Sayyidina Bilal bin Robah naik ke Menara makin kuatlah terasa Kerinduan orang-orang disana

[orang orang menangis]

[Sholawat kulul qulub]

[Narator]

Sayyidina billal bin robah melihat ke tempat dimana baginda Rasul duduk biasanya Tapi kini tidak lagi
ada sosok yang sangat dicintainya

[sholawat kulul qulub]

[Narator]

bergetar hatinya menangislah dia menguatkan hati dan jiwanya untuk kembali mengumandangkan
Adzan

[Adzan Billal]

[Narator]

Sayyidina Bilal bin Rabah tidak lagi sanggup melanjutkan adzanya badannya lemas terjatuh dan
pingsan begitu pula dengan para jamaah yang lainnya juga mengalami hal yang sama kerinduan yang
sangat seolah melemahkan jiwa dan raga mereka Kerinduan kepada insan yang paling mulia yang
paling dicintai dalam kehidupan mereka baginda Rasul Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

[Musik penutup]

suara muadzin terdengar memanggil Ihsan menyembah Allah sejenak terimbau ingatan kepada insan
yang mulia [Musik] dirimu hanyalah sahaya syahadah itu kebebasanmu derapan kakimu terdengar di
depan Rasululmu disurga [Musik] alunan adzanmu terhenti hari kewapatan kekasih tercinta lalu
berderailah tangisan suara emas tak terdengar lagi kau billal bin rabah kekar dan tabah dipanggang
di gurun yang panas biarpun dirimu didera disiksa bibirmu tetap menyebut allah tuhanku allah yang
satu tiada tuhan selain Allah Muhammad pesuruh allah. dibalik kulitmu yang hitam tersimpan hati
Seputih Kapas suara adzan mu bergema adalah silam mu yang luka adalah butiran mutiara menjadi
tauladan manusia.

Anda mungkin juga menyukai