Anda di halaman 1dari 92

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 101

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahaya dari keadaan ini. Yahudi Bani Nadhir berhasil memanfaatkan
kekecewaan orang muslim pada perang Uhud dan mereka meraih banyak sekali keuntungan. Hampir
setiap malam, rumah-rumah judi itu dipenuhi orang. Keadaan ini tidak saja akan membuat muslimin
kehilangan banyak uang. Tetapi juga akan membuat hancur misi mereka untuk menjadi umat yang
terbaik. Bisnis jelek orang Yahudi ini tidak saja akan membuat orang miskin, tetapi juga menghancurkan
jiwa manusia.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyerukan bahwa judi dan khamer dilarang. Orang-orang Bani Nadhir segera
mengajukan protes,

"Muhammad, kebijakan mu akan membuat kami bangkrut. Kalau memang demikian, Ijinkanlah kami
berdagang dengan orang Quraisy agar produksi Khamer dan peternakan babi kami tidak gulung tikar!"

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghiraukan protes itu. Beliau tidak peduli dengan hancurnya pabrik-
pabrik khamer dan peternakan babi. Semua itu tidak ada artinya dibandingkan hancurnya jiwa para
sahabatnya akibat judi dan mabuk-mabukan.

Yahudi Bani Nadhir mengancam akan memutuskan perjanjian dan akan menjual senjata kepada orang-
orang Quraisy,

Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap pada pendiriannya. Kaum muslimin sejak itu diharamkan berjudi dan mabuk-
mabukan. Apalagi masih sangat banyak masalah yang harus dihadapi.

Lebih dari 70 keluarga Syuhada Uhud masih menangisi kepergian anggota keluarganya.
Khamer adalah minuman yang diharamkan. Yang termasuk Khamer adalah minuman keras, minuman
yang memabukkan, minuman yang membahayakan yang dibuat dari semacam buah-buahan dan lain-
lain.

*Ummu Salamah*

Untuk menghibur hati para sahabat dan keluarganya yang ditinggalkan para syuhada, Rasulullah ‫ﷺ‬
selalu menegaskan bahwa mereka memiliki masa depan gemilang. Mereka harus yakin bahwa
kebenaran yang mereka perjuangkan akan menang. Kaum muslimin harus kembali giat bekerja. Benih-
benih di ladang sudah menunggu untuk ditanam dan kemudian dituai.

Kaum muslimin yang masih hidup semestinya menjadi pelipur lara. Anak-anak juga ada yang kehilangan
ayah mereka. Maka dari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat menganjurkan, agar para sahabatnya senantiasa
menolong orang lain karena sesungguhnya orang yang bisa menolong nasib para janda dan orang-orang
miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah ‫ ﷻ‬atau seperti orang yang mengerjakan shalat pada
malam hari dan shaum pada siang hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menemukan para sahabat yang bersedia menikahi para janda syuhada, tetapi ada
juga janda yang dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin menikah lagi. Janda itu adalah Hindun
bin Umayyah istri almarhum Abu Salamah. Usianya baru 30 tahun, cerdas, anggun, dan bijaksana.
Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berusaha agar Ummu Salamah, demikian ia dipanggil, mau menerima lamaran para
sahabat terkemuka, baik dari Anshar maupun Muhajirin, bahkan Umar Bin Khattab dan Abu Bakar As
Siddiq pun mengajukan lamaran. Namun semua itu ditolak oleh Ummu Salamah.

Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, demikian selalu yang ia katakan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu
bahwa sebetulnya Ummu Salamah dan anaknya sangat memerlukan perlindungan seorang laki-laki,
hanya saja Ummu Salamah sulit melepaskan diri dari bayang-bayang Abu Salamah yang sangat dia
cintai.

Karena tidak ada jalan lain Rasulullah ‫ ﷺ‬pun mengajukan diri untuk menjadi suami Ummu Salamah.
Awalnya Ummu Salamah menolak, alasannya dirinya sudah tua dan pencemburu, namun Rasulullah ‫ﷺ‬
mengatakan bahwa beliau bahkan sudah berusia dua kali lipat dari Ummu Salamah. Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
mendoakan agar Allah menghilangkan sifat pencemburu dari hati Ummu Salamah.
Akhirnya Ummu Salamah pun bersedia menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Menjadi Ibu bagi seluruh kaum
Mu'minin.

Demikianlah dengan terjun memberi contoh akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat banyak janda miskin dan
anak yatim tertolong dan terlindungi masa depannya.

*Ustman bin Affan Membeli Sumur*

Di Mekah orang-orang Quraisy menggembar-gemborkan kemenangan mereka dalam Perang Uhud.


Mereka menyuruh para penyair mengumandangkan kemenangan itu, sekaligus mengejek Rasulullah ‫ﷺ‬
dan kaum muslimin.

Suasana kegembiraan mewarnai hampir seluruh rumah di Mekah, penyanyi dan penari terdengar di
setiap halaman. Khamar dituangkan, hewan-hewan disembelih, dan orang-orang Arab dari berbagai
penjuru diundang untuk merasakan kegembiraan itu.

Uang yang sangat besar diberikan kepada penyair-penyair suku lain yang bersenandung mengejek
Rasulullah ‫ﷺ‬. Para penyair itu juga membakar semangat orang untuk mengerahkan seluruh kekuatan
untuk menghadapi kaum muslimin setahun yang akan datang.

Semua ini bergema di seluruh pelosok Jazirah. Beberapa suku yang tadinya takut kepada kaum muslimin
kini mulai berani mengangkat wajah. Getaran semangat ini juga dirasakan kaum Yahudi di Madinah.
Oleh sebab itu timbullah keberanian mereka untuk meremehkan Rasulullah ‫ﷺ‬, terutama di kalangan
Yahudi Bani Nadhir.

Sejak Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang pengikutnya pergi ke rumah-rumah judi, kemarahan Bani Nadhir semakin
memuncak. Puncaknya, salah seorang hartawan Bani nadhir telah melarang kaum muslimin mengambil
air dari sumur yang dimilikinya.

Kaum muslimin tersentak dengan perlakuan ini. Kini, harga segelas air lebih mahal dari sebotol khamer.
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan para sahabatnya yang berharta untuk membeli sumur tersebut.
Utsman bin Affan-lah yang pertama kali menyambut seruan ini. Namun orang Yahudi itu menolak
menjual lebih dari setengah sumurnya. Usman menaikkan tawaran harga sebuah sumur itu tiga kali lipat
harga sumur biasa. Begitu orang Yahudi itu mengizinkan, Utsman bin Affan segera menghibahkan
separuh sumur ini kepada kaum muslimin. Semua orang boleh mengambil air untuk diri sendiri maupun
ternak tanpa harus membayar.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat bahagia dengan tindakan Utsman ini, sehingga beliau berucap,

"Sesudah ini tidak ada bahaya apa pun bagi Utsman untuk setiap hal yang dilakukannya."

Tindakan Utsman bin Affan merupakan buah dari rasa persaudaraan yang tulus. Persaudaraan seperti ini
akan melahirkan muslim yang saling mengutamakan, saling menyayangi dan memaafkan saling
membantu dan saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya.

Namun suku-suku yang membenci kaum muslimin pun mulai berulah dengan berbagai siasat kejam dan
licik.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 102

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Peristiwa Ar Raji*

Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu siap mengirim para sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada setiap suku yang
memerlukan. Karena itu dengan prasangka baik Rasulullah memenuhi permintaan Bani Hudzail.
Saat itu utusan Hudzail berkata,

"Muhammad di kalangan kami ada beberapa orang Islam, kirimkanlah beberapa orang sahabat Tuan
bersama kami yang kelak akan dapat mengajarkan hukum Islam dan Alquran kepada kami.

Enam orang sahabat besar diutus dan pergi bersama rombongan penjemput dari Hudzail.

Penghianatan terjadi ketika mereka sampai di pangkalan air Ar Raji milik Bani Hudzail, Enam orang
sahabat itu dikepung. Begitu sadar bahwa mereka masuk dalam perangkap, keenam dai itu mencabut
pedang. Hanya senjata itu yang mereka bawa namun di wajah mereka tidak terlihat terasa gentar sedikit
pun.

Orang-orang Hudzail berkata,

"Demi Tuhan, kami tidak ingin membunuh kalian. Kalian akan kami jual kepada penduduk Mekah
sebagai tawanan. Kami berjanji Atas nama Tuhan kami bahwa kami tidak bermaksud membunuh kalian,
karena itu menyerahlah."

Keenam sahabat itu saling berpandangan mereka menyadari bahwa apabila mereka dibawa ke Mekah
sebagai tawanan, mereka pasti akan disiksa habis-habisan dan dibunuh. Itu berarti penghianatan besar
yang lebih berat daripada pembunuhan biasa.

Setelah saling sepakat dalam hati, salah seorang sahabat menjawab,

"Kami tidak akan menyerah, lakukan apa yang kalian mau kami sudah siap bertarung membela
kehormatan agama dan nabi kami."

Maka orang-orang Hudzail yang jauh lebih banyak jumlahnya itu pun menyerang. Keenam sahabat itu
bertarung dengan gigih, pedang mereka ayunkan dengan tangkas untuk menebas hujan panah atau
menangkis tusukan tombak. Pertarungan tidak seimbang itu pun berakhir, tiga orang syahid dan tiga
orang lagi berhasil ditangkap hidup-hidup.
Mereka yang ditangkap itu adalah Abdullah bin Thariq, Zaid bin Adatsinah, dan Khubaib bin Adiy.
Kemudian mereka segera dibelenggu dengan kuat dan dibawa ke Mekah.

Namun di tengah jalan Abdullah bin Thariq berhasil melepaskan diri dari pengikat.

"Harus ada yang memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang penghianatan ini!" demikian pikir Abdullah.

"Aku harus berusaha meloloskan diri sekarang, namun jika gagal aku sudah siap menyusul ketiga
temanku yang lain ke akhirat."

*Zaid bin Adatsinah*

Abdullah bin Thariq menyerang seorang pengawal dan berhasil merebut pedangnya. Dengan pedang itu
ia berusaha merebut seekor kuda, namun orang-orang Hudhail segera pulih dari rasa terkejutnya.
Mereka mengambil batu dan melempari Abdullah dari belakang. Batu-batu sebesar kepalan tangan
menghantam tubuh dan kepala sahabat mulia itu. Abdullah jatuh bersimbah darah dan gugur dalam
keadaan yang sangat diimpikan setiap muslim. Syahid membela agama.

Kedua tawanan yang lain terus dibawa ke Mekah dan dijual. Zaid bin Adatsinah dijual kepada Shafwan
bin Umayyah.

"Aku akan membunuhnya sebagai balasan terbunuhnya ayahku di tangan mereka," geram Safwan
dengan mata menyala-nyala.

Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf dibunuh Bilal bin Rabah dalam Perang Badar.

"Nastas," panggil Shafwan keras-keras.


Seorang Budak berbadan tegap datang.

"Siksa dan bunuh orang ini," perintah Shafwan kepada Nastas.

"Bawa dia ke tempat di mana semua orang bisa melihatnya!" ujar Shafwan.

Zaid pun diseret-seret melalui jalan-jalan di Mekah. Sebagian orang menyoraki dan mencemoohnya.
Sebagian lain menaruh kagum, dalam hati melihat ketabahan Zaid. Tak terlihat sedikit pun rasa takut di
wajah Zaid.

Di tengah siksaan itu, Zaid tetap tampak berwibawa dan teguh seperti Bukit Cadas.

Di tempat Zaid akan dibunuh, Abu Sufyan datang mendekat.

"Zaid, orang segagah engkau tidak pantas mati begini," ujar Abu Sufyan.

"Bersediakah engkau memberikan tempatmu itu pada Muhammad? dia-lah yang harus dipenggal
lehernya, sedang kau dapat kembali kepada keluargamu!"

Zaid menatap Abu Sufyan seakan heran dengan pertanyaan itu.

"Tidak," jawab Zaid.

"Seandainya Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempatnya sekarang ini akan menderita karena tertusuk duri sekali pun,
sedang aku ada di tempat keluargaku, aku tidak akan rela!"

Abu Sufyan terpana sambil menggeleng kagum. Ia berkata,


"Belum pernah aku melihat seorang begitu mencintai sahabatnya sedemikian rupa seperti sahabat-
sahabat Muhammad mencintai Muhammad."

Zaid pun dipenggal. Ia gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Rasulullah ‫ﷺ‬.

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Ibnu Abbas Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda sekuat-kuat ikatan iman adalah
persaudaraan karena Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬, cinta karena Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan membenci karena Allah
‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 103

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Khubaib bin Adiy*

Khubaib bin Adiy sedang berada di dalam penjara. Orang-orang Mekah menyeretnya keluar untuk
disalib di hadapan umum.

Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,

"Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat dua rakaat?"


Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat dua rokaat dengan baik dan sempurna. Setelah
sholat ia membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu berkata,

"Kalau bukan karena kamu akan menyangka aku sengaja memperlambat karena takut dibunuh, niscaya
aku masih akan shalat lebih banyak lagi."

Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas tunggak kayu.

Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang menontonnya sambil berseru,

"Ya Allah hitungkan jumlah mereka itu, binasakan mereka dalam keadaan tercerai berai, jangan biarkan
hidup seorang pun!"

Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar. Sebagian dari mereka bahkan merebahkan
diri seolah-olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib dibunuh.

Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬.
Dua roh suci ini melayang memasuki surga yang dijanjikan.

Seandainya mau, terus saja mereka dapat menyelamatkan diri mereka. Keduanya tinggal berkata bahwa
mereka akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang Quraisy bersenang hati menerima para
prajurit segagah mereka.

Namun keyakinan keduanya kepada Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan hari kemudian sudah sedemikian tinggi.
Keimanan mereka sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh siksaan atau tawaran harta
duniawi.

Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya, namun justru sebagai cita-cita hidup di dunia ini.
Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah akan memanggil-manggil saudara-saudara
muslim mereka supaya memasuki Kota Mekah sebagai pemenang.
Saudara-saudara muslim mereka akan menghancurkan pertahanan dan perbuatan syirik. Kesucian
sebagai rumah Allah ‫ ﷻ‬akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama berhala yang disebut kecuali nama-nama
Allah ‫ ﷻ‬yang Mahasuci.

*Rasulullah ‫ ﷺ‬Berduka*

Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-gumpal. Mendung di hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
kaum muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi. Penyair Rasulullah ‫ﷺ‬, Hasan bin
Tsabit membacakan syair-syair duka untuk mengenang kepergian enam orang syuhada itu.

Beban di benak Rasulullah ‫ ﷺ‬terus bertambah berat. Beliau khawatir kejadian seperti itu akan terulang
lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum muslimin akan terdorong melakukan hal serupa di
kemudian hari.

Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang pemuka masyarakat di daerah Najd. Rasulullah ‫ﷺ‬
pun menawarkan kepadanya, agar ia mau memeluk agama yang mulia ini. Namun Abu Bara menolak.

Meskipun demikian Abu Bara tidak menunjukkan sikap yang memusuhi Islam. Ia bahkan berkata,

"Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-sahabatmu ka Najd dan mengajak


mereka itu mau menerima ajaranmu.

Saya berharap banyak orang yang akan memeluk Islam."

Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah ‫ ﷺ‬masih khawatir. Beliau takut akan terjadi
penghianatan lagi terhadap para sahabatnya. Dia tidak bisa segera menjawab permintaan Abu bara.
Melihat keraguan di wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Abu Bara pun mengerti.

"Saya menjamin mereka!" tegas Abu Bara.


"Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka menerima ajaranMu"

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat kejujuran di mata Abu Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah orang yang
dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati masyarakatnya. Setiap kata-katanya akan dituruti orang-
orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan perlindungan oleh Abu Bara, tidak pernah diganggu
oleh orang lain.

Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar berkembangnya Islam di Jazirah Arabia. Rasulullah ‫ﷺ‬
memanggil Al Mundir bin Amr dari bani Sa'idah. Beliau menugasi Al Mundir memimpin 70 orang muslim
pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.

Rombongan dai itu pun berangkat dengan penuh harap akan datangnya kebaikan. Apakah benar mereka
akan diterima dengan baik atau sebaliknya, malah dikhianati.

*Tragedi Bi'ir Maunah*

Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi'ir Ma'unah, ke 70 muslim itu berhenti. Daerah itu terletak di antara
wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundir mengutus Haram bin Milhan menemui Amir bin Ath
Thufail, pemimpin bani Sulaim. Haram ditugasi menyampaikan surat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada pemimpin-
pemimpin Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali tidak membaca surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu. Ia
bahkan memerintahkan agar Haram bin Milhan dibunuh.

Setelah itu Amir meminta bantuan Bani Amir untuk membunuh kaum muslimin yang lain. Bani Amir
menolak karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin melanggar perlindungan yang
diberikan pemimpin mereka sendiri.

Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku Najd yang lain. Beberapa suku menyatakan dukungan
atas penghianatan Amir. Dengan cepat mereka berkumpul dan berangkat mengepung sahabat-sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah.
Mulai curiga karena Haram bin Milham tidak kunjung kembali, kaum muslimin di Bi'ir Mau'nah mulai
meningkatkan kewaspadaan. Namun segala tindakan untuk menarik diri dari tempat itu sudah
terlambat, karena dari segala penjuru para prajurit Najd muncul mengepung.

Segera saja kaum muslimin mencabut pedang dan siap bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera
pecah. Para Dai itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun niat untuk menyerah. Al Mundir yang saat
itu tengah menengok ternak yang menjadi perbekalan mereka, berlari dan terjun ke pertempuran.
Hampir seluruh sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah gugur kecuali dua orang.

Kaab bin Said disangka telah mati, namun begitu pasukan Najd pulang, Ka'ab bangun dan pulang ke
Madinah dengan tubuh di penuhi luka.

Satu orang lagi bernama Amir bin Umayyah.

Di tengah perjalanan pulang ke Madinah Amir bin Umayyah bertemu dua orang yang mencurigakan.
Dikiranya kedua orang itu termasuk pasukan yang menyergap dan membunuh para sahabatnya. Pada
tengah malam Amir menyerang dan berhasil membunuh kedua orang itu.

Sampai di Madinah Amir mengakui semuanya, termasuk dua orang yang ia bunuh. Namun kedua orang
itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru termasuk suku bani Amir yang telah terikat perjanjian jiwar
atau bertetangga baik dengan kaum muslimin.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 104

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Membayar Diyat*

Alangkah berdukanya Rasulullah ‫ﷺ‬. Pilu yang amat sangat terasa oleh Beliau akibat pembantaian itu.
Alangkah susah payahnya beliau menahan duka cita. Dengan lirih Beliau berkata ini adalah tanggung
jawab Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan khawatir sekali.

Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan penghianatan yang dilakukan Amir bin Ath
Thufail. Abu Bara merasa amat terhina, tidak disangkanya Amir bin Ath Thufile melanggar perlindungan
yang diberikan kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan mencoreng arang di dahi Abu Bara,
Anak Abu bara sangat memahami perasaan ayahnya. Pemuda bernama Rabi'a itu bangkit.

"Aku akan menghukum Amir bin Ath thufail dengan kedua tanganku sendiri."

Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil memanggul tombak. Sampai di tempat Amir bin Ath
Thufail, Rabi'a menghampiri orang itu. Dengan mata menyala. Tanpa sempat dicegah siapa pun, Rabi'a
menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun rubuh.

Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ‫ ﷺ‬atas kematian para sahabatnya sampai selama 30 Hari penuh
beliau harus mendoakan mereka. Dalam doa yang dibacakan setiap selesai sholat subuh itu, beliau juga
berdoa, semoga Allah ‫ ﷻ‬mengadakan pembalasan terhadap mereka yang telah membunuh para
sahabatnya.

Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak lupa untuk berbuat adil. Begitu
mendengar bahwa ada dua orang sahabat kaum muslimin yang terbunuh dengan tangan Amir bin
Umayyah, Rasulullah ‫ ﷺ‬segera berkata

"Engkau telah membunuh dua orang berarti aku harus membayar diyat (uang tebusan) kepada keluarga
mereka."
Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di hati musuh-musuh kaum muslimin di Madinah.
Gugurnya para sahabat Rasulullah ini membuat orang-orang Yahudi bani Nadhir semakin berani.
Padahal setelah Bani Qainuqa terusir. Bani Nadhir lebih memilih diam karena dicekam ketakutan.
Namun setelah perang Uhud dan terakhir di tragedi di Bi'ir Maunah mereka mulai bertindak lebih
berani.

Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri.

Tanpa mereka duga kesempatan itu segera datang.

*Pengkhianatan Yahudi*

Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan ikut
membayar diyat yang harus dibayarkan kaum muslimin kepada keluarga orang yang terbunuh dari bani
Amir.

Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat Bani Nadhir di Quba. Beliau disertai 10 sahabat terkemuka
di antaranya Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah sholat berjamaah di Masjid
Quba, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya memasuki perkampungan Bani Nadhir.

Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau orang-orang Bani Nadhir menunjukkan wajah yang
manis,

"Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di sini biar kami menyiapkan dulu
keperluanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya duduk di tepi rumah beratap tinggi milik salah seorang Yahudi.

Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan uang untuk membantu membayar diyat,
melainkan malah berkasak-kusuk perihal rencana jahat mereka.
"Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh Muhammad," ucapan salah seorang pemuka
Yahudi.

"Engkau benar," ujar seorang Yahudi lain dengan mata berkilat.

"Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad karena ia selalu berada di tengah-tengah
sahabatnya. Kini justru Muhammad datang di tengah kita. Jika kita biarkan kesempatan ini akan berlalu
begitu saja."

Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Namun bagaimana cara kita membunuh dia?" tanya seorang kebingungan.

Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah licik berjalan mengambil batu penggilingan yang
besar dan berat sambil berkata,

"Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu penggilingan ini Lalu naik ke atap rumah dan
menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?"

Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka Amir bin Jahsy. "Aku!"

"Jangan lakukan itu!" cegah Sallam bin Miskam. Rupanya ia salah satu orang yang berpikiran jernih di
tempat itu.

"Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang rencana kita. Sesungguhnya, perbuatan itu
merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia!"

Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan rencana jahat itu.
*Rasulullah ‫ ﷺ‬Selamat*

Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang rencana jahat itu. Seketika itu juga beliau bangkit
dan pergi dengan cepat seolah-olah ada sesuatu keperluan. Para sahabat yang menyertai beliau sama
sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali.

Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan. Mendadak saja rencana mereka gagal karena itu
mereka bermanis-manis wajah kepada para sahabat yang menunggu untuk menghilangkan kesan buruk.

Setelah cukup lama menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak kembali, para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan
untuk pulang mencari beliau. Mereka menemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬telah berada di masjid Madinah.

"Ya Rasulullah, tiba-tiba saja Tuan pergi sedangkan kami tak menyadari," kata para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir terhadap dirinya. Beliau ‫ ﷺ‬pun memanggil
Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Bani Nadhir.

Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi,

"Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga dengan ku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang
masih ku temui setelah itu akan ku penggal lehernya."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 105
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Bani Nadhir pun tercekam rasa takut dan bingung. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain menyiapkan
diri untuk pergi. Mereka mulai mengemas barang-barang ke atas unta-unta mereka.

Ketika Abdullah bin Ubay datang. Gembong orang-orang munafik itu berkata,

"Kuatkan hati kalian bertahanlah dan jangan tinggalkan rumah kalian. Aku mempunyai dua ribu orang
yang siap bergabung di benteng kalian. Mereka siap mati demi membela kalian. Jika kalian diusir, kami
juga akan pergi bersama kalian dan sekali-kali kami tidak akan patuh kepada seseorang untuk
menyusahkan kalian. Jika kalian diperangi, pasti kami akan membantu kalian. Orang-orang Bani
Quraizhah dan sekutu kalian dari Ghatafan tentu juga akan mengeluarkan bantuan kepada kalian."

Mendengar ini orang-orang Bani Nadhir pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Rasa percaya diri
mereka bangkit dan mereka pun siap bertempur.

Tindakan Yahudi Bani Nadir adalah pelanggaran perjanjian damai dengan kaum muslimin, dari Alquran
disimpulkan bahwa kaum muslimin harus menyatakan perang dengan pihak yang berkhianat pada
perjanjian dan kaum muslimin harus membatalkan perjanjian dengan pihak yang terlihat patuh pada
perjanjian tetapi terus menerus merongrong dan menimbulkan bahaya.

*Bani Nadhir Terusir*

Huyya bin Akhtab pemimpin Bani Nadhir mengirimkan utusan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan,

"Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami berbuatlah menurut kehendakmu!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bertakbir dan berangkat ke perkampungan Bani Nadhir bendera
pasukan diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, sedangkan pemerintahan Madinah dipercayakan kepada
Ibnu Ummi Maktum.
Duabelas malam lamanya pasukan muslim mengepung dan bertempur. Orang-orang Bani Nadhir
bertempur dengan gigih dari rumah ke rumah. Setiap kali sebuah rumah sudah tidak bisa dipertahankan
mereka robohkan rumah itu dan mundur ke rumah berikutnya. Namun, bantuan yang dijanjikan
Abdullah bin Ubay tidak juga tiba.

Untuk lebih menekan lawan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar para sahabat menebangi dan
membakar kebun kebun kurma Bani Nadhir.

Orang-orang Bani Nadhir memprotes keras,

"Muhammad! Tuan melarang orang berbuat kerusakan. Tuan cela orang yang berbuat begitu akan
tetapi, mengapa pohon-pohon kurma kami ditebangi dan dibakar?"

Kemudian turunlah firman Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬untuk menjawab kata-kata Yahudi itu,

َ ‫َما قَطَ ْعتُ ْم ِم ْن لِينَ ٍة َأوْ ت ََر ْكتُ ُموهَا قَاِئ َمةً َعلَ ٰى ُأصُولِهَا فَبِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َولِي ُْخ ِز‬
َ‫ي ْالفَا ِسقِين‬

"Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak
memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik."

Surah Al-Hasyr (59:5)

Setelah itu, pertempuran tidak berlangsung lebih lama semangat orang-orang Yahudi pun luruh,
berserakan seperti dedaunan kering. Mereka pun membuat pernyataan menyerah.

"Muhammad kami siap pergi dari Madinah."


Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi mereka kesempatan untuk pergi dengan membawa segala harta yang dapat
dimuat ke atas seekor unta. Sisanya disita kaum muslimin termasuk senjata dan perlengkapan perang
sebanyak 50 Baju besi dan 340 bilah pedang, menjadi milik kaum muslimin.

Hanya dua orang Yahudi yang memilih masuk Islam, Yamin bin Ahmad dan Abu Saad bin Wahab. Harta
kedua orang ini dikembalikan kepada mereka.

Perang Bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabiul awal tahun 4 Hijriyah Agustus 625 Masehi.

Setelah Terusir Bani Nadhir pindah ke Khaibar. Dari sana mereka meneruskan tindakan memusuhi kaum
muslimin dengan gigih. Merekalah yang kemudian menghasut dan mendorong Quraisy mengerahkan
pasukan yang sangat besar untuk menyerang Madinah.

*Ketentraman*

Tanah-tanah milik Bani Nadhir bukanlah tanah harta rampasan perang yang bisa dibagikan, melainkan
menjadi milik Rasulullah ‫ﷺ‬. Pembagian tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah menyisihkan hak kaum fakir dan miskin beliau membagi-bagikan tanah itu untuk kaum Muhajirin
yang hidup menumpang dan tidak mempunyai tanah garapan. Dengan demikian kaum Muhajirin kini
bisa mandiri tanpa harus lagi menggantungkan bantuan kepada kaum Anshor.

Hanya ada dua orang Anshor yang mendapat pembagian tanah ini, Abu Dujana dan Sahl bin Hunaif.
Mereka memang sudah terdaftar sebagai orang-orang miskin.

Sampai sebelum Bani Nadhir terusir, sekretaris Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang Yahudi. Pengangkatan
orang Yahudi ini bertujuan untuk memudahkan penulisan dan pengiriman surat dalam bahasa Ibrani dan
Asiria.
Akan tetapi setelah orang-orang Yahudi pergi, Rasulullah ‫ ﷺ‬khawatir apabila jabatan penting itu masih
ada di tangan orang di luar Islam. Karena itulah beliau memilih Zaid bin Tsabit seorang pemuda cerdas
untuk menjadi sekretaris beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menugasi Zaid bin Tsabit mempelajari kedua bahasa itu.

(Di kemudian hari, Zaid bin Tsabit inilah yang mengumpulkan Al Quran pada masa Khalifah Abu Bakar
dan dia pula yang kembali mengawasi pengumpulan Al-Quran pada masa Khalifah Usman bin Affan.)

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 106

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua lega
dengan suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al Muhajirin kini dapat hidup mandiri berkat
tanah-tanah yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor turut bergembira.

Namun peristiwa Perang Uhud sudah hampir setahun berlalu, Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat ancaman Abu
Sufyan yang diucapkan ketika Perang Uhud berakhir, "Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar.
Sampai jumpa tahun depan."

Kata-kata itu adalah tantangan untuk bertempur lagi di lembah Badar. Rasulullah ‫ ﷺ‬mewaspadai apa
yang akan dilakukan orang-orang Quraisy. Kekhawatiran beliau ternyata benar-benar terjadi karena
tidak lama kemudian, tibalah seorang utusan Quraisy dan membawa sebuah pesan
*Badar Terakhir*

Utusan Quraisy itu bernama Nu'aim bin Mas'ud. Ia tiba di Madinah dan mengabarkan:

"orang-orang Quraisy telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah yang begitu besar dan tidak ada
taranya dalam sejarah bangsa Arab.

Tentara besar itu kini sudah bergerak ke lembah Badar, mereka siap memerangi kalian sekaligus
meluluhlantakkan kalian hingga tidak bersisa. Jika kalian berani pergi ke lembah Badar."

Mendengar berita itu banyak kaum muslimin menunjukkan keengganannya.

"Lebih baik kita abaikan saja tantangan itu."

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi marah terhadap sikap lemah dan ingin mundur itu. Rasulullah ‫ﷺ‬
bahkan bersumpah bahwa beliau akan tetap pergi ke Badar walau seorang diri.

Melihat kemarahan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu, lenyaplah rasa ragu dan takut di hati kaum muslimin. Mereka
segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala sesuatunya. Bekal makanan senjata dan berpamitan
kepada keluarga yang ditinggalkan.

Setelah itu 1500 orang prajurit muslim di bawah komando Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung berangkat
meninggalkan Madinah.

Sebenarnya Abu Sofyan sendiri enggan berperang pada tahun ini, musim kering tengah mengganas.
Harapan Abu Sufyan sebenarnya agar perang diadakan pada waktu lain saja. Namun ia terlanjur
melepaskan kata-kata tantangan pada Perang Uhud akhir itu.
Karena itu ia tidak mungkin tidak berangkat memenuhi tantangannya sendiri. Hal itu akan membuat
cemar Quraisy di mata orang-orang Arab. Akhirnya Abu Sufyan memutuskan untuk mengirim Nu'aim
masuk ke Madinah. Nu'aim disuruhnya mengeluarkan kata-kata untuk menggertak kaum muslimin dan
melemahkan semangat mereka.

Walaupun demikian Abu Sufyan tetap memimpin pasukan sebesar 2000 orang. Mereka keluar dari
Mekkah tidak dengan semangat sebesar dulu ketika menyongsong Perang Uhud. Apalagi mereka juga
mendengar bahwa kaum muslimin telah menanti mereka di lembah badar dengan semangat tinggi.

Syaja'ah adalah keberanian. Orang yang disebut berani adalah orang yang tidak gentar menghadapi
bahaya dan menghindarkan bahaya yang lebih besar. Ia maju menghadapi kesulitan karena yakin bahwa
dibalik kesulitan itu akan lahir sebuah kebahagiaan.

*Kemenangan*

Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba di Zahran dan bermalam di Majannah, sebuah
pangkalan air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin berat. Ia memikirkan lagi akibat
perperangan dengan kaum muslimin. Ketakutan membayangi hatinya. Puncaknya Abu Sufyan berusaha
mencari alasan untuk pulang.

Abu Sufyan berkata kepada teman-temannya, "Saudara-saudara Quraisy, sebenarnya yang cocok buat
kita hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam musim kering. Saya sendiri mau kembali
pulang, maka dari itu pulang sajalah kamu sekalian."

Tidak ada yang menentang pendapat itu karena semua prajurit Mekah juga dilanda ketakutan yang
sama. Akhirnya pasukan Quraisy pun kembali pulang. Sementara itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin
terus-menerus menantikan mereka selama 8 hari.

Kesempatan itu digunakan kaum muslimin untuk berdagang. Perdagangan itu menghasilkan keuntungan
yang banyak. Kaum muslimin pun kembali ke Madinah dengan gembira, karena Allah ‫ ﷻ‬telah
memberikan keberuntungan yang demikian besar.
"Berita mengejutkan, saudara-saudara!" seru seorang Arab pedalaman kepada orang-orang di sukunya.

"Orang-orang Quraisy mengundurkan diri sebelum bertempur, sementara Muhammad dan para
sahabatnya menunggu mereka di Badar selama berhari-hari!"

Temannya berdiri dan meludah ke tanah,

"Pengecut! Padahal mereka telah memukul Muhammad di Uhud! Jika terus begini, kesudahan orang-
orang Mekkah sudah dapat diramalkan dari sekarang!"

Dengan demikian, Perang Badar terakhir itu benar-benar telah menghapus kemenangan Quraisy pada
perang Uhud. Tindakan pengecut Quraisy yang menarik diri sebelum tiba di tempat pertempuran telah
membuat nama mereka tercemar melebihi ketika mereka kalah pada Perang Badar pertama.

Sementara itu walaupun pasukannya mendapatkan kemenangan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap waspada.

Terbukti, tidak lama setelah itu terdengar berita bahwa pasukan Bani Ghatafan dari Najd tengah
berkumpul untuk menyerang Madinah dalam jumlah yang sangat besar.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 107

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Perang Sobekan Kain*


Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan kepemimpinan Madinah kepada Abu Dzar Al-Ghifari, kemudian Beliau
berangkat bersama pasukannya secara diam-diam. Tujuannya menyergap musuh sebelum mereka
sempat mempersiapkan diri.

Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan perang itu."Waktu itu, setiap 6 orang dari kami bergantian menaiki
seekor unta. Kemudian telapak kaki pecah-pecah. Telapak kaki saya sendiri pecah dan kuku-kukunya
copot. Waktu itu, kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain, karena itu aku menyebut
peperangan ini dengan Dzatur Riqo atau sobekan kain.

Sejumlah 400 orang sahabat dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil melakukan serangan mendadak terhadap
kumpulan pasukan Bani Ghatafan di Nakhl. Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬menurunkan rasa takut di hati pasukan
musuh yang jumlahnya jauh lebih besar itu sehingga mereka lari pontang-panting tanpa bertempur
sama sekali. Harta dan kaum wanita ditinggalkan begitu saja untuk ditawan pasukan muslim.

Setelah kemenangan gemilang itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan
balik musuh. Dalam keadaan seperti itu Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin sahabatnya melakukan shalat khauf
(shalat dalam keadaan takut).

Satu kelompok berbaris bersama Rasulullah ‫ﷺ‬, sedangkan kelompok yang lain menghadap musuh.
Kelompok pertama kemudian sholat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau berdiri tegak ketika kelompok
pertama menyempurnakan shalatnya. Setelah itu kelompok pertama tadi mundur dan berbaris
menghadapi musuh sedangkan kelompok kedua maju dan Rasulullah ‫ ﷺ‬mengimami mereka
meneruskan sholatnya yang belum selesai. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk sementara mereka
menyempurnakan shalat, kemudian mereka mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dalam pertempuran ini, dua orang sahabat, satu dari Muhajirin dan satu dari Anshar mendapat giliran
jaga malam, sedangkan saudara-saudara mereka yang lain beristirahat. Sahabat Muhajirin melakukan
salat malam dan terkena panah musuh, tetapi dicabutnya panah itu dengan tenang dan meneruskan
sholatnya. Demikian sampai tiga kali. Ketika sahabat Anshar itu mengetahuinya dia bertanya,

"Mengapa kamu tidak memberi tahu aku?"


"Engkau sedang membaca satu surat dan aku tidak ingin memutuskannya," jawab sahabat Muhajirin.

Sifat pengecut tidak akan kita temukan dalam kisah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya.

Jika menjadi pengecut, ilmu kita akan padam. Orang lain bahkan diri sendiri tidak akan mendapat
manfaatnya. Orang pengecut pekerjaannya akan sia-sia. Duduknya di bawah tidak berani di atas dia
hanya menjadi pengikut tidak berani diikuti.

*Bani Musthaliq*

Setelah kemenangan pada Perang Badar kedua Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan para penyair muslim
untuk menyebarkan syiar Islam tentang kemenangan dan kegagalan pasukan Quraisy. Tidak hanya
sampai di situ para penyair itu juga mencela Abu Sufyan dan pasukannya.

Hal itu tidak dibiarkan oleh sekutu Quraisy yang paling kuat yaitu Bani Musthaliq. Bani musthaliq adalah
penguasa perdagangan. Mereka mempunyai banyak harta dan budak-budak kulit hitam, selain itu
mereka membiarkan orang-orang Quraisy menjadi pemimpin mereka karena orang-orang Quraisy-lah
yang tinggal di dekat Kabah tempat patung-patung Tuhan mereka diletakkan.

Bani musthaliq mengutus para penyairnya menemui Abu Sufyan untuk menghibur pemimpin Quraisy
itu. Para penyair melantunkan kata-kata cacian bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Al Haris
pemimpin Bani Musthaliq juga mengajak suku-suku di sekitar Bani Musthaliq untuk berkumpul
menyusun pasukan. Semua suku yang mendukungnya adalah mereka yang bertempat tinggal di tepi laut
merah.

Selanjutnya Bani Musthaliq maju sebagai komandan perang Pasukan gabungan itu. Bendera kini
diserahkan orang Quraisy kepada Al Haris. Dari kemampuan tempur Al Haris memang lebih pantas
menjadi Panglima dibandingkan Abu Sufyan. Di bawah kepemimpinannya semua persiapan pasukan di
lakukan dengan sungguh-sungguh.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa pasukan ini akan menyerang Madinah, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi
meninjau wilayah musuh untuk mengetahui tempat terbaik bagi kaum muslimin apabila harus
bertempur.
Setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan untuk
menyambut pasukan musuh.

Yang menakjubkan adalah cara Rasulullah ‫ ﷺ‬menjinakkan hati Abdullah bin Ubay yang sebenarnya
sangat membenci kaum muslimin. Abdullah bin Ubay ditugasi pemimpin pasukan Anshor dari suku
Khazraj.

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengundi di antara istri-istrinya, Siapakah di antara mereka yang akan diajak
mengikuti pertempuran. Ternyata nama Aisyah yang keluar. Maka Aisyah bisa dinaikkan ke unta yang
khusus disediakan untuk beliau.

Penyair berperan penting dalam Perang urat syaraf. Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata kepada Hasan bin
Tsabit seorang penyair.

"Wahai Hasan, engkau berjuang melawan orang kafir dan Jibril selalu bersamamu. Ketika sahabatku
bertempur menggunakan senjata, engkau bertempur dengan kata-katamu."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 108

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Juwairiyah binti Harits*

Sejumlah1500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk bergerak dengan cepat sehingga
musuh kesulitan mengetahui di mana pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Kemudian di sebuah tempat yang
memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬saat meninjau musuh, pasukan muslim menyerang
dengan kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi di Medan terbuka. Hujan panah jarak
jauh pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai, sehingga begitu pasukan utama muslim tiba,
dengan mudah mereka membuat kocar-kacir barisan musuh.

Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa unta, kuda
dan barang-barang lain dapat direbut. Al Haris komandan tertinggi musuh, jatuh tersungkur dihantam
panah. Putrinya ikut menjadi tawanan.

Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan. Putri Al Haris bernama Barrah menjadi bagian
seorang muslim yang miskin. Muslim ini menghendaki keluarga Barrah menebusnya dengan harta.
Namun Barrah sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Karena itu, Barrah menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
mengadu,

"Saya adalah Putri Al Haris pemimpin Bani Musthaliq. Lelaki yang menawan saya lebih menginginkan
harta daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah saya untuk memerdekakan diri saya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpikir dalam-dalam. Apabila Barrah dibebaskan dan kembali ke tengah kaumnya, ia
sangat mungkin akan membangkitkan kaumnya untuk membalas kekalahan mereka. Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui dari wajah Barrah yang matanya memancarkan kecerdasan dan keberanian bahwa ia bukan
gadis biasa. Dia akan mampu menerjang berbagai rintangan.

"Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?" tanya Rasulullah.

"Apa itu?"

"Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan menikahimu."

Barras setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬, namanya menjadi Juwairiyah. Kini
Bani Musthaliq sekutu dekat orang quraisy, menjadi sekutu dekat Rasulullah ‫ ﷺ‬berkat pernikahan ini.
Mereka merasa terhormat tuan putrinya menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬. Setelah itu, banyaklah kaum Bani
Musthaliq yang memeluk Islam. Subhanallah.
*Hasutan Abdullah bin Ubay*

Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan muslim kembali berbaris pulang ke Madinah. Di
Telaga Al Muraisy mereka singgah sebentar untuk beristirahat dan memberi minum ternak. Di tempat
itu terjadi pertengkaran antara pelayan Umar bin Khattab bernama Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan
Sinan bin Webr Al Jasni. Keduanya saling bertengkar hebat sampai Sinan berteriak memanggil kaumnya,

"Wahai kaum Anshar!"

Jahjah pun membalas dengan teriakan,

"Wahai kaum Muhajirin!"

Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin Ubay, Dengan berang, Abdullah bin Ubay berkata
kepada orang-orang munafik yang mengelilinginya,

"Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli kita di negeri kita sendiri. Demi Allah antara
kita dan orang-orang Quraisy ini (Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muhajirin adalah suku Quraisy) tak ubahnya
seperti yang dikatakan orang, "Gemukkan anjingmu agar menerkammu!" Demi Allah, jika kita telah
sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina (Muhajirin)!"

Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat berbahaya ini lalu ia cepat-cepat melaporkan hal itu
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Mendengar itu Umar bin Khattab yang berada di samping Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Wahai Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr untuk membunuh Abdullah bin Ubay!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,
"Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara bahwa Muhammad telah membunuh salah
seorang sahabatnya? tidak aku tidak akan membunuhnya!"

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengeluarkan perintah agar kaum muslimin segera berangkat. Walau
dengan keheranan karena belum cukup beristirahat pada hari sepanas itu, kaum muslimin segera
mengikuti perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin berjalan terus melampaui malam sampai keesokan harinya.
Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukannya berhenti untuk beristirahat semua orang jatuh tertidur
karena begitu lelah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sengaja mengajak pasukannya berjalan terus sehari semalam agar kelelahan, ini akan
membuat semua orang melupakan hasutan Abdullah bin Ubay yang mengatakan bahwa nanti di
Madinah orang Anshar akan mengusir kaum Muhajirin.

*Surat Al Munafiqun*

Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun,

َ‫يَقُولُونَ لَِئ ْن َر َج ْعنَا ِإلَى ْال َم ِدينَ ِة لَي ُْخ ِر َج َّن اَأْلع َُّز ِم ْنهَا اَأْل َذ َّل ۚ َوهَّلِل ِ ْال ِع َّزةُ َولِ َرسُولِ ِه َولِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َو ٰلَ ِك َّن ْال ُمنَافِقِينَ اَل يَ ْعلَ ُمون‬

"Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-
Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui."

Surah Al-Munafiqun (63:8)

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬


Bagian 109

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah
‫ﷺ‬.

"Ya, Rasulullah," panggil Abdullah,

"Saya dengar Tuan ingin membunuh ayahku. Jika benar Tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku.
Aku bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak ada orang dari suku Khazraj yang
dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku takut engkau akan memerintahkan
orang selain aku untuk membunuhnya sehingga jiwaku tidak tahan melihat pembunuh ayahku berjalan
di tengah masyarakat, lalu aku membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang mukmin karena
seorang kafir sehingga aku menjadi penghuni neraka."

Akan tetapi, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih tinggal
bersama kita."

Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat,
seketika itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya.

Melihat keadaan itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab,

"Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar? Demi Allah, seandainya engkau membunuhnya pada
hari kau katakan kepadaku, 'Bunuhlah dia' niscaya orang-orang akan ribut. Namun, seandainya aku
perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan membunuhnya juga?"
Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya demikian karena saat itu lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis
kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia sudah sama sekali tidak berdaya.

Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih besar berkahnya daripada
pendapatku."

*Bunda Aisyah Kehilangan Kalung*

Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa
yang mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬. Kejadian ini mengenai istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang ikut
dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah.

*Penuturan Aisyah* kejadian ini, setelah selesai peperangan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas pulang dan
memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam hari. Pada saat semua orang sedang
berkemas-kemas hendak berangkat aku keluar untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak
bergabung dengan rombongan. Pada saat itu kuraba raba kalung di leher ku, ternyata sudah tak ada
lagi. Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku mau buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga
dapat ku temukan.

Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta
tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam haudaj
(rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan.

Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali
tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena itu mereka segera memegang tali
kekang lalu mulai berangkat!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku jumpai seorang pun yang masih tinggal. Semua telah
berangkat.
Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir pada saat mereka mencari-cari
aku tentu mereka akan kembali ke tempatku.

Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas
di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku. Ia
sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku, Ia
berucap,

"Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah?" Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku tetap
menutup diriku dengan jilbabku.

"Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan dari nya
kecuali ucapan innalillahi wa innailaihi roojiun itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaiki
unta itu ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh Dhahirah
tempat pasukan turun beristirahat."

Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin
Salul."

*Aisyah Jatuh Sakit*

"Lihat Mengapa istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama orang yang bukan
muhrimnya?" seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata saling menyukai?"

Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat. Kali
ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-orang lain. Aisyah sendiri tidak
mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau jatuh sakit begitu tiba di Madinah.

Aisyah menuturkan,

"Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah
banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu mengenainya.
Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ‫ ﷺ‬yang biasa ku rasakan ketika aku sakit.
Beliau ‫ ﷺ‬hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya,

"Bagaimana keadaanmu?"

Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama ummy Masthah untuk membuang hajat.
Waktu itu kami belum membuat kakus. Pada saat kami pulang tiba-tiba kaki ummu Masthah terantuk
hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka si Masthah!"

Ia pun ku tegur,

"Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam
Perang Badar!"

Ummu Masthah bertanya,

"Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?"

Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah....

Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabatnya tentang Aisyah

"Wahai Rasulullah, Para istrimu adalah keluargamu kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali
kebaikan," jawab para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Bariroh pelayan perempuan bunda Aisyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,


"Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?"

Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang sangat baik,
akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri di atas mimbar.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 110

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِْ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Rasulullah ‫ ﷺ‬pun Terganggu*

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari laki-laki yang telah menyakiti keluargaku
(dengan menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang
baik. Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu telah menyebut nama
seorang laki-laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu kecuali sebagai orang yang baik."

Berita bohong tersebut telah menyakiti hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan keluarganya. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬
datang mengunjungi Aisyah yang saat itu memang sedang dirawat di rumah orangtuanya.

Aisyah menuturkan. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke rumahku. Saat itu Ayah Ibuku berada di rumah.
Ayah Ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan hatiku. Sejak tersiar berita bohong
itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah duduk di sisiku. Selama sebulan dia tidak mendapatkan wahyu tentang
diriku. Ketika duduk Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca puji syukur ke hadirat Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى‬lalu bersabda,

"Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak
bersalah Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa minta
ampun kepada Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan bertobatlah kepada Nya."

Selesai Rasulullah ‫ ﷺ‬mengucapkan itu, tanpa kurasakan, air mataku bertambah bercucuran. Kemudian
aku katakan kepada Ayahku,

"Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenai diriku."

Ayahku menjawab,

"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Aku katakan pula kepada Ibuku,

"Ibuku berilah jawaban mengenai diriku"

Dia pun menjawab,

"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Lalu aku berkata,

"Demi Allah Sesungguhnya kalian telah mendengarkan itu, sehingga kalian telah membenarkannya. Jika
aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah.
Pasti kalian akan membenarkan aku. Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan
kalian, kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, "Sebaiknya aku bersabar
kepada Allah sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan."

Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika putrinya difitnah. Dia berkata,
"Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan semacam ini pada masa jahiliyah, padahal ketika
itu orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa memancarkan sinar Kemuliaan Islam
orang-orang mengabarkan berita bohong seperti ini kepada keluarga kita!"

*Firman Allah ‫*ﷻ‬

Setelah itu Aisyah berbaring di atas tempat tidur, ia dalam keadaan lemah. Saat itu mendadak Rasulullah
‫ ﷺ‬juga terkulai lemah karena Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬sedang menurunkan firmannya. Keringat beliau
bercucuran karena beratnya Wahyu yang diturunkan,

ُ‫ب ِمنَ اِإْل ْث ِم ۚ َوالَّ ِذي تَ َولَّ ٰى ِك ْب َرهُ ِم ْنهُ ْم لَه‬ ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ َجا ُءوا بِاِإْل ْف‬
َ ‫ك عُصْ بَةٌ ِم ْن ُك ْم ۚ اَل تَحْ َسبُوهُ َش ًّرا لَ ُك ْم ۖ بَلْ ه َُو َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ۚ لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ ِم ْنهُ ْم َما ا ْكتَ َس‬
‫َظي ٌم‬ِ ‫َع َذابٌ ع‬

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-
tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka
yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar."

Surah An-Nur (24:11)

ٌ ‫َات بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم َخ ْيرًا َوقَالُوا ٰهَ َذا ِإ ْف‬


ٌ ِ‫ك ُمب‬
‫ين‬ ُ ‫لَوْ اَل ِإ ْذ َس ِم ْعتُ ُموهُ ظَ َّن ْال ُمْؤ ِمنُونَ َو ْال ُمْؤ ِمن‬

"Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita
bohong yang nyata."

Surah An-Nur (24:12)

َ‫لَوْ اَل َجا ُءوا َعلَ ْي ِه بَِأرْ بَ َع ِة ُشهَدَا َء ۚ فَِإ ْذ لَ ْم يَْأتُوا بِال ُّشهَدَا ِء فَُأو ٰلَِئكَ ِع ْن َد هَّللا ِ هُ ُم ْالكَا ِذبُون‬
"Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu?
Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang
yang dusta."

Surah An-Nur (24:13)

ِ ‫َولَوْ اَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة لَ َم َّس ُك ْم فِي َما َأفَضْ تُ ْم فِي ِه َع َذابٌ ع‬
‫َظي ٌم‬

"Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya
kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu."

Surah An-Nur (24:14)

ِ ‫ْس لَ ُك ْم بِ ِه ِع ْل ٌم َوتَحْ َسبُونَهُ هَيِّنًا َوهُ َو ِع ْن َد هَّللا ِ ع‬


‫َظي ٌم‬ َ ‫ِإ ْذ تَلَقَّوْ نَهُ بَِأ ْل ِسنَتِ ُك ْم َوتَقُولُونَ بَِأ ْف َوا ِه ُك ْم َما لَي‬

"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."

Surah An-Nur (24:15)

‫َظي ٌم‬ ٌ ‫َولَوْ اَل ِإ ْذ َس ِم ْعتُ ُموهُ قُ ْلتُ ْم َما يَ ُكونُ لَنَا َأ ْن نَتَ َكلَّ َم بِ ٰهَ َذا ُس ْب َحانَكَ ٰهَ َذا بُ ْهت‬
ِ ‫َان ع‬

"Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas
bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar."

Surah An-Nur (24:16)

َ‫يَ ِعظُ ُك ُم هَّللا ُ َأ ْن تَعُودُوا لِ ِم ْثلِ ِه َأبَدًا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِين‬

"Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika
kamu orang-orang yang beriman."
Surah An-Nur (24:17)

‫ت ۚ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬


ِ ‫َويُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬

"dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana."

Surah An-Nur (24:18)

َ‫اح َشةُ فِي الَّ ِذينَ آ َمنُوا لَهُ ْم َع َذابٌ َألِي ٌم فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة ۚ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َوَأ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬
ِ َ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يُ ِحبُّونَ َأ ْن ت َِشي َع ْالف‬

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui,
sedang, kamu tidak mengetahui."

Surah An-Nur (24:19)

ٌ ‫َولَوْ اَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ َوَأ َّن هَّللا َ َر ُء‬
‫وف َر ِحي ٌم‬

"Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha
Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)."

Surah An-Nur (24:20)

‫ْأ‬
ِ ‫ان فَِإنَّهُ يَ ُم ُر بِ ْالفَحْ شَا ِء َو ْال ُم ْنك‬
‫َر ۚ َولَوْ اَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ َما‬ ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَتَّبِعُوا ُخطُ َوا‬
ِ ‫ت ال َّش ْيطَا ِن ۚ َو َم ْن يَتَّبِ ْع ُخطُ َوا‬
ِ َ‫ت ال َّش ْيط‬
‫زَ ك َٰى ِم ْن ُك ْم ِم ْن َأ َح ٍد َأبَدًا َو ٰلَ ِك َّن هَّللا َ يُ َز ِّكي َم ْن يَشَا ُء ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang
mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan
yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui."
Surah An-Nur (24:21)

Setelah menerima wahyu Rasulullah ‫ ﷺ‬memandang Aisyah dengan tersenyum sambil bersabda,
"Bergembiralah, ya Aisyah Sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 111

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Ibu Aisyah berkata,

"Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, Sebab aku
tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku."

Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan kemiskinannya.
Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata,

"Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah."

Allah ‫ ﷻ‬berfirman

ِ َ‫َواَل يَْأت َِل ُأولُو ْالفَضْ ِل ِم ْن ُك ْم َوال َّس َع ِة َأ ْن يُْؤ تُوا ُأولِي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْال َم َسا ِكينَ َو ْال ُمه‬
ۗ ‫اج ِرينَ فِي َسبِي ِل هَّللا ِ ۖ َو ْليَ ْعفُوا َو ْليَصْ فَحُوا ۗ َأاَل تُ ِحبُّونَ َأ ْن يَ ْغفِ َر هَّللا ُ لَ ُك ْم‬
‫َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah
bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan
orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang,"

Surah An-Nur (24:22)

Mendengar firman ini Abu Bakar berkata,

"Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah."

Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara itu Rasulullah ‫ ﷺ‬segera membacakan firman
Allah ‫ ﷻ‬itu kepada kaum muslimin.

Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum
hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan.

*Yahudi Menghasut*

Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin
adalah orang Yahudi.

Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang
baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para Yahudi ini adalah
menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah.

Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy.

"Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah," kata para pemuka
Yahudi.
"Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah" tanya seorang Pembesar
Quraisy.

Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang
mereka akan bergabung dengan tuan-tuan."

Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan mereka dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dimulai karena
ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan melarang bersujud pada berhala.

Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah ‫ ?ﷻ‬Orang Quraisy ingin
mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam.

"Tuan-tuan Yahudi,"

"Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim.
Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah berhala atau agama
Muhammad?"

Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih baik karena orang Yahudi juga
menyembah Allah ‫ﷻ‬. Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang Yahudi
Bani Nadhir menjawab,

"Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia,"

Allah ‫ ﷻ‬menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan orang Yahudi
itu.

‫ت َويَقُولُونَ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا ٰهَُؤاَل ِء َأ ْهد َٰى ِمنَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َسبِياًل‬
ِ ‫ت َوالطَّا ُغو‬
ِ ‫ب يُْؤ ِمنُونَ بِ ْال ِج ْب‬ ِ َ‫َألَ ْم ت ََر ِإلَى الَّ ِذينَ ُأوتُوا ن‬
ِ ‫صيبًا ِمنَ ْال ِكتَا‬
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu
lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman."

Surah An-Nisa' (4:51)

َ ‫ُأو ٰلَِئ‬
ِ ‫ك الَّ ِذينَ لَ َعنَهُ ُم هَّللا ُ ۖ َو َم ْن يَ ْل َع ِن هَّللا ُ فَلَ ْن تَ ِج َد لَهُ ن‬
‫َصيرًا‬

"Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali
tidak akan memperoleh penolong baginya."

Surah An-Nisa' (4:52)

*Pasukan Ahzab*

Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta
semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. Orang-orang Yahudi ini sangat aktif
menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan menjanjikan bahwa kali ini pasukan
muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-akarnya.

Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000 orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab
yang memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah orang-orang Quraisy, selebihnya
adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan lain-lain.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 112
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah
tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain.

Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian
pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.

"Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan.

"Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi
Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat yang jauh!"

Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh
kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka.

Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke luar kota
seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu
yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang dengan barisan berkuda dan unta
tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus
bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh sebesar
itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah yang akan dipertahankan
kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak dan orang orang tua akan menambah
beban pasukan yang bertahan.

Seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya menemukan jawabannya.

*Menggali Parit*
"Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul.

"Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami."

Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera
diterima oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah.
Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta.
Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang Parit atau perang Ahzab atau Perang
sekutu.

Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan persekutuan
beberapa Kabilah Arab.

Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah
pasukan ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini, semua
orang pun bekerja keras.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ‫ ﷺ‬ikut bekerja, seorang
sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: 'Pada waktu perang Ahzab Saya melihat Rasulullah ‫ﷺ‬
menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu
lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.'

Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-
orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.'

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat,
maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.'

Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa
dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor,
"Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit."

"Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang keras itu pun
hancur seperti pasir.

Pada saat itu Allah ‫ ﷻ‬memberi Rasulullah ‫ ﷺ‬penglihatan tentang masa depan kaum muslimin.

*Roti dan Kurma*

Setelah pukulan pertama Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah
aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini."

Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur
menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat
putih."

"Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur
menjadi pasir. Beliau pun bersabda,

"Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu
gerbang Shan'a."

Di kemudian hari, setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan
Islam.
Saat menggali Rasulullah ‫ ﷺ‬mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para
sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya.

"Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

"Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing."

Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke dalam
pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata,

"Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang
sahabatmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, " berapa banyakkah makanan itu?"

Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku
dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana,"

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. "Wahai para penggali parit
mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar.

Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh
orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa.

Pada saat lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang.
Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 113

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Serangan Gencar*

Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja menampakkan
diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke rumah
masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬jika
mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada penggalian.

Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang
munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka langsung berprasangka
buruk kepada Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati,

"Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعالَى‬dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya."

Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya untuk
diseberangi.

Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang sempit
untuk dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan
orang Arab melakukan strategi seaneh ini.

Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani
anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit.
Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul
Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan
berhasil sampai ke seberang.

Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib,
Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka berputar-putar
dan suara denting pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka
saling menebas dan menangkis.

Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil mendesak para
prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang.

Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim.

Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati.

*Pengkhianatan Yahudi*

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah:

Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.

Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah.

Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut.

Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah
Huyay menggedor berkali-kali.

"Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka. Semuanya sudah
berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para
pengikutnya."
Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab,

"Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan
sosok orang yang jujur dan menepati janji!"

Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk
mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan
anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit.

Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah
melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah
segera memberi tahu Hasan bin Tsabit,

"Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia akan
menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!"

"Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh," jawab Hasan

Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai mati.
Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang mereka
kira dijaga dengan kuat.

Apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah
berniat menikam dari belakang?

Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus
dan Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka
akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad ‫ﷺ‬
dan mentertawakan ajaran beliau.
Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 114

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Kaum Muslimin Sangat Terkejut*

Tentu saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya terkejut setelah mendengar Yahudi Bani Quraizhah telah
membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu harus
membagi pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini benar-benar memberatkan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Saad bin Muadz pemimpin suku Aus yang pernah menjadi sekutu sekaligus
pelindung bani Quraizhah ditemani Sa'ad bin Ubadah pemimpin suku Khazraj dan beberapa orang
sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta mereka mengecek keadaan bani Quraizhah.

Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah yang telah mengurung diri dalam benteng
mereka. Saad bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang berisi saling bantu antara kaum
muslimin dan bani Quraizhah.

"Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan tidak ada perjanjian apa-apa," jawab bani
Quraizhah kepada Saad bin Muadz

Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap risiko yang akan mereka hadapi karena membelot
dari perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka agar tetap mau menjadi sekutu dengan
segala kejujuran sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap menjaga hak kedua belah pihak agar tidak
mengecewakan Rasulullah ‫ ﷺ‬pada saat-saat sulit seperti ini.

Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan menghina. Saad bin Muadz marah sekali sampai
terjadi perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah. Akhirnya Saad dan para sahabat yang
lain pulang dengan hati kesal.

"Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani hanya akan menambah ramai pertengkaran
antara kita dan mereka," hibur Sa'ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz.

Saad bin Muadz menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan melapor,

"Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal dan Qarah."

Mendengar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!"

Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37 tahun Ia pergi menemui Syahidnya. Hari-hari
keislaman sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya gemilang dalam berbakti kepada Allah ‫ﷻ‬
dan rasulnya ‫ﷺ‬.

*Suara Kaum Munafik*

Kata-kata hiburan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penuh semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh orang-
orang munafik dan mereka yang lemah Iman.

Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir seluruh sahabat dilanda kecemasan. Al-Qur'an
melukiskan bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji dengan guncangan yang amat
dahsyat sampai-sampai tidak tetap lagi penglihatan mereka. Terasa sesak naik sampai ke tenggorokan
dan mereka menyangka bermacam-macam terhadap Allah. Akan tetapi bagaimanapun keadaannya
orang yang imannya kuat tidak beranjak dari sisi Rasulullah ‫ﷺ‬.
Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka berkata,

"Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat kita akan merebut kekayaan Kaisar Persia
dan Romawi. Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita merasa aman, bahkan untuk sekedar
pergi ke jamban."

Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar,

"Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak berpenghuni. Ijinkanlah kami keluar dari barisan
tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena rumah kami terletak di luar Madinah."

Para sahabat setia menjadi marah,

"Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah, ijinkanlah kami memenggal leher-leher mereka!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak ingin memaksa seseorang untuk bertempur. Beliau mengijinkan orang-orang lemah
iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang mampu menghadapi bahaya dan benar-benar
menginginkan mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan pasukan. Orang-orang lemah iman justru
akan menularkan rasa takutnya kepada banyak orang.

Dan penilaian Rasulullah ‫ ﷺ‬ini tepat sekali. Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan tempur
yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk bertempur dan berjuang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan wahyu Allah ‫ ﷻ‬bahwa, jika orang melarikan diri dari kematian,
seandainya pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar saja. Tak layak seorang lari dari
bencana, padahal bencana itu datang atas izin Allah ‫ ﷻ‬dan Allah ‫ ﷻ‬-lah yang satu-satunya sumber
pertolongan dan perlindungan.
*Pasukan Quraisy Mulai Putus Asa*

Rasulullah ‫ ﷺ‬merancang suatu strategi baru. Beliau ingin menawarkan kepada pasukan Ghathafan
sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau kembali pulang. Tidak ragu lagi. Orang Ghathafan
pasti akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan musuh yang tersisa tinggal 4 ribu prajurit
Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat terlebih dahulu kepada Saad bin Muadz dan Sa'ad bin Ubadah sebagai
pemimpin penduduk asli Madinah.

"Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami pasti tunduk dan patuh" demikian jawab keduanya,

"namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat. Dulu orang Ghathafan tak pernah merasakan
kurma Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang jamuan padahal waktu itu kami semua
masih musyrik. Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami dengan Islam kami harus
menyerahkan harta kami seperti itu? Demi Allah kami tidak akan memberikan sesuatu kepada mereka
kecuali tebasan Pedang."

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk setuju,

"ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat orang-orang Arab menyerang kita dengan panah."

Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar prajuritnya tidak menampakkan diri


kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin Mu'adz terkena panah hingga menembus urat
tangannya. Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang pendek.

Doa Saad pada waktu itu adalah,

"Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat mencintai Jihad melawan orang-orang yang
mendustakan Rasulullah dan mengusirnya.

Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah
sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau semata."
Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir kehilangan akal untuk menerobos parit
mencoba kembali menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal.
Pasukan muslim menebarkan hujan panah. Dalam gelap Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil memanah Ikrimah
sehingga pasukan musuh terperosok dan kembali mundur.

Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬yang isinya menuduh Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai pengecut,
Abu Sufyan menantang muslimin untuk bertempur di lapangan terbuka.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan membalas surat itu. Isinya mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini
beliau memang akan keluar menemui mereka untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di Mekah.
Pada hari-hari ini kesabaran memang menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 115

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Rasulullah ‫ ﷺ‬Mengutus Nu'aim bin Mas'ud*

Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Nu'aim bin Mas'ud yang baru saja masuk
Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh. Pada masa jahiliyah Nu'aim sangat erat bersahabat dengan
bani Quraizhah dan Ghathafan.

"Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak mengetahui keislaman saya. Karena itulah silahkan kalau
mau berbuat apa saja yang engkau inginkan terhadap diri saya," kata Nu'aim.

Rosululloh ‫ ﷺ‬menjelaskan rencananya kepada Nu'aim, setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Laksanakanlah rencana ini, Nu'aim karena suatu pertempuran itu memang penuh tipu daya."

Apa yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah strategi yang luar biasa untuk memecah-belah musuh. Atas
perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, Nu'aim pergi menemui bani Quraizhah. Nu'aim berkata,

"Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai kalian,"

"Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-mu," jawab bani Quraizhah.

Nu'aim melanjutkan,

"Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak sama dengan kalian sebab ini adalah negeri
kalian. Di sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri kalian. Sementara itu harta dan istri-istri orang
Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing.

Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama. Orang Quraisy dan Ghathafan mulai kehabisan bekal.
Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus karena rumput di sekitar Madinah telah
menggundul. Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian akan ditinggalkan sendiri untuk
menghadapi Muhammad dan pengikutnya.

Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad? Bukankah kalian mengetahui bahwa Muhammad
itu sangat jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika kalian dalam kesulitan seperti yang tertera
dalam perjanjian di antara kalian dan Muhammad.

Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu
menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian dan mereka saling berhadapan langsung."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya orang Yahudi itu bingung.

"Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan. Dengan demikian keduanya tidak akan pulang
melainkan bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh menyerang sebelum sandera-
sandera dari pihak Ahzab ada di tangan kalian," jawab Nu'aim bin Mashud.
Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka sangat baik ini.

*Musuh Terpecah Belah*

Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya, ia pergi ke perkemahan bani Ghathafan yang
juga sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata,

"Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah memusuhi Muhammad. Mereka enggan
meneruskan pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan berpura-pura meminta sandera
kepada kalian, padahal sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad, agar Muhammad memaafkan
perbuatan mereka."

Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi ragu-ragu terhadap bani Quraizhah. Abu
Sufyan pun menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah.

"Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengepung Muhammad. Menurut hemat kami, besok
kalian harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami akan menyusul."

"Besok hari Sabtu," tulis Kaab. "Pada hari Sabtu kami tidak dapat berperang atau bekerja apa pun."

"Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu besok," geram Abu Sufyan dalam surat balasannya.

"Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami sudah mulai menyerang Muhammad sedang
kamu tidak turut serta dengan kami, persekutuan kita dengan sendirinya bubar dan kamulah yang akan
kami serbu lebih dahulu sebelum Muhammad!"

Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada hari Sabtu. Mereka mengulangi jawaban itu
dengan tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat kemurkaan Tuhan karena telah melanggar
hari Sabtu, sehingga berubah menjadi monyet dan babi.

Kemudian bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab untuk ditahan di benteng mereka
agar yakin bahwa orang Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu saja.
Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang dikatakan Nu'aim benar. Keraguan besar
segera melanda pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang dari belakang, mereka terpaksa
harus menyerang dari depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan diseberangi dengan cara
bagaimanapun.

Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera. Yakinlah bani Quraizhah bahwa mereka akan
ditinggalkan.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 116

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Topan*

Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-hentinya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa siang dan malam
merendahkan diri kepada Allah ‫ ﷻ‬memohon agar pasukan Ahzab dikalahkan dan diguncangkan.

Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah dan sekitarnya. Kaum muslimin segera
berlindung dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk tulang. Pada saat itu, Rasulullah ‫ﷺ‬
berseru mengalahkan deru angin,

"Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepada ku, mudah-mudahan
Allah menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!"
Semua sahabat terdiam. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi seruannya sampai tiga kali, Namun semua sahabat
dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berseru,

"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkan kepadaku!"

Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apa pun."

Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan dengan susah payah melawan angin.

Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram
kematian, hingga tiba di markas musuh.

Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Aku segera memasang anak
panah pada busur ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ‫ﷺ‬, "Janganlah engkau melakukan tindakan
apapun!" Kalau aku panah pasti akan kena pahanya.

Pada saat itu, angin dan tentara Allah ‫ ﷻ‬sudah mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali,
memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit dan berkata,

"Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya."

Aku segera memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu bertanya,

"Siapakah Anda?" Dia menjawab, "Fulan bin Fulan" Selanjutnya Abu Sufyan berkata,
"Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya kalian tidak tinggal di tempat yang layak. Kuda
unta dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah mengkhianati janjinya kepada kita. Badai ini
membuat peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat menyalakan api, dan tidak satu tenda pun yang
berdiri tegak. Oleh karena itu, pulanglah kalian. Aku sendiri juga akan pulang."

*Bergerak ke Bani Quraizhah*

Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan apa yang dilihatnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa digunakan untuk sholat. Hudzaifah pun tertidur
sampai pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ‫ ﷺ‬membangunkan Hudzaifah.

"Bangun, wahai tukang tidur!"

Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa jam lalu dipenuhi ribuan musuh
bersenjata lengkap itu, kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain yang berserakan di sana-
sini.

Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah.

Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong hambanya dan memberi kekuatan kepada
tentaranya. Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya sendiri. Orang-orang Quraisy tidak
akan pernah lagi menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan memerangi mereka. Kalian yang akan
memasuki Mekah, lalu menghancurkan patung patung nya."

Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan diliputi rasa syukur dan
bangga dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan yang teramat berat. Sejak saat itu
mereka yakin dakwah mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati dan di tunggu-tunggu
kedatangannya.
Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani Quraizhah. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan
kaum muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan bani Quraizhah. Dengan ketaatan yang
mengagumkan, kaum muslimin yang sudah sangat lelah dalam perang Ahzab itu mengikuti perintah
tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan bendera kepada Ali bin Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di depan benteng
bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi mencaci-maki Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan hendak
mencemarkan nama istri-istri beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menampakkan diri dan mendadak semua cacian itu berhenti.

"Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu, bukan? Allah sudah menurunkan murkanya
kepada kamu sekalian bukan?" Demikian seru Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari terus menerus.

bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 117

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Keputusan Saad Bin Muadz*

Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim utusan. Mereka ingin kepungan dihentikan agar
mereka bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya sebab
pengkhianatan bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua suku Yahudi itu. Akhirnya bani
Quraizhah pun menyerah tanpa syarat.
Rasulullah ‫ ﷺ‬setuju untuk mengangkat Saad bin Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan hukuman
kepada bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini sangat adil dan murah hati karena Saad bin Muadz
dan suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani Quraizhah seperti halnya persahabatan
Khazraj dengan bani Qainuqa.

Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan itu, Baik kaum muslimin maupun bani Quraizhah
menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad bin Muadz.

Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib wanita yang dengan sukarela mengobati para
prajurit muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta dengan tangan terbalut dan menuju ke
perkampungan bani Quraizhah.

Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan diputuskannya. Saad teringat betapa baiknya perlakuan
Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang Yahudi, beliau senantiasa mengingatkan para sahabatnya agar berbuat baik
kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi dengan tipu daya, kelicikan, kerusakan ekonomi dan
penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan Rasulullah ‫ﷺ‬.

Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka akan berlaku seperti halnya bani Nadhir dan bani
Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah kedatangan pasukan Ahzab akibat hasutan
Huyay bin Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang pertolongan Allah ‫ ﷻ‬kemungkinan besar
kaum muslimin dari wanita hingga anak-anak akan musnah dibantai oleh musuh.

Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin Muadz berkata,

"Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani Quraizhah, membagi harta benda mereka serta
menawan anak-anak dan kaum wanitanya."

Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum Muslimin kembali ke Madinah dalam keadaan yang
amat disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab sampai ke pelosok Jazirah.
*Perintah Berjilbab*

Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum wanita. Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus, kebanyakan
hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina
dengan hewan jantan.

Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa mempertontonkan diri untuk memamerkan
kecantikan dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain selain suaminya. Wanita-wanita
seperti itu biasa bertukar pandang dan saling melontarkan kata-kata pujian yang manis kepada kaum
lelaki.

Wahyu yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatur hubungan antara wanita dan pria menjadi hubungan yang
saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh kasih sayang. Hak dan kewajiban wanita serta
laki-laki sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki diberi kelebihan dalam beberapa hal.

Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang Yahudi dan munafik membuat Rasulullah ‫ ﷺ‬berpikir
sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya para Muslimah menutup auratnya, tentu mereka
akan lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri telah lebih dahulu memberi contoh dengan
memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir) jika ada tamu yang datang ke rumah beliau ‫ﷺ‬.

Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ت بِ َغي ِْر َما ا ْكتَ َسبُوا فَقَ ِد احْ تَ َملُوا بُ ْهتَانًا َوِإ ْث ًما ُمبِينًا‬
ِ ‫َوالَّ ِذينَ يُْؤ ُذونَ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."

Surah Al-Ahzab (33:58)

َ ِ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن ۚ ٰ َذل‬
‫ك َأ ْدن َٰى َأ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذ ْينَ ۗ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأِل ْز َوا ِجكَ َوبَنَات‬
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."

Surah Al-Ahzab (33:59)

‫ك فِيهَا ِإاَّل قَلِياًل‬


َ َ‫اورُون‬ َ َّ‫لَِئ ْن لَ ْم يَ ْنتَ ِه ْال ُمنَافِقُونَ َوالَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم َم َرضٌ َو ْال ُمرْ ِجفُونَ فِي ْال َم ِدينَ ِة لَنُ ْغ ِريَن‬
ِ ‫ك بِ ِه ْم ثُ َّم اَل ي َُج‬

"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya
dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami
perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di
Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar,"

Surah Al-Ahzab (33:60)

‫َم ْلعُونِينَ ۖ َأ ْينَ َما ثُقِفُوا ُأ ِخ ُذوا َوقُتِّلُوا تَ ْقتِياًل‬

"dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan
sehebat-hebatnya."

Surah Al-Ahzab (33:61)

‫ُسنَّةَ هَّللا ِ فِي الَّ ِذينَ َخلَوْ ا ِم ْن قَ ْب ُل ۖ َولَ ْن تَ ِج َد لِ ُسنَّ ِة هَّللا ِ تَ ْب ِدياًل‬

"Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu
sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah."

Surah Al-Ahzab (33:62)

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬


Bagian 118

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah mengenakan jilbab yang menutup dada,

َ ِ‫ُوجهُ ْم ۚ ٰ َذل‬
َ‫ك َأ ْزك َٰى لَهُ ْم ۗ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُون‬ َ ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُر‬ َ ‫قُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن َأب‬
ِ ‫ْص‬

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Surah An-Nur (24:30)

َ‫ظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى ُجيُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِدين‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬
ِ ‫ص‬َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب‬ ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ْ ‫ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن وْ آبَاِئ ِه َّن وْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن وْ ْبنَاِئ ِه َّن وْ ْبنَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن وْ ِإ ْخ َوانِ ِه َّن وْ بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن وْ بَنِي خَ َواتِ ِه َّن وْ نِ َساِئ ِه َّن وْ َما َملَك‬
‫َت‬
‫ت النِّ َسا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن‬ ِ ‫ظهَرُوا َعلَ ٰى عَوْ َرا‬ ْ َ‫ال َأ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬
ِ ‫ِّج‬َ ‫َأ ْي َمانُه َُّن َأ ِو التَّابِ ِعينَ َغي ِْر ُأولِي اِإْل رْ بَ ِة ِمنَ الر‬
َ‫ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Surah An-Nur (24:31)

Jilbab artinya pakaian longgar menutup aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
Kerudung berarti tudung yang menuntup kepala, leher, dan dada wanita.

Hijab adalah tabir atau dinding penutup.

Purdah adalah pakaian luar atau tirai berjahit.

Cadar adalah penutup wajah sehingga mata saja yang tampak.

Islam mewajibkan jilbab dan kerudung. Hijab hukumnya Sunnah,

Purdah atau cadar serta sarung tangan tidak diwajibkan.

*Merindukan Mekkah*

Dalam tahun-tahun pertama di Madinah itu, beberapa muslimah Muhajirin pun sudah melahirkan. Di
antaranya adalah putri Rasulullah ‫ﷺ‬, Fatimah az-Zahra putra pertama Fatimah bernama Hasan dan
yang kedua bernama Husein. Rosulullah ‫ ﷺ‬sangat senang bermain dengan kedua cucunya itu.

Suatu ketika, Rasulullah ‫ ﷺ‬memandangi dalam-dalam Hasan dan Husain yang sedang berlarian di
hadapannya. Anak-anak ini lahir di perantauan, sama sekali belum mengenal Mekah, tanah air mereka.
Hasan mengejar Husein yang bersembunyi di dalam kamar. sambil berteriak kegirangan, Husein kabur
dan melompat ke punggung kakeknya. Fatimah hendak mencegah perbuatan itu, namun Rasulullah ‫ﷺ‬
mengisyaratkan agar mereka dibiarkan. Fatimah yang sangat dekat dengan ayahnya itu segera
menangkap isyarat lain di mata Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Mengapa ayah tampak berduka?" tanya Fatimah lembut.


"Bukankah Ayah baru saja membuat kemenangan yang belum pernah dilakukan Suku Arab mana pun
dengan mengalahkan pasukan Ahzab dan bani Quraizhah? atau Ayah kini sedang teringat kepada
almarhumah Ibuku, Khadijah?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya menjawab dengan linangan air mata yang bergulir di kedua pipi beliau. Fatimah
tahu yang paling baik ialah membiarkan ayahnya tercinta bermain dengan cucu-cucu sampai dukanya
hilang.

Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah menarik kesimpulan bahwa duka Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah
akibat kerinduan beliau kepada Mekah, tanah air kaum Muhajirin. apalagi, saat itu adalah bulan
Dzulhijjah, saat musim haji akan segera tiba.

Akhirnya, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah pun larut dalam kedukaan itu. mereka terkenang negeri tempat
mereka dibesarkan. Bagaimanakah keadaan Mekah kini setelah mereka tinggal kan? Walau kebun-
kebun hijau Madinah menyejukkan hati, hamparan kota putih Mekkah, juga selalu terindukan siang
malam.

Semua kaum Muhajirin sangat rindu untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sebagai penduduk
Mekah, mereka jugalah pemilik Rumah Tua Ka'bah yang diberkati.

Kini, Quraisy merintangi kaum muslimin pergi berhaji. Itu benar-benar tidak adil, karena siapa pun bisa
berhaji ke Mekah. Dari dahulu, pihak-pihak yang bermusuhan selalu bisa saling bertemu dengan damai
di Mekah dalam bulan haji.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 119

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Berhaji*

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa tahun itu kaum muslimin akan berangkat haji ke Mekah. Maka
berangkatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 1400 orang muslim. Semuanya mengenakan pakaian ihram untuk
menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan berperang.

Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang mereka bawa. Kaum muslimin juga membawa 70
unta yang akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang terundi mengikuti perjalanan ini
adalah ummu Salamah.

Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar keberangkatan ini.

"Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang kita,"

seru para pemimpin Mekah.

Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta 200 orang pasukan berkuda untuk
menghalangi kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya bertemu
dengan seseorang dari bani Kaab. Rasulullah ‫ ﷺ‬Bertanya kepadanya tentang keadaan Mekah.

"Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!" sahut orang itu.

"Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit harimau. Mereka bersumpah bahwa mereka
akan menghalangi perjalanan Tuan."

"Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah ‫ﷺ‬. "Mereka sudah lumpuh karena peperangan. Apa
salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku sampai binasa, itu yang mereka harapkan."
Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam. Tetapi mereka
pasti akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan terus berjuang sampai Allah memberi
kemenangan atau leherku ini terpenggal.

Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang. Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta seorang Pandu untuk
memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk menghindari pasukan Khalid bin Walid yang sudah
menunggu di daerah Kira Al Ghamim.

Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh dan berhenti di Hudaibiyah.

"Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang sahabat

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil anak panah dan menancapkannya ke dasar sebuah sumur kering. Ketika ditarik
memancarlah air yang tiada habisnya.

*Saling Tukar Utusan*

Kedua pihak kini saling memikirkan langkah selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap berperang namun
mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa orang ke perkemahan kaum muslimin. Tujuan
Budail untuk berunding sekaligus mengetahui kekuatan lawan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Budail,

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, tetapi untuk melakukan haji. Rupanya
orang-orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika mereka menghendaki damai dan membiarkan
kami berhaji berarti mereka masih punya nyali. Tetapi jika mereka menghendaki perang maka demi
Allah aku pasti akan melayani mereka sampai aku menang atau Allah menentukan lain,"

"Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata Budail.


Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais bin Al Qamah. Melihat kedatangan Hulais
dari jauh, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"itu adalah Hulais, Dia berasal dari kaum yang sangat menghormati hewan kurban. Lepaskanlah hewan-
hewan kurban kita. Melihat banyaknya hewan kurban Hulais terharu,

"Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi mereka memasuki Masjidil Haram."

Hulais kembali dan Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-orang Quraisy marah kepada
Hulais. kemudian mereka mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga.

Urwah pun bertemu Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memegangi janggut, sambil bicara. Namun setiap kali itu pula Al
Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menepis tangannya. Padahal sebelum masuk Islam Al
Mughiroh sering dilindungi Urwah.

Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah menyentuh
beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui maksud kedatangan Rasulullah ‫ﷺ‬, Urwah pun
kembali.

"Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah,

"Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah tidak pernah kulihat seorang raja yang diperlakukan
para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya.

Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut menyediakan airnya. Setiap ada helai rambut
Muhammad jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan diserahkan kepada orang lain walau
harus mati. Terimalah tawaran Muhammad."
Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 120

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Ikrar Ridhwan*

Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin. Kini
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang mengirim utusan. Semula beliau memerintahkan Umar bin Khattab. Namun Umar
berkata,

"Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak Bani Adi yang
akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui permusuhan saya dan tindakan tegas saya
kepada mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik daripada saya yaitu Utsman bin Affan."

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus menantunya Utsman bin Affan. Tugas Usman adalah berusaha
meyakinkan bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan Haji.

Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan (jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman para
pemimpin Quraisy berkata,

"Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah berthawaflah."

"Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah berthawaf," jawab Usman.

Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah suci dan memuliakannya. Kami ingin
menunaikan kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang membawa binatang kurban setelah
disembelih kami pun akan kembali pulang dengan damai."
"Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah seorang
Pembesar Quraisy.

Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang mau mengalah, masing-masing melontarkan
argumen. Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali.

Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut Utsman dibunuh secara licik. Maka Rasulullah
‫ ﷺ‬mengumpulkan para sahabatnya di bawah sebatang pohon. Mereka semua bersumpah setia untuk
tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas kematian Utsman bin Affan, kemudian disebut baiat
Ridwan. Allah ‫ ﷻ‬menurunkan firman-nya

‫ك تَحْ تَ ال َّش َج َر ِة فَ َعلِ َم َما فِي قُلُوبِ ِه ْم فََأ ْن َز َل ال َّس ِكينَةَ َعلَ ْي ِه ْم َوَأثَابَهُ ْم فَ ْتحًا قَ ِريبًا‬
َ َ‫ض َي هَّللا ُ ع َِن ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإ ْذ يُبَايِعُون‬
ِ ‫لَقَ ْد َر‬

"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)."

Surah Al-Fath (48:18)

*Perjanjian Hudaibiyah*

Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama sesudah itu, Utsman bin Affan kembali ke
perkemahan dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar Ridhwan tetap berlaku sebagai tanda
kesetiaan dan kekompakan umat Islam. Rasulullah ‫ ﷺ‬bahagia sekali dengan kekompakan umatnya
sebab terlihat jelas eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka. Selain itu nyata sekali terlihat
bahwa kaum muslimin sangat besar keberaniannya. Mereka bersedia menghadapi maut tanpa ragu-ragu
lagi.

Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy bahwa kaum muslimin benar-benar ingin berhaji.
Namun, karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa Panji perang, Mereka takut
orang akan mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika mengizinkan kaum muslimin memasuki
Mekah.

Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail bin Amr menjadi juru runding Quraisy. Setelah
lama berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting berikut:

~ Rasulullah ‫ ﷺ‬harus pulang tahun ini dan bisa berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin tidak
boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Orang Quraisy tidak boleh menghalangi
dengan cara apa pun.

~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada yang menyerang pihak mana pun.

~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin bergabung dengan kaum muslimin dipersilahkan. Begitu
juga yang ingin bergabung dengan Quraisy. Jika ada suku yang telah menggabungkan diri diserang oleh
pihak yang lain itu berarti perang.

~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa izin walinya maka ia harus
dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bergabung dengan Quraisy tidak
boleh dikembalikan lagi.

Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah
atau 628 masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung bergabung dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Sementara itu lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬


Bagian 121

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Ketidakpuasan Umar*

Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu. Ketidakpuasannya ini ditunjukkan setelah terjadi
insiden saat penulisan perjanjian. Saat itu Ali bin Abi Thalib mendapat tugas Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menulis
perjanjian itu.

"Tulislah Bismillahirohmanirohim!" Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Stop!" seru Suhail. "Nama Arrohman dan arrohim ini tidak kukenal. Tulislah dengan bismika allahumma
(dengan nama-mu Ya Allah)"

"Tulislah dengan nama-mu Ya Allah," Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Lalu, tulislah: "Ini adalah perjanjian damai yang ditetapkan antara Muhammad Rasulullah dengan
Suhail bin Amr."

Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak.

"Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu. Karena itu tulislah
namamu dan nama ayahmu."

"Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin Abdullah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi Thalib sudah memuncak kemarahannya kepada
delegasi Quraisy itu, sehingga ia berkata,
"Tidak ya Rasulullah! Demi Allah aku tidak sudi menghapus kata itu."

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang menghapus kata-kata itu. Melihat hal itu Umar bin Khattab berkata
kepada Abu Bakar yang duduk disampingnya, "Bukankah dia itu Rasulullah?"

"Memang betul," jawab Abu Bakar.

"Bukankah kita ini orang-orang Islam?"

"Memang betul!"

"Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?"

"Memang betul!"

"Lalu Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?" seru Umar berapi api.

Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas, "Umar duduklah di tempatmu aku bersaksi
bahwa dia Rasulullah."

Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar. Mereka merasa agama mereka telah
dilecehkan dengan perjanjian ini. Bukan saja mereka gagal berhaji tahun ini tetapi juga harus menerima
bahwa orang musyrik itu seolah merendahkan Allah dan rasulnya Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para sahabat semakin tidak menyukai perjanjian
ini.
*Kisah Abu Jandal*

Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak Suhail bin
Amr si perunding Quraisy. Para sahabat sangat terkejut menyaksikan kedua kaki Abu Jandal dalam
keadaan terbelenggu sehingga ia berjalan tertatih-tatih. Rupanya ia berhasil melepaskan diri dari Mekah
dan hendak menggabungkan diri dengan saudara-saudara muslimnya.

Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru,

"Ini adalah orang pertama yang ku tuntut Agar engkau mengembalikannya."

"Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan pun," jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Demi Allah kalau begitu aku tidak akan menuntutmu karena sesuatu apa pun" kata Suhail.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Kalau begitu, berilah dia jaminan perlindungan karena aku."

"Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena dirimu," tukas Suhail.

"Lakukanlah!" pinta Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi

"Aku tidak akan melakukannya," jawab Suhail.

Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul keras-keras anaknya itu. Suhail
mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dikembalikan kepada Quraisy. Abu Jandal
berseru,

"Semua orang muslim, Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan
menyiksaku karena Agamaku ini?"
Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki mereka bergerak untuk datang melawan
perjanjian yang sudah ditandatangani.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai Abu Jandal bersabarlah dan tabahlah karena Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan
orang-orang yang terdzalimi seperti dirimu. Kami sudah mengukuhkan perjanjian dengan mereka. Kami
telah membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas peristiwa seperti ini dan mereka pun sudah
memberikan sumpah atas nama Allah kepada kami. Maka kami tidak akan melanggarnya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat ke sekeliling dan menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat tidak puas.
Hal inilah yang membuat para sahabat tidak menuruti perintah Rasulullah ‫ ﷺ‬sesaat setelah itu.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 122

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Nasihat Ummu Salamah*

Rosululloh ‫ ﷺ‬kemudian bersabda

"Bangkitlah dan sembelihlah hewan qurban!"


Para sahabat Saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah ‫ ﷺ‬menganggap bahwa mereka telah selesai berhaji?
Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf? Bahkan sama sekali belum melihat Ka'bah? Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi perintahnya sampai tiga kali.

Tidak ada satu pun sahabat yang beranjak. Semua diam termangu atau menunduk. Rasulullah ‫ﷺ‬
memerhatikan wajah mereka. Bahkan Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab juga menolak.

Dengan perasaan gundah, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke dalam tenda Ummu Salamah, diceritakannya semua
kelakuan para sahabat kepada istrinya itu. Ummu Salamah mengerti betul betapa kecewanya Rasulullah
‫ﷺ‬. Kemudian Ummu Salamah mengajukan sebuah saran yang menunjukkan kecerdasan dan
kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu dilakukan oleh Khotijah untuk membangkitkan Rasulullah ‫ﷺ‬
dalam masa-masa sulit penuh kegelapan.

"Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu Salamah.

"Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun kepada salah seorang dari mereka. Sembelihlah
ternak kurban anda sendiri, Lalu panggilan tukang cukur dan bercukurlah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian keluar tanpa bicara sepatah kata pun dia melaksanakan saran dari Ummu
Salamah. Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬menyembelih kurban dan bercukur segera saja para sahabat melakukan
hal yang sama.

Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini berubah menjadi ceria. Suara gembira para
sahabat terdengar saat menyembelih kurban dan saling bergantian mencukur rambut. Sebagian ada
yang mencukur rambut dan sebagian lain hanya memangkas rambut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersyukur kepada Allah ‫ﷻ‬karena telah memberinya seorang istri yang
begitu cerdas dan bijak.

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut," doa Rasulullah ‫ﷺ‬.
Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka pun bertanya

"Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?"

*Para Wanita Mu'minah*

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut," doa Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi.
Para sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah?

"Dan mereka yang ber pangkas rambut," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya.

"Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang berpangkas
rambut?"

"Karena mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

Umar bin Khattab sangat menyesal karena sempat menyangsikan keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam
perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membacakan surat al-fath yang menegaskan
bahwa dalam perjanjian itu Allah ‫ ﷻ‬telah memberi kemenangan yang nyata. Legalah hati Umar
mendengar firman Allah ‫ ﷻ‬ini.

‫ِإنَّا فَتَحْ نَا لَكَ فَ ْتحًا ُمبِينًا‬

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,"

Surah Al-Fath (48:1)

Umar berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus melakukan berbagai amal, sedekah Shaum, sholat dan
berusaha membebaskan diri dari apa yang telah kulakukan saat itu. Aku selalu dibayangi kelakuan itu.
Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan kebaikan."
Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah datanglah serombongan wanita mukmin yang
melarikan diri dari Quraisy.

Kemudian menyusullah para wali mereka yang menuntut agar wanita-wanita itu dikembalikan sesuai
dengan perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya, karena dalam perjanjian
disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka yang harus dikembalikan.

Dalam Al-Qur'an surat Al Mumtahanah membenarkan tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini.

ِ َّ‫ت فَاَل تَرْ ِجعُوه َُّن ِإلَى ْال ُكف‬


‫ار ۖ اَل ه َُّن ِح ٌّل‬ ٍ ‫ت فَا ْمت َِحنُوه َُّن ۖ هَّللا ُ َأ ْعلَ ُم بِِإي َمانِ ِه َّن ۖ فَِإ ْن َعلِ ْمتُ ُموه َُّن ُمْؤ ِمنَا‬
ٍ ‫اج َرا‬
ِ َ‫َات ُمه‬ُ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا َجا َء ُك ُم ْال ُمْؤ ِمن‬
ْ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬
‫ص ِم ال َك َوافِ ِر َوا ْس لوا َما ْنفَقتُ ْم‬ ْ ‫ُأ‬ ‫َأ‬
َ ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم ْن تَ ْن ِكحُوه َُّن ِإ َذا آتَ ْيتُ ُموه َُّن جُو َره َُّن ۚ َواَل تُ ْم ِس ُكوا بِ ِع‬ ‫َأ‬
َ ‫لَهُ ْم َواَل هُ ْم يَ ِحلُّونَ لَه َُّن ۖ َوآتُوهُ ْم َما ْنفَقُوا ۚ َواَل ُجن‬
‫َو ْليَ ْسَألُوا َما َأ ْنفَقُوا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم ُح ْك ُم هَّللا ِ ۖ يَحْ ُك ُم بَ ْينَ ُك ْم ۚ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-
orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-
suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila
kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan)
dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan
hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-
Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Surah Al-Mumtahanah (60:10)

Dalam surat yang sama pula Allah memerintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan janji setia kepada
para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak berzina,
tidak membunuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan tidak akan mendurhakai Rasulullah ‫ﷺ‬. Para
mukminah itu pun menerimanya.

*Abu Bashir*
Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu Jandal namanya Abu Basir. Ia datang ke Madinah
dan minta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬mau menerimanya, Namun, belum lama ia menikmati hidup sebagai
muslim yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar bin Auf dan Akhnas bin Syariq yang
ditujukan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, yakni meminta agar Abu Bashir dikembalikan. Surat itu dibawa oleh
seorang laki-laki dari bani Amir yang disertai seorang budak.

"Abu Basir," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka seperti yang sudah kau ketahui. Penghianatan
menurut agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang
ditindas bersamamu memperoleh kelapangan dan jalan keluar. Pulanglah engkau kembali ke dalam
lingkungan masyarakatmu."

"Rasulullah," kata Abu Bashir,

"Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya karena agama saya ini."

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi kata-kata beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa oleh kedua
orang tadi.

Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata
kepada orang dari bani Amir,

"Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang bagus itu, hai fulan."

Tanpa curiga utusan Quraisy itu menghunuskan pedang dan memperlihatkannya kepada Abu Basir
sambil berkata,

"Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus. Ia sudah cukup kenyang malang melintang
bersamaku."
"Tolong Perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan memeriksanya," kata Abu Basir.

Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir menusukkannya ke utusan Quraisy itu sampai
meninggal dunia. Seketika itu juga budak yang menyertai mereka berlari ke Madinah sambil berteriak-
teriak.

Budak itu Terus Berlari memasuki masjid. Melihat kehadirannya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sepertinya orang itu sedang ketakutan."

Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata

"Teman Tuan membunuh teman saya, saya pun agaknya akan dibunuhnya pula."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 123

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Kelompok Abu Bashir*

Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan membawa pedang terhunus. Abu Bashir tahu bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat teguh memegang perjanjian. Jika saat itu ia menetap di Madinah, Rasulullah ‫ﷺ‬
pasti akan memulangkannya kembali.
Maka Abu Bashir pun berkata,

"Rasulullah, jaminan Tuan sudah terpenuhi dan Allah sudah melaksanakannya buat tuan. Tuan
menyerahkan saya ke tangan mereka dan dengan agama saya ini saya tetap bertahan supaya saya
jangan dianiaya atau dipermainkan karena keyakinan agama saya ini."

Setelah berkata begitu Abu Bashir pergi meninggalkan Madinah. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu maksud Abu Bashir.
Beliau pun memandang kagum orang itu karena keberaniannya. Dalam hati Rasulullah ‫ﷺ‬
mengharapkan Abu Bashir mempunyai anak buah.

Sesuai dugaan Rasulullah ‫ ﷺ‬Abu basir tidak kembali ke Mekah ia pergi ke daerah Al Ish. Tempat itu
adalah jalur perdagangan Quraisy menuju Syam, tepat di tepi laut. Kepergian Abu Bashir ke daerah ini
didengar oleh kaum muslimin yang tinggal di Mekah. Mereka juga mendengar betapa kagumnya
Rasulullah ‫ ﷺ‬pada keberanian Abu Bashir.

Maka diam-diam 70 muslim yang selama ini hidup tertindas di Mekah pergi menyusul Abu Bashir. Abu
Jandal tentu saja berada di antara mereka itu.

Ketika mereka tiba, kaum muslim yang tertindas itu mengangkat Abu Bashir sebagai pemimpin. Mulai
sejak itulah mereka menyerang setiap kafilah dagang Quraisy yang lewat.

Ini berbahaya! Sangat berbahaya! gerutu seorang pemimpin Quraisy,

"Kita tidak bisa menyalahkan Muhammad karena para pengikutnya itu tidak lari ke Madinah! Mau tidak
mau kita harus meminta Muhammad menampung mereka ke Madinah agar jalur dagang kita aman!"

"Tapi itu tidak sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, " jawab yang lain.
"Kita terpaksa mengalah, tidak ada jalan lain, bukan!"

Akhirnya orang Quraisy meminta Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima Abu Bashir dan pasukannya. Mereka sadar
bahwa orang yang imannya sangat kuat lebih berbahaya daripada membebaskannya.

Dengan demikian, gugurlah Salah satu isi perjanjian yang mengatakan bahwa *orang muslim yang
melarikan diri dari Quraisy harus dikembalikan.*

Kini setiap muslim Mekah bisa bergabung setiap saat dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya di
Madinah. Ini adalah salah satu tanda kemenangan kaum muslimin.

*Istri-istri Rasulullah*

Kedudukan yang telah Rasulullah ‫ ﷺ‬berikan kepada para istrinya belum pernah didapati oleh wanita-
wanita Arab sebelum mereka. Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat lembut, selalu tersenyum, dan penuh kasih sayang
kepada para isterinya.

"Laki-laki terbaik di antara kamu adalah yang berlaku paling baik kepada isterinya," demikian sabda
beliau.

Maka wajar saja, isteri-isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi sedikit manja. Mereka begitu mencintai Rasulullah
‫ ﷺ‬sehingga saling berebut perhatian Beliau. Aisyah sangat cemburu jika Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang memberi
perhatian kepada Hafshah, demikian pula sebaliknya. Bahkan Aisyah sampai cemburu kepada
almarhumah Khadijah. Hal seperti itu tentu mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tidak cukup sampai di situ, para ibu kaum muslimin itu pun mengeluh kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang
keserderhanaan hidup mereka.

Dengan mata berkaca-kaca, beberapa istri Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah memohon agar Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
memperhatikan pakaian mereka yang sederhana.
Para ibu kaum Muslimin itu tahu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah pemimpin negara yang cukup besar saat
itu. Dengan mudah, Rasulullah ‫ ﷺ‬akan dapat memberikan mereka pakaian dari sutra, kain katun mesir,
dan baju halus dari Yaman. Bahkan, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bisa saja memberikan setiap isterinya perhiasan
dari emas. Jadi, mengapa mereka harus hidup sederhana.

Dengan cara halus, Rasululllah ‫ ﷺ‬berusaha menyadarkan para isteri beliau. Sebagai isteri Rasulullah ‫ﷺ‬,
mereka tidak sama dengan wanita-wanita lain. Mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki wanita
lain, yaitu bersuamikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka harus menjadi wanita penyabar dan patuh kepada suami
sehingga pantas diteladani oleh isteri-isteri sahabat. Namun, isteri-isteri beliau secara halus tetap
menuntut agar Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi uang belanja yang lebih layak.

Karena sudah tidak ada jalan lain. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memutuskan hidup terpisah dari isteri-isterinya.
Masalah yang harus dihadapi masih segunung, termasuk ancaman Yahudi dari Khaibar. Para isteri yang
harusnya menentramkan malah mengeruhkan batin Rasulullah ‫ﷺ‬.

Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar datang dan memarahi Aisyah. Umar bin Khatab juga memarahi
putrinya Hafshah.

Akhirnya para isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬itu menyadari kelalaian mereka. Sambil menangis, mereka memohon
ampun pada Allah ‫ ﷻ‬dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan mereka. Rasululllah ‫ﷺ‬
memaafkan mereka dan kembali hidup tenteram seperti semula.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 124

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬

*Seruan Rasulullah agar Bekerja*


Di Madinah masih ada orang-orang muslim yang hidup tanpa rumah dan tanpa pekerjaan. Mereka ini
tinggal di masjid dan hidup tenang dari harta zakat yang diberikan oleh orang lain. Setiap hari yang
mereka lakukan adalah berdzikir dan sholat di masjid.

Sebagian masyarakat sangat menghormati orang-orang yang tiada henti-hentinya berdzikir, sholat, dan
berdoa itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menemukan salah seorang di antara mereka yang benar-benar mengkhususkan dirinya
untuk beribadah. Orang itu terlihat begitu kurus karena sholat setiap siang dan malam hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat kekaguman orang-orang kepada laki-laki tadi. Dahi Rasulullah ‫ ﷺ‬sedikit
berkerut sehingga beliau bertanya kepada orang-orang,

"Siapa yang memberi dia makan?"

"Saudaranya ya Rasulullah." jawab seseorang.

"Saudaranya itu jauh lebih ahli ibadah daripada dia," demikian Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menghimbau semua orang yang hidup menganggur agar mau bekerja. Jika
kita masih mempunyai kaki dan tangan, tidak ada alasan untuk tidak bekerja. Yang terbaik bagi
seseorang adalah makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan kisah Nabi Daud. Walaupun dia seorang raja yang berkuasa dia tetap makan
dari hasil pekerjaannya sendiri.

Maka tersentaklah orang-orang, ternyata ibadah itu mempunyai arti sangat luas. Bekerja untuk
menafkahi keluarga termasuk ibadah besar jika diniatkan dengan ikhlas karena Allah semata.
Sejak itu kaum muslimin pun bekerja dengan giat. Apa pun yang halal mereka kerjakan, apalagi banyak
ladang-ladang gembala dan sumur-sumur peninggalan orang Yahudi yang kini menjadi milik kaum
muslimin.

Bekerja sebagai gembala, pencari kayu bakar dan pembuat tembikar jauh lebih baik daripada orang yang
terus berdiam diri di masjid hanya untuk berdzikir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah teladan kesungguhan yang sempurna. Apabila beliau telah memusatkan
perhatiannya pada ibadah, maka dipusatkan lah perhatiannya sepenuhnya. Dan apabila melaksanakan
suatu pekerjaan lain maka takkan beliau sudahi pekerjaan itu sebelum benar-benar selesai.

*Larangan Minum Khamr*

Setelah itu muadzin Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru,

"Setelah adzan, orang mabuk jangan ikut sholat!"

Maka banyaklah kaum muslim yang mulai mengurangi minum khamr sedapat mungkin. Namun Umar
kembali berkata lagi,

"Ya Allah jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu. Jelaskanlah dengan tegas Ya Allah. Hal ini
menyesatkan pikiran dan harta."

Umar berkata begitu karena pernah ada sekelompok muslimin Anshor dan Muhajirin yang berkelahi
sambil mabuk. Khamr betul-betul membuat mereka saling menarik janggut dan memukul kepala orang
lain.

Akhirnya turun ayat yang melarang khamr dengan tegas,

َ‫صابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأْل ْن‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Surah Al-Ma'idah (5:90)

َ‫صاَل ِة ۖ فَهَلْ َأ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬ ُ َ‫ضا َء فِي ْالخَ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬


َّ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن ال‬ َ ‫ِإنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ َأ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
dengan jalan (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan dari
sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Surah Al-Ma'idah (5:91)

Begitu ayat ini turun para sahabat langsung menghentikan kebiasaan minum khamr.

"Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan" (Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim)

Termasuk orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan adalah orang yang dengan bangga
menceritakan perbuatan hinanya agar mendapat pujian serta kekaguman dari teman-temannya.

*Kerajaan Romawi dan Persia*

Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup, ada dua kerajaan besar yang saling bermusuhan, yaitu Romawi dan Persia.
Perang di antara keduanya menghasilkan kemenangan yang silih berganti. Pada suatu saat Romawi yang
menang, pada saat yang lain Persialah yang menaklukkan lawannya.
Pada mulanya Persia yang menang, mereka menguasai Palestina dan Mesir, menaklukkan Baitul Maqdis
atau Yerusalem dan berhasil merebut salib besar (the truth cross) yang disucikan orang Romawi yang
beragama Kristen.

Setelah itu berganti Romawi yang menang. Mereka berhasil merebut kembali Mesir, Syam, dan
Palestina.

Heraklius, kaisar Romawi saat itu memenuhi nazarnya dengan berziarah ke Yerusalem sambil berjalan
kaki untuk mengembalikan salib besar ke tempatnya semula.

Nama dua kerajaan besar itu benar-benar menggetarkan hati para penguasa-penguasa kecil di daerah
sekitarnya. Tidak ada sebuah kerajaan kecil pun yang mempunyai pikiran untuk menentang kehendak
kedua kekaisaran itu. Yang mereka inginkan adalah berdamai dengan keduanya.

Termasuk hal itulah yang selama ini telah dilakukan oleh negeri-negeri Arab.

Yaman dan Irak berada di bawah pengaruh Persia. Sementara itu Mesir sampai ke Syam dibawah
kekuasaan Romawi.

_Shallu 'alan Nabi_

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 125

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Utusan Kepada Heraklius*

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah ragu sedikit pun untuk mengajak orang kepada agama yang benar, agama
yang akan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan tiada batas di akhirat nanti. Apalagi perjanjian
Hudaibiyah sudah menjamin bahwa tidak akan ada peperangan dengan orang Quraisy selama 10 tahun
kecuali jika perjanjian itu dilanggar oleh salah satu pihak. Maka ini adalah saatnya menyebarkan dakwah
seluas mungkin tanpa takut dihambat oleh orang Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Dihyah bin Khalifa Al Kalbi untuk menyampaikan surat kepada Heraklius, yang
saat itu sedang berada di Baitul Maqdis. Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berbunyi,

Bismillahirrohmanirrohim

Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraklius pemimpin Romawi. Kesejahteraan bagi siapa pun yang
mengikuti petunjuk. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan
melimpahkan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan
menanggung dosa rakyat Arisiyin.

ِ ‫ضنَا بَ ْعضًا َأرْ بَابًا ِم ْن د‬


‫ُون هَّللا ِ ۚ فَِإ ْن ت ََولَّوْ ا‬ ُ ‫ب تَ َعالَوْ ا ِإلَ ٰى َكلِ َم ٍة َس َوا ٍء بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم َأاَّل نَ ْعبُ َد ِإاَّل هَّللا َ َواَل نُ ْش ِركَ بِ ِه َش ْيًئا َواَل يَتَّ ِخ َذ بَ ْع‬
ِ ‫قُلْ يَا َأ ْه َل ْال ِكتَا‬
َ‫فَقُولُوا ا ْشهَدُوا بَِأنَّا ُم ْسلِ ُمون‬

"Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan
Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Surah Ali 'Imran (3:64)

Pada saat itu kebetulan Abu Sufyan dan rombongan pedagang Quraisy sedang berada di Darussalam.
Heraklius mengundang mereka dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pembesar Romawi.
"Siapa di antara kalian yang mempunyai ikatan darah yang paling dekat dengan orang yang mengaku
sebagai nabi itu?" tanya penerjemah Heraklius.

"Akulah orang yang paling dekat hubungan darahnya dengan dia," jawab Abu Sufyan.

"Mendekatlah kemari!" minta Heraklius.

*(Kisah di kemudian hari)* Heraklius adalah penguasa Romawi Timur atau Byzantium yang ibukotanya di
Konstantinopel.

Sepeninggal nabi, Khalifah Abu Bakar mendengar tentang gerakan pasukan Romawi yang
membahayakan Negara Islam.

Abu Bakar mengirim pasukan di bawah komando Amr Bin Al As Suara, Bilal bin Hasanah dan Yazid bin
Abu Sofyan beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat. Pasukan muslim berhasil mengusir pasukan
Byzantium untuk selamanya.

*Heraklius dan Abu Sufyan*

"Bagaimana nasibnya di tengah kalian?" tanya Heraklius melalui penterjemahnya.

"Dia adalah orang terpandang di antara kami," jawab Abu Sufyan.

Lalu Heraklius terus bertanya tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang selalu dijawab Abu Sufyan dengan jujur.

Akhirnya Heraklius berkata,

"Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah kalian menuduhnya pembohong sebelum dia mengatakan
apa yang dikatakannya?
Engkau menjawab tidak. Memang aku tahu, tidak mungkin dia berdusta terhadap manusia dan
terhadap Allah.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang mengikutinya dari kalangan orang-orang yang
terpandang ataukah orang-orang yang lemah? Engkau katakan, orang-orang lemahlah yang paling
banyak mengikutinya Memang begitulah pengikut para rasul.

Aku sudah menanyakan kepadamu adakah seseorang yang murtad dari agamanya karena benci
terhadap agamanya itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan tidak ada. Memang begitulah Jika
iman sudah meresap ke dalam hati.

Aku sudah menanyakan kepadamu Apakah dia pernah berkhianat?

Engkau katakan tidak pernah. Memang begitulah para rasul memang tidak pernah berkhianat.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang diperintahkan'?

Engkau katakan bahwa dia menyuruh kalian untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu
pun dengannya, melarang kalian menyembah berhala, menyuruh kalian mendirikan shalat, bersedekah,
jujur, dan menjaga kehormatan diri.

Jika yang engkau katakan ini benar, maka dia akan menguasai tempat di mana kedua kakiku berpijak
saat ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa orang yang seperti dia akan muncul dan aku
tidak menduga bahwa dia berasal dari tengah masyarakat kalian. Andaikata aku bisa bebas bertemu
dengannya, aku lebih memilih bertemu dengannya. Andaikan aku berada di hadapannya, tentu akan
kubasuh kedua telapak kakinya."

Setelah itu Heraklius meminta surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibacakan sampai selesai. Segera saja suara gaduh
terdengar di sana-sini.

Setelah memeluk Islam, Abu Sufyan pun berkata,

"Sejak saat itu aku yakin akan kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬hingga akhirnya Allah memberiku petunjuk
untuk memeluk Islam."
Bersambung

Anda mungkin juga menyukai