Lukman Hadi
- Rabu, 22 September 2021 | 08:34 WIB
SurabayaNetwork.id - Bilal bin Rabah dan Abu Dzar Al Ghifari adalah dua orang
sahabat Rasulullah SAW.
Keduanya juga bersahabat baik dan dipersaudarakan dengan iman dan Islam.
Namun suatu hari keduanya terlibat perselisihan. Abu Dzar telibat adu pendapat
yang sengit dengan Bilal.
Bilal melaporkan ucapan Abu Dzar yang tak menyenangkan itu kepada Rasulullah
SAW.
Rasulullah sangat marah dan berkata pada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar, sungguh
dalam dirimu terdapat jahiliyah!”
Kata-kata itu seperti petir di telinga Abu Dzar. Ia menangis penuh penyesalan.
Serta merta diletakkan kepalanya di tanah, lalu berkata kepada Bilal, “Demi Allah,
wahai Bilal. Aku tidak akan mengangkat pipiku, kecuali engkau menginjaknya
dengan kakimu. Engkaulah orang yang mulia dan akulah yang hina.”
Melihat pemandangan itu, Bilal pun menangis. Ia mencium pipi Abu Dzar. Kemudian
keduanya berpelukan, dengan air mata yang semakin deras.
Betapa indah dan mengharukan jalinan ukhuwah dua orang sahabat kesayangan
Rasulullah ini. Abu Dzar mengaku salah dan menyesal, Bilal pun begitu mudah
memaafkan.
https://surabaya.jatimnetwork.com/khazanah/pr-521263300/kisah-mengharukan-
bilal-bin-rabah-dan-abu-dzar-al-ghifari-tentang-ukhuwah?page=2
15 Keutamaan Bilal bin Rabah – Sahabat Rasulullah
√ Islamic Base
Post authorReview by : Redaksi Dalamislam
Bilal bin Rabah ialah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang menjadi
negara Ethiopia) yang memeluk islam ketika ia masih diperbudak. Namanya tentu
masih asing di telinga kita. Ia termasuk hamba terbaik Allah dimana ia merupakan
salah seorang dari sahabat Nabi dan memiliki berbagai keutamaan yang belum
diketahui banyak orang.
Sebagai umat islam tentu kita wajib selalu haus akan ilmu agama dan kisah kisah
orang shaleh untuk dijadikan pelajaran dan dijadikan teladan kebaikannya, termasuk
mengenai Bilal bin Rabah. Apa saja keutamaannya secara lengkap? Yuk simak
penjelasannya dalam artikel berikut mengenai keutamaan Bilal bin Rabah.
Bilal bin Rabah memeluk islam ketika ia masih menjadi budak, karena hal tersebut ia
terus menerus disiksa tuannya dan dipaksa agar meninggalkan agama lurus Allah
dan kembali menjadi kafir. Tuannya melakukan apa saja dengan berbagai tindakan
yang menyakitinya agar ia luluh dan menuruti perintah untuk meninggalkan islam.
Tetapi dalam keadaan demikian ia tetap teguh dan istiqomah pada imannya dan
tetap menjadi pemeluk islam. Keteguhannya menjadi teladan keutamaan istiqomah
dalam islam.
Bilal hijrah ke Madinah dan tinggal serumah dengan Abu Bakar dan Amin bin Fath,
ia mengabdikan diri sepanjang hidupnya kepada Rasulullah dengan menjadi
pengikut dan pelindung yang setia serta selalu berjuang mengikuti peperangan
melawan kafir. keutamaan sahabat Rasulullah terdapat dalam dirinya. Bilal
mengikuti perang Badar dan menyaksikan secara langsung bagaimana Allah
menolong umat muslim dengan menurunkan bala tentaraNya. Hal tersebut
membuatnya semakin yakin akan islam dan bertekad menghabiskan sisa hidupnya
di jalan Allah.
Suatu hari Rasulullah memanggil Bilal dan bersabda “Wahai Bilal, aku mendengar
gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar
gemerisikmu”. (HR Muslim). mendengar hal tersebut wajah Bilal pun menjadi sangat
bahagia dan timbul keimanan yang semakin dalam di hatinya. Hati demi hari
dilewatinya dengan ibadah dan amal kebaikan sebab ia menyadari begitu
banyak manfaat beriman kepada Allah SWT di dunia dan di akherat.
Rasulullah bersabda demikian karena petunjuk dari Allah bahwa Bilal memiliki hati
yang mulia dan lurus, Bilal melakukan segala perintan Allah dan Rasul serta
mengamalkannya kepada orang lain dengan teladan secara langsung dan kalimat
yang lembut. Bilal pun menjadi contoh dan semangat bagi para budak lain yang
memeluk islam dan mendapat pertentangan dari majikannya untuk tetap teguh
mempertahankan keimanan sehingga para budak pada jaman tersebut memiliki
kekuatan dan yakin pada pertolongan Allah.
5. Ahli Wudhu
Bilal pernah berkata kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, setiap kali aku berhadast,
aku langsung berwudhu dan shalat sunnah dua rekaat”. Rasulullah pun menjawab
“Ya, dengan itu kamu mendahului aku”. (HR Bukhari). penjelasan dari hadist
tersebut kebiasaannya akan mensucikan diri dengan menjadi ahli wudhu membuat
derajatnya terus meningkat di mata Allah. keutamaan menjaga wudhu disadari dan
dipahami olehnya serta dilakukan terus menerus dan istiqomah.
6. Mendapat Hadiah Istimewa dari Rasulullah
7. Rendah Hati
Bilal memiliki ciri khas kulit hitam sejak kecil. Sejak kecil pun hingga ia dewasa dan
memeluk islam, ia selalu dihina oleh orang orang kafir terlebih yang membencinya
karena memeluk agama islam tentang keburukan pada fisiknya dimana sebagian
besar orang Arab pada masa itu berkulit putih. Ia selalu dimaki dan dihina, tetapi
Rasulullah tidak pernah memandang seseorang dari fisiknya, Bilal bahkan menjadi
salah satu sahabat kesayangan Rasulullah tetapi ia tetap rendah diri di hadapan
sahabat Rasulullah lainnya dan umat islam pada masa tersebut.
8. Sangat Menyayangi Rasulullah
9. Istiqomah
Amal yang disukai Allah ialah amal yang konsisten dan terus menerus meskipun
kecil. Bilal memiliki keistimewaan dalam hal tersebut dibandingkan sahabat
Rasulullah yang lain, salah satunya ialah kebiasaannya berwudhu seperti yang telah
diceritakan sebelumnya dan ia istiqomah menjaga kesucian, meskipun terlihat
sepele, hal tersebut yang membawanya ke surga karena keteguhan hati dan
keimanannya.
“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman kecuali yang dipaksa
kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman maka dia tidak berdosa. (QS An
Nahl : 106). Firmah Alah tersebut turun karena adanya siksa kepada para budak
yang memeluk islam termasuk yang dialami oleh Bilal, siksaan yang mereka alami
terkadang membuat para budak terpaksa mengaku kafir padahal sesungguhnya
dalam hatinya tidak demikian.
Tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh Bilal, ia dicengkram oleh orang musyrik dan
disiksa tetapi tetap teguh keimanannya hingga Allah memberinya pertolongan
melalui Abu Bakar yang ketika itu melihatnya disiksa dan membeli Bilal dari tuannya,
akhirnya Bilal terbebas dari siksa hingga ia terus menangis mengucap syukur pada
Allah dan Abu Bakar serta berjanji berjuang untuk islam seumur hidupnya serta rela
mengorbankan apapun yang dimilikinya demi islam.
Setelah Rasulullah wafat Bilal hijrah ke Damaskus hingga ia dikunjungi oleh Umar
setelah terpisah cukup lama karena Umar sangat merindukan pertemuan dengan
Bilal. Sejumlah sahabat Rasulullah yang turut menemuinya bersama Umar
mendesaknya agar ia mau mengumandangkan adzan karena para sahabat begitu
rindu akan keindahan suaranya. Bilal pun bersedia dan ketika ia mengumandangkan
adzan para sahabat yang mendengar menangis karena ingat masa masa kehidupan
yang dilewati bersama Rasulullah dan Bilal.
12. Didatangi Rasulullah Setelah Wafat
Rasulullah menyayangi Bilal selama beliau masih hidup hingga ketika beliau wafat
Bilal mimpi berteu Rasulullah dan dalam mimpi tersebut Rasulullah bersabda
“Apakah arti ketidakramahan ini hai Bilal? Tidakkan engkau hendak mengunjungiku
sekarang?” belum sempat menjawab, Bilal sudah terbangun dari mimpinya dan
segera bergegas ke Madinah untuk mengunjungi makam Rasulullah, ia pun
menggulingkan mukanya di atas pusara utusan Allah yang sangat ia cintai.
13. Membuktikan Kesungguhan Imannya
Rasulullah bersabda “Tidak beriman salah seorang dari kau sehingga aku lebih
dicintainya daripada bapaknya atau anaknya atau seluruh manusia”. (HR Bukhari).
Hadist tersebut muncul karena Rasulullah melihat dan mengetahui kisah perjuangan
Bilal dalam perjuangannya memeluk islam dan memperjuangkan islam menjadi
agamanya hingga ia mencintai agama Allah dan RasulNya jauh dari ia mencintai
dirinya sendiri. Rasulullah pun menyatakannya sebagai seseorang yang telah
dijamin surga oleh Allah karena bukti kesungguhan imannya.
14. Pemuka Muadzin di Hari Kiamat
“Sebaik baik orang adalah Bilal, ia adalah pemuka para muadzin di hari kiamat dan
orang orang yang menyerukan adzan adalah orang yang mendapat kemuliaan”.
(Siyar A’Alamin Nubala’). Karena kesungguhannya dalam mengumandangkan
adzan selama hidupnya, di hari kiamat nanti Bilal mendapat jaminan kenikmatan
berupa menjadi pemuka atau pemimpin bagi para muadzin di seluruh dunia.
Kebaikannya tersebut menjadi jalan menuju surga dan jauh dari kesusahan di hari
kiamat.
15. Mulia di Sisi Allah
Rasulullah bersabda “Bilal ialah pemuka orang orang Habsyah dalam islam”. (HR
Muslim). Bilal menjadi salah satu bukti bahwa Allah tidak membedakan orang dari
fisik atau golongan tertentu. Orang yang mulia di sisi Allah ialah yang paling
bertaqwa, bukan berdasarkan etnis tertentu. Bilal memiliki kebaikan kebaikan yang
sederhana namun tulus hingga ia selalu dikenang dan disebut namanya oleh umat
islam setelahnya sebagai motivasi bagi umat yang lain agar selalu kuat dalam
menjalani keimanan.
Demikian kisah dan keutamaan Bilal bin Rabah, dapat disimpulkan bahwa Bilal ialah
salah satu sahabat Rasulullah yang disayangi oleh beliau, kesederhanaan dan
kebaikan kebaikan kecilnya yang dilakukan secara terus menerus dan istiqomah
menjadi nilai tinggi di mata Allah. semoga anda dapat mengambil pelajaran dan
hikmah di dalamnya. Jangan lupa sellau mempercantik hati dengan keimanan sebab
kecantikan hati yang nantinya menjadi jalan menuju surga. Terima kasih sudah
membaca. Salam hangat dari penulis.
Bilal Bin Rabah
17/04/2021 UKM ASCMADINGmading-biografi
Nama lengkap beliau Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Beliau berasal dari negeri
Habasyah, yang sekarang dikenal dengan Ethiopia. Beliau biasa dipanggil Abu
Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah As-Sarah sekitar 43
tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah dengan seorang Ibu yang di kenal
dengan nama Hamamah, seorang hamba sahaya hitam di antara hamba-hamba
sahaya Makkah, oleh karena itu sebagian orang memanggilnya dengan Ibnu As-
Sauda. Sebagai keturunan Afrika, Bilal mewarisi warna kulit hitam, rambut keriting,
dan postur tubuh yang sangat tinggi. Sosoknya mungkin mirip dengan orang Habsy.
Bilal tumbuh di Ummul Qura’, beliau adalah hamba sahaya milik anak yatim dari
Bani Abdud Dar, Bapak mereka mewasiatkannya kepada Umayyah bin Khalaf salah
seorang pemuka kekufuran.
Orang tua Bilal termasuk tawanan yang dibawa dari Etiopia ke Arabia. Bilal
beserta ayahnya adalah tawanan perang yang kemudian diperjual belikan sebagai
budak. Bilal diperjual belikan dan berpindah-pindah tuan sampai akhirnya menjadi
budak Umayyah bin Khalaf. Bilal mulanya berkhidmat melayani Umayyah yang
biasanya berdagang dan membawa serta Bilal ikut bersamanya dalam perjalanan-
perjalanannya. Umayyah juga menjadikannya sebagai penjaga tempat hartanya.
Bilal memiliki pengaruh bagi orang sekitarnya dan dia memenuhi kebutuhan
orang lain berpindah di antara pasar dan rumah. Inilah yang membuat dirinya
memahami hakikat semua permasalahan dan dapat membedakan tingkah laku (budi
pekerti) manusia. Mana yang baik dan mana yang buruk diantara mereka. Dia
sukses dengan kesabarannya dan tabah dalam derita sakit serta kekerasan yang ia
alami. Hal ini tidak mengubah kekuatan qona’ah dan keimanannya. Bahkan lebih
kuat dari sebelumnya. Dia menjadi dikenal dengan kemerduan suaranya yang keras
serta indah dalam membaca Al-Qur’an dan lantang ketika adzan. Dialah orang
pertama yang mengumandangkan adzan untuk shalat. Selanjutnya dia dibantu oleh
Abu Mahdzurah dan Ibnu Ummi Maktum. Ibnu Katsir mengungkapkan: “setelah
Rasulullah wafat, Bilal turut dalam pasukan yang pergi ke Syam untuk berperang.
Ada juga yang berpendapat bahwa Bilal tetap menjadi muadzin pada masa-masa
awal kepemimpinan Abu Bakar. Riwayat yang pertama lebih shahih dan populer.”
Bilal menetap di Syam sebagai muslim yang tekun beribadah dan zuhud
terhadap dunia. Dia sabar menunggu waktu bertemu lagi dengan kekasihnya,
Rasulullah Muhammad dan para Sahabat yang mendahuluinya. Selang beberapa
tahun, Muadzin pertama dan terbesar pada masa ini pun terbaring kaku di
pembaringan terakhirnya. Bilal menderita sakit yang sangat seirus. Wajahnya
memucat dan matanya tertutupi cairan.
Sa’id bin Abdul Aziz bertutur: “Pada akhir hayatnya Bilal mengatakan: ‘Aku
akan bertemu orang-orang tercinta, Muhammad dan golongannya.” Istrinya
menyahut: ‘Celakalah aku!’ dan Bilal menanggapi: “berbahagialah aku”.
Sumber :
Akbarina, K. N. (2016). Peranan Bilal Bin Rabah dalam dakwah Rasulullah Saw
(580-640m) [Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya].
http://digilib.uinsby.ac.id/13933/
Share this: