Anda di halaman 1dari 2

Jurtsum bin Nasyir - Abu Tsa’labah Al Khusyani

By Dewita at 8:39:00 AM  Sahabat  
Abu Tsa’labah Al Khusyani adalah sahabat Nabi SAW dan lebih dikenal dengan julukannya
karena nama aslinya masih diperdebatkan. Beliau adalah termasuk shahabat yang ikut dalam
Bai’at di bawah pohon (Bai’atur-Ridhwan) dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah, setelah
perang Khaibar, Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam menetapkan bagian untuknya, lalu
mengutusnya untuk berdakwah di kaumnya, akhirnya kaumnya masuk Islam. Wafat tahun 75
H. Beliau meriwayatkan 40 hadits dari Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam.

Abu Tsa’labah berkata, “Aku datang kepada Nabi SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
tuliskan untukku akta tanah ini dan itu di Syam’. Dikarenakan Nabi SAW tidak memahami
dengan jelas maksud perkataannya itu, maka beliau bersabda, ‘Apakah kalian tidak
mendengar perkataan Abu Tsa’labah ini?’ Abu Tsa’labah lalu berkata, ‘Demi Dzat yang
jiwaku berada dalam tangan-Nya, engkau akan mengetahuinya’. Nabi SAW kemudian
menuliskannya untukku.”

Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidullah, dia berkata, “Ketika Abu Al Khusyani dan Ka’ab
duduk di antara kami, tiba-tiba Abu Tsa’labah berkata, ‘Hai Abu Ishaq, tidaklah seorang
hamba menghabiskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah, kecuali Allah akan memenuhi
segala kebutuhan hidupnya’.” Ka’ab berkata, “Dalam kitab Allah yang diturunkan itu ada
ayat yang mengatakan bahwa orang yang menjadikan kegelisahannya menjadi satu kemudian
mengalihkannya dengan beribadah kepada Allah, maka Allah akan menghilangkan
kegelisahannya itu, langit dan bumi akan menjaminnya, rezekinya ditanggung oleh Allah, dan
amal perbuatannya untuk dirinya sendiri. Namun jika seseorang menyebarkan kegelisahannya
lalu merasa gelisah di setiap lembah, maka Allah tidak akan mempedulikan dirinya di mana
dia binasa.”

Menurut aku, mencari rezeki (bekerja) termasuk ibadah, apalagi untuk orang yang
mempunyai tanggungan keluarga, karena Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik
harta yang dimakan seseorang adalah harta yang berasal dari hasil jerih payah tangannya
sendiri.” Adapun orang yang patah semangat karena alasan kelemahannya atau karena alasan
tipu daya, maka Allah akan memberikan bagian rezekinya. Khalid Muhammad Al Kindi —
ayah Ahmad bin Khalid Al Wahbi— mendengar Abu Zahrah berkata: Aku mendengar Abu
Zahiriyah berkata: Aku mendengar Abu Tsa’labah berkata, ‘Aku pernah memohon kepada
Allah agar tidak mencekikku sebagaimana aku melihat kalian tercekik’.”

Ketika Abu Tsa’labah shalat pada sepertiga malam terakhir, dia meninggal dunia ketika
sedang sujud. Ketika itu anak perempuannya bermimpi bahwa ayahnya telah meninggal
dunia, maka dia langsung bangun lalu memanggil ibunya, lantas bertanya, “Di mana
Ayahku?” Ibunya lalu menjawab, “Dia sedang di mushalla.” Putrinya kemudian memanggil
ayahnya, namun dia tak kunjung menjawab. Putrinya lalu datang untuk membangunkan Abu
Tsa’labah, tapi ketika itu Abu Tsa’labah telah meninggal. Abu Tsa’labah wafat tahun 75
Hijriyah.
Abu Tsalabah adalah sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dia turut dalam
Bai`at Ridhwan. Turut juga dalam Perang Hunain. Abu Tsalabah adalah salah satu
dari sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang turut dalam pendudukan Syria,
tepatnya di Daraya. Sebuah kota besar di bagian barat Damaskus.

Riwayat lain menyebutkan bahwa dia menduduki Bilath, sebuah desa di timur Damaskus.
Ada pendapat yang berbeda mengenai nama Abu Tsalabah dan nama bapaknya. Namanya
yang paling masyhur di kalangan ahli hadis adalah Jurtsum bin Nasyir.

Kematian Sa’ad Telah Mengguncang Arys Allah (Bagian 1)

Abu Tsalabah ini meriwayatkan banyak hadis yang bersumber langsung dari Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sekelompok sahabat. Sejumlah tokoh besar kaum Tabiin,
seperti Sa’id bin Al-Musayyab, Makhul Asy-Syami, Abu Idris Al-Khaulani, dan Abu Qilabah
Al-Jurmi, banyak meriwayatkan hadis darinya.

Di suatu malam, seperti biasa Abu Tsa’labah keluar dari rumah. Lantas menatap langit dan
berkata, “Aku sangat berharap Allah tidak mencekikku saat ajalku tiba, sebagaimana aku
melihat banyak di antara kalian yang dicekik.”

Kemudian, dia pulang ke rumah untuk bertahajud. Dalam sebuah sujud panjang di tahajud
malam itu, Abu Tsalabah merenggang nyawa. Bersamaan dengan kejadian itu, anak
perempuannya bermimpi bahwa ayahnya telah wafat. Segera si anak terjaga.

Dalam keadaan panik, dia bertanya pada ibunya, “Di mana Bapak?

“Dia ada di tempat shalatnya,” jawab ibunya.

Segera si anak memanggil-manggil ayahnya. Sayang, Abu Tsalabah tak bergeming. Hingga
akhirnya si anak mendatangi sang ayah yang sedang sujud kaku. Lalu, dia menggerak-
gerakkannya. Si ayah pun akhimya terjatuh dari sujudnya.

BACA JUGA: Bolehkah Memohon Kematian seperti Nabi Yusuf?

Anda mungkin juga menyukai