Anda di halaman 1dari 123

KISAH RASULULLAH

BAGIAN 101

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahaya dari keadaan ini. Yahudi Bani Nadhir berhasil memanfaatkan
kekecewaan orang muslim pada perang Uhud dan mereka meraih banyak sekali keuntungan. Hampir
setiap malam, rumah-rumah judi itu dipenuhi orang. Keadaan ini tidak saja akan membuat muslimin
kehilangan banyak uang. Tetapi juga akan membuat hancur misi mereka untuk menjadi umat yang
terbaik. Bisnis jelek orang Yahudi ini tidak saja akan membuat orang miskin, tetapi juga
menghancurkan jiwa manusia.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyerukan bahwa judi dan khamer dilarang. Orang-orang Bani Nadhir segera
mengajukan protes,

"Muhammad, kebijakan mu akan membuat kami bangkrut. Kalau memang demikian, Ijinkanlah kami
berdagang dengan orang Quraisy agar produksi Khamer dan peternakan babi kami tidak gulung tikar!"

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghiraukan protes itu. Beliau tidak peduli dengan hancurnya pabrik-
pabrik khamer dan peternakan babi. Semua itu tidak ada artinya dibandingkan hancurnya jiwa para
sahabatnya akibat judi dan mabuk-mabukan.

Yahudi Bani Nadhir mengancam akan memutuskan perjanjian dan akan menjual senjata kepada orang-
orang Quraisy,

Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap pada pendiriannya. Kaum muslimin sejak itu diharamkan berjudi dan mabuk-
mabukan. Apalagi masih sangat banyak masalah yang harus dihadapi.

Lebih dari 70 keluarga Syuhada Uhud masih menangisi kepergian anggota keluarganya.

Khamer adalah minuman yang diharamkan. Yang termasuk Khamer adalah minuman keras, minuman
yang memabukkan, minuman yang membahayakan yang dibuat dari semacam buah-buahan dan lain-
lain.

UMMU SALAMAH

Untuk menghibur hati para sahabat dan keluarganya yang ditinggalkan para syuhada, Rasulullah ‫ﷺ‬
selalu menegaskan bahwa mereka memiliki masa depan gemilang. Mereka harus yakin bahwa
kebenaran yang mereka perjuangkan akan menang. Kaum muslimin harus kembali giat bekerja. Benih-
benih di ladang sudah menunggu untuk ditanam dan kemudian dituai.

Kaum muslimin yang masih hidup semestinya menjadi pelipur lara. Anak-anak juga ada yang
kehilangan ayah mereka. Maka dari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat menganjurkan, agar para sahabatnya
senantiasa menolong orang lain karena sesungguhnya orang yang bisa menolong nasib para janda dan
orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah atau seperti orang yang mengerjakan
shalat pada malam hari dan shaum pada siang hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menemukan para sahabat yang bersedia menikahi para janda syuhada, tetapi
ada juga janda yang dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin menikah lagi. Janda itu adalah
Hindun bin Umayyah istri almarhum Abu Salamah. Usianya baru 30 tahun, cerdas, anggun, dan
bijaksana. Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berusaha agar Ummu Salamah, demikian ia dipanggil, mau menerima
lamaran para sahabat terkemuka, baik dari Anshar maupun Muhajirin, bahkan Umar Bin Khattab dan
Abu Bakar As Siddiq pun mengajukan lamaran. Namun semua itu ditolak oleh Ummu Salamah.

Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, demikian selalu yang ia katakan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu
bahwa sebetulnya Ummu Salamah dan anaknya sangat memerlukan perlindungan seorang laki-laki,
hanya saja Ummu Salamah sulit melepaskan diri dari bayang-bayang Abu Salamah yang sangat dia
cintai.

Karena tidak ada jalan lain Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengajukan diri untuk menjadi suami Ummu Salamah.
Awalnya Ummu Salamah menolak, alasannya dirinya sudah tua dan pencemburu, namun Rasulullah ‫ﷺ‬
mengatakan bahwa beliau bahkan sudah berusia dua kali lipat dari Ummu Salamah. Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
mendoakan agar Allah menghilangkan sifat pencemburu dari hati Ummu Salamah.

Akhirnya Ummu Salamah pun bersedia menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Menjadi Ibu bagi seluruh kaum
Mu'minin.

Demikianlah dengan terjun memberi contoh akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat banyak janda miskin dan
anak yatim tertolong dan terlindungi masa depannya.

USTMAN BIN AFFAN MEMBELI SUMUR

Di Mekah orang-orang Quraisy menggembar-gemborkan kemenangan mereka dalam Perang Uhud.


Mereka menyuruh para penyair mengumandangkan kemenangan itu, sekaligus mengejek Rasulullah
‫ ﷺ‬dan kaum muslimin.

Suasana kegembiraan mewarnai hampir seluruh rumah di Mekah, penyanyi dan penari terdengar di
setiap halaman. Khamar dituangkan, hewan-hewan disembelih, dan orang-orang Arab dari berbagai
penjuru diundang untuk merasakan kegembiraan itu.

Uang yang sangat besar diberikan kepada penyair-penyair suku lain yang bersenandung mengejek
Rasulullah ‫ﷺ‬. Para penyair itu juga membakar semangat orang untuk mengerahkan seluruh kekuatan
untuk menghadapi kaum muslimin setahun yang akan datang.

Semua ini bergema di seluruh pelosok Jazirah. Beberapa suku yang tadinya takut kepada kaum
muslimin kini mulai berani mengangkat wajah. Getaran semangat ini juga dirasakan kaum Yahudi di
Madinah. Oleh sebab itu timbullah keberanian mereka untuk meremehkan Rasulullah ‫ﷺ‬, terutama di
kalangan Yahudi Bani Nadhir.

Sejak Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang pengikutnya pergi ke rumah-rumah judi, kemarahan Bani Nadhir semakin
memuncak. Puncaknya, salah seorang hartawan Bani nadhir telah melarang kaum muslimin
mengambil air dari sumur yang dimilikinya.

Kaum muslimin tersentak dengan perlakuan ini. Kini, harga segelas air lebih mahal dari sebotol
khamer. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan para sahabatnya yang berharta untuk membeli sumur
tersebut.

Utsman bin Affan-lah yang pertama kali menyambut seruan ini. Namun orang Yahudi itu menolak
menjual lebih dari setengah sumurnya. Usman menaikkan tawaran harga sebuah sumur itu tiga kali
lipat harga sumur biasa. Begitu orang Yahudi itu mengizinkan, Utsman bin Affan segera menghibahkan
separuh sumur ini kepada kaum muslimin. Semua orang boleh mengambil air untuk diri sendiri
maupun ternak tanpa harus membayar.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat bahagia dengan tindakan Utsman ini, sehingga beliau berucap,

"Sesudah ini tidak ada bahaya apa pun bagi Utsman untuk setiap hal yang dilakukannya."

Tindakan Utsman bin Affan merupakan buah dari rasa persaudaraan yang tulus. Persaudaraan seperti
ini akan melahirkan muslim yang saling mengutamakan, saling menyayangi dan memaafkan saling
membantu dan saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya.

Namun suku-suku yang membenci kaum muslimin pun mulai berulah dengan berbagai siasat kejam
dan licik.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 102

PERISTIWA AR RAJI

Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu siap mengirim para sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada setiap suku yang
memerlukan. Karena itu dengan prasangka baik Rasulullah memenuhi permintaan Bani Hudzail.

Saat itu utusan Hudzail berkata,

"Muhammad di kalangan kami ada beberapa orang Islam, kirimkanlah beberapa orang sahabat Tuan
bersama kami yang kelak akan dapat mengajarkan hukum Islam dan Alquran kepada kami.

Enam orang sahabat besar diutus dan pergi bersama rombongan penjemput dari Hudzail.

Penghianatan terjadi ketika mereka sampai di pangkalan air Ar Raji milik Bani Hudzail, Enam orang
sahabat itu dikepung. Begitu sadar bahwa mereka masuk dalam perangkap, keenam dai itu mencabut
pedang. Hanya senjata itu yang mereka bawa namun di wajah mereka tidak terlihat terasa gentar
sedikit pun.

Orang-orang Hudzail berkata,

"Demi Tuhan, kami tidak ingin membunuh kalian. Kalian akan kami jual kepada penduduk Mekah
sebagai tawanan. Kami berjanji Atas nama Tuhan kami bahwa kami tidak bermaksud membunuh
kalian, karena itu menyerahlah."

Keenam sahabat itu saling berpandangan mereka menyadari bahwa apabila mereka dibawa ke Mekah
sebagai tawanan, mereka pasti akan disiksa habis-habisan dan dibunuh. Itu berarti penghianatan
besar yang lebih berat daripada pembunuhan biasa.

Setelah saling sepakat dalam hati, salah seorang sahabat menjawab,

"Kami tidak akan menyerah, lakukan apa yang kalian mau kami sudah siap bertarung membela
kehormatan agama dan nabi kami."

Maka orang-orang Hudzail yang jauh lebih banyak jumlahnya itu pun menyerang. Keenam sahabat itu
bertarung dengan gigih, pedang mereka ayunkan dengan tangkas untuk menebas hujan panah atau
menangkis tusukan tombak. Pertarungan tidak seimbang itu pun berakhir, tiga orang syahid dan tiga
orang lagi berhasil ditangkap hidup-hidup.

Mereka yang ditangkap itu adalah Abdullah bin Thariq, Zaid bin Adatsinah, dan Khubaib bin Adiy.
Kemudian mereka segera dibelenggu dengan kuat dan dibawa ke Mekah.

Namun di tengah jalan Abdullah bin Thariq berhasil melepaskan diri dari pengikat.

"Harus ada yang memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang penghianatan ini!" demikian pikir Abdullah.

"Aku harus berusaha meloloskan diri sekarang, namun jika gagal aku sudah siap menyusul ketiga
temanku yang lain ke akhirat."
ZAID BIN ADATSINAH

Abdullah bin Thariq menyerang seorang pengawal dan berhasil merebut pedangnya. Dengan pedang
itu ia berusaha merebut seekor kuda, namun orang-orang Hudhail segera pulih dari rasa terkejutnya.
Mereka mengambil batu dan melempari Abdullah dari belakang. Batu-batu sebesar kepalan tangan
menghantam tubuh dan kepala sahabat mulia itu. Abdullah jatuh bersimbah darah dan gugur dalam
keadaan yang sangat diimpikan setiap muslim. Syahid membela agama.

Kedua tawanan yang lain terus dibawa ke Mekah dan dijual. Zaid bin Adatsinah dijual kepada Shafwan
bin Umayyah.

"Aku akan membunuhnya sebagai balasan terbunuhnya ayahku di tangan mereka," geram Safwan
dengan mata menyala-nyala.

Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf dibunuh Bilal bin Rabah dalam Perang Badar.

"Nastas," panggil Shafwan keras-keras.

Seorang Budak berbadan tegap datang.

"Siksa dan bunuh orang ini," perintah Shafwan kepada Nastas.

"Bawa dia ke tempat di mana semua orang bisa melihatnya!" ujar Shafwan.

Zaid pun diseret-seret melalui jalan-jalan di Mekah. Sebagian orang menyoraki dan mencemoohnya.
Sebagian lain menaruh kagum, dalam hati melihat ketabahan Zaid. Tak terlihat sedikit pun rasa takut
di wajah Zaid.

Di tengah siksaan itu, Zaid tetap tampak berwibawa dan teguh seperti Bukit Cadas.

Di tempat Zaid akan dibunuh, Abu Sufyan datang mendekat.

"Zaid, orang segagah engkau tidak pantas mati begini," ujar Abu Sufyan.

"Bersediakah engkau memberikan tempatmu itu pada Muhammad? dia-lah yang harus dipenggal
lehernya, sedang kau dapat kembali kepada keluargamu!"

Zaid menatap Abu Sufyan seakan heran dengan pertanyaan itu.

"Tidak," jawab Zaid.

"Seandainya Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempatnya sekarang ini akan menderita karena tertusuk duri sekali pun,
sedang aku ada di tempat keluargaku, aku tidak akan rela!"

Abu Sufyan terpana sambil menggeleng kagum. Ia berkata,

"Belum pernah aku melihat seorang begitu mencintai sahabatnya sedemikian rupa seperti sahabat-
sahabat Muhammad mencintai Muhammad."

Zaid pun dipenggal. Ia gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Rasulullah.

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Ibnu Abbas Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda sekuat-kuat ikatan iman adalah
persaudaraan karena Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬, cinta karena Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan membenci karena Allah
‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 103

KHUBAIB BIN ADIY

Khubaib bin Adiy sedang berada di dalam penjara. Orang-orang Mekah menyeretnya keluar untuk
disalib di hadapan umum.

Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,

"Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat dua rakaat?"

Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat dua rokaat dengan baik dan sempurna. Setelah
sholat ia membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu berkata,

"Kalau bukan karena kamu akan menyangka aku sengaja memperlambat karena takut dibunuh,
niscaya aku masih akan shalat lebih banyak lagi."

Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas tunggak kayu.

Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang menontonnya sambil berseru,

"Ya Allah hitungkan jumlah mereka itu, binasakan mereka dalam keadaan tercerai berai, jangan
biarkan hidup seorang pun!"

Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar. Sebagian dari mereka bahkan merebahkan
diri seolah-olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib dibunuh.

Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Allah ُ‫وَُ ُس ْبحَ ا َن ُه‬
‫ َتعَالَى‬. Dua roh suci ini melayang memasuki surga yang dijanjikan.

Seandainya mau, terus saja mereka dapat menyelamatkan diri mereka. Keduanya tinggal berkata
bahwa mereka akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang Quraisy bersenang hati
menerima para prajurit segagah mereka.

Namun keyakinan keduanya kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan hari kemudian sudah sedemikian tinggi.
Keimanan mereka sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh siksaan atau tawaran harta
duniawi.

Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya, namun justru sebagai cita-cita hidup di dunia
ini. Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah akan memanggil-manggil saudara-
saudara muslim mereka supaya memasuki Kota Mekah sebagai pemenang.

Saudara-saudara muslim mereka akan menghancurkan pertahanan dan perbuatan syirik. Kesucian
sebagai rumah Allah ‫ ﷺ‬akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama berhala yang disebut kecuali nama-nama
Allah ‫ ﷺ‬yang Mahasuci.
RASULULLAH BERDUKA

Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-gumpal. Mendung di hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
kaum muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi. Penyair Rasulullah ‫ﷺ‬, Hasan bin
Tsabit membacakan syair-syair duka untuk mengenang kepergian enam orang syuhada itu.

Beban di benak Rasulullah ‫ ﷺ‬terus bertambah berat. Beliau khawatir kejadian seperti itu akan terulang
lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum muslimin akan terdorong melakukan hal serupa
di kemudian hari.

Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang pemuka masyarakat di daerah Najd. Rasulullah
‫ ﷺ‬pun menawarkan kepadanya, agar ia mau memeluk agama yang mulia ini. Namun Abu Bara
menolak.

Meskipun demikian Abu Bara tidak menunjukkan sikap yang memusuhi Islam. Ia bahkan berkata,

"Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-sahabatmu ka Najd dan mengajak


mereka itu mau menerima ajaranmu.

Saya berharap banyak orang yang akan memeluk Islam."

Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬masih khawatir. Beliau takut akan terjadi
penghianatan lagi terhadap para sahabatnya. Dia tidak bisa segera menjawab permintaan Abu bara.
Melihat keraguan di wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Abu Bara pun mengerti.

"Saya menjamin mereka!" tegas Abu Bara.

"Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka menerima ajaranMu"

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat kejujuran di mata Abu Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah orang yang
dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati masyarakatnya. Setiap kata-katanya akan dituruti
orang-orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan perlindungan oleh Abu Bara, tidak pernah
diganggu oleh orang lain.

Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar berkembangnya Islam di Jazirah Arabia. Rasulullah
‫ ﷺ‬memanggil Al Mundir bin Amr dari bani Sa'idah. Beliau menugasi Al Mundir memimpin 70 orang
muslim pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.

Rombongan dai itu pun berangkat dengan penuh harap akan datangnya kebaikan. Apakah benar
mereka akan diterima dengan baik atau sebaliknya, malah dikhianati.

TRAGEDI BI'IR MAUNAH

Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi'ir Ma'unah, ke 70 muslim itu berhenti. Daerah itu terletak di antara
wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundir mengutus Haram bin Milhan menemui Amir bin Ath
Thufail, pemimpin bani Sulaim. Haram ditugasi menyampaikan surat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada pemimpin-
pemimpin Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali tidak membaca surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu. Ia
bahkan memerintahkan agar Haram bin Milhan dibunuh.
Setelah itu Amir meminta bantuan Bani Amir untuk membunuh kaum muslimin yang lain. Bani Amir
menolak karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin melanggar perlindungan yang
diberikan pemimpin mereka sendiri.

Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku Najd yang lain. Beberapa suku menyatakan
dukungan atas penghianatan Amir. Dengan cepat mereka berkumpul dan berangkat mengepung
sahabat-sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah.

Mulai curiga karena Haram bin Milham tidak kunjung kembali, kaum muslimin di Bi'ir Mau'nah mulai
meningkatkan kewaspadaan. Namun segala tindakan untuk menarik diri dari tempat itu sudah
terlambat, karena dari segala penjuru para prajurit Najd muncul mengepung.

Segera saja kaum muslimin mencabut pedang dan siap bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera
pecah. Para Dai itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun niat untuk menyerah. Al Mundir yang
saat itu tengah menengok ternak yang menjadi perbekalan mereka, berlari dan terjun ke
pertempuran. Hampir seluruh sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah gugur kecuali dua orang.

Kaab bin Said disangka telah mati, namun begitu pasukan Najd pulang, Ka'ab bangun dan pulang ke
Madinah dengan tubuh di penuhi luka.

SATU ORANG LAGI BERNAMA AMIR BIN UMAYYAH.

Di tengah perjalanan pulang ke Madinah Amir bin Umayyah bertemu dua orang yang mencurigakan.
Dikiranya kedua orang itu termasuk pasukan yang menyergap dan membunuh para sahabatnya. Pada
tengah malam Amir menyerang dan berhasil membunuh kedua orang itu.

Sampai di Madinah Amir mengakui semuanya, termasuk dua orang yang ia bunuh. Namun kedua
orang itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru termasuk suku bani Amir yang telah terikat
perjanjian jiwar atau bertetangga baik dengan kaum muslimin.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 104

MEMBAYAR DIYAT

Alangkah berdukanya Rasulullah ‫ﷺ‬. Pilu yang amat sangat terasa oleh Beliau akibat pembantaian itu.
Alangkah susah payahnya beliau menahan duka cita. Dengan lirih Beliau berkata ini adalah tanggung
jawab Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan khawatir sekali.

Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan penghianatan yang dilakukan Amir bin Ath
Thufail. Abu Bara merasa amat terhina, tidak disangkanya Amir bin Ath Thufile melanggar
perlindungan yang diberikan kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan mencoreng arang di
dahi Abu Bara, Anak Abu bara sangat memahami perasaan ayahnya. Pemuda bernama Rabi'a itu
bangkit.

"Aku akan menghukum Amir bin Ath thufail dengan kedua tanganku sendiri."

Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil memanggul tombak. Sampai di tempat Amir bin Ath
Thufail, Rabi'a menghampiri orang itu. Dengan mata menyala. Tanpa sempat dicegah siapa pun, Rabi'a
menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun rubuh.

Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ‫ ﷺ‬atas kematian para sahabatnya sampai selama 30 Hari penuh
beliau harus mendoakan mereka. Dalam doa yang dibacakan setiap selesai sholat subuh itu, beliau
juga berdoa, semoga Allah ‫ ﷺ‬mengadakan pembalasan terhadap mereka yang telah membunuh para
sahabatnya.

Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak lupa untuk berbuat adil. Begitu
mendengar bahwa ada dua orang sahabat kaum muslimin yang terbunuh dengan tangan Amir bin
Umayyah, Rasulullah ‫ ﷺ‬segera berkata

"Engkau telah membunuh dua orang berarti aku harus membayar diyat (uang tebusan) kepada
keluarga mereka."

Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di hati musuh-musuh kaum muslimin di Madinah.
Gugurnya para sahabat Rasulullah ini membuat orang-orang Yahudi bani Nadhir semakin berani.
Padahal setelah Bani Qainuqa terusir. Bani Nadhir lebih memilih diam karena dicekam ketakutan.
Namun setelah perang Uhud dan terakhir di tragedi di Bi'ir Maunah mereka mulai bertindak lebih
berani.

Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri.

Tanpa mereka duga kesempatan itu segera datang.

PENGKHIANATAN YAHUDI

Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan ikut
membayar diyat yang harus dibayarkan kaum muslimin kepada keluarga orang yang terbunuh dari
bani Amir.
Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat Bani Nadhir di Quba. Beliau disertai 10 sahabat terkemuka
di antaranya Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah sholat berjamaah di Masjid
Quba, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya memasuki perkampungan Bani Nadhir.

Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau orang-orang Bani Nadhir menunjukkan wajah yang
manis,

"Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di sini biar kami menyiapkan dulu
keperluanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya duduk di tepi rumah beratap tinggi milik salah seorang Yahudi.

Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan uang untuk membantu membayar diyat,
melainkan malah berkasak-kusuk perihal rencana jahat mereka.

"Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh Muhammad," ucapan salah seorang
pemuka Yahudi.

"Engkau benar," ujar seorang Yahudi lain dengan mata berkilat.

"Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad karena ia selalu berada di tengah-tengah
sahabatnya. Kini justru Muhammad datang di tengah kita. Jika kita biarkan kesempatan ini akan
berlalu begitu saja."

Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Namun bagaimana cara kita membunuh dia?" tanya seorang kebingungan.

Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah licik berjalan mengambil batu penggilingan
yang besar dan berat sambil berkata,

"Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu penggilingan ini Lalu naik ke atap rumah dan
menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?"

Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka Amir bin Jahsy. "Aku!"

"Jangan lakukan itu!" cegah Sallam bin Miskam. Rupanya ia salah satu orang yang berpikiran jernih di
tempat itu.

"Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang rencana kita. Sesungguhnya, perbuatan
itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia!"

Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan rencana jahat itu.

RASULULLAH SELAMAT

Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang rencana jahat itu. Seketika itu juga beliau bangkit
dan pergi dengan cepat seolah-olah ada sesuatu keperluan. Para sahabat yang menyertai beliau sama
sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali.
Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan. Mendadak saja rencana mereka gagal karena itu
mereka bermanis-manis wajah kepada para sahabat yang menunggu untuk menghilangkan kesan
buruk.

Setelah cukup lama menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak kembali, para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan
untuk pulang mencari beliau. Mereka menemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬telah berada di masjid Madinah.

"Ya Rasulullah, tiba-tiba saja Tuan pergi sedangkan kami tak menyadari," kata para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir terhadap dirinya. Beliau ‫ ﷺ‬pun memanggil
Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Bani Nadhir.

Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi,

"Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga dengan ku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang
masih ku temui setelah itu akan ku penggal lehernya."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 105

Bani Nadhir pun tercekam rasa takut dan bingung. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain
menyiapkan diri untuk pergi. Mereka mulai mengemas barang-barang ke atas unta-unta mereka.

Ketika Abdullah bin Ubay datang. Gembong orang-orang munafik itu berkata,

"Kuatkan hati kalian bertahanlah dan jangan tinggalkan rumah kalian. Aku mempunyai dua ribu orang
yang siap bergabung di benteng kalian. Mereka siap mati demi membela kalian. Jika kalian diusir, kami
juga akan pergi bersama kalian dan sekali-kali kami tidak akan patuh kepada seseorang untuk
menyusahkan kalian. Jika kalian diperangi, pasti kami akan membantu kalian. Orang-orang Bani
Quraizhah dan sekutu kalian dari Ghatafan tentu juga akan mengeluarkan bantuan kepada kalian."

Mendengar ini orang-orang Bani Nadhir pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Rasa percaya diri
mereka bangkit dan mereka pun siap bertempur.

Tindakan Yahudi Bani Nadir adalah pelanggaran perjanjian damai dengan kaum muslimin, dari Alquran
disimpulkan bahwa kaum muslimin harus menyatakan perang dengan pihak yang berkhianat pada
perjanjian dan kaum muslimin harus membatalkan perjanjian dengan pihak yang terlihat patuh pada
perjanjian tetapi terus menerus merongrong dan menimbulkan bahaya.

BANI NADHIR TERUSIR

Huyya bin Akhtab pemimpin Bani Nadhir mengirimkan utusan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan,

"Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami berbuatlah menurut kehendakmu!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bertakbir dan berangkat ke perkampungan Bani Nadhir bendera
pasukan diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, sedangkan pemerintahan Madinah dipercayakan
kepada Ibnu Ummi Maktum.

Duabelas malam lamanya pasukan muslim mengepung dan bertempur. Orang-orang Bani Nadhir
bertempur dengan gigih dari rumah ke rumah. Setiap kali sebuah rumah sudah tidak bisa
dipertahankan mereka robohkan rumah itu dan mundur ke rumah berikutnya. Namun, bantuan yang
dijanjikan Abdullah bin Ubay tidak juga tiba.

Untuk lebih menekan lawan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar para sahabat menebangi dan
membakar kebun kebun kurma Bani Nadhir.

Orang-orang Bani Nadhir memprotes keras,

"Muhammad! Tuan melarang orang berbuat kerusakan. Tuan cela orang yang berbuat begitu akan
tetapi, mengapa pohon-pohon kurma kami ditebangi dan dibakar?"

Kemudian turunlah firman Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬untuk menjawab kata-kata Yahudi itu,

‫ن أُصُولِهَا َعلَىُ َقائِمَةُ َترَ ْك ُتمُوهَا أَوُْ لِي َنةُ مِنُْ َق َطعْ ُت ُْم مَا‬
ُِ ‫ّللا َف ِبإِ ْذ‬
َُِ َُ‫ا ْل َفاسِ قِينَُ َولُُِي ْخ ِزي‬
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak
memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.

Surah Al-Hasyr (59:5)

Setelah itu, pertempuran tidak berlangsung lebih lama semangat orang-orang Yahudi pun luruh,
berserakan seperti dedaunan kering. Mereka pun membuat pernyataan menyerah.

"Muhammad kami siap pergi dari Madinah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi mereka kesempatan untuk pergi dengan membawa segala harta yang dapat
dimuat ke atas seekor unta. Sisanya disita kaum muslimin termasuk senjata dan perlengkapan perang
sebanyak 50 Baju besi dan 340 bilah pedang, menjadi milik kaum muslimin.

Hanya dua orang Yahudi yang memilih masuk Islam, Yamin bin Ahmad dan Abu Saad bin Wahab. Harta
kedua orang ini dikembalikan kepada mereka.

Perang Bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabiul awal tahun 4 Hijriyah Agustus 625 Masehi.

Setelah Terusir Bani Nadhir pindah ke Khaibar. Dari sana mereka meneruskan tindakan memusuhi
kaum muslimin dengan gigih. Merekalah yang kemudian menghasut dan mendorong Quraisy
mengerahkan pasukan yang sangat besar untuk menyerang Madinah.

KETENTRAMAN

Tanah-tanah milik Bani Nadhir bukanlah tanah harta rampasan perang yang bisa dibagikan, melainkan
menjadi milik Rasulullah ‫ﷺ‬. Pembagian tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah menyisihkan hak kaum fakir dan miskin beliau membagi-bagikan tanah itu untuk kaum
Muhajirin yang hidup menumpang dan tidak mempunyai tanah garapan. Dengan demikian kaum
Muhajirin kini bisa mandiri tanpa harus lagi menggantungkan bantuan kepada kaum Anshor.

Hanya ada dua orang Anshor yang mendapat pembagian tanah ini, Abu Dujana dan Sahl bin Hunaif.
Mereka memang sudah terdaftar sebagai orang-orang miskin.

Sampai sebelum Bani Nadhir terusir, sekretaris Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang Yahudi. Pengangkatan
orang Yahudi ini bertujuan untuk memudahkan penulisan dan pengiriman surat dalam bahasa Ibrani
dan Asiria.

Akan tetapi setelah orang-orang Yahudi pergi, Rasulullah ‫ ﷺ‬khawatir apabila jabatan penting itu masih
ada di tangan orang di luar Islam. Karena itulah beliau memilih Zaid bin Tsabit seorang pemuda cerdas
untuk menjadi sekretaris beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menugasi Zaid bin Tsabit mempelajari kedua bahasa itu.

(Di kemudian hari, Zaid bin Tsabit inilah yang mengumpulkan Al Quran pada masa Khalifah Abu Bakar
dan dia pula yang kembali mengawasi pengumpulan Al-Quran pada masa Khalifah Usman bin Affan.)
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 106

Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua lega
dengan suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al Muhajirin kini dapat hidup mandiri berkat
tanah-tanah yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor turut bergembira.

Namun peristiwa Perang Uhud sudah hampir setahun berlalu, Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat ancaman Abu
Sufyan yang diucapkan ketika Perang Uhud berakhir, "Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar.
Sampai jumpa tahun depan."

Kata-kata itu adalah tantangan untuk bertempur lagi di lembah Badar. Rosululloh ‫ ﷺ‬mewaspadai apa
yang akan dilakukan orang-orang Quraisy. Kekhawatiran beliau ternyata benar-benar terjadi karena
tidak lama kemudian, tibalah seorang utusan Quraisy dan membawa sebuah pesan

BADAR TERAKHIR

Utusan Quraisy itu bernama Nu'aim bin Mas'ud. Ia tiba di Madinah dan mengabarkan:

"Orang-orang Quraisy telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah yang begitu besar dan tidak ada
taranya dalam sejarah bangsa Arab.

Tentara besar itu kini sudah bergerak ke lembah Badar, mereka siap memerangi kalian sekaligus
meluluhlantakkan kalian hingga tidak bersisa. Jika kalian berani pergi ke lembah Badar."

Mendengar berita itu banyak kaum muslimin menunjukkan keengganannya.

"Lebih baik kita abaikan saja tantangan itu."

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi marah terhadap sikap lemah dan ingin mundur itu. Rasulullah ‫ﷺ‬
bahkan bersumpah bahwa beliau akan tetap pergi ke Badar walau seorang diri.

Melihat kemarahan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu, lenyaplah rasa ragu dan takut di hati kaum muslimin. Mereka
segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala sesuatunya. Bekal makanan senjata dan berpamitan
kepada keluarga yang ditinggalkan.

Setelah itu 1500 orang prajurit muslim di bawah komando Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung berangkat
meninggalkan Madinah.

Sebenarnya Abu Sofyan sendiri enggan berperang pada tahun ini, musim kering tengah mengganas.
Harapan Abu Sufyan sebenarnya agar perang diadakan pada waktu lain saja. Namun ia terlanjur
melepaskan kata-kata tantangan pada Perang Uhud akhir itu.

Karena itu ia tidak mungkin tidak berangkat memenuhi tantangannya sendiri. Hal itu akan membuat
cemar Quraisy di mata orang-orang Arab. Akhirnya Abu Sufyan memutuskan untuk mengirim Nu'aim
masuk ke Madinah. Nu'aim disuruhnya mengeluarkan kata-kata untuk menggertak kaum muslimin
dan melemahkan semangat mereka.

Walaupun demikian Abu Sufyan tetap memimpin pasukan sebesar 2000 orang. Mereka keluar dari
Mekkah tidak dengan semangat sebesar dulu ketika menyongsong Perang Uhud. Apalagi mereka juga
mendengar bahwa kaum muslimin telah menanti mereka di lembah badar dengan semangat tinggi.
Syaja'ah adalah keberanian. Orang yang disebut berani adalah orang yang tidak gentar menghadapi
bahaya dan menghindarkan bahaya yang lebih besar. Ia maju menghadapi kesulitan karena yakin
bahwa dibalik kesulitan itu akan lahir sebuah kebahagiaan.

KEMENANGAN

Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba di Zahran dan bermalam di Majannah, sebuah
pangkalan air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin berat. Ia memikirkan lagi akibat
perperangan dengan kaum muslimin. Ketakutan membayangi hatinya. Puncaknya Abu Sufyan
berusaha mencari alasan untuk pulang.

Abu Sufyan berkata kepada teman-temannya, "Saudara-saudara Quraisy, sebenarnya yang cocok buat
kita hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam musim kering. Saya sendiri mau
kembali pulang, maka dari itu pulang sajalah kamu sekalian."

Tidak ada yang menentang pendapat itu karena semua prajurit Mekah juga dilanda ketakutan yang
sama. Akhirnya pasukan Quraisy pun kembali pulang. Sementara itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin
terus-menerus menantikan mereka selama 8 hari.

Kesempatan itu digunakan kaum muslimin untuk berdagang. Perdagangan itu menghasilkan
keuntungan yang banyak. Kaum muslimin pun kembali ke Madinah dengan gembira, karena Allah
telah memberikan keberuntungan yang demikian besar.

"Berita mengejutkan, saudara-saudara!" seru seorang Arab pedalaman kepada orang-orang di


sukunya.

"Orang-orang Quraisy mengundurkan diri sebelum bertempur, sementara Muhammad dan para
sahabatnya menunggu mereka di Badar selama berhari-hari!"

Temannya berdiri dan meludah ke tanah,

"Pengecut! Padahal mereka telah memukul Muhammad di Uhud! Jika terus begini, kesudahan orang-
orang Mekkah sudah dapat diramalkan dari sekarang!"

Dengan demikian, Perang Badar terakhir itu benar-benar telah menghapus kemenangan Quraisy pada
perang Uhud. Tindakan pengecut Quraisy yang menarik diri sebelum tiba di tempat pertempuran telah
membuat nama mereka tercemar melebihi ketika mereka kalah pada Perang Badar pertama.

Sementara itu walaupun pasukannya mendapatkan kemenangan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap waspada.

Terbukti, tidak lama setelah itu terdengar berita bahwa pasukan Bani Ghafatan dari Najd tengah
berkumpul untuk menyerang Madinah dalam jumlah yang sangat besar.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 107

PERANG SOBEKAN KAIN

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan kepemimpinan Madinah kepada Abu Dzar Al-Ghifari, kemudian Beliau
berangkat bersama pasukannya secara diam-diam. Tujuannya menyergap musuh sebelum mereka
sempat mempersiapkan diri.

Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan perang itu."Waktu itu, setiap 6 orang dari kami bergantian menaiki
seekor unta. Kemudian telapak kaki pecah-pecah. Telapak kaki saya sendiri pecah dan kuku-kukunya
copot. Waktu itu, kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain, karena itu aku menyebut
peperangan ini dengan Dzatur Riqo atau sobekan kain.

Sejumlah 400 orang sahabat dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil melakukan serangan mendadak terhadap
kumpulan pasukan Bani Ghatafan di Nakhl. Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬menurunkan rasa takut di hati pasukan
musuh yang jumlahnya jauh lebih besar itu sehingga mereka lari pontang-panting tanpa bertempur
sama sekali. Harta dan kaum wanita ditinggalkan begitu saja untuk ditawan pasukan muslim.

Setelah kemenangan gemilang itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan
balik musuh. Dalam keadaan seperti itu Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin sahabatnya melakukan shalat khauf
(shalat dalam keadaan takut).

Satu kelompok berbaris bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, sedangkan kelompok yang lain menghadap musuh.
Kelompok pertama kemudian sholat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau berdiri tegak ketika kelompok
pertama menyempurnakan shalatnya. Setelah itu kelompok pertama tadi mundur dan berbaris
menghadapi musuh sedangkan kelompok kedua maju dan Rasulullah ‫ ﷺ‬mengimami mereka
meneruskan sholatnya yang belum selesai. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk sementara mereka
menyempurnakan shalat, kemudian mereka mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dalam pertempuran ini, dua orang sahabat, satu dari Muhajirin dan satu dari Anshar mendapat giliran
jaga malam, sedangkan saudara-saudara mereka yang lain beristirahat. Sahabat Muhajirin melakukan
salat malam dan terkena panah musuh, tetapi dicabutnya panah itu dengan tenang dan meneruskan
sholatnya. Demikian sampai tiga kali. Ketika sahabat Anshar itu mengetahuinya dia bertanya,

"Mengapa kamu tidak memberi tahu aku?"

"Engkau sedang membaca satu surat dan aku tidak ingin memutuskannya," jawab sahabat Muhajirin.

Sifat pengecut tidak akan kita temukan dalam kisah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya.

Jika menjadi pengecut, ilmu kita akan padam. Orang lain bahkan diri sendiri tidak akan mendapat
manfaatnya. Orang pengecut pekerjaannya akan sia-sia. Duduknya di bawah tidak berani di atas dia
hanya menjadi pengikut tidak berani diikuti.
BANI MUSTHALIQ

Setelah kemenangan pada Perang Badar kedua Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan para penyair muslim
untuk menyebarkan syiar Islam tentang kemenangan dan kegagalan pasukan Quraisy. Tidak hanya
sampai di situ para penyair itu juga mencela Abu Sufyan dan pasukannya.

Hal itu tidak dibiarkan oleh sekutu Quraisy yang paling kuat yaitu Bani Musthaliq. Bani musthaliq
adalah penguasa perdagangan. Mereka mempunyai banyak harta dan budak-budak kulit hitam, selain
itu mereka membiarkan orang-orang Quraisy menjadi pemimpin mereka karena orang-orang Quraisy-
lah yang tinggal di dekat Kabah tempat patung-patung Tuhan mereka diletakkan.

Bani musthaliq mengutus para penyairnya menemui Abu Sufyan untuk menghibur pemimpin Quraisy
itu. Para penyair melantunkan kata-kata cacian bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Al Haris
pemimpin Bani Musthaliq juga mengajak suku-suku di sekitar Bani Musthaliq untuk berkumpul
menyusun pasukan. Semua suku yang mendukungnya adalah mereka yang bertempat tinggal di tepi
laut merah.

Selanjutnya Bani Musthaliq maju sebagai komandan perang Pasukan gabungan itu. Bendera kini
diserahkan orang Quraisy kepada Al Haris. Dari kemampuan tempur Al Haris memang lebih pantas
menjadi Panglima dibandingkan Abu Sufyan. Di bawah kepemimpinannya semua persiapan pasukan
di lakukan dengan sungguh-sungguh.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa pasukan ini akan menyerang Madinah, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi
meninjau wilayah musuh untuk mengetahui tempat terbaik bagi kaum muslimin apabila harus
bertempur.

Setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya, Rasulullah ‫ﷺ‬ memutuskan untuk
menyambut pasukan musuh.

Yang menakjubkan adalah cara Rasulullah ‫ ﷺ‬menjinakkan hati Abdullah bin Ubay yang sebenarnya
sangat membenci kaum muslimin. Abdullah bin Ubay ditugasi pemimpin pasukan Anshor dari suku
Khazraj.

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengundi di antara istri-istrinya, Siapakah di antara mereka yang akan diajak
mengikuti pertempuran. Ternyata nama Aisyah yang keluar. Maka Aisyah bisa dinaikkan ke unta yang
khusus disediakan untuk beliau.

Penyair berperan penting dalam Perang urat syaraf. Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata kepada Hasan bin
Tsabit seorang penyair.

"Wahai Hasan, engkau berjuang melawan orang kafir dan Jibril selalu bersamamu. Ketika sahabatku
bertempur menggunakan senjata, engkau bertempur dengan kata-katamu."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 108

JUWAIRIYAH BINTI HARITS

Sejumlah 1500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk bergerak dengan cepat sehingga
musuh kesulitan mengetahui di mana pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Kemudian di sebuah tempat yang
memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬saat meninjau musuh, pasukan muslim menyerang
dengan kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi di Medan terbuka. Hujan panah jarak
jauh pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai, sehingga begitu pasukan utama muslim tiba,
dengan mudah mereka membuat kocar-kacir barisan musuh.

Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa unta,
kuda dan barang-barang lain dapat direbut. Al Haris komandan tertinggi musuh, jatuh tersungkur
dihantam panah. Putrinya ikut menjadi tawanan.

Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan. Putri Al Haris bernama Barrah menjadi bagian
seorang muslim yang miskin. Muslim ini menghendaki keluarga Barrah menebusnya dengan harta.
Namun Barrah sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Karena itu, Barrah menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
mengadu,

"Saya adalah Putri Al Haris pemimpin Bani Musthaliq. Lelaki yang menawan saya lebih menginginkan
harta daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah saya untuk memerdekakan diri saya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬Alaihi Wasallam berpikir dalam-dalam. Apabila Barrah dibebaskan dan kembali ke tengah
kaumnya, ia sangat mungkin akan membangkitkan kaumnya untuk membalas kekalahan mereka.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui dari wajah Barrah yang matanya memancarkan kecerdasan dan keberanian
bahwa ia bukan gadis biasa. Dia akan mampu menerjang berbagai rintangan.

"Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?" tanya Rasulullah.

"Apa itu?"

"Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan menikahimu."

Barras setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬, namanya menjadi Juwairiyah. Kini
Bani Musthaliq sekutu dekat orang quraisy, menjadi sekutu dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬berkat pernikahan ini.
Mereka merasa terhormat tuan putrinya menjadi istri Rasulullah. Setelah itu, banyaklah kaum Bani
Musthaliq yang memeluk Islam. Subhanallah.

HASUTAN ABDULLAH BIN UBAY

Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan muslim kembali berbaris pulang ke Madinah. Di
Telaga Al Muraisy mereka singgah sebentar untuk beristirahat dan memberi minum ternak. Di tempat
itu terjadi pertengkaran antara pelayan Umar bin Khattab bernama Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan
Sinan bin Webr Al Jasni. Keduanya saling bertengkar hebat sampai Sinan berteriak memanggil
kaumnya,
"Wahai kaum Anshar!"

Jahjah pun membalas dengan teriakan,

"Wahai kaum Muhajirin!"

Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin Ubay, Dengan berang, Abdullah bin Ubay
berkata kepada orang-orang munafik yang mengelilinginya,

"Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli kita di negeri kita sendiri. Demi Allah antara
kita dan orang-orang Quraisy ini (Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muhajirin adalah suku Quraisy) tak ubahnya
seperti yang dikatakan orang, "Gemukkan anjingmu agar menerkammu!" Demi Allah, jika kita telah
sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina (Muhajirin)!"

Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat berbahaya ini lalu ia cepat-cepat melaporkan hal itu
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Mendengar itu Umar bin Khattab yang berada di samping Rasulullah berkata,

"Wahai Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr untuk membunuh Abdullah bin Ubay!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,

"Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara bahwa Muhammad telah membunuh salah
seorang sahabatnya? tidak aku tidak akan membunuhnya!"

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengeluarkan perintah agar kaum muslimin segera berangkat. Walau
dengan keheranan karena belum cukup beristirahat pada hari sepanas itu, kaum muslimin segera
mengikuti perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin berjalan terus melampaui malam sampai keesokan harinya.
Ketika Rasulullah memerintahkan pasukannya berhenti untuk beristirahat semua orang jatuh tertidur
karena begitu lelah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sengaja mengajak pasukannya berjalan terus sehari semalam agar kelelahan, ini akan
membuat semua orang melupakan hasutan Abdullah bin Ubay yang mengatakan bahwa nanti di
Madinah orang Anshar akan mengusir kaum Muhajirin.

SURAT AL MUNAFIQUN

Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun,

َُ‫ل ِم ْنهَا ْاْلَعَزُ لَي ُْخ ِرجَ نَُ ا ْل َمدِي َن ُِة إِلَى رَ جَ عْ َنا لَئِنُْ َيقُولُون‬
َُ ‫لِل ۚ ْاْلَ َذ‬
َُِ ِ َ‫ل ا ْل ُم َنافِقِينَُ َولَكِنَُ َولِ ْلم ُْؤ ِمنِينَُ َوُلِرَ سُولِ ُِه ا ْلع َِزُةُ و‬
ُ َ َُ‫َيعْ لَمُون‬
Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-
Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Surah Al-Munafiqun (63:8)


KISAH RASULULLAH

BAGIAN 109

Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah

"Ya, Rasulullah," panggil Abdullah,

"Saya dengar Tuan ingin membunuh ayahku. Jika benar Tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku.
Aku bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak ada orang dari suku Khazraj yang
dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku takut engkau akan memerintahkan
orang selain aku untuk membunuhnya sehingga jiwaku tidak tahan melihat pembunuh ayahku
berjalan di tengah masyarakat, lalu aku membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang
mukmin karena seorang kafir sehingga aku menjadi penghuni neraka."

Akan tetapi, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih tinggal
bersama kita."

Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat,
seketika itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya.

Melihat keadaan itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab,

"Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar? Demi Allah, seandainya engkau membunuhnya
pada hari kau katakan kepadaku, 'Bunuhlah dia' niscaya orang-orang akan ribut. Namun, seandainya
aku perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan membunuhnya juga?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya demikian karena saat itu lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis
kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia sudah sama sekali tidak berdaya.

Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih besar berkahnya daripada
pendapatku."

BUNDA AISYAH KEHILANGAN KALUNG

Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa
yang mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Kejadian ini mengenai istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang ikut
dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah.

PENUTURAN AISYAH

kejadian ini, setelah selesai peperangan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas pulang dan memerintahkan orang-
orang agar segera berangkat pada malam hari. Pada saat semua orang sedang berkemas-kemas
hendak berangkat aku keluar untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung
dengan rombongan. Pada saat itu kuraba raba kalung di leher ku, ternyata sudah tak ada lagi.
Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku mau buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga
dapat ku temukan.

Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta
tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam haudaj
(rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan.

Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali
tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena itu mereka segera memegang tali
kekang lalu mulai berangkat!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku jumpai seorang pun yang masih tinggal. Semua
telah berangkat.

Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir pada saat mereka mencari-cari
aku tentu mereka akan kembali ke tempatku.

Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas
di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku.
Ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku,
Ia berucap,

"Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah?" Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku tetap
menutup diriku dengan jilbabku.

"Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan dari nya
kecuali ucapan innalillahi wa innailaihi roojiun itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku
menaiki unta itu ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh
Dhahirah tempat pasukan turun beristirahat."

Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin
Salul."

AISYAH JATUH SAKIT

"Lihat Mengapa istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama orang yang bukan
muhrimnya?" seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata saling menyukai?"

Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat.
Kali ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-orang lain. Aisyah sendiri
tidak mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau jatuh sakit begitu tiba di Madinah.

Aisyah menuturkan,

"Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah
banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu
mengenainya. Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ‫ ﷺ‬yang biasa ku rasakan ketika
aku sakit. Beliau ‫ ﷺ‬hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya,

"Bagaimana keadaanmu?"
Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama ummy Masthah untuk membuang hajat.
Waktu itu kami belum membuat kakus. Pada saat kami pulang tiba-tiba kaki ummu Masthah terantuk
hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka si Masthah!"

Ia pun ku tegur,

"Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam
Perang Badar!"

Ummu Masthah bertanya,

"Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?"

Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah....

Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabatnya tentang Aisyah

"Wahai Rasulullah, Para istrimu adalah keluargamu kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali
kebaikan," jawab para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Bariroh pelayan perempuan bunda Aisyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,

"Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?"

Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang sangat
baik, akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri di atas mimbar.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 110

RASULULLAH PUN TERGANGGU

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari laki-laki yang telah menyakiti keluargaku
(dengan menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang
baik. Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu telah menyebut nama
seorang laki-laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu kecuali sebagai orang yang baik."

Berita bohong tersebut telah menyakiti hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan keluarganya. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬
datang mengunjungi Aisyah yang saat itu memang sedang dirawat di rumah orangtuanya.

Aisyah menuturkan. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke rumahku. Saat itu Ayah Ibuku berada di rumah.
Ayah Ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan hatiku. Sejak tersiar berita bohong
itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah duduk di sisiku. Selama sebulan dia tidak mendapatkan wahyu tentang
diriku. Ketika duduk Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca puji syukur ke hadirat Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬lalu bersabda,

"Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau
tidak bersalah Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa
minta ampun kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan bertobatlah kepada Nya."

Selesai Rasulullah ‫ ﷺ‬mengucapkan itu, tanpa kurasakan, air mataku bertambah bercucuran. Kemudian
aku katakan kepada Ayahku,

"Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenai diriku."

Ayahku menjawab,

"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Aku katakan pula kepada Ibuku,

"Ibuku berilah jawaban mengenai diriku"

Dia pun menjawab,

"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Lalu aku berkata,

"Demi Allah Sesungguhnya kalian telah mendengarkan itu, sehingga kalian telah membenarkannya.
Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak
bersalah. Pasti kalian akan membenarkan aku. Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk
diriku dan kalian, kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, "Sebaiknya aku
bersabar kepada Allah sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan."

Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika putrinya difitnah. Dia berkata,
"Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan semacam ini pada masa jahiliyah, padahal
ketika itu orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa memancarkan sinar Kemuliaan
Islam orang-orang mengabarkan berita bohong seperti ini kepada keluarga kita!"

FIRMAN ALLAH

Setelah itu Aisyah berbaring di atas tempat tidur, ia dalam keadaan lemah. Saat itu mendadak
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga terkulai lemah karena Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬sedang menurunkan firmannya. Keringat
beliau bercucuran karena beratnya Wahyu yang diturunkan,

َُ‫ل ۚ ِم ْن ُك ُْم عُصْ بَةُ ِب ْاْلِ ْفكُِ جَ اءُوا الَذِينَُ إِن‬ ُْ ‫ِك ْبرَ ُهُ َت َولَىُ َوالَذِي ۚ ْاْلِ ْث ُِم مِنَُ ا ْك َت َسبَُ مَا ِم ْن ُه ُْم ام ِْرئُ لِ ُكلُ ۚ لَ ُك ُْم َخيْرُ هُوَُ َب‬
ُ َ ُ‫ل ۚ لَ ُك ُْم َشرا َتحْ َسبُوُه‬
‫عَظِ يمُ َع َذابُ لَ ُُه ِم ْن ُه ُْم‬
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-
tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang
besar."

Surah An-Nur (24:11)

ُ‫ات ا ْلم ُْؤ ِم ُنونَُ َظنَُ َسمِعْ ُتمُوُهُ إِ ُْذ لَ ْو َل‬


ُُ ‫مُبِينُ إ ِ ْفكُ َه َذا َو َقالُوا َخيْرا بِأ َ ْنفُسِ ِه ُْم َوا ْلم ُْؤ ِم َن‬
"Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita
bohong yang nyata."

Surah An-Nur (24:12)


ُ ۚ ‫ك ِبالش َهدَا ُِء يَأْ ُتوا لَ ُْم َفإُِْذ‬
ُ‫ش َهدَا َُء ِبأَرْ َب َع ُِة َعلَ ْي ُِه جَ اءُوا لَ ْو َل‬ َُ ِ‫ّللا ِع ْن َُد َفأُولَئ‬
َُِ ‫ا ْل َكا ِذبُونَُ ُه ُُم‬
"Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu?
Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang
yang dusta."

Surah An-Nur (24:13)

ُ‫ل َولَ ْو َل‬ َُ ‫عَظِ يمُ َع َذابُ فِي ُِه أَ َفضْ ُت ُْم مَا فِي لَ َم َس ُك ُْم َو ْاْلخِرَ ُِة الدُ ْنيَا فِي َورَ حْ َم ُت ُُه َعلَ ْي ُك ُْم‬
ُُ ْ‫ّللاِ َفض‬
"Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat,
niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu."

Surah An-Nur (24:14)

ُ‫ّللا ِع ْن َُد َوهُوَُ هَينا َو َتحْ َسبُو َن ُُه ِع ْلمُ بِ ُِه لَ ُك ُْم لَيْسَُ مَا بِأ َ ْف َوا ِه ُك ُْم َو َتقُولُونَُ بِأ َ ْلسِ َنتِ ُك ُْم َتلَ َق ْو َن ُُه إِ ْذ‬
َُِ ُ‫َعظِ يم‬
"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."

Surah An-Nur (24:15)

ُ‫ك ِب َه َُذا َن َت َكلَ َُم أَنُْ لَ َنا َي ُكونُُ مَا قُ ْل ُت ُْم َسمِعْ ُتمُوُهُ إُِْذ َولَ ْو َل‬
َُ ‫َعظِ يمُ ُب ْه َتانُ َه َذا ُس ْبحَ ا َن‬
"Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas
bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar."

Surah An-Nur (24:16)


ُ ‫ّللا ُ َُيع‬
ُ‫ِظ ُك ُم‬ َُ ُْ‫م ُْؤ ِمنِينَُ ُك ْن ُت ُْم إِنُْ أَبَدا لِم ِْثلِ ُِه َتعُو ُدوا أَن‬
"Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya,
jika kamu orang-orang yang beriman."

Surah An-Nur (24:17)

َُ ‫ت لَ ُك ُُم‬
ُُ‫ّللا ُ َو ُيبَين‬ َُ ‫حَ كِيمُ َعلِيمُ َو‬
ُِ ‫ّللا ُ ۚ ْاْليَا‬
"dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana."

Surah An-Nur (24:18)

َُ‫ح َش ُُة َتشِ يعَُ أَنُْ ُيحِبونَُ الَذِينَُ إِن‬


ِ ‫ّللا ُ ۚ َو ْاْلخِرَ ُِة الد ْنيَا فِي أَلِيمُ َع َذابُ لَ ُه ُْم آ َم ُنوا الَذِينَُ فِي ا ْل َفا‬
َُ ‫ل َوأَ ْن ُت ُْم َيعْ لَ ُُم َو‬
ُ َ َُ‫َتعْ لَمُون‬
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui."

Surah An-Nur (24:19)

ُ‫ل َولَ ْو َل‬ َُ ‫ّللا َوأَنَُ َورَ حْ َم ُت ُُه َعلَ ْي ُك ُْم‬


ُُ ْ‫ّللاِ َفض‬ ََُ ُ‫رَ حِيمُ رَ ءُوف‬
"Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha
Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)."

Surah An-Nur (24:20)

‫ل آ َم ُنوا الَذِينَُ أَيهَا يَا‬


ُ َ ‫ت َت َت ِبعُوا‬ ُ ‫ان ُخ‬
ُِ ‫ط َوا‬ ُِ ‫ت َي َت ِبعُْ َومَنُْ ۚ ال َش ْي َط‬
ُِ ‫ط َوا‬ ُِ ‫ل ۚ َوا ْل ُم ْن َك ُِر ِبا ْل َفحْ َشا ُِء يَأْ ُم ُُر َفإِ َن ُُه ال َش ْي َط‬
ُ ‫ان ُخ‬ ُ َ ُْ‫ل َولَو‬ َُِ ‫َورَ حْ َم ُت ُُه َعلَ ْي ُك ُْم‬
ُُ ْ‫ّللا َفض‬
َ َ ُ ْ َ َ
‫ّللا َولكِنَُ أبَدا أحَ دُ مِنُْ ِمنك ُْم زكىُ مَا‬ َ َ َ َ
َُ ‫ّللا ُ ۚ َيشا ُُء مَنُْ يُزكي‬ َ
ُ ‫َعلِيمُ َسمِيعُ َو‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa
yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada
kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Surah An-Nur (24:21)

Setelah menerima wahyu Rasulullah ‫ ﷺ‬memandang Aisyah dengan tersenyum sambil bersabda,
"Bergembiralah, ya Aisyah Sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 111

Ibu Aisyah berkata,

"Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, Sebab aku
tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku."

Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan kemiskinannya.
Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata,

"Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah."

ALLAH BERFIRMAN

ُ‫ل َو َل‬ ُِ ‫ل أُولُو يَأْ َت‬


ُِ ْ‫ج ِرينَُ َوا ْل َُمسَاكِينَُ ا ْلقُرْ بَىُ أُولِي ي ُْؤ ُتوا أَنُْ َوال َس َع ُِة ِم ْن ُك ُْم ا ْل َفض‬
ِ ‫يل فِي َوا ْل ُمهَا‬ ُ َ َ‫أَنُْ ُتحِبونَُ أ‬
َُ ۚ ‫ل ۚ وَ ْل َيصْ َفحُوا َو ْل َيعْ فُوا‬
ُِ ‫ّللاِ س َِب‬
َُ ‫ّللا ُ ۚ لَ ُك ُْم‬
َُ‫ّللا ُ ي َْغفِر‬ َُ ‫رَ حِيمُ َغفُورُ َو‬
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah
bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin
dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang,"

Surah An-Nur (24:22)

Mendengar firman ini Abu Bakar berkata,

"Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah."

Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara itu Rasulullah ‫ ﷺ‬segera membacakan firman
Allah ‫ ﷺ‬itu kepada kaum muslimin.

Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum
hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan.

YAHUDI MENGHASUT

Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin
adalah orang Yahudi.

Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang
baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para Yahudi ini adalah
menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah.
Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy.

"Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah," kata para pemuka
Yahudi.

"Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah" tanya seorang Pembesar
Quraisy.

Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang
mereka akan bergabung dengan tuan-tuan."

Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan mereka dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dimulai karena
ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan melarang bersujud pada berhala.

Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah ‫ ?ﷺ‬Orang Quraisy ingin
mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam.

"Tuan-tuan Yahudi,"

"Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim.
Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah berhala atau agama
Muhammad?"

Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih baik karena orang Yahudi juga
menyembah Allah ‫ﷺ‬. Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang Yahudi
Bani Nadhir menjawab,

"Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia,"

Allah ‫ ﷺ‬menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan orang Yahudi
itu.

ُ‫ب مِنَُ َنصِ يبا أُو ُتوا الَذِينَُ إِلَى َترَُ أَلَ ْم‬
ُِ ‫ت ي ُْؤ ِم ُنونَُ ا ْل ِك َتا‬ ِ ‫ت بِا ْل‬
ُِ ‫ج ْب‬ َ ‫سَبِيلُ آ َم ُنوا الَذِينَُ مِنَُ أَهْ َدىُ َهؤُ َل ُِء َك َفرُوا لِلَذِينَُ َو َيقُولُونَُ َو‬
ُِ ‫الطا ُغو‬
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka
itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman."

Surah An-Nisa' (4:51)

َ ‫ّللا ُ لَ َع َن ُه ُُم الَذِينَُ أُولَ ِئ‬


ُ‫ك‬ َُ ۚ ُْ‫َن َومَن‬ َُ ُْ‫ج َُد َفلَن‬
ُِ ‫ّللا ُ َي ْلع‬ ِ ‫َنصِ يرا لَ ُُه َت‬
"Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali
tidak akan memperoleh penolong baginya."

Surah An-Nisa' (4:52)


PASUKAN AHZAB

Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta
semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. Orang-orang Yahudi ini sangat
aktif menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan menjanjikan bahwa kali ini
pasukan muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-akarnya.

Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000 orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab
yang memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah orang-orang Quraisy, selebihnya
adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan lain-lain.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 112

Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah tiba di
Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain.

Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian
pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.

"Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan.

"Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi
Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat yang jauh!"

Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh
kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka.

Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke luar kota
seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu
yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang dengan barisan berkuda dan unta
tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus
bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh
sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah yang akan
dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak dan orang orang tua akan
menambah beban pasukan yang bertahan.

Seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya menemukan jawabannya.

MENGGALI PARIT

"Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul.

"Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami."

Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera
diterima oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah.
Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta.
Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang Parit atau perang Ahzab atau Perang
sekutu.

Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan persekutuan
beberapa Kabilah Arab.

Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan parit
ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini,
semua orang pun bekerja keras.
Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ‫ ﷺ‬ikut bekerja, seorang
sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: 'Pada waktu perang Ahzab Saya melihat Rasulullah ‫ﷺ‬
menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu
lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.'

Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-
orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.'

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat,
maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.'

Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa
dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor,

"Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit."

"Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang keras itu
pun hancur seperti pasir.

Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ‫ ﷺ‬penglihatan tentang masa depan kaum muslimin.

ROTI DAN KURMA

Setelah pukulan pertama Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci Syam. Demi
Allah aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini."

Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai sebagiannya
hancur menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat
putih."

"Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur
menjadi pasir. Beliau pun bersabda,

"Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu
gerbang Shan'a."

Di kemudian hari, setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan
Islam.

Saat menggali Rasulullah ‫ ﷺ‬mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para
sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya.

"Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

"Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing."

Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke dalam
pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata,
"Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang
sahabatmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, " berapa banyakkah makanan itu?"

Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku
dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana,"

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. "Wahai para penggali parit
mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar.

Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh
orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa.

Pada saat lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 113

SERANGAN GENCAR

Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja menampakkan
diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke
rumah masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬jika
mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada penggalian.

Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-
orang munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka langsung
berprasangka buruk kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati,

"Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya."

Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya untuk
diseberangi.

Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang sempit
untuk dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan
orang Arab melakukan strategi seaneh ini.

Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani
anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit.

Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin
Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke
parit dan berhasil sampai ke seberang.

Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi
Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka
berputar-putar dan suara denting pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik
nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis.

Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil mendesak para
prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang.

Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim.

Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati.

PENGKHIANATAN YAHUDI

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah:

Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.

Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah.

Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut.
Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah
Huyay menggedor berkali-kali.

"Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka. Semuanya sudah
berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para
pengikutnya."

Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab,

"Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan
sosok orang yang jujur dan menepati janji!"

Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk
mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan
anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit.

Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah
melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah
segera memberi tahu Hasan bin Tsabit,

"Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia akan
menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!"

"Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh," jawab Hasan

Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai
mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang
mereka kira dijaga dengan kuat.

Apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah
berniat menikam dari belakang?

Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus
dan Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka
akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad
‫ ﷺ‬dan mentertawakan ajaran beliau.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 114

KAUM MUSLIMIN SANGAT TERKEJUT

Tentu saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya terkejut setelah mendengar Yahudi Bani Quraizhah telah
membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu harus
membagi pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini benar-benar memberatkan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Saad bin Muadz pemimpin suku Aus yang pernah menjadi sekutu sekaligus
pelindung bani Quraizhah ditemani Sa'ad bin Ubadah pemimpin suku Khazraj dan beberapa orang
sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta mereka mengecek keadaan bani Quraizhah.

Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah yang telah mengurung diri dalam benteng
mereka. Saad bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang berisi saling bantu antara
kaum muslimin dan bani Quraizhah.

"Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan tidak ada perjanjian apa-apa," jawab bani
Quraizhah kepada Saad bin Muadz

Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap risiko yang akan mereka hadapi karena
membelot dari perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka agar tetap mau menjadi
sekutu dengan segala kejujuran sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap menjaga hak kedua
belah pihak agar tidak mengecewakan Rasulullah ‫ ﷺ‬pada saat-saat sulit seperti ini.

Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan menghina. Saad bin Muadz marah sekali sampai
terjadi perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah. Akhirnya Saad dan para sahabat yang
lain pulang dengan hati kesal.

"Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani hanya akan menambah ramai pertengkaran
antara kita dan mereka," hibur Sa'ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz.

Saad bin Muadz menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan melapor,

"Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal dan
Qarah."

Mendengar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!"

Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37 tahun Ia pergi menemui Syahidnya. Hari-hari
keislaman sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya gemilang dalam berbakti kepada Allah ‫ﷺ‬
dan rasulnya ‫ﷺ‬.

SUARA KAUM MUNAFIK

Kata-kata hiburan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penuh semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh orang-
orang munafik dan mereka yang lemah Iman.
Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir seluruh sahabat dilanda kecemasan. Al-Qur'an
melukiskan bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji dengan guncangan yang amat
dahsyat sampai-sampai tidak tetap lagi penglihatan mereka. Terasa sesak naik sampai ke tenggorokan
dan mereka menyangka bermacam-macam terhadap Allah. Akan tetapi bagaimanapun keadaannya
orang yang imannya kuat tidak beranjak dari sisi Rasulullah ‫ﷺ‬.

Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka berkata,

"Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat kita akan merebut kekayaan Kaisar Persia
dan Romawi. Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita merasa aman, bahkan untuk sekedar
pergi ke jamban."

Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar,

"Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak berpenghuni. Ijinkanlah kami keluar dari barisan
tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena rumah kami terletak di luar Madinah."

Para sahabat setia menjadi marah,

"Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah, ijinkanlah kami memenggal leher-leher


mereka!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak ingin memaksa seseorang untuk bertempur. Beliau mengijinkan orang-orang lemah
iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang mampu menghadapi bahaya dan benar-benar
menginginkan mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan pasukan. Orang-orang lemah iman
justru akan menularkan rasa takutnya kepada banyak orang.

Dan penilaian Rasulullah ‫ ﷺ‬ini tepat sekali. Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan tempur
yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk bertempur dan berjuang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan wahyu Allah ‫ ﷺ‬bahwa, jika orang melarikan diri dari kematian, seandainya
pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar saja. Tak layak seorang lari dari bencana,
padahal bencana itu datang atas izin Allah ‫ ﷺ‬dan Allah ‫ ﷺ‬-lah yang satu-satunya sumber pertolongan
dan perlindungan.

PASUKAN QURAISY MULAI PUTUS ASA

Rasulullah ‫ ﷺ‬merancang suatu strategi baru. Beliau ingin menawarkan kepada pasukan Ghathafan
sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau kembali pulang. Tidak ragu lagi. Orang
Ghathafan pasti akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan musuh yang tersisa tinggal 4
ribu prajurit Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat terlebih dahulu kepada Saad bin Muadz dan Sa'ad bin Ubadah sebagai
pemimpin penduduk asli Madinah.

"Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami pasti tunduk dan patuh" demikian jawab
keduanya,

"namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat. Dulu orang Ghathafan tak pernah merasakan
kurma Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang jamuan padahal waktu itu kami
semua masih musyrik. Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami dengan Islam kami harus
menyerahkan harta kami seperti itu? Demi Allah kami tidak akan memberikan sesuatu kepada mereka
kecuali tebasan Pedang."

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk setuju,

"ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat orang-orang Arab menyerang kita dengan panah."

Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar prajuritnya tidak menampakkan diri


kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin Mu'adz terkena panah hingga menembus urat
tangannya. Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang pendek.

Doa Saad pada waktu itu adalah,

"Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat mencintai Jihad melawan orang-orang yang
mendustakan Rasulullah dan mengusirnya.

Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah
sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau semata."

Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir kehilangan akal untuk menerobos parit
mencoba kembali menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal.
Pasukan muslim menebarkan hujan panah. Dalam gelap Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil memanah Ikrimah
sehingga pasukan musuh terperosok dan kembali mundur.

Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang isinya menuduh Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai pengecut,
Abu Sufyan menantang muslimin untuk bertempur di lapangan terbuka.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan membalas surat itu. Isinya mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini
beliau memang akan keluar menemui mereka untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di Mekah.
Pada hari-hari ini kesabaran memang menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 115

RASULULLAH ‫ ﷺ‬MENGUTUS NU'AIM BIN MAS'UD

Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Nu'aim bin Mas'ud yang baru saja masuk
Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh. Pada masa jahiliyah Nu'aim sangat erat bersahabat
dengan bani Quraizhah dan Ghathafan.

"Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak mengetahui keislaman saya. Karena itulah silahkan
kalau mau berbuat apa saja yang engkau inginkan terhadap diri saya," kata Nu'aim.

Rosululloh ‫ ﷺ‬menjelaskan rencananya kepada Nu'aim, setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Laksanakanlah rencana ini, Nu'aim karena suatu pertempuran itu memang penuh tipu daya."

Apa yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah strategi yang luar biasa untuk memecah-belah musuh. Atas
perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, Nu'aim pergi menemui bani Quraizhah. Nu'aim berkata,

"Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai kalian,"

"Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-mu," jawab bani Quraizhah.

Nu'aim melanjutkan,

"Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak sama dengan kalian sebab ini adalah negeri
kalian. Di sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri kalian. Sementara itu harta dan istri-istri orang
Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing.

Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama. Orang Quraisy dan Ghathafan mulai kehabisan
bekal. Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus karena rumput di sekitar Madinah telah
menggundul. Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian akan ditinggalkan sendiri untuk
menghadapi Muhammad dan pengikutnya.

Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad? Bukankah kalian mengetahui bahwa
Muhammad itu sangat jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika kalian dalam kesulitan seperti
yang tertera dalam perjanjian di antara kalian dan Muhammad.

Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu
menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian dan mereka saling berhadapan langsung."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya orang Yahudi itu bingung.

"Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan. Dengan demikian keduanya tidak akan pulang
melainkan bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh menyerang sebelum sandera-
sandera dari pihak Ahzab ada di tangan kalian," jawab Nu'aim bin Mashud.

Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka sangat baik ini.
MUSUH TERPECAH BELAH

Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya, ia pergi ke perkemahan bani Ghathafan yang
juga sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata,

"Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah memusuhi Muhammad. Mereka enggan
meneruskan pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan berpura-pura meminta sandera
kepada kalian, padahal sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad, agar Muhammad
memaafkan perbuatan mereka."

Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi ragu-ragu terhadap bani Quraizhah. Abu
Sufyan pun menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah.

"Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengepung Muhammad. Menurut hemat kami,
besok kalian harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami akan menyusul."

"Besok hari Sabtu," tulis Kaab. "Pada hari Sabtu kami tidak dapat berperang atau bekerja apa pun."

"Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu besok," geram Abu Sufyan dalam surat balasannya.

"Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami sudah mulai menyerang Muhammad
sedang kamu tidak turut serta dengan kami, persekutuan kita dengan sendirinya bubar dan kamulah
yang akan kami serbu lebih dahulu sebelum Muhammad!"

Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada hari Sabtu. Mereka mengulangi jawaban itu
dengan tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat kemurkaan Tuhan karena telah melanggar
hari Sabtu, sehingga berubah menjadi monyet dan babi.

Kemudian bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab untuk ditahan di benteng mereka
agar yakin bahwa orang Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu saja.

Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang dikatakan Nu'aim benar. Keraguan besar
segera melanda pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang dari belakang, mereka terpaksa
harus menyerang dari depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan diseberangi dengan cara
bagaimanapun.

Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera. Yakinlah bani Quraizhah bahwa mereka akan
ditinggalkan.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 116

TOPAN

Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-hentinya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa siang dan malam
merendahkan diri kepada Allah ‫ ﷺ‬memohon agar pasukan Ahzab dikalahkan dan diguncangkan.

Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah dan sekitarnya. Kaum muslimin segera
berlindung dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk tulang. Pada saat itu, Rasulullah ‫ﷺ‬
berseru mengalahkan deru angin,

"Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepada ku, mudah-mudahan
Allah menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!"

Semua sahabat terdiam. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi seruannya sampai tiga kali, Namun semua sahabat
dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berseru,

"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkan kepadaku!"

Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apa pun."

Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan dengan susah payah melawan angin.

Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram
kematian, hingga tiba di markas musuh.

Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Aku segera memasang anak
panah pada busur ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ‫ﷺ‬, "Janganlah engkau melakukan tindakan
apapun!" Kalau aku panah pasti akan kena pahanya.

Pada saat itu, angin dan tentara Allah ‫ ﷺ‬sudah mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali,
memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit dan berkata,

"Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya."

Aku segera memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu bertanya,

"Siapakah Anda?" Dia menjawab, "Fulan bin Fulan" Selanjutnya Abu Sufyan berkata,

"Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya kalian tidak tinggal di tempat yang layak.
Kuda unta dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah mengkhianati janjinya kepada kita.
Badai ini membuat peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat menyalakan api, dan tidak satu tenda
pun yang berdiri tegak. Oleh karena itu, pulanglah kalian. Aku sendiri juga akan pulang."
BERGERAK KE BANI QURAIZHAH

Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan apa yang dilihatnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa digunakan untuk sholat. Hudzaifah pun tertidur
sampai pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ‫ ﷺ‬membangunkan Hudzaifah.

"Bangun, wahai tukang tidur!"

Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa jam lalu dipenuhi ribuan musuh
bersenjata lengkap itu, kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain yang berserakan di sana-
sini.

Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah.

Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong hambanya dan memberi kekuatan kepada
tentaranya. Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya sendiri. Orang-orang Quraisy
tidak akan pernah lagi menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan memerangi mereka. Kalian yang
akan memasuki Mekah, lalu menghancurkan patung patung nya."

Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan diliputi rasa syukur dan
bangga dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan yang teramat berat. Sejak saat itu
mereka yakin dakwah mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati dan di tunggu-tunggu
kedatangannya.

Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani Quraizhah. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan
kaum muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan bani Quraizhah. Dengan ketaatan
yang mengagumkan, kaum muslimin yang sudah sangat lelah dalam perang Ahzab itu mengikuti
perintah tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan bendera kepada Ali bin Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di depan benteng
bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi mencaci-maki Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan hendak
mencemarkan nama istri-istri beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menampakkan diri dan mendadak semua cacian itu berhenti.

"Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu, bukan? Allah sudah menurunkan murkanya
kepada kamu sekalian bukan?" Demikian seru Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari terus menerus.


KISAH RASULULLAH

BAGIAN 117

KEPUTUSAN SAAD BIN MUADZ

Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim utusan. Mereka ingin kepungan dihentikan
agar mereka bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya sebab
pengkhianatan bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua suku Yahudi itu. Akhirnya bani
Quraizhah pun menyerah tanpa syarat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬setuju untuk mengangkat Saad bin Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan hukuman
kepada bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini sangat adil dan murah hati karena Saad bin Muadz
dan suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani Quraizhah seperti halnya persahabatan
Khazraj dengan bani Qainuqa.

Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan itu, Baik kaum muslimin maupun bani
Quraizhah menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad bin Muadz.

Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib wanita yang dengan sukarela mengobati para
prajurit muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta dengan tangan terbalut dan menuju ke
perkampungan bani Quraizhah.

Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan diputuskannya. Saad teringat betapa baiknya
perlakuan Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang Yahudi, beliau senantiasa mengingatkan para sahabatnya agar
berbuat baik kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi dengan tipu daya, kelicikan,
kerusakan ekonomi dan penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka akan berlaku seperti halnya bani Nadhir dan
bani Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah kedatangan pasukan Ahzab akibat
hasutan Huyay bin Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang pertolongan Allah ‫ ﷺ‬kemungkinan
besar kaum muslimin dari wanita hingga anak-anak akan musnah dibantai oleh musuh.

Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin Muadz berkata,

"Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani Quraizhah, membagi harta benda mereka serta
menawan anak-anak dan kaum wanitanya."

Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum Muslimin kembali ke Madinah dalam keadaan yang
amat disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab sampai ke pelosok Jazirah.

PERINTAH BERJILBAB

Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum wanita. Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus, kebanyakan
hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina
dengan hewan jantan.

Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa mempertontonkan diri untuk memamerkan
kecantikan dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain selain suaminya. Wanita-wanita
seperti itu biasa bertukar pandang dan saling melontarkan kata-kata pujian yang manis kepada kaum
lelaki.
Wahyu yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatur hubungan antara wanita dan pria menjadi hubungan yang
saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh kasih sayang. Hak dan kewajiban wanita
serta laki-laki sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki diberi kelebihan dalam beberapa
hal.

Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang Yahudi dan munafik membuat Rasulullah ‫ﷺ‬
berpikir sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya para Muslimah menutup auratnya, tentu
mereka akan lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri telah lebih dahulu memberi contoh dengan
memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir) jika ada tamu yang datang ke rumah beliau ‫ﷺ‬.

Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah ‫ﷺ‬,

َُ‫ت ا ْلم ُْؤ ِمنِينَُ ي ُْؤ ُذونَُ َوالَذِين‬ ُِ ‫م ُِبينا َوإِ ْثما ُب ْه َتانا احْ َت َملُوا َف َق ُِد ا ْك َت َسبُوا مَا بِ َغي‬
ُِ ‫ْر َوا ْلم ُْؤ ِم َنا‬
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."

Surah Al-Ahzab (33:58)

‫ل ال َن ِبيُ أَيهَا يَا‬


ُْ ُ‫ك ق‬ ِ ‫ك ِْلَ ْز َوا‬
َُ ‫ج‬ َُ ِ‫ل يُعْ رَ ْفنَُ أَنُْ أَ ْد َنىُ َذل‬
َُ ِ‫ك ۚ جَ َل ِب ِيب ِهنَُ مِنُْ َعلَي ِْهنَُ ي ُْدنِينَُ ا ْلم ُْؤ ِمنِينَُ َونِسَا ُِء َو َب َنات‬ َُ ‫رَ حِيما َغفُورا‬
َُ ‫ّللا ُ َو َكانَُ ۚ ي ُْؤ َذيْنَُ َف‬
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."

Surah Al-Ahzab (33:59)

ُْ‫وب ِه ُْم فِي َوالَذِينَُ ا ْل ُم َنافِقُونَُ َي ْن َت ُِه لَ ُْم لَئِن‬


ِ ُ ‫جفُونَُ مَرَ ضُ قُل‬ َُ ‫ل ُث َُم ِب ِه ُْم لَ ُن ْغ ِر َي َن‬
ِ ْ‫ك ا ْل َمدِي َن ُِة فِي َوا ْلمُر‬ َُ ‫ك‬
َُ ‫اورُو َن‬ َُ ِ‫َقلِيلُ إ‬
ِ َ‫ل فِيهَا ُيج‬
"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya
dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami
perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di
Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar,"

Surah Al-Ahzab (33:60)

َُ‫َت ْقتِيلُ وَ قُتُل ُوا أُخ ُِذوا ُثقِفُوا أَ ْي َنمَا ۚ َم ْلعُونِين‬


"dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan
sehebat-hebatnya."

Surah Al-Ahzab (33:61)


َُِ ‫ل مِنُْ َخلَ ْوا الَذِينَُ فِي‬
ُ‫ّللا ُس َن َة‬ ُُ ‫ج َُد َولَنُْ ۚ َق ْب‬ َُِ ُ‫َت ْبدِيل‬
ِ ‫ّللا لِ ُس َن ُِة َت‬
"Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu
sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah."

Surah Al-Ahzab (33:62)


KISAH RASULULLAH

BAGIAN 118

Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah mengenakan jilbab yang menutup dada,

ُ‫َار ِه ُْم مِنُْ َي ُغضوا لِ ْلم ُْؤ ِمنِينَُ قُ ْل‬ َ ُ َُ ِ‫ّللا إِنَُ ۚ لَ ُه ُْم أَ ْز َكىُ َذل‬
ََُ ُ‫َيصْ َنعُونَُ ِبمَا َخ ِبير‬
ِ ‫ك ۚ فُ ُروجَ ُه ُْم َو َيحْ َفظوا أ ْبص‬
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Surah An-Nur (24:30)

ُ‫ت َوقُ ْل‬ ُِ ‫َارهِنَُ مِنُْ ي َْغضُضْ نَُ لِ ْلم ُْؤ ِم َنا‬ َ ْ َُ ِ‫ظهَرَُ مَا إ‬ َُ ‫ُجيُوبِ ِهنَُ َعلَىُ بِ ُخم ُِرهِنَُ َو ْل َيضْ ِربْنَُ ۚ ِم ْنهَا‬
ِ ‫ل فُ ُروجَ هُنَُ َو َيحْ َفظنَُ أ ْبص‬ ُ َ ‫ل ِزي َن َتهُنَُ ُي ْبدِينَُ َو‬
ۚ ‫ل‬ ُ َ ‫ل ِزي َن َتهُنَُ ُي ْبدِينَُ َو‬ َُ ِ‫َبنِي أَوُْ إِ ْخ َوان ِِهنَُ َبنِي أَوُْ إِ ْخ َوان ِِهنَُ أَوُْ ُبعُولَت ِِهنَُ أ ْب َنا ُِء أوُْ أ ْب َنائ ِِهنَُ أوُْ ُبعُولَت ِِهنَُ آبَا ُِء أوُْ آبَائ ِِهنَُ أوُْ لِ ُبعُولَت ِِهنَُ إ‬
َ َ َ َ َ َ
َُ‫ت مَا أَوُْ نِسَائ ِِهنَُ أَوُْ أَ َخ َوات ِِهن‬ ُِ ‫ال مِنَُ ْاْلِرْ َب ُِة أُولِي َغي‬
ُْ ‫ْر ال َتابِعِينَُ أَ ُِو أَ ْيمَا ُنهُنَُ َملَ َك‬ ُِ َ‫ل أَ ُِو الرج‬ ُِ ‫َظ َهرُوا لَ ُْم الَذِينَُ الط ْف‬ْ ‫ت َعلَىُ ي‬ُِ ‫ۚ النسَا ُِء َع ْورَ ا‬
َ
ُ َ ‫ّللا إِلَى َو ُتوبُوا ۚ ِزي َنت ِِهنَُ مِنُْ ي ُْخفِينَُ مَا لِيُعْ لَ َُم ِبأرْ ُجل ِِهنَُ َيضْ ِربْنَُ َو‬
‫ل‬ َ َ ْ َ
ُِ ‫ُت ْفلِحُونَُ لَ َعل ُك ُْم الم ُْؤ ِم ُنونَُ أي َُه جَ مِيعا‬
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung."

Surah An-Nur (24:31)

Jilbab artinya pakaian longgar menutup aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

Kerudung berarti tudung yang menuntup kepala, leher, dan dada wanita.

Hijab adalah tabir atau dinding penutup.

Purdah adalah pakaian luar atau tirai berjahit.

Cadar adalah penutup wajah sehingga mata saja yang tampak.

Islam mewajibkan jilbab dan kerudung. Hijab hukumnya Sunnah,

Purdah atau cadar serta sarung tangan tidak diwajibkan.


MERINDUKAN MEKKAH

Dalam tahun-tahun pertama di Madinah itu, beberapa muslimah Muhajirin pun sudah melahirkan. Di
antaranya adalah putri Rasulullah ‫ﷺ‬, Fatimah az-Zahra putra pertama Fatimah bernama Hasan dan
yang kedua bernama Husein. Rosulullah ‫ ﷺ‬sangat senang bermain dengan kedua cucunya itu.

Suatu ketika, Rasulullah ‫ ﷺ‬memandangi dalam-dalam Hasan dan Husain yang sedang berlarian di
hadapannya. Anak-anak ini lahir di perantauan, sama sekali belum mengenal Mekah, tanah air
mereka. Hasan mengejar Husein yang bersembunyi di dalam kamar. sambil berteriak kegirangan,
Husein kabur dan melompat ke punggung kakeknya. Fatimah hendak mencegah perbuatan itu, namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengisyaratkan agar mereka dibiarkan. Fatimah yang sangat dekat dengan ayahnya itu
segera menangkap isyarat lain di mata Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Mengapa ayah tampak berduka?" tanya Fatimah lembut.

"Bukankah Ayah baru saja membuat kemenangan yang belum pernah dilakukan Suku Arab mana pun
dengan mengalahkan pasukan Ahzab dan bani Quraizhah? atau Ayah kini sedang teringat kepada
almarhumah Ibuku, Khadijah?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya menjawab dengan linangan air mata yang bergulir di kedua pipi beliau. Fatimah
tahu yang paling baik ialah membiarkan ayahnya tercinta bermain dengan cucu-cucu sampai dukanya
hilang.

Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah menarik kesimpulan bahwa duka Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah
akibat kerinduan beliau kepada Mekah, tanah air kaum Muhajirin. apalagi, saat itu adalah bulan
Dzulhijjah, saat musim haji akan segera tiba.

Akhirnya, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah pun larut dalam kedukaan itu. mereka terkenang negeri
tempat mereka dibesarkan. Bagaimanakah keadaan Mekah kini setelah mereka tinggal kan? Walau
kebun-kebun hijau Madinah menyejukkan hati, hamparan kota putih Mekkah, juga selalu terindukan
siang malam.

Semua kaum Muhajirin sangat rindu untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sebagai penduduk
Mekah, mereka jugalah pemilik Rumah Tua Ka'bah yang diberkati.

Kini, Quraisy merintangi kaum muslimin pergi berhaji. Itu benar-benar tidak adil, karena siapa pun bisa
berhaji ke Mekah. Dari dahulu, pihak-pihak yang bermusuhan selalu bisa saling bertemu dengan damai
di Mekah dalam bulan haji.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 119

BERHAJI

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa tahun itu kaum muslimin akan berangkat haji ke Mekah. Maka
berangkatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 1400 orang muslim. Semuanya mengenakan pakaian ihram untuk
menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan berperang.

Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang mereka bawa. Kaum muslimin juga membawa
70 unta yang akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang terundi mengikuti perjalanan ini
adalah ummu Salamah.

Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar keberangkatan ini.

"Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang kita,"

seru para pemimpin Mekah.

Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta 200 orang pasukan berkuda untuk
menghalangi kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya
bertemu dengan seseorang dari bani Kaab. Rasulullah ‫ ﷺ‬Bertanya kepadanya tentang keadaan Mekah.

"Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!" sahut orang itu.

"Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit harimau. Mereka bersumpah bahwa
mereka akan menghalangi perjalanan Tuan."

"Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah ‫ﷺ‬. "Mereka sudah lumpuh karena peperangan. Apa
salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku sampai binasa, itu yang mereka harapkan."

Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam. Tetapi mereka
pasti akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan terus berjuang sampai Allah memberi
kemenangan atau leherku ini terpenggal.

Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang. Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta seorang Pandu untuk
memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk menghindari pasukan Khalid bin Walid yang
sudah menunggu di daerah Kira Al Ghamim.

Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh dan berhenti di Hudaibiyah.

"Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang sahabat

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil anak panah dan menancapkannya ke dasar sebuah sumur kering. Ketika
ditarik memancarlah air yang tiada habisnya.
SALING TUKAR UTUSAN

Kedua pihak kini saling memikirkan langkah selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap berperang namun
mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa orang ke perkemahan kaum muslimin. Tujuan
Budail untuk berunding sekaligus mengetahui kekuatan lawan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Budail,

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, tetapi untuk melakukan haji.
Rupanya orang-orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika mereka menghendaki damai dan
membiarkan kami berhaji berarti mereka masih punya nyali. Tetapi jika mereka menghendaki perang
maka demi Allah aku pasti akan melayani mereka sampai aku menang atau Allah menentukan lain,"

"Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata Budail.

Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais bin Al Qamah. Melihat kedatangan Hulais
dari jauh, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"itu adalah Hulais, Dia berasal dari kaum yang sangat menghormati hewan kurban. Lepaskanlah
hewan-hewan kurban kita. Melihat banyaknya hewan kurban Hulais terharu,

"Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi mereka memasuki Masjidil Haram."

Hulais kembali dan Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-orang Quraisy marah
kepada Hulais. kemudian mereka mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga.

Urwah pun bertemu Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memegangi janggut, sambil bicara. Namun setiap kali itu pula
Al Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menepis tangannya. Padahal sebelum masuk Islam
Al Mughiroh sering dilindungi Urwah.

Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah menyentuh
beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui maksud kedatangan Rasulullah ‫ﷺ‬, Urwah pun
kembali.

"Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah,

"Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah tidak pernah kulihat seorang raja yang
diperlakukan para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya.

Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut menyediakan airnya. Setiap ada helai rambut
Muhammad jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan diserahkan kepada orang lain walau
harus mati. Terimalah tawaran Muhammad."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 120

IKRAR RIDHWAN

Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin. Kini
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang mengirim utusan. Semula beliau memerintahkan Umar bin Khattab. Namun Umar
berkata,

"Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak Bani Adi
yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui permusuhan saya dan tindakan tegas
saya kepada mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik daripada saya yaitu Utsman bin
Affan."

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus menantunya Utsman bin Affan. Tugas Usman adalah berusaha
meyakinkan bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan Haji.

Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan (jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman para
pemimpin Quraisy berkata,

"Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah berthawaflah."

"Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah berthawaf," jawab Usman.

Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah suci dan memuliakannya. Kami ingin
menunaikan kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang membawa binatang kurban setelah
disembelih kami pun akan kembali pulang dengan damai."

"Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah seorang
Pembesar Quraisy.

Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang mau mengalah, masing-masing melontarkan
argumen. Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali.

Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut Utsman dibunuh secara licik. Maka Rasulullah
‫ ﷺ‬mengumpulkan para sahabatnya di bawah sebatang pohon. Mereka semua bersumpah setia untuk
tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas kematian Utsman bin Affan, kemudian disebut
baiat Ridwan. Allah ‫ ﷺ‬menurunkan firman-nya

َُ ‫َن‬
ُ‫ّللا ُ رَ ضِ يَُ لَ َق ْد‬ ُِ ‫ك إِ ُْذ اُْلم ُْؤ ِمنِينَُ ع‬ َُ ‫َق ِريبا َف ْتحا َوأَ َثا َب ُه ُْم َعلَي ِْه ُْم ال َسكِي َن َُة َفأ َ ْن َز‬
َُ ‫ل قُلُوبِ ِه ُْم فِي مَا َف َعلِ َُم ال َشجَ رَ ُِة َتحْ تَُ ُيبَايِعُو َن‬
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya)."

Surah Al-Fath (48:18)


PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama sesudah itu, Utsman bin Affan kembali ke
perkemahan dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar Ridhwan tetap berlaku sebagai tanda
kesetiaan dan kekompakan umat Islam. Rasulullah ‫ ﷺ‬bahagia sekali dengan kekompakan umatnya
sebab terlihat jelas eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka. Selain itu nyata sekali terlihat
bahwa kaum muslimin sangat besar keberaniannya. Mereka bersedia menghadapi maut tanpa ragu-
ragu lagi.

Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy bahwa kaum muslimin benar-benar ingin
berhaji. Namun, karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa Panji perang,
Mereka takut orang akan mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika mengizinkan kaum muslimin
memasuki Mekah.

Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail bin Amr menjadi juru runding Quraisy. Setelah
lama berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting berikut:

~ Rasulullah ‫ ﷺ‬harus pulang tahun ini dan bisa berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin tidak
boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Orang Quraisy tidak boleh menghalangi
dengan cara apa pun.

~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada yang menyerang pihak mana pun.

~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin bergabung dengan kaum muslimin dipersilahkan.
Begitu juga yang ingin bergabung dengan Quraisy. Jika ada suku yang telah menggabungkan diri
diserang oleh pihak yang lain itu berarti perang.

~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa izin walinya maka ia harus
dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bergabung dengan Quraisy tidak
boleh dikembalikan lagi.

Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah
atau 628 masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung bergabung dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Sementara itu lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 121

KETIDAKPUASAN UMAR

Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu. Ketidakpuasannya ini ditunjukkan setelah terjadi
insiden saat penulisan perjanjian. Saat itu Ali bin Abi Thalib mendapat tugas Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menulis
perjanjian itu.

"Tulislah Bismillahirohmanirohim!" Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Stop!" seru Suhail. "Nama Arrohman dan arrohim ini tidak kukenal. Tulislah dengan bismika
allahumma (dengan nama-mu Ya Allah)"

"Tulislah dengan nama-mu Ya Allah," Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Lalu, tulislah: "Ini adalah perjanjian damai yang ditetapkan antara Muhammad Rasulullah dengan
Suhail bin Amr."

Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak.

"Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu. Karena itu
tulislah namamu dan nama ayahmu."

"Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin Abdullah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi Thalib sudah memuncak kemarahannya kepada
delegasi Quraisy itu, sehingga ia berkata,

"Tidak ya Rasulullah! Demi Allah aku tidak sudi menghapus kata itu."

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang menghapus kata-kata itu. Melihat hal itu Umar bin Khattab berkata
kepada Abu Bakar yang duduk disampingnya, "Bukankah dia itu Rasulullah?"

"Memang betul," jawab Abu Bakar.

"Bukankah kita ini orang-orang Islam?"

"Memang betul!"

"Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?"

"Memang betul!"

"Lalu Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?" seru Umar berapi api.

Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas, "Umar duduklah di tempatmu aku bersaksi
bahwa dia Rasulullah."

Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar. Mereka merasa agama mereka telah
dilecehkan dengan perjanjian ini. Bukan saja mereka gagal berhaji tahun ini tetapi juga harus
menerima bahwa orang musyrik itu seolah merendahkan Allah dan rasulnya Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para sahabat semakin tidak menyukai perjanjian
ini.
KISAH ABU JANDAL

Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak Suhail bin
Amr si perunding Quraisy. Para sahabat sangat terkejut menyaksikan kedua kaki Abu Jandal dalam
keadaan terbelenggu sehingga ia berjalan tertatih-tatih. Rupanya ia berhasil melepaskan diri dari
Mekah dan hendak menggabungkan diri dengan saudara-saudara muslimnya.

Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru,

"Ini adalah orang pertama yang ku tuntut Agar engkau mengembalikannya."

"Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan pun," jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Demi Allah kalau begitu aku tidak akan menuntutmu karena sesuatu apa pun" kata Suhail.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Kalau begitu, berilah dia jaminan perlindungan karena aku."

"Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena dirimu," tukas Suhail.

"Lakukanlah!" pinta Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi

"Aku tidak akan melakukannya," jawab Suhail.

Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul keras-keras anaknya itu. Suhail
mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dikembalikan kepada Quraisy. Abu
Jandal berseru,

"Semua orang muslim, Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan
menyiksaku karena Agamaku ini?"

Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki mereka bergerak untuk datang melawan
perjanjian yang sudah ditandatangani.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai Abu Jandal bersabarlah dan tabahlah karena Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu
dan orang-orang yang terdzalimi seperti dirimu. Kami sudah mengukuhkan perjanjian dengan mereka.
Kami telah membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas peristiwa seperti ini dan mereka pun
sudah memberikan sumpah atas nama Allah kepada kami. Maka kami tidak akan melanggarnya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat ke sekeliling dan menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat tidak puas.
Hal inilah yang membuat para sahabat tidak menuruti perintah Rasulullah ‫ ﷺ‬sesaat setelah itu.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 122

NASIHAT UMMU SALAMAH

Rosululloh ‫ ﷺ‬kemudian bersabda

"Bangkitlah dan sembelihlah hewan qurban!"

Para sahabat Saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah ‫ ﷺ‬menganggap bahwa mereka telah selesai berhaji?
Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf? Bahkan sama sekali belum melihat Ka'bah? Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi perintahnya sampai tiga kali.

Tidak ada satu pun sahabat yang beranjak. Semua diam termangu atau menunduk. Rasulullah ‫ﷺ‬
memerhatikan wajah mereka. Bahkan Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab juga menolak.

Dengan perasaan gundah, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke dalam tenda Ummu Salamah, diceritakannya semua
kelakuan para sahabat kepada istrinya itu. Ummu Salamah mengerti betul betapa kecewanya
Rasulullah ‫ﷺ‬. Kemudian Ummu Salamah mengajukan sebuah saran yang menunjukkan kecerdasan dan
kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu dilakukan oleh Khotijah untuk membangkitkan Rasulullah
‫ ﷺ‬dalam masa-masa sulit penuh kegelapan.

"Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu Salamah.

"Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun kepada salah seorang dari mereka. Sembelihlah
ternak kurban anda sendiri, Lalu panggilan tukang cukur dan bercukurlah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian keluar tanpa bicara sepatah kata pun dia melaksanakan saran dari Ummu
Salamah. Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬menyembelih kurban dan bercukur segera saja para sahabat melakukan
hal yang sama.

Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini berubah menjadi ceria. Suara gembira para
sahabat terdengar saat menyembelih kurban dan saling bergantian mencukur rambut. Sebagian ada
yang mencukur rambut dan sebagian lain hanya memangkas rambut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersyukur kepada Allah ‫ﷺ‬karena telah memberinya seorang istri yang
begitu cerdas dan bijak.

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut," doa Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka pun bertanya

"Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?"

PARA WANITA MU'MINAH

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut," doa Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi.
Para sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan mereka yang berpangkas rambut, Ya
Rasulullah?
"Dan mereka yang ber pangkas rambut," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya.

"Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang berpangkas
rambut?"

"Karena mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

Umar bin Khattab sangat menyesal karena sempat menyangsikan keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam
perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membacakan surat al-fath yang menegaskan
bahwa dalam perjanjian itu Allah ‫ ﷺ‬telah memberi kemenangan yang nyata. Legalah hati Umar
mendengar firman Allah ‫ ﷺ‬ini.

َُ َ‫مُبِينا َف ْتحا ل‬
‫ك َف َتحْ َنا إِ َنا‬
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,"

Surah Al-Fath (48:1)

Umar berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus melakukan berbagai amal, sedekah Shaum, sholat dan
berusaha membebaskan diri dari apa yang telah kulakukan saat itu. Aku selalu dibayangi kelakuan itu.
Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan kebaikan."

Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah datanglah serombongan wanita mukmin yang
melarikan diri dari Quraisy.

Kemudian menyusullah para wali mereka yang menuntut agar wanita-wanita itu dikembalikan sesuai
dengan perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya, karena dalam perjanjian
disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka yang harus dikembalikan.

Dalam Al-Qur'an surat Al Mumtahanah membenarkan tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini.

‫ات جَ ا َء ُك ُُم إِ َذا آ َم ُنوا الَذِينَُ أَيهَا يَا‬ ُُ ‫جرَ اتُ ا ْلم ُْؤ ِم َن‬ ِ ‫ح ُنوهُنَُ ُُمهَا‬ َُ ‫ل م ُْؤ ِم َناتُ َعلِ ْم ُتمُوهُنَُ َفإِنُْ ۚ ِبإِيمَان ِِهنَُ أَعْ لَ ُُم‬
ِ ‫ّللا ُ ۚ َفا ْم َت‬ ُ َ ‫جعُوهُنَُ َف‬ ُِ ‫ا ْل ُك َف‬
ِ ْ‫ار إِلَى َتر‬
ۚ‫ل‬ َ
ُ َُ‫ل ل ُه ُْم حِلُ هُن‬ َ َ َ ُ
ُ ‫ل ۚ أنفقوا مَا َوآتو ُه ُْم ۚ لهُنَُ َيحِلونَُ ُه ُْم َو‬ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ
َُ ‫ل ۚ أ ُجورَ هُنَُ آت ْيتمُوهُنَُ إِذا تن ِكحُوهُنَُ أنُْ َعل ْيك ُْم ُجنا‬
ُ ‫ح َو‬ ُ َ ُ ُ
ُ ‫بِ ِعص َُِم تمْسِ كوا َو‬
‫ّللا ُح ْك ُُم َذلِ ُك ُْم ۚ أَ ْن َفقُوا مَا َو ْل َيسْ أَلُوا أَ ْن َف ْق ُت ُْم مَا َواسْ أَلُوا ا ْل َك َواف ُِِر‬
َُِ ۚ ‫ّللا ُ ۚ َب ْي َن ُك ُْم َيحْ ُك ُُم‬
َُ ‫حَ كِيمُ َعلِيمُ َو‬
"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah
kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka
apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali
(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah
kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum
Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Surah Al-Mumtahanah (60:10)


Dalam surat yang sama pula Allah memerintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan janji setia kepada
para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan tidak akan mendurhakai Rasulullah
‫ﷺ‬. Para mukminah itu pun menerimanya.

ABU BASHIR

Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu Jandal namanya Abu Basir. Ia datang ke
Madinah dan minta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬mau menerimanya, Namun, belum lama ia menikmati hidup
sebagai muslim yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar bin Auf dan Akhnas bin Syariq
yang ditujukan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, yakni meminta agar Abu Bashir dikembalikan. Surat itu dibawa
oleh seorang laki-laki dari bani Amir yang disertai seorang budak.

"Abu Basir," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka seperti yang sudah kau ketahui. Penghianatan
menurut agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang
ditindas bersamamu memperoleh kelapangan dan jalan keluar. Pulanglah engkau kembali ke dalam
lingkungan masyarakatmu."

"Rasulullah," kata Abu Bashir,

"Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya karena agama saya
ini."

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi kata-kata beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa oleh kedua
orang tadi.

Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata
kepada orang dari bani Amir,

"Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang bagus itu, hai fulan."

Tanpa curiga utusan Quraisy itu menghunuskan pedang dan memperlihatkannya kepada Abu Basir
sambil berkata,

"Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus. Ia sudah cukup kenyang malang melintang
bersamaku."

"Tolong Perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan memeriksanya," kata Abu Basir.

Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir menusukkannya ke utusan Quraisy itu sampai
meninggal dunia. Seketika itu juga budak yang menyertai mereka berlari ke Madinah sambil berteriak-
teriak.

Budak itu Terus Berlari memasuki masjid. Melihat kehadirannya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sepertinya orang itu sedang ketakutan."

Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata

"Teman Tuan membunuh teman saya, saya pun agaknya akan dibunuhnya pula."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 123

KELOMPOK ABU BASHIR

Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan membawa pedang terhunus. Abu Bashir tahu
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat teguh memegang perjanjian. Jika saat itu ia menetap di Madinah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬pasti akan memulangkannya kembali.

Maka Abu Bashir pun berkata,

"Rasulullah, jaminan Tuan sudah terpenuhi dan Allah sudah melaksanakannya buat tuan. Tuan
menyerahkan saya ke tangan mereka dan dengan agama saya ini saya tetap bertahan supaya saya
jangan dianiaya atau dipermainkan karena keyakinan agama saya ini."

Setelah berkata begitu Abu Bashir pergi meninggalkan Madinah. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu maksud Abu Bashir.
Beliau pun memandang kagum orang itu karena keberaniannya. Dalam hati Rasulullah ‫ﷺ‬
mengharapkan Abu Bashir mempunyai anak buah.

Sesuai dugaan Rasulullah ‫ ﷺ‬Abu basir tidak kembali ke Mekah ia pergi ke daerah Al Ish. Tempat itu
adalah jalur perdagangan Quraisy menuju Syam, tepat di tepi laut. Kepergian Abu Bashir ke daerah ini
didengar oleh kaum muslimin yang tinggal di Mekah. Mereka juga mendengar betapa kagumnya
Rasulullah ‫ ﷺ‬pada keberanian Abu Bashir.

Maka diam-diam 70 muslim yang selama ini hidup tertindas di Mekah pergi menyusul Abu Bashir. Abu
Jandal tentu saja berada di antara mereka itu.

Ketika mereka tiba, kaum muslim yang tertindas itu mengangkat Abu Bashir sebagai pemimpin. Mulai
sejak itulah mereka menyerang setiap kafilah dagang Quraisy yang lewat.

Ini berbahaya! Sangat berbahaya! gerutu seorang pemimpin Quraisy,

"Kita tidak bisa menyalahkan Muhammad karena para pengikutnya itu tidak lari ke Madinah! Mau
tidak mau kita harus meminta Muhammad menampung mereka ke Madinah agar jalur dagang kita
aman!"

"Tapi itu tidak sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, " jawab yang lain.

"Kita terpaksa mengalah, tidak ada jalan lain, bukan!"

Akhirnya orang Quraisy meminta Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima Abu Bashir dan pasukannya. Mereka sadar
bahwa orang yang imannya sangat kuat lebih berbahaya daripada membebaskannya.

Dengan demikian, gugurlah Salah satu isi perjanjian yang mengatakan bahwa orang muslim yang
melarikan diri dari Quraisy harus dikembalikan.

Kini setiap muslim Mekah bisa bergabung setiap saat dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya di
Madinah. Ini adalah salah satu tanda kemenangan kaum muslimin.
ISTRI-ISTRI RASULULLAH

Kedudukan yang telah Rasulullah ‫ ﷺ‬berikan kepada para istrinya belum pernah didapati oleh wanita-
wanita Arab sebelum mereka. Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat lembut, selalu tersenyum, dan penuh kasih sayang
kepada para isterinya.

"Laki-laki terbaik di antara kamu adalah yang berlaku paling baik kepada isterinya," demikian sabda
beliau.

Maka wajar saja, isteri-isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi sedikit manja. Mereka begitu mencintai Rasulullah
‫ ﷺ‬sehingga saling berebut perhatian Beliau. Aisyah sangat cemburu jika Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang memberi
perhatian kepada Hafshah, demikian pula sebaliknya. Bahkan Aisyah sampai cemburu kepada
almarhumah Khadijah. Hal seperti itu tentu mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tidak cukup sampai di situ, para ibu kaum muslimin itu pun mengeluh kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang
keserderhanaan hidup mereka.

Dengan mata berkaca-kaca, beberapa istri Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah memohon agar Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
memperhatikan pakaian mereka yang sederhana.

Para ibu kaum Muslimin itu tahu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah pemimpin negara yang cukup besar saat
itu. Dengan mudah, Rasulullah ‫ ﷺ‬akan dapat memberikan mereka pakaian dari sutra, kain katun mesir,
dan baju halus dari Yaman. Bahkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bisa saja memberikan setiap isterinya perhiasan
dari emas. Jadi, mengapa mereka harus hidup sederhana.

Dengan cara halus, Rasululllah ‫ ﷺ‬berusaha menyadarkan para isteri beliau. Sebagai isteri Rasulullah ‫ﷺ‬,
mereka tidak sama dengan wanita-wanita lain. Mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki
wanita lain, yaitu bersuamikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka harus menjadi wanita penyabar dan patuh
kepada suami sehingga pantas diteladani oleh isteri-isteri sahabat. Namun, isteri-isteri beliau secara
halus tetap menuntut agar Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi uang belanja yang lebih layak.

Karena sudah tidak ada jalan lain. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memutuskan hidup terpisah dari isteri-isterinya.
Masalah yang harus dihadapi masih segunung, termasuk ancaman Yahudi dari Khaibar. Para isteri yang
harusnya menentramkan malah mengeruhkan batin Rasulullah ‫ﷺ‬.

Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar datang dan memarahi Aisyah. Umar bin Khatab juga memarahi
putrinya Hafshah.

Akhirnya para isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬itu menyadari kelalaian mereka. Sambil menangis, mereka memohon
ampun pada Allah ‫ ﷺ‬dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan mereka. Rasululllah ‫ﷺ‬
memaafkan mereka dan kembali hidup tenteram seperti semula.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 124

SERUAN RASULULLAH AGAR BEKERJA

Di Madinah masih ada orang-orang muslim yang hidup tanpa rumah dan tanpa pekerjaan.

Mereka ini tinggal di masjid dan hidup tenang dari harta zakat yang diberikan oleh orang lain. Setiap
hari yang mereka lakukan adalah berdzikir dan sholat di masjid.

Sebagian masyarakat sangat menghormati orang-orang yang tiada henti-hentinya berdzikir, sholat,
dan berdoa itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menemukan salah seorang di antara mereka yang benar-benar mengkhususkan dirinya
untuk beribadah. Orang itu terlihat begitu kurus karena sholat setiap siang dan malam hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat kekaguman orang-orang kepada laki-laki tadi. Dahi Rasulullah ‫ﷺ‬

sedikit berkerut sehingga beliau bertanya kepada orang-orang,

"Siapa yang memberi dia makan?"

"Saudaranya ya Rasulullah." jawab seseorang.

"Saudaranya itu jauh lebih ahli ibadah daripada dia," demikian Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menghimbau semua orang yang hidup menganggur agar mau bekerja.
Jika kita masih mempunyai kaki dan tangan, tidak ada alasan untuk tidak bekerja.

Yang terbaik bagi seseorang adalah makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan kisah Nabi Daud. Walaupun dia seorang raja yang berkuasa dia tetap makan
dari hasil pekerjaannya sendiri.

Maka tersentaklah orang-orang, ternyata ibadah itu mempunyai arti sangat luas. Bekerja untuk
menafkahi keluarga termasuk ibadah besar jika diniatkan dengan ikhlas karena Allah semata.

Sejak itu kaum muslimin pun bekerja dengan giat. Apa pun yang halal mereka kerjakan,

apalagi banyak ladang-ladang gembala dan sumur-sumur peninggalan orang Yahudi yang

kini menjadi milik kaum muslimin.

Bekerja sebagai gembala, pencari kayu bakar dan pembuat tembikar jauh lebih baik

daripada orang yang terus berdiam diri di masjid hanya untuk berdzikir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah teladan kesungguhan yang sempurna. Apabila beliau telah

memusatkan perhatiannya pada ibadah, maka dipusatkan lah perhatiannya sepenuhnya.

Dan apabila melaksanakan suatu pekerjaan lain maka takkan beliau sudahi pekerjaan itu sebelum
benar-benar selesai.
LARANGAN MINUM KHAMR

Setelah itu muadzin Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru,

"Setelah adzan, orang mabuk jangan ikut sholat!"

Maka banyaklah kaum muslim yang mulai mengurangi minum khamr sedapat mungkin.

Namun Umar kembali berkata lagi,

"Ya Allah jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu. Jelaskanlah dengan tegas Ya Allah. Hal
ini menyesatkan pikiran dan harta."

Umar berkata begitu karena pernah ada sekelompok muslimin Anshor dan Muhajirin yang berkelahi
sambil mabuk. Khamr betul-betul membuat mereka saling menarik janggut dan memukul kepala
orang lain.

Akhirnya turun ayat yang melarang khamr dengan tegas,

‫َل منُْ ِرجْ سُ َو ْاْلَ ْز َل ُُم َو ْاْلَنصَابُُ َوا ْل َميْسِ ُُر ا ْل َخ ْم ُُر إِ َنمَا آ َم ُنوا الَذِينَُ أَيهَا يَا‬ ُِ ‫ُت ْفلِحُونَُ لَ َعلَ ُك ُْم َفاجْ َتنِبُوُهُ ال َش ْي َط‬
ُِ ‫ان َعم‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Surah Al-Ma'idah (5:90).

‫َاوَُة َب ْي َن ُك ُُم يُوقِعَُ أَن ال َش ْي َطانُُ ي ُِري ُُد إِ َنمَا‬


َ ‫ْر فِي َوا ْلب َْغضَا َُء ا ْل َعد‬
ُِ ‫ص َد ُك ُْم َوا ْل َميْسِ ُِر اُْل َخم‬ َُ ‫َن‬
ُ ‫ّللاِ ِذ ْك ُِر عَن َو َي‬ ُْ ‫من َتهُونَُ أَن ُتم َف َه‬
ُِ ‫ل الص ََلُِة َوع‬
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu dengan jalan (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan dari sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Surah Al-Ma'idah (5:91)

Begitu ayat ini turun para sahabat langsung menghentikan kebiasaan minum khamr.

"Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan"

(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Termasuk orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan adalah orang yang

dengan bangga menceritakan perbuatan hinanya agar mendapat pujian serta kekaguman dari teman-
temannya.

KERAJAAN ROMAWI DAN PERSIA

Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup, ada dua kerajaan besar yang saling bermusuhan, yaitu Romawi dan Persia.
Perang di antara keduanya menghasilkan kemenangan yang silih berganti. Pada suatu saat Romawi
yang menang, pada saat yang lain Persialah yang menaklukkan

lawannya.
Pada mulanya Persia yang menang, mereka menguasai Palestina dan Mesir, menaklukkan Baitul
Maqdis atau Yerusalem dan berhasil merebut salib besar (the truth cross) yang disucikan orang
Romawi yang beragama Kristen.

Setelah itu berganti Romawi yang menang. Mereka berhasil merebut kembali Mesir, Syam,

dan Palestina.

Heraklius, kaisar Romawi saat itu memenuhi nazarnya dengan berziarah ke Yerusalem sambil berjalan
kaki untuk mengembalikan salib besar ke tempatnya semula.

Nama dua kerajaan besar itu benar-benar menggetarkan hati para penguasa-penguasa kecil

di daerah sekitarnya. Tidak ada sebuah kerajaan kecil pun yang mempunyai pikiran untuk menentang
kehendak kedua kekaisaran itu. Yang mereka inginkan adalah berdamai dengan keduanya.

Termasuk hal itulah yang selama ini telah dilakukan oleh negeri-negeri Arab.

Yaman dan Irak berada di bawah pengaruh Persia. Sementara itu Mesir sampai ke Syam di bawah
kekuasaan Romawi.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 125

UTUSAN KEPADA HERAKLIUS

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah ragu sedikitpun untuk mengajak orang kepada agama yang benar, agama
yang akan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan tiada batas di akhirat nanti. Apalagi perjanjian
Hudaibiyah sudah menjamin bahwa tidak akan ada peperangan dengan orang Quraisy selama 10
tahun kecuali jika perjanjian itu dilanggar oleh salah satu pihak. Maka ini adalah saatnya menyebarkan
dakwah seluas mungkin tanpa takut dihambat oleh orang Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Dihyah bin Khalifa Al Kalbi untuk menyampaikan surat kepada Heraklius, yang
saat itu sedang berada di Baitul Maqdis. Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berbunya:

Bismillahirrohmanirrohim

Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraklius pemimpin Romawi. Kesejahteraan bagi siapa pun
yang mengikuti petunjuk. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah
akan melimpahkan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan
menanggung dosa rakyat Arisiyin.

َُ ‫ب أَ ْه‬
ُ‫ل يَا قُ ْل‬ َُ َ‫ل َنعْ ُب َُد أ‬
ُِ ‫ل َو َب ْي َن ُك ُْم َب ْي َن َنا َس َواءُ َكلِمَةُ إِلَى َتعَالَ ْوا ا ْل ِك َتا‬ ََُ ‫ل‬
َُ ِ‫ّللا إ‬ ُ َ ‫خ َُذ َو‬
َُ ‫ل َشيْئا بِ ُِه ُن ْش ِر‬
ُ َ َ‫ك و‬ ُ ْ‫ون من أَرْ بَابا َبعْ ضا َبع‬
ِ ‫ض َنا َي َت‬ َُ ‫َفإِن‬
ُِ ‫ّللاِ ُد‬
َ
‫مُسْ لِمُونَُ ِبأ َنا ا ْش َه ُدوا َفقُولُوا َت َولَ ْوا‬
Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan
Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Surah Ali 'Imran (3:64)

Pada saat itu kebetulan Abu Sufyan dan rombongan pedagang Quraisy sedang berada di Darussalam.
Heraklius mengundang mereka dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pembesar Romawi.

"Siapa di antara kalian yang mempunyai ikatan darah yang paling dekat dengan orang yang mengaku
sebagai nabi itu?" tanya penerjemah Heraklius.

"Akulah orang yang paling dekat hubungan darahnya dengan dia," jawab Abu Sufyan.

"Mendekatlah kemari!" minta Heraklius.

(Kisah di kemudian hari) Heraklius adalah penguasa Romawi Timur atau Byzantium yang ibukotanya
di Konstantinopel. Sepeninggal nabi, Khalifah Abu Bakar mendengar tentang gerakan pasukan Romawi
yang membahayakan Negara Islam. Abu Bakar mengirim pasukan di bawah komando Amr Bin Al As
Suara, Bilal bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sofyan beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat. Pasukan
muslim berhasil mengusir pasukan Byzantium untuk selamanya.
Heraklius dan Abu Sufyan

"Bagaimana nasibnya di tengah kalian?" tanya Heraklius melalui penterjemahnya.

"Dia adalah orang terpandang di antara kami," jawab Abu Sufyan.

Lalu Heraklius terus bertanya tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang selalu dijawab Abu Sufyan dengan jujur.

Akhirnya Heraklius berkata,

"Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah kalian menuduhnya pembohong sebelum dia
mengatakan apa yang dikatakannya? Engkau menjawab tidak. Memang aku tahu, tidak mungkin dia
berdusta terhadap manusia dan terhadap Allah.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang mengikutinya dari kalangan orang-orang yang
terpandang ataukah orang-orang yang lemah? Engkau katakan, orang-orang lemahlah yang paling
banyak mengikutinya Memang begitulah pengikut para rasul.

Aku sudah menanyakan kepadamu adakah seseorang yang murtad dari agamanya karena benci
terhadap agamanya itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan tidak ada. Memang begitulah Jika
iman sudah meresap ke dalam hati.

Aku sudah menanyakan kepadamu Apakah dia pernah berkhianat? Engkau katakan tidak pernah.
Memang begitulah para rasul memang tidak pernah berkhianat.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang diperintahkan'? Engkau katakan bahwa dia
menyuruh kalian untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengannya, melarang
kalian menyembah berhala, menyuruh kalian mendirikan shalat, bersedekah, jujur, dan menjaga
kehormatan diri.

Jika yang engkau katakan ini benar, maka dia akan menguasai tempat di mana kedua kakiku berpijak
saat ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa orang yang seperti dia akan muncul dan
aku tidak menduga bahwa dia berasal dari tengah masyarakat kalian. Andaikata aku bisa bebas
bertemu dengannya, aku lebih memilih bertemu dengannya. Andaikan aku berada di hadapannya,
tentu akan kubasuh kedua telapak kakinya."

Setelah itu Heraklius meminta surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibacakan sampai selesai. Segera saja suara gaduh
terdengar di sana-sini.

Setelah memeluk Islam, Abu Sufyan pun berkata, "Sejak saat itu aku yakin akan kemenangan
Rasulullah ‫ ﷺ‬hingga Allah memberiku petunjuk untuk memeluk Islam."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 126

SURAT KEPADA KISRA, RAJA PERSIA

Jika surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibaca dan diterima dengan hormat oleh orang Romawi, tidak demikian halnya
dengan orang-orang Persia. Surat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Kisra raja Persia itu
berbunyi

"Bismillahirrohmanirrohim.

Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun yang
mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan utusan-Nya, bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah
semata yang tiada sekutu baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh
manusia untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan orang yang membenarkan
perkataan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Namun jika tuan
menolak, maka dosa orang-orang Majusi ada di pundak tuan."

Setelah membaca surat itu, Kisra merobek-robek surat Rasulullah ‫ﷺ‬, sambil berkata:

"Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa,"

Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allah akan mencabik-cabik
kerajaannya."

Setelah itu Kisra menulis surat kepada Badzan, Gubernur di Yaman. Isinya, "Utuslah dua orang yang
gagah perkasa untuk menemui orang dari Hijaz ini (maksudnya Rasulullah )‫ ﷺ‬dan setelah itu,
hendaklah mereka berdua membawanya untuk menemuiku.

Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau menyuruh mereka menemuinya lagi
besok. Ternyata pada saat yang sama, Kisra dibunuh oleh Syiruyyah, putranya sendiri.

Terbuktilah sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬bahwa kerajaan Kisra akan tercabik-cabik. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui hal
ini dari wahyu dan meneruskannya kepada kedua utusan itu. Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta kedua utusan itu
pulang dan menyampaikan surat yang mengajak Badzan memeluk Islam.

Penghujung surat berbunyi, "Apabila tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang menjadi milik tuan
dan mengangkat tuan sebagai pemimpin kaum tuan."

Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah ‫ ﷺ‬jika tidak ada perintah darinya. Hal inilah
yang membuat Badzan dan seluruh rakyat Yaman memeluk Islam.
SURAT KEPADA MUQAUQIS, RAJA MESIR

Selain kepada kedua kerajaan besar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menulis surat kepada para penguasa yang
lain. Hatib bin Abi Balta'ah diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menyampaikan surat beliau kepada Juraij
bin Mata, penguasa Mesir dengan gelar Muqauqis. Surat beliau berbunyi,

Bismillahirrohmanirrohim,

Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Muqauqis, Raja Qibti (Mesir). Keselamatan bagi
siapa pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'd.

Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah akan memberikan pahala kepada tuan dua kali
lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan menanggung dosa seluruh penduduk Qibti."

Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu kemudian ditutup dengan ayat ke 64 Surat Ali Imran, seperti yang juga
disampaikan kepada Heraklius.

ُ‫ل يَا قُ ْل‬ َُ ْ‫ب أَه‬ َُ َ‫ل َنعْ ُب َُد أ‬


ُِ ‫ل َو َب ْي َن ُك ُْم َب ْي َن َنا س ََواءُ َكلِمَةُ إِلَى َتعَالَ ْوا ا ْل ِك َتا‬ ََُ ُ‫كُ َو َل‬
َُ ِ‫ّللا إ‬ ُ َ ‫خ َُذ َو‬
َ ‫ل َشيْئا بِ ُِه ُن ْش ِر‬ ُ ْ‫ون من أَرْ بَابا َبعْ ضا َبع‬
ِ ‫ض َنا َي َت‬ َُِ ‫َفإِن‬
ُِ ‫ّللا ُد‬
َ
‫مُسْ لِمُونَُ ِبأ َنا ا ْش َه ُدوا َفقُولُوا َت َولَ ْوا‬
Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan
Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Surah Ali 'Imran (3:64)

Hathib menambahkan,

"Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah mencukupkannya dari agama yang lain.
Sesungguhnya nabi Ini menyuruh semua manusia yang paling ditekan Quraisy, yang paling dimusuhi
Yahudi, dan yang paling dekat dengan orang Nasrani (Muqauqis dan rakyatnya adalah pemeluk
Nasrani) Setiap nabi yang sudah mengenal suatu kaum, maka kaum itu adalah umatnya yang pasti
mereka harus menaatinya. Tuan termasuk orang yang sudah mengenal nabi ini."

Muqauqiss menjawab,

"Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk
menghindari agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang sesat atau dukun yang suka berdusta.
Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang tersembunyi dan mengabarkan
yang rahasia. Aku akan mempertimbangkannya."
Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya,

Bismillahirrohmanirrohim,

Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan. Amma
Ba'd. Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan. Saya
sudah tahu bahwa ada seorang nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya dia akan muncul dari
Syam. Saya hormati utusan tuan dan kini kukirim 2 gadis yang mempunyai kedudukan terhormat di
masyarakat Qibti, dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula seekor baghal agar dapat tuan
pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan.

Nah dua gadis itu adalah Maria dan Shirin. Maria kemudian menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Shirin
menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 127

SURAT KEPADA NAJASYI, RAJA HABASYAH

Selain itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menulis surat kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima kaum
muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah adh Dhamri menyampaikan surat
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berbunyi,

Bismillahirohmanirohim,

Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin Habasyah (Habsyi). Kesejahteraan bagi siapa
pun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selain
Nya. Dialah penguasa yang Maha Suci, yang memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang
berkuasa. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan
kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa dari roh-
Nya dan tiupan-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Aku menyeru kepada
Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya dan senantiasa mentaatiNya, dan hendaklah tuan mengikuti
aku, beriman kepada apa yang diberikan kepadaku. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku
menyeru tuan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat
maka terimalah nasihatku. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk.

Begitu Najasyi menerima surat Rasulullah ‫ ﷺ‬ia langsung mengangkat sura itu dan meletakkannya di
depan matanya. Ia turun ke lantai dari singgasananya, lalu masuk Islam di hadapan Ja'far bin Abu
Thalib yang masih berada di sana bersama para pengungsi Muslim.

Najasyi membalas surat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menyetujui bahwa Nabi isa memang benar seorang utusan
Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Najasyi juga menyatakan bahwa ia memeluk Islam dan
menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah .‫ﷺ‬

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin Abi Tholib
ke Madinah. Najasyi pun menyediakan dua perahu. Turut pula dalam rombongan itu Amir bin
Umayyah sang pembawa surat.

Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersedih hati atas kematiannya
dan menyelenggarakan shalat ghaib. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengirim surat yang sama isinya kepada
pengganti Najasyi. Akan tetapi sejarah tidak mencatat apakah penggantinya juga memeluk Islam atau
tidak.

PERANG KHAIBAR

Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai, kini ada satu musuh yang tidak kalah berbahaya.
Mereka adalah orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar, Kota Benteng yang sangat kuat.

Para penghuni Khaibar inilah yang dulu menghasut pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah dalam
Perang Khandaq.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa jika dibiarkan mereka akan menempuh cara yang lebih berbahaya
untuk membasmi kaum muslimin. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyiapkan pasukannya, namun beliau
paham bahwa pertempuran yang mereka hadapi akan sangat berat. Karena itu yang boleh bergabung
hanya orang-orang yang benar-benar siap berjihad. Maka berkumpulah orang-orang yang gagah
berani yang terdiri atas 1400 pasukan berjalan kaki dan 100 penunggang kuda.

Diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada orang-orang Khaibar, "Muhammad hendak
mendatangi kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut. Jumlah dan kekuatan kalian sangat
banyak sementara kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan terbatas".

Rasulullah meminta dua petunjuk jalan. Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat ditempuh
kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui orang-orang Yahudi di Khaibar. Jalan-jalan itu
bernama Syasy (kacau), Hathib (sial), Huzn (kesedihan), Marhab (selamat datang). Maka Rasulullah ‫ﷺ‬
pun memilih melewati jalan Marhab.

Setelah shalat ashar Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau disuguhi
tepung gandum yang tidak seberapa banyak. Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengolah tepung itu sehingga
menjadi cukup buat beliau dan semua orang.

SEORANG PENYAIR BERNAMA AMIR BIN AKWA MELANTUNKAN KARYANYA,

"Kalau bukan karena engkau ya Allah, Kami tidak akan mendapatkan hidayah. Tidak pula sholat dan
bersedekah. Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar dalam ketakwaan, Teguhkanlah
pendirian kami dalam peperangan. Berikanlah kepada kami ketentraman hati. Kami tidak ingin hidup
jika musuh mengalahkan kami.

Mendengar syair itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah merahmatinya."

Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ‫ ﷺ‬memohon ampunan bagi seseorang, orang itu akan mati
syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa dalam pertempuran ini.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 128

JALANNYA PERTEMPURAN

Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke kebun sangat terkejut melihat kedatangan
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya pagi-pagi sekali.

"Itu Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Jika kita tiba di pelataran suatu
kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak mendapat peringatan!"

Setelah mendirikan markas, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak seluruh pasukannya berdo'a,

"Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang dipayunginya. Rabb bumi yang tujuh dan apa-
apa yang dikandungnya, Rabb setan-setan dan apa yang disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon
kepada Mu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa pun yang ada di dalamnya.
Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun
yang ada di dalamnya. Majulah Dengan nama Allah."

Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-Nya."

Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang terpilih esok harinya. Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil
Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengusap dan berdoa agar Allah
menyembuhkan mata menantunya itu. Mata Ali pun sembuh dan ia memimpin pasukan hebat yang
terdiri atas rangkaian banteng-banteng yang kuat.

Pertempuran seru meletus berhari-hari. Pemimpin Yahudi khaibar maju sambil bersyair,

"Khaibar sudah mengenal, akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan berpengalaman."

Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair,

"Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul senjata tajam pahlawan petualang."

Dalam duel seru, Marhab menebas tempurung Amir sehingga ia gugur dan syahid.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda tentang Amir,

"Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah berusaha dan telah berjuang. Tidak banyak
orang Arab yang berjalan seperti dia."
Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab dengan garang. Dalam duel Ali berhasil
membunuh Marhab.

Perang khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke tujuh Hijriyah. Sekitar 1500 pasukan nabi
menghadapi 10.000 orang pasukan Khaibar, akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil mengalahkan lawan yang
begitu besar itu. Kaum muslim kehilangan 18 jiwa sedangkan pihak musuh kehilangan 93 jiwa.

KEMENANGAN

Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam pertempuran dahsyat. Benteng Naim takluk
setelah Marhab terbunuh. Benteng Ash Sha'ab bin Muadz direbut dengan cara dikepung selama tiga
hari. Ketika itu persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis, hingga mereka kelaparan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berdo'a dan akhhirnya pasukannya bangkit sehingga berhasil menaklukkan benteng
itu. Di dalamnya, banyak terdapat ternak-ternak gemuk untuk dimakan.

Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari. Namun mereka bisa bertahan karena mempunyai mata air
sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan serangan untuk merebut mata air. Setelah mata air dapat
direbut, Benteng Az Zubair pun takluk.

Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu lawan satu. Semua pahlawan Yahudi yang
maju berduel berhasil ditaklukkan oleh para pahlawan Islam. Kemudian Abu Dujanah yang kepalanya
diikat kain merah jika sudah bertekad mati, memimpin pasukan komando masuk dan menyusup ke
dalam benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay pun takluk.

Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat karena letaknya tinggi dan susah diserang.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan penggunaan manjaniq atau pelontar batu besar. Maka dinding-dinding
benteng jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk untuk menaklukkan musuh.

Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa
sempat terjadi pertempuran di benteng Al Qamush. Namun kedua benteng yang lain: Al Wathih dan
As Sulalim menyerahkan diri lewat perundingan.

Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka
siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar
yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyetujui hal itu seraya bersabda, "Aku juga membebaskan kalian dengan
perlindungan Allah dan rasulNya apabila kalian tidak menyembunyikan sesuatu pun dariku."

Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik. Beberapa dari mereka ketahuan
menyembunyikan harta di balik reruntuhan. Maka mereka pun dibunuh, karena melanggar perjanjian,
sebagai pembalasan atas terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka. Selesailah sudah
penaklukan Khaibar. Allahu Akbar!
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 129

PEMBAGIAN HARTA RAMPASAN DAN KEDATANGAN JA'FAR

Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Namun sebagian orang Yahudi itu
berkata,

"Wahai Muhammad berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa
mengolah dan menanganinya. Kami lebih berpengalaman daripada kalian."

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berpendapat bahwa mereka benar. Beliau dan para sahabat tidak mempunyai cukup
tenaga untuk mengolah tanah-tanah pertanian Khaibar yang lebih luas. Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
setuju untuk mengijinkan Yahudi mengolah tanah itu dan membagi hasil panen dengan kaum
muslimin.

Tanah Khaibar berjumlah 36 kelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi 100 bagian sehingga jumlah
totalnya sebanyak 3.600 bagian. Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin mendapat separuhnya. Beliau
mendapat satu bagian seperti halnya kaum muslimin yang lain. Sisanya dikhususkan untuk para wakil
beliau dan urusan umum kaum muslimin. Orang-orang muslim yang ikut dalam perjalanan perjanjian
Hudaibiyah mendapat masing-masing satu bagian-bagian, entah mereka itu ikut dalam perang Khaibar
atau tidak. Alasannya berkat jasa mereka jugalah kaum Muslimin dapat menaklukkan

Khaibar.

Setiap kuda yang ikut mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki
mendapat satu bagian.

Rampasan Khaibar ini begitu banyak sampai Ibnu Umar berkata,

Sebelumnya kami tidak pernah merasa kenyang, sebelum kami bisa menaklukkan Khaibar."

Aisyah pun berkata,

"Saat Khaibar ditaklukkan, kami bisa kenyang karena makan kurma".

Setelah kembali ke Madinah kaum Muhajirin mengembalikan apa yang dulu pernah diberikan oleh
kaum Anshor, yakni berupa pohon dan buah kurma, karena kini mereka telah memiliki banyak pohon
dan buah kurma di Khaibar.

Di Madinah Ja'far bin Abi Thalib dan rombongannya telah tiba dari Habasyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬begitu
gembira melihat Ja'far sehingga beliau bersabda,

"Demi Allah aku tidak tahu, karena aku gembira dengan penaklukan Khaibar dan kedatangan Ja'far."

Ja'far dan rombongannya pun masing-masing mendapatkan satu bagian tanah Khaibar.
SHAFIYAH

Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay. Ia adalah Putri Huyay bin Al Akhtab, pemimpin
Bani Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq.

Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat berkhianat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬karena
menyembunyikan harta Bani Nadhir. Shafiyah binti Huyay diberikan kepada Dihyah bin Al Khalifah.

Namun, seorang sahabat merasa iba kepada putri bangsawan Yahudi itu. Ia mendatangi Rasulullah ‫ﷺ‬
dan berkata,

"Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin Quraidhah dan
Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas dimiliki oleh engkau."

Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta Dihyah mengambil tawanan yang lain.
Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam. Shafiyah pun menerimanya. Setelah itu
Shafiyah pun menerima pinangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan kebebasannya sebagai mahar.

Di Ash Shaba', dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬menyelenggarakan walimah nikah.
Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan, dihidangkan kurma, makanan dari tepung, dan keju.
Rasulullah ‫ ﷺ‬berada di sana selama tiga hari. Pada saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada
wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya,

"Ada apa ini?"

"Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan akan
terlepas dari tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi ini kepada suamiku dan aku
tidak menyebut-nyebut dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng wajahku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan memberikan kata-kata menghibur,

"Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah."

Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zaenab binti Al Haris yang mencoba membunuh
Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan mengirimkan daging domba beracun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menggigit satu kunyahan, tapi segera memuntahkannya kembali sambil bersabda,

"Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging disusupi racun."

"Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?" tanya Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Zainab binti Al Haris.

"Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang Muhammad adalah seorang raja, maka ia pasti
akan mati memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu Allah akan memberitahunya."

Tadinya Rasulullah ‫ ﷺ‬akan melepaskan wanita itu, namun karena ada seorang sahabat bernama Bisyr
bin Al Barra yang meninggal karena memakan daging tersebut maka Zaenab binti Al Harits pun
diqishash.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 130

RASULULLAH MELARANG HIDUP MEMINTA-MINTA

Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ‫ﷺ‬
melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka
hidup dari pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di Madinah, sebagian mereka bahkan hidup
dari zakat. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menganjurkan agar mereka mau bekerja.

"Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi
orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta
kepada orang lain secara paksa," demikian nasihat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang-orang itu.

Ajaran yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah ajaran kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih
payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak
ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena amal dan pekerjaannya.

Sebaliknya Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat ada orang yang menghimpun hara kekayaan dari rampasan
perang dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika disedekahkan. Maka Rasulullah ‫ﷺ‬
melarang melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka bersedekah kepada orang yang
miskin dan sengsara.

"Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang mati dalam keadaan kenyang, sementara itu
tetangganya kelaparan," demikian sabda beliau.

"Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia harus menyisihkan bagi orang yang tidak
cukup belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan harta maka sisihkanlah kepada orang yang
kekurangan. Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang Islam maka ia bukan
dari golongan mereka."

Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan ada yang mau menyerahkan seluruh
hartanya. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mencegah tindakan berlebihan seperti itu dengan bersabda,

"Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya".

Muru'ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk muru'ah adalah menjaga diri agar jangan
memberatkan orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada, belajar menahan susah dan derita,
jangan menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut dalam pepatah Arab "anjing
kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang".

KEKUATAN KEYAKINAN RASULULLAH

Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau terus berusaha memperbaiki kehidupan
Islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah
keyakinan yang amat kuat kepada Allah SWT.
Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan
muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ‫ ﷺ‬beristirahat di
bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan
matahari. Rasulullah ‫ ﷺ‬menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur. Tiba-tiba
muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian
dari pasukan muslim. Ditujunya tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berteduh lalu dengan cepat ia mengambil pedang
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menodongkannya ke dada beliau.

"Apakah engkau takut kepadaku?" seringai orang itu.

"Tidak," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬tegas dan tenang.

Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya ke dada
Rasulullah, "Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?"

"Allah!"

Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke
dada orang itu.

"Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

Orang itu menjawab, "Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman."

Beliau bersabda, "Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah
Rasulullah."

"Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama orang-orang
yang memusuhimu," kata orang itu.

Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak
memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada
kaumnya, "Aku baru saja menemui orang yang paling baik."

Keyakinan Rasulullah ‫ ﷺ‬berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa,

"Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu, dan mencintai orang yang
cinta kepada-Mu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk mencintai-Mu. Ya Allah,
jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih dari pada aku mencintai diriku dan keluargaku dan lebih dari
rinduku pada air yang tawar pada kala panas.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 131

UMROH QADHA

Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibyah disepakati. Rasulullah ‫ ﷺ‬segera
memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umroh pengganti.

Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan mengenakan
pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Namun Rasulullah
‫ ﷺ‬tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau memerintahkan Muhammad bin
Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji.

Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka'bah.

Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka
ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan syahdu. Mereka
ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬dilahirkan dan tempat Wahyu
pertama diturunkan.

Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah
‫ ﷺ‬dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah mendirikan tenda tenda
di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro. Mereka melihat dengan penuh rasa
ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir.

UMROH QADHA

Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru, "Labaik, Labaik!"

Di depan Ka'bah Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan,

"Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya."

Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah menyentuh
Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai kembali menyentuh Hajar
Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya berjalan biasa. Setiap kali
beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah berjalan mereka pun serentak ikut
berjalan.

Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah dan
sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit.

Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia. Bukanlah disebut
mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah.

Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung kebodohan, memberi
peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai. Itulah orang yang mulia, meski
tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal.
Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara Safa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa'i,
sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata,

"Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan tempat
untuk menyembelih hewan qurban."

Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian pula kaum
muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu, beliau mengutus orang-
orang agar pergi ke Ya'jaj untuk menggantikan orang-orang yang telah diberi tugas menjaga
persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh. Mereka kemudian datang dan
melaksanakan manasik.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik
mendatangi Ali dan berkata,

"Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis."

Maka Nabi ‫ ﷺ‬pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Safar. Ketika hendak keluar
meninggalkan Mekah mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil,

"Paman ......! Paman ......!"

Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali.

(sesampai di Madinah) Ali, Ja'far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ‫ ﷺ‬memutuskan
bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far, karena istri Ja'far adalah saudara dari ibu putri
Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu)

ISLAMNYA KHALID BIN WALID

Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah.
Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin mengundang mengundang orang-
orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-orang itu menolak dan meminta beliau
bersama para sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu yang disepakati telah habis. Maka,
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya pun berangkat pulang.

Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat dan tidak rakus
dalam hal makan minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik. Ditambah lagi bibinya sendiri
telah menikah dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬Khalid berkata kepada kawankawannya,

"Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga
bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini. Setiap orang
yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya."

Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung berkata,

"Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh paman dan
sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti itu!"
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 132

"Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah,
aku mengikut agama Islam!"

Abu Sufyan kemudian memanggil Khalid,

"Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?"

Ketika Khalid membenarkan, Abu Sufyan memerah wajahnya,

"Demi Latta dan Uzza, kalau itu benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi sebelum Muhammad!"

"Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan terjadi,"

Kemarahan Abu Sufyan meledak. Ia maju hendak menyerang Khalid. Namun lkrimah menahannya
seraya berkata,

"Sabar Abu Sufyan, seperti engkau, aku juga khawatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-
kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangan
hidupnya itu, padahal mungkin kelak seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku khawatir
jangan-jangan sebelum bertemu Muhammad lagi tahun depan, seluruh Mekkah sudah menjadi
pengikutnya!"

Sejak menjadi seorang muslim, sejarah hampir tidak pernah mencatat kekalahan pasukan yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid. Ketika menghadapi 240.000 pasukan Romawi, pasukan muslim yang
jauh lebih kecil jumlahnya menjadi ragu.

Khalifah Abu Bakar berkata,

"Demi Allah, semua kekhawatiran keraguan mereka akan hilang dengan kedatangan Khalid!"

PERANG MUT'AH

Khalid bin Walid segera pergi ke Madinah dan menggabungkan diri dengan kaum muslimin. Tidak lama
kemudian menyusul pula dua orang pembesar Quraisy Amru bin Ash dan Utsman bin Tolhah, mereka
diikuti juga oleh banyak penduduk Mekah.

Kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap Mekah tampaknya tinggal menunggu waktu. Namun sebelum itu
terjadi, 15 orang yang dikirim ke perbatasan Syam dibunuh oleh pihak Romawi.

Maka pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriyah atau 629 masehi Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil tiga ribu
prajurit pilihan. Beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan pasukan kepada Zaid bin Haritsah sambil
bersabda,

"Kalau Zaid gugur maka Ja'far bin Abu Tholib yang memegang tampuk kepemimpinan, dan jika Ja'far
gugur maka Abdullah bin Rawahah yang memegang tampuk kepemimpinan.

Pasukan berangkat diiringi doa dan ucapan selamat dari masyarakat ramai. Rasulullah ‫ ﷺ‬turut
mengantar sampai ke luar kota dan berpesan,
"Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta, dan anak-anak. Jangan menghancurkan rumah-
rumah atau menebangi pepohonan. Allah menyertai dan melindungi kalian. Semoga kalian kembali
dengan selamat."

Zaid bin Haritsah merencanakan untuk menyergap musuh dengan tiba-tiba. Namun ketika tiba di
Ma'an mereka amat terkejut.

Syuhrabil gubernur Heraklius telah menghimpun pasukan yang terdiri atas orang-orang Yunani dan
orang-orang Arab. Heraklius sendiri mengerahkan pasukan Romawi untuk membantu pasukan lawan
yang tengah menanti pasukan muslimin yang berjumlah 200.000 orang!"

Para pemimpin tentara muslimin agak ragu. Apakah mereka harus maju atau meminta bala bantuan
dari Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah yang terkenal sebagai seorang ksatria dan pemberani
berkata,

"Saudara-saudara apa yang tidak kita sukai justru itu yang kita cari sekarang ini yaitu mati syahid. Kita
memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan juga bukan karena jumlah
orang yang banyak, melainkan kita memerangi mereka hanyalah karena agama, juga yang dengan itu
Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua
pahala ini menang atau mati syahid."

KATA-KATA ABDULLAH BIN RAWAHAH INI MELAMBUNGKAN SEMANGAT PASUKAN.

"Ibnu Rawahah memang benar!"

Abdullah bin Rawahah ini adalah seorang penulis dan penyair yang untaian syair-syairnya meluncur
dari lidah yang kuat dan indah didengar. Semenjak memeluk Islam dibuktikannya kemampuan bersyair
itu untuk Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menhyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta Abdullah untuk lebih
tekun lagi membuat syair.

GUGURNYA TIGA PAHLAWAN

Di desa Masyarief kedua pasukan bertemu. Namun dengan cerdik, pasukan muslim membelok ke
Mu'tah. Tempat itu dianggap jauh lebih baik sebagai tempat bertahan. Di mu'tah inilah terjadi
pertempuran dahsyat yang jarang disaksikan sejarah karena jumlah kedua pasukan berbeda begitu
jauh.

Zaid bin Haritsah bertempur dengan gagah berani. Saat itu hampir tidak ada satu pahlawan pun yang
bisa menyaingi kehebatannya. Ia bertempur dan bertempur sampai akhirnya sepucuk tombak
menghantamnya dengan telak. Zaid bin Haritsah jatuh ke tanah dan gugur sebagai syuhada.

Sesuai dengan pesan Rasulullah ‫ ﷺ‬Zaid dan maju memimpin pasukan. Usia Kakak Ali bin Abi Tholib ini
baru 33 tahun. Ja'far benar-benar pemuda tampan cerdas dan berani. Ia maju dan bertempur dengan
semangat menyala bagai api yang mengamuk. Ketika tangan kanannya ditebas hingga putus Ja'far
meraih bendera dengan tangan kiri namun tidak lama kemudian tangan kiri ini juga lepas karena
sabetan pedang. Dengan kekuatan yang tersisa Ja'far mempertahankan bendera dengan kedua
pangkal lengannya sampai seorang prajurit Romawi membelah tubuh Ja'far. Pemuda tampan ini
gugur. Ibnu Umar yang saat itu bertempur di sampingnya mengatakan,
"Kuhitung ada 50 luka di tubuhnya, namun tidak satu pun yang terdapat di bagian punggung."

Kedua lengan Ja'far yang putus diganti Allah dengan sepasang sayap sehingga Ja'far dapat terbang
kemana pun ia mau. Karena itulah Ja'far dijuluki Ath Thayar atau penerbang atau Dzuljanahain atau
orang yang memiliki dua sayap.

Kini giliran Abdullah bin Rawahah yang menjadi panglima. Ia yang mengibarkan bendera, tetapi
hatinya ragu sejenak sambil berkata,

"Oh diriku! Mengapa engkau masih ragu atau terpaksa? Jika pertempuran telah dimulai dan
genderang bertalu-talu, mengapa kulihat engkau masih membenci surga?"

Kemudian Abdullah bin Rawahah maju dengan gagah sampai akhirnya juga gugur.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 133

Rasulullah bersabda,

"Zaid dan Ja'far telah diangkat kepadaku di surga di atas ranjang emas. Aku juga melihat ranjang
Abdullah, tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya."

"Mengapa Ya Rasulullah?" tanya para sahabat keheranan.

"Sebab yang dua orang itu terus maju, tapi Abdullah sempat agak ragu walau ia terus maju juga."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu benar betapa penting dan berbahayanya perang kali ini. Karena itu beliau sengaja
memilih 3 panglima perang yang pada waktu malam bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah,
sedang pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama. Tiga orang ini tidak berkeinginan kembali
karena mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan.

KHALID BIN WALID MENJADI KOMANDAN

Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya pertempuran dari wahyu yang diturunkan
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Belia bersabda,

"Zaid mengambil bendera lalu dia gugur. Kemudian Ja'far mengambilnya dan dia pun gugur.
Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun gugur..."

Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah ‫ﷺ‬. Setelah itu beliau bersabda lagi, Salah satu dari
Pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka.
Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah ‫ﷺ‬.

Di Mu'tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil berseru,

"Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita!"

"Engkau sajalah." "Tidak saya tidak akan mampu."

Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang baru saja memeluk Islam.

Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai pertempuran kecil. Ia mengulur-ulur waktu
sampai tibanya perang.

Sementara itu Khalid bertempur dengan gagah sampai sembilan pedangnya patah dan yang tersisa
hanya sebatang pedang lebar model Yaman.

Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun pasukannya untuk menjalankan strategi baru.
Keesokan harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar. Mereka melihat debu berterbangan
tanda adanya pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di belakang pasukan muslim.

"Mereka mendapat bantuan besar!" seru orang-orang Romawi.

Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu adalah akibat strategi Khalid yang menarik
pasukan depan ke belakang dan menaruh pasukan belakang ke depan pasukan yang berada di
belakang. Mereka berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah datang pasukan besar dari Madinah.
Setelah bertempur dengan saling mengintip kekuatan, pelan-pelan Khalid bin Walid menarik mundur
pasukannya dengan tetap mempertahankan susunan tempur.

Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan lega. Kalau 3.000 orang saja sudah
sedemikian tangguh, apalagi jika pasukan bantuannya datang, demikian pikir mereka.

DAMPAK PERTEMPURAN MU'TAH

Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah ‫ ﷺ‬karena gugurnya ketiga panglima muslim.

Mereka pergi ke rumah Ja'far dan melihat istrinya Asma bin Umair sedang membuat adonan roti
sementara itu anak-anaknya sudah dimandikan diminyaki dan dibersihkan. Saat itu Asma belum tahu
nasib yang menimpa suaminya. Rasulullah ‫ ﷺ‬memeluk dan mencium anak-anak Ja'far dengan air mata
berlinang.

"Ya Rasulullah demi ayah bundaku," tanya Asma gelisah. "Mengapa anda menangis? Apakah ada hal-
hal yang menimpa Ja'far dan kawan-kawannya?"

"Ya hari ini mereka gugur," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan air mata yang terus bergulir membasahi pipinya.

Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para wanita berdatangan menghiburnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang dan berkata kepada para istrinya, "Keluarga Ja'far jangan dilupakan, buatkan
makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam kesusahan".

Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah datang, beliau membelainya sampai menangis.
Ketika para sahabat bertanya,

"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬menangisi para syuhada yang masuk surga?" Rasulullah menjawab bahwa itu
adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya.

Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan mundur itu. Pasukan Khalid pun dicemooh,

"Hai orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!"

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Mereka bukan pelarian melainkan orang-orang yang akan tampil kembali, Insyaallah."

Sementara itu pertempuran Mu'tah telah menimbulkan rasa kagum yang luar biasa di kalangan suku-
suku Arab kepada kaum muslimin. Selama ini, mereka menganggap siapa pun yang berniat memusuhi
Romawi sama saja dengan mencari mati.

Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan bisa mengundurkan diri tanpa kerugian
besar membuat mereka yakin bahwa pasukan muslim pasti mendapat pertolongan Allah dan
pemimpin mereka benar-benar utusan Allah.

Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja, Ghafatan, Fazarah, dan lainnya masuk Islam.
Padahal sebelumnya mereka sangat keras memusuhi Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat prihatin dengan anak-anak Ja'far karena beliau penyayang anak-anak dan sering
memberi mereka nasehat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah menasehati seorang anak
yang sedang berjalan dengan ayahnya,

"Ingatlah kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat
membuatnya mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan kamu
jangan panggil ia dengan namanya."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 134

QURAISY MELANGGAR PERJANJIAN HUDAIBYAH

Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada suatu malam, Bani Bakr yang merupakan
sekutu orang Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza'ah. Pada saat itu, Bani Khuza'ah tengah
tertidur lelap di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al Watir. Setelah perjanjian
Hudaibyah, Bani Bakr memihak Quraisy, sedangkan Bani Khuza'ah menggabungkan diri dengan
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza'ah terdesak dan kewalahan. Dalam pertempuran itu,
diam-diam pihak Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan pelanggaran besar terhadap
perjanjian Hudaibyah. Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut lagi kepada kaum muslimin. Mereka
mengira, kaum muslimin sudah hancur dalam pertempuran Mu'tah.

Bani Khuza'ah lari berlindung di sekitar Ka'bah. Di tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri
mengingatkan pemimpin mereka untuk tidak perang di tanah suci Kabah,

"Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat Tuhanmu, Tuhan mu!"

Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan ini, menjawab dengan kasar,

"Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr! Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah, kalau perlu
kalian boleh mencuri di tanah suci. Apakah kalian tidak ingin melampiaskan dendam di tanah suci?"

Akhirnya Bani khuza'ah baru benar-benar bisa menyelamatkan diri dari pembantaian setelah mereka
mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga Budail bin Warqa Al khuza'i. Setelah itu tanpa
menunggu lebih lama lagi, Amr bin Salim Al khuza'i cepat-cepat pergi ke Madinah menemui Rasulullah
‫ﷺ‬.

Ia bertemu dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia membacakan
syairnya.

"Ya Robbi, aku mengingatkan Muhammad tentang persahabatan ayah kami dan ayahnya pada masa
lalu...... Quraisy telah menghianatimu dalam perjanjian..... Mereka mendesak hingga ke Ka'bah dan
membunuh kami saat sedang ruku dan sujud kepada Ilahi."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim."

Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau bersabda,

"Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani Kaab (sebutan lain untuk bani Khuza'ah)"

Dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 55-56, Allah berfirman,


َُِ َُ‫ل َف ُه ُْم َك َفرُوا الَذِين‬
َُ‫ّللا عِن َُد الد ََوابُ َشرَُ إِن‬ ُ َ َُ‫ي ُْؤ ِم ُنون‬
Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah
orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. Surah Al-Anfal (8:55)

َُ ‫ل َو ُه ُْم مَرَ ةُ ُكلُ فِي َع ْه َد ُه ُْم يَنقُضُونَُ ُث َُم ِم ْن ُه ُْم عَاه‬


َُ‫َدت الَذِين‬ ُ َ َُ‫َي َتقُون‬
(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, Kemudian setiap kali berjanji, mereka
menghianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah). Surah Al-Anfal (8:56)

QURAISY MENGUTUS ABU SUFYAN

Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat disesali oleh pemimpin mereka. Karena
itu, mereka mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk menguatkan kembali perjanjian dan
memperpanjang waktunya. Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, tetapi
menemui putrinya, Ummu Habibah yang sudah menjadi isteri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin duduk di tikar tempat biasa Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk.
Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum diduduki ayahnya.

"Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar itu dari pada aku?" keluh abu Sufyan.

"Ini tikar Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal ayah adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di
atasnya."

"Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu setelah berpisah denganku."

Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia bicara panjang lebar membujuk Rasulullah
‫ ﷺ‬agar memperpanjang perjanjian. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menanggapinya.

Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan meminta agar Abu Bakar membujuk Rasulullah
‫ﷺ‬. Namun Abu Bakar berkata,

"Aku tidak sudi melakukannya."

Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu Sufyan agar mau membujuk Rasulullah ‫ﷺ‬. Umar
menjawab,

"Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah ‫ ?ﷺ‬Demi Allah, walau hanya pasir
yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan kupergunakan untuk melawan kalian!"

Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu
sedang bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az Zahra istrinya. Namun, dengan
lembut Ali menjawab,

"Jika Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah mengambil keputusan, tidak seorangpun dari kami yang bisa menarik
keputusan beliau."

Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang yang dulu
pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan membawa kabar
buruk itu bagi kawan-kawannya.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 135

SURAT HATHIB BIN ABI BALTA'AH

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan semua orang untuk mengadakan persiapan. Beliau memberi tahu bahwa
sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun berdoa,

"Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar ini, hingga aku tiba di sana secara
tiba-tiba."

Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada Quraisy tentang
rencana ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang diberi uang oleh Hathib.
Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita itu pun berangkat.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬diberi wahyu tentang hal tersebut sehingga beliau cepat menyuruh Ali Bin Abi
Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keduanya pun memacu kudanya kencang-
kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata,

"Serahkan surat yang kau bawa!"

"Aku tidak membawa sepucuk surat pun."

Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan teliti. Ketika
tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata,

"Aku bersumpah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat
itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!"

Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan suratnya. Setelah surat itu sampai di
tangannya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Hathhib,

"Apa ini wahai Hathib?"

"Rasulullah," jawab Hathib, "demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun
tidak ada perubahan pada diri saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-
tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka."

Umar bin Khatab maju dan berkata,

"Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau Allah
meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan, "Berbuatlah
sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?"

Umar pun menangis sambil berkata,

"Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."


Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting. Abu
Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda,

"Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya."

Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu memberikan
kejutan, sehingga Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah.

PASUKAN MUSLIM BERANGKAT

Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku
demi suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr Az Zhahran, jumlah mereka mencapai
10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Madinah.

Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka
mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai, dipergoki Abbas paman Rasulullah ‫ﷺ‬. Abbas
membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin. Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah ‫ ﷺ‬di
dalam tenda beliau.

"Kasihan engkau Abu Sufyan," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬. "Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui,
bahwa tiada Tuhan selain Allah?"

"Demi ayah dan ibuku," jawab Abu Sufyan. "Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan
menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu
sudah mencukupi segalanya."

"Kasihan engkau wahai Abu Sufyan," demikian sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi. "Bukankah tiba waktunya
engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?"

"Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan kekeluargaan,
namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di hatiku.

Akhirnya, Abbas pun turun bicara,

"Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah engkau
lancarkan pada Islam!"

Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas berbisik,

"Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia sedikit
kebanggaan."

"Baiklah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, "Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman.
Barangsiapa yang memasuki Masjidil Haram, juga akan aman."

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta Abbas memperlihatkan keagungan pasukan muslim.


Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu melihat
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata,

"Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!"

"Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian,"

"Kalau begitu akan lebih bagus lagi."

Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah ke
arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria. Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada
orang Quraisy bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬akan mengadakan serangan ke sana, bukan ke Mekah.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 136

FATHU MEKKAH

Setelah pasukan Islam lewat, Abbas berkata kepada Abu Sufyan,

"Selamatkanlah kaummu."

Maka cepat-cepat Abu Sufyan juga memacu tunggangannya memasuki Mekah sambil

berseru,

"Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak

mungkin dapat kalian lawan. Barang siapa yang masuk rumahku, akan selamat! Barangsiapa

yang menutup pintu rumahnya, akan selamat! Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram,

juga selamat!"

Namun tidak semuanya menuruti Abu Sofyan, lkrimah bin Abu Jahal memimpin sepasukan

Quraisy untuk melawan.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah membagi pasukannya untuk memasuki Mekah dari tiga jurusan.

Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin Zubair bin Awwam,

sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memimpin pasukan dari dataran tinggi Kida.

Sa'ad bin Ubadah berseru,

"Hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini diperbolehkan melakukan segala hal yang dilarang di
Kabah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬berulang-ulang membaca surat al-Fath dengan suara sangat merdu. Beliau

tidak memasuki Mekah seperti seorang penakluk namun jutru menundukkan kepala tanda syukur
kepada Allah.

Karena itu, beliau menunjukkan wajah tidak suka ketika dilihatnya pasukan Khalid bin Walid

bertempur karena diserang oleh pasukan Ikrimah. Namun akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ketentuan Allah selalu lebih baik."

Pasukan Quraisy terkalahkan dan lkrimah melarikan diri. Tiba di depan Ka'bah, Rasulullah ‫ﷺ‬

menghampiri Hajar Aswad, menciumnya dan berthawaf keliling Ka'bah. Beliau menunjuk dengan
busur ke arah 360 buah berhala di sekeliling rumah Suci sambil membacakan ayat Alquran,
Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu
adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Surah Al-Isra' (17:81)

Maka berhala-berhala itu pun dirobohkan. Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke dalam Ka'bah dan

bertakbir di ke empat sudutnya. Beliau melihat di dalam Ka'bah ada gambar nabi Ibrahim as dan Nabi
Ismail as sedang bermain undian anak panah. Beliau mengutuk orang yang membuat gambar itu.

Setelah itu Bilal naik ke atas Ka'bah dan beradzan karena waktu sholat Dhuhur telah tiba.

Sebelumnya Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya mempunyai 3.000 tentara dalam Perang Khandaq menghadapi 10.000
pasukan Quraisy dan sekutunya. Kini mendadak beliau muncul di depan

Mekah dengan 10.000 prajurit. Quraisy begitu terkejut dan ketakutan sehingga tidak

mampu memberi perlawanan kecuali menyerah.

QURAISY BERBONDONG-BONDONG MASUK ISLAM

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengucapkan khotbah di hadapan orang-orang Mekah.

"Tiada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Allah yang telah menepati janji-
Nya memenangkan hambanya Muhammad dan mengalahkan musuh-musuhNya dengan diri-Nya
sendiri."

"Sesungguhnya segala macam balas dendam, harta, dan darah semuanya berada di bawah

kakiku ini, kecuali penjaga Ka'bah dan pemberi air minum kepada jamaah haji."

"Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian kesombongan

jahiliyah dan mengagungkan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam berasal dari
tanah."

"Wahai kaum Quraisy menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak ku ambil terhadap
kalian?"

Orang-orang Quraisy menjawab,

"Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia."

Beliau pun bersabda, "Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!"

Setelah itu berbondong-bondonglah penduduk Mekah masuk Islam. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬membaiat
kaum laki-laki Quraisy untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasulullah.

Setelah itu giliran kaum wanita di antara mereka. Di antara mereka, hadir Hindun bin Uthbah, istri Abu
Sufyan. Ia menyamar karena dulu telah bertindak kejam terhadap Hamzah

pada perang Uhud.

Tanpa memegang tangan para wanita itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬membaiat mereka agar tidak
menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, dan tidak

berbohong.

Di tengah-tengah Baiat itu, Hindun menyela,

"Demi Allah aku terlalu sering mengambil uang Abu Sufyan, aku tidak tahu apakah hal itu di

halalkan atau tidak?"

Abu Sufyan yang saat itu hadir berkata,

"Aku halalkan semua hartaku yang pernah kau ambil."

"Apakah engkau Hindun binti Utbah?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬

"Ya aku adalah Hindun binti Utbah." jawab Hindun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menoleh kepada Abu Sufyan, "Maafkan ia atas perbuatannya yang lalu, semoga Allah
memaafkanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang pemaaf, tidak akan pernah ada dalam sejarah seseorang yang

mampu memberi maaf seperti yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang-orang Quraisy. Padahal
orang-orang Quraisy inilah yang dulu membunuh para pengikut Rasulullah ‫ ﷺ‬menghina, mencaci,
melukai, memboikot, mengusir, dan memerangi Rasulullah ‫ ﷺ‬tetapi ketika justru Rasulullah ‫ﷺ‬
mempunyai kekuatan untuk membalas, beliau bersabda,

"Kamu semua bebas..."


KISAH RASULULLAH

BAGIAN 137

FADHALAH

Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu
Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin

Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika
dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di

balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin
dekat semakin dekat kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Tangan Fadhalah masuk ke balik

bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh Rasulullah

Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menoleh kepadanya dan menegur,

"Apakah ini Fadhalah?"

Agak terkejut, Fadhalah menjawab, "Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah."

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum. Beliau meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah

sambil bersabda,

"Mohon ampun kepada Allah.... "

Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata,

"Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih aku cintai
daripada beliau."

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita

itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah
berkata,

"Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal

bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬menghancurkan semua berhala. Agama Allah itu sangat
jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan."

Sejak hari itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau

bersabda,

"Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah."
Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang begitu besar. Kasih sayang betul-betul
membanjiri hati beliau yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau berupa
keramahan, pada mata beliau berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa

kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang paling menonjol dan tak seorang
pahlawan pun berhasil menyamainya.

SHALAT KEMENANGAN

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan

sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta
perlindungan kepada Ummu Hani. Ali bin Abu Tholib berkeras ingin membunuh dua orang itu. Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani."

Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian

diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput
suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam.

Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian

membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang musyrik.

Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah
‫ﷺ‬

Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ‫ﷺ‬.

Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar menjadi seorang
muslim yang taat.

Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka bertanya
kepada saudara Anshornya,

"Apakah menurut kalian Rasulullah ‫ ﷺ‬akan menetap di Mekah setelah Allah memberi kemenangan?"

Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi.

Ketika itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu

selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya,

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah."

Namun, karena kekhawatiran yang terus membesar, akhirnya mereka menyampaikannya

kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau pun bersabda,

"Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah
tempat mati kalian."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 138

MENGHANCURKAN BERHALA-BERHALA LAIN

Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah ‫ ﷺ‬memberikan
kemenangan besar kepada kaum muslimin justru pada saat mereka tengah menunaikan ibadah
shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengirim Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala-
berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah.

Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,

"Apakah engkau melihat sesuatu?"

"Tidak," jawab Khalid

"Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!"
demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika sampai di
tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-
orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke
Mekkah, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini."

Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa' milik Bani Hudhail di Ruhath.

Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa' bertanya,

"Apa maumu?"

"Aku diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menghancurkan Suwa"

"Engkau tidak akan sanggup!" jawab penjaga sambil melotot.

"Mengapa?" tanya Amr bin Ash geram.

"Karena engkau akan dihalangi!" seru penjaga dengan yakin.

"Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!" seru Amr bin Ash gemas.

"Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?"

Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa' sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia bertanya
kepada penjaga,

"Bagaimana menurut pendapatmu?"

"Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah", jawab penjaga.


Sa'ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menghancurkan Manat. Berhala
itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul dukun wanita
berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa'ad. Sa'ad membunuhnya dan menghancurkan
berhalanya.

Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah ‫ ﷺ‬Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi
dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada
di alam semesta ini

ANCAMAN HAWAZIN DAN TSAQIF

Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan
lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam. Hati semua orang sudah
yakin bahwa islam telah meraih kemenangan.

Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan
perdamaian.

Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kaum Muslimin.

Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak.
Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya,

"Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?"

"Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika
mereka kalah," jawab Malik bin Auf.

"Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah
mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah
orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika
engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung."

Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata,

"Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!"

Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ‫ ﷺ‬meninggalkan Mekah dengan 12 ribu pasukan
termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul seorang penunggang
kuda ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersabda,

"Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki

Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagaian prajurit muslim berkata dengan bangga,

"Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan."

Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana.


Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu seorang
sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy.

Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan, Rasulullah
‫ ﷺ‬meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin Umayyah yang saat itu belum
masuk Islam
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 139

PERANG HUNAIN

Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain. Namun diam-diam Malik bin
Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana. Malik menyusupkan pasukannya di tengah
kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk ceruk tersembunyi dan celah celah
bukit.

Selepas sholat subuh Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas kepada setiap
komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim berangkat.

Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, serangan panah yang gencar dan serentak datang seperti
hujan. Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun didahului oleh seorang laki-laki
yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam di ujung tombak. Setiap kali menemui
seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-kuat.

Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari kocar-kacir. Perasaan takut dan gentar begitu kuat
menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan teman-temannya lagi.

Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makah, tersenyum sambil berkata,

"Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut."

Beberapa orang Mekah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata,

"Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud."

Kalada bin Hanbal berkata,

"Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi."

Rasulullah ‫ ﷺ‬yang saat itu duduk di atas keledai putihnya menunjukkan ketabahan yang luar biasa.
Ketika semua pengikutnya berlarian mundur, beliau tetap di tempat ditemani beberapa sahabatnya.
Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian.

"Hai orang-orang, kamu mau kemana? Mau kemana? aku adalah Rasulullah! Aku adalah Muhammad
bin Abdullah."

Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri sendiri. Saat
itu Abu Sufyan memegang tali kekang keledai dari Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Abbas memegangi pelananya agar
keledai Rasulullah ‫ ﷺ‬itu tidak melarikan diri karena ketakutan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬turun dari keledainya dan berdoa,

"Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu."


KEMENANGAN

Selesai berdoa Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para prajurit. Abbas
adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru,

"Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan? Manakah saudara-
saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon? Kemarilah saudara-saudara. Rasulullah ‫ﷺ‬
masih hidup!"

Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu,

"Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan seekor
induk sapi terhadap anaknya."

Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah. Orang-orang
Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok Rasulullah ‫ ﷺ‬dan janji mereka
untuk melindungi beliau.

Mendengar nama Rasulullah ‫ﷺ‬, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah berjuang begitu
bersusah-payah bersama beliau. Kehormatan mereka tersentuh sehingga dengan penuh semangat
orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru,

"Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!"

Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada dan bertempur dengan
dahsyat. Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang kemenangan. Melihat
para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat yang makin melambung
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-Nya"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyebarkan segenggam kerikil pada musuh sambil bersabda,

"Wajah-wajah buruk!"

Tidak lama kemudian pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan semua istri,
anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan, 22.000 unta, 40.000 kambing
dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin.

Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas. Di tempat ini Hawazin dihancurkan sama
sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Malik bin Auf lari ke dalam kota Tha'if dan berlindung di sana.

Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika pasukan
muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan menangkis serangan lawan
dan tangan kiri memegang tali kekang.

Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ‫ ﷺ‬menatap Abu Sufyan berlama-lama seraya
berkata,

"Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits..."

Mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru dan air matanya membasahi kaki
Rasulullah ‫ﷺ‬.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 140

PERANG THAIF

Saat itu turunlah Firman Allah

ُ‫ّللا ُ َنصَرَ ُك ُُم لَ َق ْد‬َُ ‫ن َفلَ ُْم َك ْثرَ ُت ُك ُْم أَعْ جَ َب ْت ُك ُْم إُِْذ ۚ ُح َنيْنُ َوي َْو َُم ۚ َكثِيرَ ةُ م ََواطِ نَُ فِي‬ ُْ ‫َت بِ َُما ْاْلَرْ ضُُ َعلَ ْي ُك ُُم َوضَا َق‬
ُِ ‫ت َشيْئا َع ْن ُك ُْم ُت ْغ‬ ُْ ‫ُث َُم رَ ُحب‬
‫م ُْد ِب ِرينَُ َولَ ْي ُت ُْم‬
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak,
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi
yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.

Surah At-Taubah (9:25)

ُ‫ل ُث َم‬
َُ ‫ّللا ُ أَ ْن َز‬ َُ ‫ك ۚ َك َفرُوا الَذِينَُ وَ ع ََذبَُ َترَ ْوهَا لَ ُْم ُج ُنودا َوأَُْن َز‬
َُ ‫ل ا ْلم ُْؤ ِمنِينَُ َو َعلَى رَ سُولِ ُِه َعلَىُ َسكِي َن َت ُُه‬ َُ ِ‫ا ْل َكاف ِِرينَُ جَ َزا ُُء َو َذل‬
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman,
dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana
kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Surah At-Taubah (9:26)

Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian menyerang dengan manjaniq dan "thank".
Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar. Para prajurit maju dan dengan sengaja
berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas
hingga "thank" itu terbakar.

Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ‫ ﷺ‬memakai cara lain. Beliau
memerintahkan agar kebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang. Namun,
karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun membatalkan
perintahnya.

Beliau juga berkata kepada musuh,

"Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas."

Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan muslimin. Dari merekalah Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-
bulan. Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Salah seorang sahabat berkata,

"Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bijak dan penyayang malah berdoa,

"Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah mereka."

Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin Muawiyah memberi saran kepada Rasulullah
‫ﷺ‬,

"Wahai Rasulullah, mereka itu seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus
menungguinya tentu akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa berbahaya
jika engkau tinggalkan.."

MENGEMBALIKAN TAWANAN THAIF

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif.

Di Ji'rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang. Di antara
para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat,

"Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?" Setengah tidak percaya
mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ternyata Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu dengan
wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika
beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke
kabilahnya. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun membebaskan Syaimah.

Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ‫ﷺ‬
memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan.

"Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang
dulu pernah memeliharamu. Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu'man bin Al
Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini, tentu kami
manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya. Konon pula engkau yang sudah mendapat pengasuhan
yang terbaik...."

Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah dirawat di lingkungan
mereka. Hati Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu berterimakasih dan
mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau pun bertanya,

"Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai."

"Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?"

"Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai."


Di hadapan pasukannya Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya melepaskan anak-
anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu, serentak para sahabat pun segera melepaskan para
tawanan dengan berkata,

"Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik
bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor
unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 141

PEMBAGIAN HARTA RAMPASAN

Rasulullah ‫ ﷺ‬mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta rampasan perang.
Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan
bijaksana.

Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya,

"Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?"

Maka, Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.

Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu
mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ‫ ﷺ‬terdesak ke sebuah pohon dan
mantelnya yang terlepas pun diambil orang.

"Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku
akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang kikir, takut,
dan dusta."

Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang punuk unta.
Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda,

"Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula
sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan kepada kalian."

Keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru memeluk Islam
sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini
perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya.

Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa harta
rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40
domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.

Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini pun, mulanya
tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa.

Kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk
orang bertaqwa

1. Hidup berkah

2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk

3. Albusyro yaitu kegembiraan

4. Bersama Allah

5. Dicintai Allah
6. Yusra atau diberi kemudahan

7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan

8. Tidak sulit rezeki

9. Mendapat ampunan Allah

10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.

ORANG-ORANG ANSHAR

Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya.

Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi
kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam
pertempuran yang menikmati hasilnya?

"Rasulullah ‫ ﷺ‬telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya,

"Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku.
Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk
kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga menyatukan
hati kalian?"

Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"?

"Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah
dan Rasul-Nya juga."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang
kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang,
kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau dalam
kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.

Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap
harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang
terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila orang-
orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat
kamu?

Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang
Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain,
niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-
anak dan cucu-cucu Anshar."
Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup
api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau
mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu maka
engkau akan mendapat bau busuknya."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 142

ZAINAB WAFAT

Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada
mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya
sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata,

"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ‫ ﷺ‬menunjuk
'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al Quran dan
menjalankan ajaran agama.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani
mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin. Semua merasa bahwa
Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan membebaskan tanah suci.

Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam
termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini.

Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan
memeluk Islam di hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ‫ﷺ‬
wafat. Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab memang tidak pernah
sembuh. Kini keturunan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu
Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul
Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ‫ ﷺ‬sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak
pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau
tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita.

Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang
berduka.

Kemudian lahirlah putra Rasulullah ‫ ﷺ‬dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan
Mauqauqis kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati
beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim.

Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu

Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di belakangnya jika Rasul sujud
Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya
diangkat dari sujud, Umamah diambil lagi.
KELAHIRAN IBRAHIM

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin.
Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬
menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim.

Hampir setiap hari Rasulullah ‫ ﷺ‬mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat Ibrahim tumbuh
sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang menghangatkan hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu hari dengan
penuh perasaan gembira Rasulullah ‫ ﷺ‬menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"

Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang lain. Aisyah dan
istri2 Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka
sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat kegembiraan Rasulullah ‫ ﷺ‬menggendong
Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka.

Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ‫ ﷺ‬sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah
kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai-
sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain.
Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau memisahkan diri dari para istrinya.

Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah.
Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ‫ ﷺ‬menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang
menengok Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ‫ﷺ‬
yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ‫ ﷺ‬menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa
kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya.

Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai beliau
merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa
beliau tidak menceraikan istri-istri beliau.

Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Kalau saja Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai
menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan
mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar
dan hidup rukun seperti sedia kala.

Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau senang bergurau dan
senang melihat mereka bergurau.

Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata,

"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan
adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ‫ ﷺ‬tertawa."
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 143

PERANG TABUK

Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh
penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini
semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.

"Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur," demikian
pikir Kaisar Romawi.

"Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya."

Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40000 orang. Termasuk di
dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan
tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat
cerdik pada perang Mu'tah.

Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan


menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-
sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya,
"Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?"

Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim gugur yang
dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat
tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga
jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.

Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau
memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar
mungkin. Keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim
panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.

Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah
panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit.
Apalagi Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan
yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum
muslimin?

Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu.
Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur
pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih
bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.
PERSIAPAN RASULULLAH

Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin, membuat sikap orang
terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan
Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa ragu lagi.

Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan yang
sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang
dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang
diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik
Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau menerimanya dan bersabda,

"Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini."

Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai
seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf
datang menyerahkan 200 uqiyah perak.

Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ‫ﷺ‬. Abu Bakar
menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.

"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar.

Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata,

"Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya."

Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang
menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang
mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun
orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah.

Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan sesuatu namun
minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ‫ ﷺ‬terpaksa menolak mereka dengan
bersabda,

"Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian."

Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.

Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya
karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya.
Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah menuju
Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 144

ORANG-ORANG MUNAFIK

Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung bersama sambil
berlomba membawa sedekah ke Madinah, orang-orang munafik malah berbisik-bisik. Mereka
mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka, terdengarlah cemoohan kepada ajakan
Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada yang lain.

Tentang perkataan ini turunlah firman Allah ‫َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬

َُ‫َن م ِۡنہُمُۡ و‬ ُۡ ‫ی ۡائ َذ‬


ُُ ‫ن َيقُ ۡو‬
ُۡ ‫ل م‬ َُ ‫ی‬
ُۡ ‫ل وَُ ل‬ ُ َ َ‫ط ۡوا ۡالف ِۡت َن ُِۃ فِی ا‬
ُۡ ‫ل ۚ َت ۡفتِن‬ ُ ‫ِب ۡالکفِر ۡينَُ لَ ُمح ِۡي َطۃُ جَ َہ َن َُم اِنَُ وَُ ۚ َس َق‬
ِ
Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah
kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.

{At-Taubah (‫ )التوبة‬/ 9:49}

"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka
di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah
dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi berperang dalam panas terik ini."
Katakanlah,

"Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui."

Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok pengikutnya.
Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬ke medan perang.

Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini. Mereka
menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan mereka untuk pergi.
Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik. Mereka berkumpul di rumah Sulaim,
orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan merajalela menebar kerusakan.

Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka. Thalhah
datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut melarikan diri, salah
seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain memaksa menerobos api dan
melarikan diri ke sana kemari.

Tindakan keras Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan
semacam itu.

Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin 30000 orang ke perbatasan Romawi
nun jauh di utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak
diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa?
Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung kehinaan
akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah.

Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka
menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan.

ABU KHAITSAMAH

Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh semangat.
Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa. Debu halus mengepul ke
udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap menembus padang pasir dengan tidak
lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar. Semua itu demi mendapat kecintaan Allah dan
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum munafik.
Di antaranya adalah abu Khaitsamah, Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi, Hilal bin Umayyah.

Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di rumah. Hari
itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu Khaitsamah bangkit dan
menyambutnya dengan penuh cinta.

Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda yang sudah
terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian kedua istrinya itu masuk
sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk yang telah ditaruh lama di tempat
teduh, yang lain adalah makanan segar untuk memuaskan perut yang lapar. Namun begitu merasakan
semua kenikmatan ini pikiran Abu Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya.

Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ‫ ﷺ‬sekarang tengah terpanggang terik matahari dan diterpa angin
panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk, menikmati makanan yang
tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini? Ini benar-benar tidak pantas dan tidak
adil!"

Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya,

"Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ‫ﷺ‬. Tolong siapkan
perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau."

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata,

"Ada pengendara datang!"

"Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau memaafkan dan mendoakan Abu Khaitsamah.

Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan kenikmatan yang
sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar serta abadi, seseorang perlu
teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang sebentar.

Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang memiliki dua hal
ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 145

PERJALANAN PASUKAN USRO

Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan.
Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud
yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan
masih sangat jauh.

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum
yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit
pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk
menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka,
kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa."

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.

Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ‫ ﷺ‬berpesan,

"Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman."

Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan
hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.

Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ‫ﷺ‬. Salah seorang menghilang
dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.

Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini
tidak cukup. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berdoa. Dengan izin Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬, awan hitam datang
bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.

Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita
kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬agar diperbolehkan menyembelih unta-unta.
Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah
terkumpul Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa. Setelah itu Beliau berkata,

"Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian."

Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan
sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengucapkan kalimat syahadat
dan bersabda,

"Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika
berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga."
Keberanian Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber
pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri sendiri. Sebab
kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah
‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬.

PASUKAN ROMAWI MUNDUR

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan
pasukannya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan
dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau juga memberi kabar
gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan
berhati baja yang siap mati membela Islam.

Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar
kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas
dengan bekal seadanya.

Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut,
pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka
berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.

Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para
pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk berdamai.

Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.

Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan
agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan
datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.

Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah.
Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan
menandatangani perjanjian damai.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.

Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal,
malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ‫ﷺ‬
memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.

Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil
menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka
menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi.

Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menjadi sekutu kaum muslimin.

Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬. Siapa saja yang
percaya kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan.
Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak
diizinkan oleh Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah
tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬.
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 146

TIBA DI MADINAH

Duapuluh hari lamanya Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama ribuan
pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun
bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri.

Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ‫ ﷺ‬melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ditemani oleh
Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang
berjalan di depan.

Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat
membunuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak
berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh
ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil
karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun
orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi.

Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka
dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang
yang dapat memegang rahasia Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar
sebuah gundukan gunung. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya."

Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-
anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti
yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬berhijrah dan tiba di Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini merupakan
peperangan terakhir bagi beliau.

Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu
berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?

Keempat macam sifat hati itu adalah:

- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin.

- Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur


- Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia melihat
kemudian buta.

- Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.

ORANG-ORANG YANG TIDAK IKUT BERPERANG

Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang
munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang
lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasulullah ‫ ﷺ‬menerimanya, tetapi beliau
serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬.

Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka
lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak
berangkat. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah ُ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُه‬menentukan
sendiri persoalanmu."

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan
semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku
merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!"

Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan
berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan
berwatak keras tetap keluar rumah.

Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun
diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,

"Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista.
Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik."

Kaab berkata pada dirinya sendiri,

"Ini juga termasuk cobaan!"

Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih
terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ‫ ﷺ‬membalas salamnya atau tidak. Kaab
menuturkan,

"Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih
sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang
memalingkan muka"

Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin
Malik, Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak
mereka dilahirkan kedunia!
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sesungguhnya Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang
yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar
orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.

(hadits riwayat muslim dari Anas)


KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 147

MASJID DHIRAR

Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia
adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan
kebencian kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut
Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling
ke Romawi.

Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun
rencana jahat terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia
menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas
agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬.

Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut
bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada
masjid Quba yang didirikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu
beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat
shalat yang lebih dekat.

Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik
mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka
adalah, jika Rasulullah ‫ ﷺ‬mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.

Namun ketika itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."

Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar
yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.

Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan
Masjid itu sampai rata dengan tanah.

Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan
menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

IBRAHIM WAFAT

Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ‫ ﷺ‬yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya
meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.

Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬meninggal hingga yang tersisa hanyalah
Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada
Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si
bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.
Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan
sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah
remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu
mencekam sanubari Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."

Air mata Rasulullah ‫ ﷺ‬mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya
Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh
Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami
akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada
ini."

Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi,

"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah
menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim."

Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang
dan berkata,

"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "

Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena
kematian Ibrahim, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau
kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan
melakukan shalat."
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

BAGIAN 148

RASULULLAH ‫ ﷺ‬SHOLAT DI DALAM KA’BAH

Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬menutup pintu
Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta
kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di
sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu
didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ.

Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu
menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah
memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada
mereka.

Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah
bersabda:

"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya,
mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda
atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah
Haji.

Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat,
yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung.

Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap
bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam
sedang Adam diciptakan dari tanah.

Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:

‫ن َخلَ ۡقنکُمُۡ ِا َنا ال َناسُُ ٰۤياَيہَا‬


ُۡ ‫شع ُۡوبا جَ ع َۡلنکُمُۡ وَُ ا ُۡنثی وَُ َذ َکرُ م‬ َُ ِ‫ّللاَ اِنَُ ۚ اَ ۡتقکُمُۡ ّللاُِ ع ِۡن َُد اَ ۡکرَ َمکُمُۡ اِنَُ ۚ لِ َتعَارَ فُ ۡوا َق َبآئ‬
ُ َُ‫ل و‬ ُ ُ‫َخبِ ۡيرُ َعل ِۡيم‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

{Al-Hujurat (‫ )الحجرات‬/ 49:13}

Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:

"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu
semua?"

Jawab mereka:

"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".
Maka jawab Rasulullah:

"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya:

Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."

KUNCI KA'BAH DIKEMBALIKAN KEPADA PENJAGANYA

Setelah semuanya itu, Rasulullah ‫ وسلم عليه ّللا صلى‬duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a)
berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata:

"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga
Allah memberi sholawat kepada engkau".

(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas)

Rasulullah bersabda:

"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah
dan Rasulullah berkata:

"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".

Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika
penyerahan kunci itu dengan sabdanya:

"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim,
sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki
yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".

BILAL BERAZAN DI ATAS KA'BAH

Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk
menyuarakan azan dari atas Ka’bah.

Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur

Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci

kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada

orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas
pembukaan kota Mekah.

Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata
Rasulullah:

"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib
menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya,
karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan
kepada Ummu Hani.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 149

HARI PERTAMA PEMBUKAAN MEKAH

Penghalalan darah beberapa penjahat

Rasulullah menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah memerintahkan
agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka
ialah:

~ Abd al-Uzza bin Khatal,

~ Abdullah Ibni Abi Surah,

~ Ikrimah bin Abi Jahal,

~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab,

~ Muqis bin Sababah,

~ Habbar bin Aswad,

~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah melalui nyanyian
mereka, dan

~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah dari Hatib
bin Abi Baltaah.

Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah, dia menjadi orang yang
dekat dengan Rasulullah, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah
menerima pengakuan Islamnya, sebelumnya Rasulullah menangguhkan untuk menerimanya, dengan
harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya
sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.

Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha
mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha
untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan
memeluk Islam.

Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah, maka
Rasulullah berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.

Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya telah
memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan
terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah.

Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh
Ali bin Abi Talib.

Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ketika akan berhijrah, dan
menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian
memeluk Islam dan menjadi orang baik.
Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan,
karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam.

Kata ibnu Hajar:

Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah
al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.

Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita
tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah.

Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab
hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh
Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.

Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam

Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai
pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri,
karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah oleh Umair bin Wahab
al-Jumahi. Rasulullah pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah
memberikan surbannya yang dipakai.

Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar
menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa
dia telah meminta kepada Rasulullah untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan,
sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah telah menjawab dengan sabdanya:

"Aku beri empat bulan".

Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih
dahulu dari dia, dan Rasulullah telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu.

Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ketika sedang
berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah.

Akan tetapi ketika Rasulullah berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana
jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga dia memeluk Islam.
KISAH RASULULLAH

BAGIAN 150

HARI KEDUA PEMBUKAAN MEKAH

Pada keesokan hari Rasulullah ‫ ﷺ‬tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah, setelah
memuji dan bertahmid kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬, Rasulullah bersabda:

"Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬telah mengharamkan bumi Mekah sejak
langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman Allah itu, sampai dengan
tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menumpahkan darah,
atau menebang pohon”.

Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, di
Mekah, maka jawab kepada mereka:

“Sebenarnya Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada yang
lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali seperti pada
hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan
perihal ini kepada yang tidak hadir".

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang tercecer
kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air (air kecil atau air
besar).”

Abbas menyela:

"Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah mereka".

Jawab Rasulullah:

"Ya kecuali batang Izkhir".

Peristiwa sebelumnya, Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk membalas
dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka,

Rasulullah bersabda:

"Wahai kalian Khuza'ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu
banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat.

Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar ganti rugi
(pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku ini, maka
keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka darah pembunuhan,
atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang harus dibayar".
Dalam riwayat lain;

Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru:

"Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku",

maka kata Rasulullah: "Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah".

KECURIGAAN KAUM ANSHOR

Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan tanah
tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-
bisik di antara mereka:

"Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah airnya
ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?".

Pada saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa', setelah selesai dari
doanya itu kemudian Rasulullah bertanya:

"Apa yang kamu bicarakan tadi?".

Jawab mereka:

"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah".

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai kemudian mereka
bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan:

"Aku berlindung kepada Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬, sebenarnya penghidupanku adalah di penghidupanmu dan
kematianku adalah di persada kematianmu".

BAIAT

Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah ‫ َتعَالَى وَُ ُس ْبحَ ا َن ُُه‬, maka tampaklah kebenaran
Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada jalan lain menuju
kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran
Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat dan setia dalam baiat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di samping agak
ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua yang datang membuat
baiat dengan Rasulullah.

Di dalam kitab "Madarik Tafizil" disebutkan:

Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah meneruskan
baiat untuk kaum wanita.

Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk di bukit Safa' sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah membaiat
mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari
Rasulullah.
Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara menyamar diri,
karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih ingat tindakan kejamnya
terhadap Hamzah.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata:

"Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh
Umar, dan kata Rasulullah:

"Dan jangan kamu mencuri".

Maka jawab Hindun:

"Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka",

menyahut Abu Sufyan: "Apa yang engkau ambil itu halal".

Lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: "Engkau Hindun?".

"Ya wahai Rasulullah".

Katanya lagi: "Maafkanlah aku wahai nabi Allah",

maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memaafkan dia. Kata Rasulullah:

"Dan tidak berzina".

Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?".

Jawab Rasulullah: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka".

Kata Hindun pula:

"Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka setelah
dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini".

Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar ketawa
hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja.

Kata Rasulullah lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat".

Jawab Hindun: "Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa yang
Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak mulia".

Selanjutnya kata Rasulullah ‫ ﷺ‬:

"Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)".

Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit pun rasa
durhaka".

Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata:

"Kami tertipu oleh engkau".

Anda mungkin juga menyukai