Anda di halaman 1dari 99

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 76

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Sahabat-sahabat Rasul yang sakit*

Aisyah ‫ رضي هللا عنهما‬mengisahkan saat Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan
bumi Allah ‫ ﷻ‬yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya banyak sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang terjangkit sakit demam.

Allah ‫ ﷻ‬menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.

Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam.
Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.

Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah ‫ ﷻ‬saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,

"Bagaimana kabar ayahanda?"

Abu bakar menjawab:

_Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari._

_Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri._

Aisyah berkata,
"Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan."

Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya,

"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"

Amir Bin Fuhairah menjawab:

_Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya._

_Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya_

_Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya_

_Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya._

Aisyah berkata,

"Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya."

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya
sambil berkata:

_Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),_

_Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-
tumbuhan),_

_Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?_

_Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?_

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

*Doa untuk Para Sahabat*


Aisyah ra berkata kepada Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan
demam tinggi."

Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa,

"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah,
atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha'
Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke Mahyaa'h."

Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.

Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,

"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat
orang yang berdiri."

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan
sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.

*Penanggalan Hijrah*

Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir,
saat matahari tidak begitu panas.
Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi
dan Rasul.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir,
Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah.

Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berperang melawan
kaum musyrikin.

Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬ke Madinah, beliau keluar untuk
berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah ‫ ﷻ‬perintahkan, serta memerangi
orang-orang musyrik.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai penggantinya di Madinah selama beliau berada di
medan jihad.

*Diijinkan Berperang*

Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi kaum muslimin di Madinah di mana kaum
Quraisy tidak sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau menghentikan kejahatannya, Allah ‫ﷻ‬
mengizinkan kaum muslim untuk berperang. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ُأ ِذنَ لِلَّ ِذينَ يُقَاتَلُونَ بَِأنَّهُ ْم ظُلِ ُموا ۚ َوِإ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى نَصْ ِر ِه ْم لَقَ ِدي ٌر‬

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

Surah Al-Hajj (22:39)

Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut
hanyalah untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah ‫ﷻ‬.

‫ُأْل‬
ِ ‫ُوف َونَهَوْ ا ع َِن ْال ُم ْنك‬
ِ ‫َر ۗ َوهَّلِل ِ عَاقِبَةُ ا ُم‬
‫ور‬ ِ ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّزكَاةَ َوَأ َمرُوا بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ض َأقَا ُموا ال‬
ِ ْ‫الَّ ِذينَ ِإ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِي اَأْلر‬
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Surah Al-Hajj (22:41)

Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah
hijrah tidak di Mekah.

Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan
dan kesewenang-wenangan kaum Quraisy.

Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari Mekkah ke
Syam. Dalam hal ini Rasulullah ‫ ﷺ‬menempuh dua langkah yaitu:

Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan
dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan itu.

Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau tidak mengadakan permusuhan dengan kabilah
Juhairah, sebelum melakukan kegiatan militer.

Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur tersebut

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 77
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr*

Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer.
mereka melakukan patroli militer yang bertujuan menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang
mengelilingi Madinah, serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke Mekah, mengadakan perjanjian-
perjanjian dengan kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan tersebut, memberikan kesan
kepada orang-orang Yahudi dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah
memiliki kekuatan dan mereka telah terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan kepada
orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan
mereka, dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka, agar mereka
cenderung untuk berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk menyerang kaum muslimin,
menghalangi jalan menuju Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah di Mekah, agar kaum
muslimin pun menjadi bebas untuk menyampaikan risalah Allah ‫ ﷻ‬di seluruh Jazirah.

Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah sebagai berikut :

1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangkat
Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi ini, ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang
terdiri atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy yang datang dari Syam yang dipimpin oleh
Abu Jahal dengan kekuatan 300 Orang. Setelah sampai di Saiful Bahri di sekitar daerah Laut Merah
bertemulah pasukan kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk bertempur. Namun Majdi
bin Amru al-juhani sekutu Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah mereka dan
menghalangi mereka sehingga pertempuran pun tidak terjadi.

Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬warnanya putih dan
dibawa oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.

Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:


*Perang Al Abwa' atau Waddan*

Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah mewalikan
urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin langsung pasukan yang
berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy. Setelah tiba di
Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan Quraisy.

Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian persekutuan dengan Bani Dhamrah, yang
ketika itu pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut

Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ‫ ﷺ‬kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri
mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan jika diserang. Kecuali apabila mereka
memerangi agama Allah ‫ﷻ‬.

Apabila Nabi ‫ ﷺ‬mengajak mereka untuk menolongnya, mereka akan menyambutnya.

Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan
Abwa' terletak di dekat Waddan.

Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. Kepergian beliau itu selama 15 malam
benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah bin Abdul Mutholib.

Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

*Perang Buwath*

Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September 623 M. Rasulullah
‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 200 orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah
Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan Umayyah bin Khalaf Al-Jami.
Kafilah itu membawa 2500 unta. Setibanya di Buwath di sekitar Ridhwa, beliau tidak menjumpai kafilah.

Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan kota Madinah kepada Saad bin Muadz.
Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu.

*Perang Sawan*

Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September tahun 623 M. Karz
bin Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin menyerang pinggiran kota Madinah dan
merampas beberapa binatang ternak.

Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dengan para sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar
pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang letaknya tidak jauh dari Badr. Namun beliau tidak
menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa melakukan pertempuran. Perang ini disebut
juga dengan

*Perang Badr pertama*

Dalam perang ini urusan kota Madinah diwakilkan kepada Zaid bin Haritsah. Benderanya berwarna putih
dan dibawa oleh Ali bin Abi Tholib.

Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah:

*Perang Dzil Usyairah*

Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau
November dan Desember tahun 623 M. Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 150
(dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam hal ini bisa tidak memaksa seorang pun untuk
ikut serta dalam peperangan tersebut.
Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara bergantian untuk mencegah kafilah Quraisy
yang berangkat ke Syam. Telah terdengar berita tentang keberangkatan mereka dari Mekah membawa
barang-barang dagangan kaum Quraisy. Setibanya di Dzil Usyairah, beliau tidak menjumpai kafillah
tersebut, mereka telah lolos beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang dicari sepulang mereka dari
Syam, dan menjadi penyebab terjadinya

*Perang Badr Kubro*.

Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil
Akhir.

(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli siroh dalam menentukan bulan terjadinya
peperangan ini).

Dalam peperangan ini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan
sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.

Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al
Makhzumi. Bendera peperangan itu berwarna putih dan dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib
‫رضي هللا عنه‬.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 78

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Perang Badr Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan*


*Dua Pasukan saling Berhadapan*

Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan instruksi kepada pasukannya agar tidak memulai
peperangan sebelum menerima perintah terakhir dari beliau. Kemudian, beliau memberikan
pengarahan kepada mereka secara khusus tentang persoalan perang. Beliau berkata:

"Apabila mereka mendekati kalian, hujanilah mereka dengan panah. Janganlah kalian menghunuskan
pedang sebelum mereka mendatangi kalian."

Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu Bakar secara khusus. Sa'ad bin Muadz pun
dengan kelompoknya melakukan pengawalan di pintu kemah beliau.

Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta keputusan, beliau mengatakan,

"Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan membawa sesuatu yang tidak kami kenal, maka
binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah pada hari ini orang yang paling engkau cintai dan paling kau ridhoi
di antara kami."

Tentang hal ini Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

َ‫ت َوَأ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمْؤ ِمنِين‬


ْ ‫م ْالفَ ْت ُح ۖ َوِإ ْن تَ ْنتَهُوا فَهُ َو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ َوِإ ْن تَعُودُوا نَ ُع ْد َولَ ْن تُ ْغنِ َي َع ْن ُك ْم فَِئتُ ُك ْم َش ْيًئا َولَوْ َكثُ َر‬Hُ ‫ِإ ْن تَ ْستَ ْفتِحُوا فَقَ ْد َجا َء ُك‬

Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan
jika kamu berhenti; maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali
(pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahaya pun, biar
pun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.

Surah Al-Anfal (8:19)

*Awal pemicu pertempuran*


Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi (orang yang berperangai
buruk) keluar dengan mengatakan,

"Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari tempat penampungan air mereka, atau aku harus
menghancurkannya, dan aku harus mati karenanya."

Ketika ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Mutholib ‫رضي هللا عنه‬. Setelah bertemu, Hamzah
segera menyabetkan pedangnya pada kaki Al Aswad, yaitu pada pertengahan betisnya ketika ia berada
di depan penampungan air.

Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah, kemudian berangkat menuju penampungan air
sambil memasukinya karena ingin memenuhi sumpahnya. Tetapi Hamzah mengulangi pukulannya pada
bagian yang lain, ketika ia berada di dalam penampungan air.

*Perang Tanding*

Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang menyulut api pertempuran. Setelah itu
tiga orang dari pasukan Quraisy tampil ke depan semuanya dari satu keluarga yaitu Utbah dan Saibah
dua lelaki bersaudara anak Rabi'ah dan Al Walid anak Utbah.

Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk menghadapi mereka tampilah tiga pemuda ansor
yaitu Auf dan Muawidz, dua lelaki bersaudara anak Al Haris dan ibunya bernama Afra dan Abdullah bin
Rawahah.

Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada tiga pemuda anshar itu,

"Siapa kalian?"
Mereka menjawab,

"Sekelompok orang dari kaum Anshar"

Tiga pasukan musyrikin itu berkata,

"Kami tidak butuh kalian, kami menginginkan orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami
sendiri."

Juru bicara mereka kemudian berteriak,

"Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."

Selanjutnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali."

Setelah ketiganya bangkit dan menghadapi pasukan-pasukan musyrikin itu, pasukan musyrikin itu
bertanya kepada mereka,

"Siapa kalian?" Setelah dijawab mereka mengatakan,

"Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami."

Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil berperang tanding dengan Utbah bin Rabi'ah,
Hamzah melawan Saibah dan Ali melawan Alwalid
Hamzah dan Ali tidak menemui kesulitan untuk membunuh lawannya, Utbah dan kawannya masing-
masing berhasil melukai lawannya, kemudian Ali dan Hamzah menyerang Utbah dan berhasil
membunuhnya, lalu mengangkut Ubaidah yang terputus kakinya.

Ubaidah senantiasa diam sampai mati syahid di Shafra' setelah empat atau lima hari dari Perang Badr,
dan dalam perjalanan pulang menuju Madinah.

Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan dengan mereka yaitu

‫ق ُر ُءو ِس ِه ُم ْال َح ِمي ُم‬


ِ ْ‫صبُّ ِم ْن فَو‬ ْ ‫َص ُموا فِي َربِّ ِه ْم ۖ فَالَّ ِذينَ َكفَرُوا قُطِّ َع‬
ٍ ‫ت لَهُ ْم ثِيَابٌ ِم ْن ن‬
َ ُ‫َار ي‬ َ ‫اخت‬ ِ ‫ٰهَ َذا ِن خَصْ َم‬
ْ ‫ان‬

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar
mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api
neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.

Surah Al-Hajj (22:19)

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 79

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Serangan Umum*

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin. Mereka kehilangan
tiga Pemimpin sekaligus. Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian menyerang kaum muslimin
secara serentak.
Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat kepada-
Nya dan merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum musyrikin secara
bertubi-tubi, dengan sikap bertahan. Tetapi mereka berhasil memberikan banyak kerugian kepada kaum
musyrikin. Mereka meneriakkan kata-kata "Ahad, ahad."

*Rasulullah ‫ ﷺ‬memohon pertolongan kepada Rabbnya*

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya
pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata

"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah Sesungguhnya aku
memohon janji-Mu,"

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa

"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan di sembah lagi
(oleh manusia) Wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak di sembah lagi setelah ini."

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari pundaknya. Kain
itu kemudian disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak beliau seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu." Kemudian Allah ‫ ﷻ‬wahyukan kepada
para malaikat-nya

ِ ‫ق اَأْل ْعن‬
‫َاق َواضْ ِربُوا ِم ْنهُ ْم ُك َّل بَنَا ٍن‬ ِ ‫ُوحي َربُّكَ ِإلَى ْال َماَل ِئ َك ِة َأنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ۚ َسُأ ْلقِي فِي قُلُو‬
َ ‫ب الَّ ِذينَ َكفَرُوا الرُّ ْع‬
َ ْ‫ب فَاضْ ِربُوا فَو‬ ِ ‫ِإ ْذ ي‬

"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke
dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari
mereka."

Surah Al-Anfal (8:12)

Lalu Allah ‫ ﷻ‬mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih berganti, tidak sekaligus.

*Jumat 17 Ramadhan*

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-tiba berpendapat bahwa berperang sekarang
tidak ada gunanya. Abu Jahal kembali mengamuk. Ia yang menjuluki Utbah sebagai penakut.
Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya. Perlahan keyakinan mereka akan
pertolongan Allah ‫ ﷻ‬semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy. Merasa malu jika mundur setelah
berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk maju bertempur. Apalagi saat itu pasukan
Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah
bin Malik, pemimpin Bani Mudlij, bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,

"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalau kamu kalah kami akan
membantumu dari arah belakang!"

Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat. Seketika itu juga Suraqah gadungan
dan anak buahnya melarikan diri. Seorang Quraisy berteriak heran,

"hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau tadi hendak membela kami?"

"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?"


"Sudahlah," jawab iblis gusar,

"Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat!"

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda,

"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah,
bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan Allah akan menempatkannya
di dalam surga."

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah ‫ ﷻ‬melebihi kekuatan apa pun.
Walaupun demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian mereka.

Geram akibat tidak mendapatkan air, karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh kaum muslimin,
seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi keluar dari barisan seraya
berucap,

"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Akan ku rusak kolam-kolam mereka! Jika tidak dapat
melakukannya, lebih baik aku mati!"

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

*Bilal*

Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling berhadapan.
Beberapa orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak mengenai saudara-saudara mereka
dari pihak Quraisy. Namun beberapa pahlawan yang imannya telah begitu kuat tidak lagi peduli dengan
siapa mereka berhadapan.
Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan musuh di
hadapannya. Musuh itu bisa membunuh tentara Islam yang lain. Padahal, saudara Muslim itulah yang
seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya.

Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu Ubaidah mencoba mengingatkan agar
ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya dengan pedang terhunus. Mereka
kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya
habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah
ketakutan. Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah. Abdurrahman pun melindungi Umayyah
dan hendak menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah. Namun, Bilal memprotes sambil
berteriak,

"Saudara-saudara muslim! ini dia Umayyah bin khalaf, si Gembong kekafiran!"

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka memprotes tindakan
Abdurrahman bin Auf.

"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!" demikian tekad kuat Bilal.
Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel, Keduanya bertarung dengan pedang
terhunus. Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan mengalahkan dia.

Bersambung

-*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 80

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬

*Hamzah*

Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan
muslim. Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar. Jika pasukan Quraisy berhasil
merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan kehausan.

Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan
Hamzah. Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos
para penunggang lain yang terkenal tangguh. Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah tersebut
dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju. Namun,
semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.

Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur
dengan niat untuk menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama kemudian, Hamzah
berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.

Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin. Dengan
kudanya yang menggila, ia menyerang beringas, menerjang dan menginjak-injak. Topi dan baju besi
yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim. Namun Hamzah datang dan menyerangnya.
Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke belakang, berputar, dan
balik menyerang. Pedangnya berkelebat membelah udara. Beberapa tentara kedua belah pihak berhenti
bertempur dan memperhatikan pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal
melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas. Akhirnya, Hamzah berhasil menebas
leher Naufal.

Pekik takbir ‫ هّللَا ُ اَ ْكبَ ُر‬membahana. Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur. Pasukan muslim
yang tanpa perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan mengenakan
baju besi lengkap.

Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling
bertanya,

"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?"

"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara tercekat.

"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.

*Tewasnya Abu Jahal*

Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia mendengar
seseorang berseru:

"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang
belaka. Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada yang terbunuh di pihak kita!
Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya peluang untuk hidup! mundur!
mundur!"

Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya
mengingatkan bahwa merekalah para pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus maju tidak
tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal dan menyerangnya. Abu
Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu dan ia
pun terbunuh.

Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal
ke hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya.
Demi Allah, kalian lah yang membunuh Abu Jahal?"

Saat mereka menjawab,

" Ya."

segera Rasulullah ‫ ﷺ‬bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,

"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah
mengalahkan tentara musuhnya."

Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan persenjataan
lengkap itu telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam
perkemahan. Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.

Strategi yang diterapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak
sedikit pun pada awal pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang Quraisy
melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang serbuan pasukan
berkuda.

Rasulullah ‫ ﷺ‬terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah itu
barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak
memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.

*Setelah Perang*

Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus beberapa pengintai untuk
mengikuti ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar
mundur ke Mekah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian menyerang kembali atau malah
bergerak ke arah Madinah.

Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang
karena ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,

"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."

Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬meninjau langsung bekas medan pertempuran. Beliau menemukan 14


sahabatnya gugur sebagai syahid. Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan
kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di kuburkan, sementara itu
mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.

Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Rasulullah ‫ﷺ‬
memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah
membunuh ayahnya sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬mendekati Hudzaifah dan bertanya,
"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu?"

"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kematiannya. Ya Rasulullah. Akan tetapi
aku mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat berharap dia akan
mendapat hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa Ayahku, aku merasa sangat
berduka," demikian jawab Hudaifah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk lalu menghibur hati Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau
mendekati barisan para tawanan. Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat
para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.

"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, "demikian Sabda beliau.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 81

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬

Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

*Meninggalnya Ruqayyah*
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan
agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya menebus
dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi kaum muslimin.

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya,
dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti ajaran Islam. Lagipula uang
yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu Bakar.

Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan
pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat berita,
bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh
lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu.

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah
‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke
Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta
mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke rumah
Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin
Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak mengerti
pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ‫ﷺ‬,
karena ternyata Ruqayyah telah wafat ketika beliau masih di luar Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang
membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah.

Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para
bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang. Kalau saja kalian berperang
melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya prajurit.
Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di hati Rasulullah
‫ﷺ‬.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.

▪Dzun Nuraini▪

Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu
Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta suaminya
Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua
Cahaya'.

*Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan*

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-
musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus,

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit
putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain,

"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata tidak mempan."

Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang
munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang pribadi
Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka melawan desas-desus itu
dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.

"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian
kata mereka.
Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ‫ ﷺ‬segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-
nyanjung diriku."

"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami
semua?"

Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak dapat
menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah
manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, tidur, marah, senang, lapar, dahaga,
makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan
penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar.
Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati darah beliau. Segera
saja Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil berkata,

"Semua darah haram! Semua darah haram!"

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang
justru memuja beliau secara berlebihan.

Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan
Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan
bergembira menyambut kemenangan besar ini.

Bersambung

-*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 81
َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬

Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

*Meninggalnya Ruqayyah*

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan
agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya menebus
dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi kaum muslimin.

Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya,
dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti ajaran Islam. Lagipula uang
yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu Bakar.

Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan
pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat berita,
bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh
lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu.

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah
‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi.

Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke
Madinah, Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta
mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke rumah
Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin
Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak mengerti
pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ‫ﷺ‬,
karena ternyata Ruqayyah telah wafat ketika beliau masih di luar Madinah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang
membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah.

Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para
bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang. Kalau saja kalian berperang
melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya prajurit.

Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di hati Rasulullah
‫ﷺ‬.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.

▪Dzun Nuraini▪

Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu
Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta suaminya
Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua
Cahaya'.

*Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan*

Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-
musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus,

"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit
putrinya."

"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain,

"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata tidak mempan."
Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang
munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang pribadi
Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka melawan desas-desus itu
dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.

"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian
kata mereka.

Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ‫ ﷺ‬segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-
nyanjung diriku."

"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami
semua?"

Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak dapat
menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah
manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, tidur, marah, senang, lapar, dahaga,
makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.

Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan
penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar.
Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati darah beliau. Segera
saja Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil berkata,

"Semua darah haram! Semua darah haram!"

Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang
justru memuja beliau secara berlebihan.
Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan
Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan
bergembira menyambut kemenangan besar ini.

_Shallu 'alan Nabi..._

Bersambung

-*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 82

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Mekah Terkejut*

Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa
memasuki Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para
pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak percaya, tetapi setelah yakin
bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis.

Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.

"Tidak mungkin!"

"Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam selama
tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.

Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan.
"Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian kata salah
seorang di antara mereka.

"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan,"

"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul yang lain.

"Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk
menebus mereka."

Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah
seorang di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail dikenal
suka menjelek-jelekkan Rasulullah ‫ﷺ‬. Begitu mengetahui Suhail akan dibebaskan Umar Bin Khattab
menjadi sangat geram.

Ia mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur keluar dan
tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana."

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung,

"Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku demikian,
Sekali pun aku seorang nabi.

*Hindun*

Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu tidak
terbendung juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang
mereka. Mereka menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan unta orang yang sudah mati.
Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya.
Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti utbah, Istri
Abu Sufyan.

Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat
disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid
Bin Utbah adalah kakaknya.

Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara
wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia menunjukkan duka
cita lebih banyak dibanding yang lain.

Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi
Hindun sambil bertanya,

"Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?"

Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui
bahwa bukan air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang berkobar-kobar.

Hindun menjawab dengan kata-kata keras,

"Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya sehingga mereka
bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku
harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya! Haram bagi kita memakai minyak
wangi sebelum kita dapat memerangi Muhammad."

"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis.
Tetapi kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang
kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"

Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi atau
mendekati suaminya. Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai
kemudian tiba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan mencuci kepala dengan air
sebelum ia memerangi kembali Rasulullah ‫ﷺ‬.

*Kisah Menantu Rasulullah ‫*ﷺ‬

Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi Ia adalah menantu Rasulullah ‫ﷺ‬. Karena
ia menikahi Putri beliau Zainab, untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan Seuntai kalung
peninggalan ibunya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika melihat kalung milik Khadijah itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬amat
terharu, air mata pun menetes di pipi beliau.

Melihat duka Rasulullah ‫ﷺ‬, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus
membayar tebusan. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar
Abul Ash menceraikan Zainab.

Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash
menyetujui permintaan itu.

Bersambug

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 83

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya berkata,

"Biarlah engkau menceraikan istri mu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih cantik
daripada nya".

Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia berkata,


"Di Suku Quraisy tidak ada gadis yang dapat menandingi istriku,"

Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan
beberapa orang Quraisy mengganggu unta Zainab sehingga putri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang hamil itu
jatuh. Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.

Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan Quraisy, namun saat
tiba di dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim memergokinya. Mereka pun menyita semua
barang bawaan.

Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta
perlindungan kepada Zaenab. Zainab pun melindunginya.

Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa Abul Ash, dia
pun segera pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu, kemudian berkata,

"Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?"

"Tidak ada," jawab mereka.

"Engkau ternyata orang jujur dan murah hati."

Ketika itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ‫ﷺ‬
mengembalikan Zainab kepada Abul Ash sebagai seorang istri.

*Al Qur'an Berbicara Seputar Peperangan*


Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan "komentar Ilahi"
terhadap peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda dengan komentar-komentar yang
dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih kemenangan.

Pertama, Allah ‫ ﷻ‬mengalihkan pandangan kaum muslimin untuk melihat segala kekurangan akhlak
yang masih ada pada diri mereka dan sebagainya, agar mereka berupaya untuk menyempurnakan jiwa
mereka dan membersihkannya dari kekurangan kekurangan tersebut.

Kemudian, Allah ‫ ﷻ‬memuji segala hal yang ada dalam kemenangan tersebut berupa Pertolongan Allah
‫ ﷻ‬secara ghaib kepada kaum muslimin. Hal itu dikemukakan kepada mereka agar mereka tidak
terpedaya dengan keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong. Bahkan agar mereka
bertawakkal kepada Allah ‫ﷻ‬, menaati-Nya dan menaati Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi Rasulullah ‫ ﷺ‬terjun dalam peperangan
berdarah tersebut, dan menunjukkan kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang dapat menyebabkan
kemenangan dalam peperangan.

Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, dan para
tawanan perang. Dia menasehati mereka secara baik, dan membimbing mereka untuk tunduk kepada
kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar masalah perampasan barang dan
menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada mereka.

Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-undang peperangan dan perdamaian yang sangat
mereka butuhkan setelah dakwah Islam memasuki fase tersebut, sehingga peperangan kaum muslimin
berbeda dengan peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum muslimin memiliki kelebihan dalam hal akhlak
dan nilai dan menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekedar teori namun juga mendidik
penganutnya secara praktis di atas asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya.

Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-undang negara Islam yang menjelaskan
tentang perbedaan antara kaum muslimin yang tinggal di dalam batas negara Islam dan kaum muslimin
yang tinggal di luar batas negara Islam.
Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan *Shaum Ramadhan*, diwajibkan *zakat fitrah* dan dijelaskan
nisab-nisab zakat yang lain. Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban yang dipikul oleh
sejumlah besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Di antara peristiwa yang terindah adalah *hari raya pertama* bagi kaum muslimin jatuh pada bulan
Syawal tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badar.

Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah ‫ ﷻ‬berikan kepada mereka setelah
mereka meraih kemenangan dan kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan sholat Ied yang mereka
lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil mengumandangkan takbir, tauhid, dan
Tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan kepada Allah ‫ ﷻ‬rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya.
Setelah Allah ‫ ﷻ‬berikan berbagai nikmat kepada mereka dan didukung dengan pertolongan-Nya. Hal itu
diingatkan kepada mereka dengan firman-Nya: Quran surat

Al-Anfal (‫ )األنفال‬/ 8:26

َ‫ت لَ َعلَّ ُکمۡ ت َۡش ُکر ُۡون‬ ۡ ‫ض تَخَافُ ۡونَ اَ ۡن یَّتَ َخطَّفَ ُک ُم النَّاسُ فَ ٰا ٰوى ُکمۡ َو اَیَّ َد ُکمۡ بِن‬
ِ ‫َص ِر ٖہ َو َرزَ قَ ُکمۡ ِّمنَ الطَّیِّ ٰب‬ ‫اۡل‬ ۡ ‫َو ۡاذ ُکر ُۡۤوا اِ ۡذ اَ ۡنتُمۡ قَلِ ۡی ٌل ُّم ۡست‬
ِ ‫َض َعفُ ۡونَ فِی ا َ ۡر‬

"Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah)
kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka Allah memberikan kamu tempat menetap
(Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi rizki kamu dari yang baik-baik agar
kamu bersyukur.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 84

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Berbagai Operasi Militer Antara Badar dan Uhud*

Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata antara kaum muslimin dan kaum musyrikin, dan
merupakan peperangan yang menentukan, kaum muslimin memperoleh kemenangan besar yang diakui
oleh seluruh orang Arab. Orang yang menyesali akibat perang tersebut adalah mereka yang secara
langsung memperoleh kerugian berat, yaitu kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang
kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin merupakan pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan
dan perekonomian mereka yaitu kaum Yahudi.

Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar dua kelompok tersebut menyimpan
amarah terhadap kaum muslimin.

ِ ‫ك بَِأ َّن ِم ْنهُ ْم قِس‬


َ‫ِّيسين‬ َ ِ‫ار ٰى ۚ ٰ َذل‬
َ ‫ص‬َ َ‫اس َعدَا َوةً لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا ْاليَهُو َد َوالَّ ِذينَ َأ ْش َر ُكوا ۖ َولَتَ ِجد ََّن َأ ْق َربَهُ ْم َم َو َّدةً لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا الَّ ِذينَ قَالُوا ِإنَّا ن‬
ِ َّ‫لَت َِجد ََّن َأ َش َّد الن‬
َ‫َو ُر ْهبَانًا َوَأنَّهُ ْم اَل يَ ْستَ ْكبِرُون‬

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling
dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-
orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri.

Surah Al-Ma'idah (5:82)

Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam
tatkala tidak ada tempat lagi untuk meraih kewibawaan mereka. Mereka adalah Abdullah bin Ubay dan
teman-temannya, kelompok ketiga ini lebih besar lagi kemarahannya daripada dua kelompok di atas.

Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka adalah orang-orang Baduy yang tinggal di sekitar
Madinah. Masalah kekufuran dan keimaman mereka tidaklah menjadi perhatian bagi mereka, tetapi
mereka adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai goncang karena kemenangan yang diraih
kaum muslimin. Mereka khawatir akan tegak di Madinah suatu negara yang kuat, yang akan
menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan atau kekuatan melalui perampokan dan perampasan.
Sehingga mereka pun membenci kaum muslimin dan menjadi musuh mereka.

*Perang Bani Sulaim*

Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari Madinah kepada Nabi ‫ ﷺ‬setelah Perang Badar
adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya
untuk menyerang Madinah.

Nabi ‫ ﷺ‬dengan pasukan kavaleri yang berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut di
perkampungannya. Sesampainya beliau di wilayah mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan diri
dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya di suatu lembah yang dikuasai oleh
pasukan Madinah.

Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Rasulullah ‫ ﷺ‬membagikan unta-unta
tersebut kepada para sahabatnya. Setiap orang mempunyai dua ekor onta.

Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama Yasar yang kemudian dibebaskan.

Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ‫ ﷺ‬tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau kembali ke
Madinah.

Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang dari Perang
Badar. Dalam peperangan tersebut Nabi ‫ ﷺ‬menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah.

*Persekongkolan untuk Membunuh Nabi Muhammad ‫*ﷺ‬

Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy di
Mekah menjadi marah dan mulai meluap-luap emosinya terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan persekongkolan untuk membunuh nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk
bersama di sebuah batu. Umair adalah salah seorang *"Syaithan"* Quraisy yang selalu menyakiti Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabat beliau ketika masih berada di Mekkah. Sedangkan anaknya yang
bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar. Umair menyebutkan para tokoh korban perang
Badar, lalu Sofwan berkata,

"Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang kehidupan yang baik."

Umair berkata kepadanya,

"Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang, dan tidak
khawatir terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya. Aku
mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka."

Safwan pun menjawab,

"Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu

bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu tidak berat bagiku".

Umair kemudian berkata,

"Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan,"

Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia berangkat ke Madinah. Ketika sudah sampai di pintu
masjid dia menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar Ibnul Khattab yang sedang berbincang-
bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan perang Badr.

Maka Umar berkata,

"Ini musuh Allah."


"Umair tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat."

Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seraya berkata,

"Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang dengan menyandang pedangnya."

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,

"Suruhlah masuk menemui aku."

Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada beberapa orang
dari kaum Anshor,

"Masuklah, temui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat ini,
karena dia perlu diwaspadai."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 85

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬

Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair."

Umair kemudian mendekat dan berkata,

"Selamat pagi."

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,

"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu hai
Umair, yaitu dengan salam penghormatan penduduk surga."

Beliau kemudian bertanya,

"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?"

Umair menjawab,

"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu."

"Perlakukanlah ia secara baik."

Nabi ‫ ﷺ‬bertanya,

"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."

Umair menjawab,

"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?"

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?"

Umair menjawab,
"Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan tersebut."

Nabi ‫ ﷺ‬berkata,

"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah menyebut-
nyebut tentang para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu berkata, "Seandainya aku
tidak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar untuk membunuh Muhammad."
Kemudian Sofwan menanggung hutang dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku.
Allah pasti menghalangi rencanamu itu."

Umair berkata,

"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan berita-
berita langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang diturunkan kepadaMu. Rencanaku ini tidak
ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku mengetahui tidak ada yang
memberitahukan padaMu kecuali Allah."

"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini
kemudian mengucapkan syahadat secara benar."

Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu berkata

"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Alquran kepadanya dan bebaskanlah tawanannya."

Adapun Sofwan mengatakan,

"Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan
melupakan kalian dari peristiwa Badar."

Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang yang
berpergian memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair.

Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya selamanya, dan tidak akan memberikan suatu
manfaat kepadanya selamanya.
Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang yang masuk
Islam melalui dakwahnya.

*Perang Bani Qainuqa*

Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan
bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut.

Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka selalu
melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum muslimin.

Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta
dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬dari kabilah Aus dan
Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan mereka.

Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik
sesama mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam
hati,

"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya tidak akan bersama mereka Apabila para tokoh
mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan".

Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi mereka
dengan mengatakan,

"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian Ingatkan akan peristiwa Bu'ats
dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang
pertengkaran mereka."
Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ketika itu menjadi bertengkar sampai dua
orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua kelompok
tersebut menjadi marah semuanya dan berkata,

"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan."

"Senjata, senjata."

Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.

Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka
seraya mengatakan,

"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku
masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian
dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan
menyatukan hati kalian?"

Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu
daya setan dari musuh mereka.

_Shallu'alan Nabi..._

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 86

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬
Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian
meninggalkan tempat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari
mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan
di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah islam. Dalam hal ini mereka memiliki
berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya,
untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan
dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat
melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih
berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak
akan kubayar lagi.

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping
untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar
dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka
mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani
Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa tinggal
di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut
setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka
adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal.
Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi
pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.
Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumpulkan mereka, menasehati
mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin
menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas ‫ رضي هللا عنه‬berkata,

"Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau
mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata,

"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah
menimpa kaum Quraisy."

Mereka mengatakan,

"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu
tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan niscaya
Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah ‫ تَ َعالَى‬menurunkan ayat

‫س ْال ِمهَا ُد‬


َ ‫قُلْ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا َستُ ْغلَبُونَ َوتُحْ َشرُونَ ِإلَ ٰى َجهَنَّ َم ۚ َوبِْئ‬

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke
dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.

Surah Ali 'Imran (3:12)

ً‫ي ْال َع ْي ِن ۚ َوهَّللا ُ يَُؤ يِّ ُد بِنَصْ ِر ِه َم ْن يَشَا ُء ۗ ِإ َّن فِي ٰ َذلِكَ لَ ِع ْب َرة‬
َ ‫يل هَّللا ِ َوُأ ْخ َر ٰى كَافِ َرةٌ يَ َروْ نَهُ ْم ِم ْثلَ ْي ِه ْم َرْأ‬
ِ ِ‫قَ ْد َكانَ لَ ُك ْم آيَةٌ فِي فَِئتَ ْي ِن ْالتَقَتَا ۖ فَِئةٌ تُقَاتِ ُل فِي َسب‬
‫ار‬ ‫َأْل‬
َ ‫ولِي ا ْب‬ ‫ُأِل‬
ِ ‫ص‬

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai mata hati.
Surah Ali 'Imran (3:13)

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ‫ﷺ‬
menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-
orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat
kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-
celah kehidupan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani
Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba
beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi wanita itu
menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung
pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu
berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya.

Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta
pertolongan. Mendengar teriakan itu salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh
Yahudi itu dan membunuhnya.

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa
itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari
Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang
kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan
bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau
berangkat menuju Bani Qainuqa.

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng benteng
mereka.
_Shallu'alan Nabi...

Bersambung-

-*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 87

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan
Syawal tahun kedua Hijrah.

Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah ‫ ﷻ‬timpakan rasa
takut ke dalam hati mereka.

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka.

Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak
Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memaafkan mereka, dengan mengatakan,

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para sekutu
kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay).

Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya
tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata
kepadanya,
"Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi,

"Celakalah kau, tinggalkan aku!"

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata,

"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para
sahabatku itu dengan baik."

"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua
musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi Allah aku betul-betul
menghawatirkan terjadinya bencana itu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya


dengan memberikan perhatian kepadanya.

Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan
tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah.

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan tidak lama kemudian sebagian besar dari
mereka meninggal dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil tiga keping uang,
dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang bertanggung jawab
mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.

*Perang Sawiq*

Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu
Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya.
Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan
menunjukkan kekuatan mereka.

Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang
Muhammad ‫ﷺ‬. Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya.

Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12
mil. Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan.

Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara
sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam.

Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa
ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu.

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh
informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya.

Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu
pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl.

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang
lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah itu mereka melarikan diri ke
Mekah.

Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ‫ﷺ‬. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan
kawan-kawannya.
Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan
mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar
dapat lari lebih cepat lagi.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin
membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga peristiwa ini
dinamakan dengan perang sawiq.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar.

Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 88

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Perang Dzi Amar*

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬, sebelum Perang Uhud.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬, bahwa ada
sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran
Madinah. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang, Kemudian keluarlah
Beliau ‫ ﷺ‬membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau menyerahkan
urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia pun
dibawa kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Lalu Beliau ‫ ﷺ‬menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam.

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin
menuju daerah musuh.

Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan kaum


Muslimin. Nabi ‫ ﷺ‬bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar.

Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan
kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu
beliau ‫ ﷺ‬kembali ke Madinah.

*Pembunuhan Ka'ab Bin Al Asyraf*

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling
keras gangguannya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyerukan untuk memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah
seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang
penyair.

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para
pemimpin Quraisy di Badar ia berkata,
"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi
Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini
sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka
untuk memusuhi kaum Muslimin.

Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan
singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan
para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur badar.

Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka
terhadap Nabi ‫ﷺ‬, serta mengajak mereka untuk memeranginya.

Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin,

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya? Dan
manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya?

Ka'ab menjawab,

"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:

‫ت َويَقُولُونَ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا ٰهَُؤاَل ِء َأ ْهد َٰى ِمنَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َسبِياًل‬
ِ ‫ت َوالطَّا ُغو‬
ِ ‫ب يُْؤ ِمنُونَ بِ ْال ِج ْب‬ ِ َ‫َألَ ْم ت ََر ِإلَى الَّ ِذينَ ُأوتُوا ن‬
ِ ‫صيبًا ِمنَ ْال ِكتَا‬
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu
lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.

Surah An-Nisa' (4:51)

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani
merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang
keras.

Ketika itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,

"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasulnya"

Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan,

"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?"

"Ya," jawab Beliau.

Muhammad bin Maslamah mengatakan,

"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."

"Katakanlah," sahut Beliau.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 89
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan
kepada Ka'ab bin Al Ashraf.

Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan,

"Orang itu (yakni Muhammad ‫ ) ﷺ‬meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami."

Ka'ab berkata:

"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."

Muhammad bin Maslamah berkata,

"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri
bagaimana akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada
kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)."

"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Jaminan apa yang kau inginkan?"

"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,


"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling
tampan."

"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena
digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan senjata saja
kepadamu sebagai barang jaminan."

Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab

Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah. Dia
mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,

"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan mengatakannya hanya
kepadamu, tetapi rahasiakanlah."

Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."

Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ‫ ﷺ‬di Madinah) membawa
bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah,
sehingga kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang."

Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah.

Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan,

"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin membawa mereka
kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut."
Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai apa yang
diinginkannya. Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai senjata dan para sahabat yang
mereka bawa.

Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut
berkumpul menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬, beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad,
lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,

"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."

Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya.

Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya,
dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.

Istrinya berkata,

"Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan darah."

Ka'ab berkata,

"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya orang
yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia menghadapinya."

Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.

Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,

"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat
aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."
Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,

"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang
menghabiskan malam-malam kita?"

"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.

Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata,

"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."

Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata,

"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."

Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?" "

"Boleh," jawab Kaab.

Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya.

Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,

"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"

"Silahkan," jawab Kaab.


Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru,

"Renggutlah musuh Allah ini!"

Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun.

Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu
dia tekan sampai menembusnya.

Kaab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Kaab meraung keras sehingga dapat membuat
ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng
dinyalakan.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 90

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Tim itu kemudian kembali, Ketika itu Al Haris bin Aus terkena ujung pedang sebagian sahabatnya
sehingga terluka dan mengucurkan darah.

Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian
mencarinya, lalu mereka gotong.

Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬.
Sehingga, beliau mengetahui bahwa mereka telah berhasil membunuh Kaab, dan beliau ‫ ﷺ‬kemudian
bertakbir.
Setelah mereka sampai di hadapan beliau ‫ﷺ‬, beliau ‫ ﷺ‬berkata,

"Wajah kalian berseri-seri."

"Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka.

Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji Allah ‫ ﷻ‬atas
terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau ‫ ﷺ‬kemudian mengobati luka Al Haris dan sembuh seketika itu
juga.

Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat
ketakutan. Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak segan-segan untuk menggunakan
kekuatan ketika nasehat sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan
keamanan, menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati perjanjian.

Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, Bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati
perjanjian. Mereka bersembunyi di benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya
untuk bersembunyi.

Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ‫ ﷺ‬dapat mencurahkan seluruh perhatiannya dalam
menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di luar Madinah. Beban kaum muslimin
semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah terselesaikan.

*Ekspedisi Zaid Ibnul Harits*

Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum
muslimin sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah.
Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah terjadinya peristiwa
Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang
lain yakni perniagaannya merasa terancam.

Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,

"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita tidak tahu apa yang harus kita
perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan daerah pantai. Penduduk daerah pantai
berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah memeluk Islam. Kita tidak tahu cara
menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita tetap tinggal dirumah.

Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan
kita ke Syam di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin."

Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan,

"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak."

Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati Najad sampai ke Syam, dan melewati sebelah
timur Madinah. Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-
Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani Bakar bin Wa'il sebagai
pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.

Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru. Namun berita tentang
keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah. Sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk Islam. Dia
bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ketika itu belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum
khamr (ketika itu khamr belum diharamkan) Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu'man mendengar
informasi dari Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith bin Numan segera
menghadap Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan informasi yang didengarnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya
di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di
Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.
Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa
perlawanan.

Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum
muslimin juga menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa perak
dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua. Barang itu nilainya sekitar
100.000.

Rasulullah ‫ ﷺ‬membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personil ekspedisi itu,
setelah beliau ambil seperlimanya, Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin
resah dan bertambah sedih. Di hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua pilihan:

~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum muslimin

~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan melumpuhkan


kekuatan kaum muslimin.

Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat mereka semakin kuat untuk melakukan
tindakan pembalasan.

Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum muslimin dengan kekuatan maksimal,
semua itu, merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 91
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Abdullah Bin Ubay*

Semua keberhasilan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena
dengki.

"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!"
demikian pikirnya.

"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya."

Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,

"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman
tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita semua!"

"Namun para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan
agar tidak menyebarkan desas-desus.

"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar tinggal di rumah dan
merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan
perang!" demikian kata beberapa sahabat.

Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus,

"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang
banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang mewah
layaknya Kaisar Persia!"
Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor
dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal kepada Aisyah.

Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang
sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu. Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan
seindah itu.

"Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬

"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat tikarmu," jawab Aisyah.

"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur di atas
tikarnya yang biasa kembali.

Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, dan menganggap Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya
yang dipegangnya sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke Madinah.

Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam.

*Tidur di atas Tikar*

Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus
yang disebarkan orang tentang Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak benar.

Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah yang
didesas-desuskan itu. Rumah Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang berubah.
Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah ‫ ﷺ‬bangun dari atas tikarnya. Seketika itu, Umar
melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas pada tubuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak kuat menahan haru
akhirnya Umar menangis.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpaling heran lalu Beliau ‫ ﷺ‬bertanya lembut,

"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?"

"Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada
tulang rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia
hidup dalam gelimangan harta benda."

Rasulullah ‫ ﷺ‬merasakan betul kesedihan Umar. Beliau ‫ ﷺ‬lalu menghibur Umar dengan memberikan
pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi
tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain. Kebajikan akan
membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan, akan menghasilkan
buah kebaikan pula untuk selama-lamanya.

Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬agar kita selalu bersyukur:

"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia
melihat orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak merasa
kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 92
ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Kesedihan Umar*

Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur. Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha
meringankan beban para wanita itu dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang. Bagi
wanita yang masih muda, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha menikahkan mereka dengan sahabat lain yang
mampu.

Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang wanita muda yang ditinggali suaminya yang telah
syahid. Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib putrinya. Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin
Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah?

"Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman.

Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah.
Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadukan
nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum menghibur,

"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman."

Umar Bin Khattab menatap Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak mengerti. Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar
dan Utsman?

Ternyata, Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang melamar Hafshah.


Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab meluap dengan kegembiraan yang tidak
terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira itu.

Abu Bakar berkata:

"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku tidak ingin
membuka rahasianya. Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan
memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar.

Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga orang:

Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ‫ ﷺ‬menetap di tempat ketiganya secara bergantian.

Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬.

Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami hari itu. Hal
demikian menambah indah suasana rumah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi
para janda syuhada.

*Persiapan Perang Quraisy*

Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan
Badar. Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun Nadwah.

"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual! Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk
menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad!" demikianlah usul seorang
pembesar.

Usul itu pun diterima dengan suara bulat.


Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut.

"Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-korban Badar.
Kita adalah masyarakat yang sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa
kita atau kita sendiri mati untuk itu!"

"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,

"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik, Apabila kalian
mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan."

Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,

"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu tidak berjuang
mati-matian. Ya kami kaum wanita akan berangkat dan ikut menyaksikan peperangan. Jangan ada orang
yang menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam perjalanan ke Badar. Mereka disuruh
pulang ketika sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang kesayangan kita terbunuh karena tidak
ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka!"

Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan. Maka Hindun memanggil
Wahsyi seorang budak hitam dari Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak yang lihai.

"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun.

Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,

"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Paman ku telah dibunuh orang itu dalam
Perang Badar."

*Pasukan Quraisy Berangkat*


Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang
dengan 3000 unta. 200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi. Di barisan belakang
para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan mengiringi.

Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak. Di tengah-tengah barisan


wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk
menabuh rebana dan menyanyi.

"Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya memancarkan
kobaran api.

"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka menumpas
Muhammad dengan semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala Hamzah!"

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 93

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Semangat Quraisy*

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di hati setiap tentara Quraisy. Apalagi, mereka
ingin memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy yang kini terus menyanyi
mengorbankan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan semerbak merebak. Belum
pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini.

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin
Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal mengawali Sisi kiri dan kanan.
Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah, ibunda Rasulullah
‫ﷺ‬. Untung para Pembesar Quraisy segera datang dan melarang.

"Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu.

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin
puyuh yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala api kemarahan dan angan-angan
kemenangan yang memabukkan.

Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk
bagai makhluk besar yang siap menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut, jika mereka tidak mengetahui meningkatnya
pasukan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang pernah mereka taklukan di Badar.
Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini?

Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Akankah beliau memimpin
kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau bertahan di Madinah?

*Kaum Muslimin Bermusyawarah*

Paman Rasulullah ‫ ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih
mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah semakin kagum kepada keponakannya itu.
Abbas ingat ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada Perang Badar.

Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat kepada seorang
Bani Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Surat ini berisi berita pemberangkatan pasukan
Quraisy.

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Rasulullah ‫ﷺ‬
segera mengajak para sahabat bermusyawarah.
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin
bertahan di dalam kota.

Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka
hadapi. Hal itu akan membuat anggota pasukan saling mempercayai. Setiap orang akan menganggap
dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu berjuang saling bahu-membahu.

*Keberanian Para Pemuda*

Para sesepuh Anshor angkat bicara,

"Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu berarti musuh
sudah menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita pasti yang menang. Biarkan saja mereka
di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan, berarti mereka justru berada dalam
keadaan merugikan diri sendiri."

Sebetulnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar kaum Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh Anshor yang
telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih baik
bertahan di dalam kota.

Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang menyala-nyala.
Mereka terpukau atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬menghadapi 1000 orang musuh
pada Perang Badar.

Sebenarnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di
balik itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin
akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang Yahudi.

Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan.

Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at.
Khutbah Rasulullah ‫ ﷺ‬kali itu berisi ajakan agar kaum muslimin menabahkan hati untuk memperoleh
kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi musuh.
Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata,

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid.

Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid, tapi ternyata meleset. Justru anak saya yang
mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan anak saya dan dia berkata, "Ayah susullah
kami dan kita bertemu di dalam surga. Sudah saya dapatkan apa yang dijanjikan Allah kepada saya."

"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang
sudah rapuh. Saya ingin bertemu Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota.

"Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
segera mengetahui keputusan mana yang akan diambil.

Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah uang yang
banyak dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat bulat dan kuat untuk mewujudkan
kemenangan serta kemuliaan Islam.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 94

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Baju Perang Rasulullah ‫*ﷺ‬

Selepas sholat Asar, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar
membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬di rumah
para sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin bertukar pikiran.

Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di
dalam kota.

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar.

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ‫ ﷺ‬berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuan-tuan
berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬agak
enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-
nya kepadamu, jalankanlah!"

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka
sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal sangat mungkin pendapat
Rasulullah ‫ ﷺ‬itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬telah keluar rumah sambil mengenakan
baju besi, mereka berkata,

"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga
kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah ُ‫ُسب َْحانَه‬
‫ َو تَ َعالَى‬.

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian
jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan
menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya.
Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas ketabahan hatimu,
kemenangan akan berada di tanganmu."
Demikianlah, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu tidak
dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan
dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama
Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah
mereka itu? lawan atau kawan?

*Kaum Muslimin Berangkat*

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum mereka
masuk Islam."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang
Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay,

"Kau sudah menasehati Muhammad dan Kau Berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-
orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu lalu ia menolak dan menuruti kehendak
pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu.

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan dia tidak
menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini.
Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat hati
sebagian orang menjadi ragu.

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari
pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi.

Kini tinggal Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud
untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah
menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke uhud.

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong
jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka.

Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung uhud sehingga bisa lebih leluasa
menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda ini berarti satu kuda untuk setiap 100
orang namun berkat usaha keras Nabi ‫ ﷺ‬dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10000 ekor
kuda untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang.

*Penempatan Pasukan Panah*


Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng
gunung, kepada mereka Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi perintah,

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian
melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan
meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan pula kami dibantu, juga jangan
kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan
serangan panah itu pasukan berkuda tidak dapat maju."

Selain pasukan pemanah, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang siapa
pun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid
bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin
oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah bin Abi Talhah.

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu.
Kadang mereka di depan dan kadang di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak,

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! hantamlah dengan segala yang tajam!"

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 95

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan
terbaiknya kepada lawan.

Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya. Sementara
itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah ‫ ﷻ‬serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi


pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka
tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya,

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Siapakah kiranya pendekar
muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut?

*Abu Dujanah*

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya,

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"

"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬."

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah
adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam,

"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"


Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita
merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-
tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda,

"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan.
Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib,
Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia
sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan
semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia tidak ikut dalam Perang Badar. Kini a terjun dalam
Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk
Mekah juga bergabung dengan regunya.

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut
dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali.

Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula,

"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!"

Kemudian pertempuran pun pecah!


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala
isinya!" Beliau juga berkata,

"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian
terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan."

*Pertempuran*

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun
bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping.

Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para
pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan
tempur Uhud yang terkenal. "Mati! Mati!"

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak,

"Siapa yang akan berduel denganku?"

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai
terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi lega.

Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan
muslim melancarkan serangan.
Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian
ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi
saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah
lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat
kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengorbankan
semangat.

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam
kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan
kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai
menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah bin
Abdul-Muththalib berada.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 96

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Syahidnya Hamzah*
Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata
duka dan penyesalan.

"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang
Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan cara Habasyah, jarang sekali meleset.

Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-tengah
orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Lalu tombak
ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah sasaran, baru kulemparkan tombak itu tepat
mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya. Kubiarkan tombak itu
sampai dia mati. Sesudah itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali ke markas dan
berdiam di sana sebab sudah tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku
dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan."

Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud
itu, ia yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa.

Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap lawan di
hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain.

Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian
mengambil jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari.

Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan tercabik-cabik.

Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak semuanya mendapatkan surga.

Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat perang, tetapi para
wanita menghinanya.

"Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam
diri dalam rumah!"
Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan
gagah dan berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling
sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya.

"Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat.

"Tidak, jawab Qusman sebelum mati,

"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk menjaga nama
baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan berperang."

*Quraisy Terpukul*

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar
sekali bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam mengatur
pasukannya. Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan berkuda musuh tertahan
tidak bisa maju.

Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-
sungguh. Pasukan muslim begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar, sehingga walaupun
dengan perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yang hampir 5 kali lipat
lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang tidak bisa digunakan oleh kekuatan materi
sebesar apa pun.

Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur.

Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah.

Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.


Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak
jauh. Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik
untuk melancarkan serangan.

Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang
berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh.

Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera menggantikannya.
Namun, Ia juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi tidak lama kemudian Ia pun
segera jatuh tak bernyawa.

Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang mundur.

Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi
melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas
unta.

Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan
harta benda mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut,
Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka pikirkan.

Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 97

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬
*Tergiur Harta*

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda
dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa
tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi
para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.

Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu
membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka harus terus mengejar
musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga tidak mampu berkumpul lagi untuk
balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan
untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.

"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas
musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."

Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"

"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum
musyrik itu."
Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan
melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng
gunung yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas turun
itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut memperebutkan harta rampasan.

Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan
dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan
iman dan memperebutkan harta dunia.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.

*Bencana*

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran,
kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak. Khalid bergerak
sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai bergerak. Semakin cepat dan
semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan
ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali
lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak membiarkan
harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.

Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah
mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim
sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya,
ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang
tercerai-berai untuk menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat,
kini berjuang tanpa pemimpin lagi.
Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam
saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada
yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"

Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat
aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi
Thalib dan beberapa orang lainnya.

**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi
pemberontakan di mana-mana.

Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan
ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-
orang kafir dan munafik."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 97

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Tergiur Harta*

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda
dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa
tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi
para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.
Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu
membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka harus terus mengejar
musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga tidak mampu berkumpul lagi untuk
balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan
untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.

"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas
musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."

Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?"

"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum
musyrik itu."

Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan
melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng
gunung yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas turun
itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut memperebutkan harta rampasan.
Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan
dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan
iman dan memperebutkan harta dunia.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.

*Bencana*

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran,
kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak. Khalid bergerak
sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai bergerak. Semakin cepat dan
semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan
ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali
lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak membiarkan
harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.

Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah
mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim
sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya,
ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang
tercerai-berai untuk menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat,
kini berjuang tanpa pemimpin lagi.

Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam
saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada
yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"

Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat
aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi
Thalib dan beberapa orang lainnya.
**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi
pemberontakan di mana-mana.

Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan
ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-
orang kafir dan munafik."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 98

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Rasulullah ‫ ﷺ‬Terluka*

Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬. terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat di
mana Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh
Rasulullah ‫ ﷺ‬atau ikut memegang peranan di dalamnya. Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan
sampai ke anak cucu mereka.

Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬tersentak sadar. Mereka bergerak
mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬yang amat mereka cintai. Iman mereka kembali
tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi untuk meraih surga. Kekhawatiran yang
amat sangat akan keselamatan Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat mereka kembali mendambakan mati. Hidup di
dunia ini terasa tak ada artinya lagi jika Rasulullah ‫ ﷺ‬gugur dalam lindungan mereka.
Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Batu itu dilemparkan oleh Utbah
bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah ‫ ﷺ‬rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah ‫ﷺ‬
pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau bengkok menghimpit pipi
Rasulullah ‫ﷺ‬. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah ‫ ﷺ‬semakin
besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang dialami Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali dapat
menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat yang setia. tiba-tiba
Rasulullah ‫ ﷺ‬terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja digali oleh Abu Amir untuk
menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib menghampiri, meraih dan memegang
tangan Rasulullah ‫ﷺ‬. Thalhah bin Ubaidillah membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri
kembali. Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan terus mendaki gunung Uhud.
Tempat itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh.

Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ‫ ﷺ‬itulah yang menghidupkan kembali semangat juang
di hati para sahabat.

*Rela Mati demi Rasulullah ‫*ﷺ‬

Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah Anshar, tengah
berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah berjuang. Namun, begitu dilihatnya
kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat airnya. Ia mencabut pedang dan terjun
ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬walau harus mati. Ummu
Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.

Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ‫ﷺ‬. Beberapa panah
yang melayang ke arah Rasulullah ‫ ﷺ‬tertahan di punggung Abu Dujannah.

Di samping Rasulullah ‫ﷺ‬, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan anak panah ke pada Saad sambil berkata,

"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu."


Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.

Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ‫ﷺ‬
masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan
musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Keduanya pergi ke arah gunung dengan kepala
tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka,

"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya.

"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama!"

Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia
baru mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tidak
seorang pun mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang mengenali Anas dari ciri yang
terdapat pada ujung jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬telah gugur, sibuk
mencari-cari mayat beliau di tengah korban-korban Muslim.

*Akhir Pertempuran*

Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah mati. Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh para
sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah
beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat, ia mengenali Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika melihat
mata Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian ia berteriak,

"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira.

"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ‫ﷺ‬."


Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi syarat agar Ka'ab berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan
mengangkat Rasulullah ‫ ﷺ‬tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke
sebuah celah Bukit.

Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai
teriakan itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬dari belakang.
Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil bertanya,

"Mana Muhammad, Aku tidak akan selamat kalau dia masih hidup."

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat
Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparnya ke arah Ubay Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya, lalu
berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan.

Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai
kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyiram kepada beliau dengan air.

Dua keping besi di pipi Rasulullah ‫ ﷺ‬dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai 2
gigi seri Abu Ubaidah tanggal.

Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab
dan beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.

Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih sampai
Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin mereka sholat sambil duduk.

Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-sungguh
membalas dendam atas kekalahan di Badar.

Abu Sufyan berkata,


"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan."

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 99

ٰ
َ ‫اَللّهُ َّم‬
ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

*Dukacita untuk Hamzah*

Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya
mayat kaum muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata,

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh tidak senang juga tidak
benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan."

Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin
kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah
‫ ﷺ‬berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika dilihatnya jasad Hamzah sudah
dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata,

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini."

"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian
ini."

Selanjutnya beliau bersabda,


"Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka,
akan ku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."

Nah saat itulah turun firman Allah ‫ ﷻ‬Quran surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:

َ ‫َوِإ ْن عَاقَ ْبتُ ْم فَ َعاقِبُوا بِ ِم ْث ِل َما عُوقِ ْبتُ ْم بِ ِه ۖ َولَِئ ْن‬


َ‫صبَرْ تُ ْم لَه َُو َخ ْي ٌر لِلصَّابِ ِرين‬

Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar.

Surah An-Nahl (16:126)

َ‫ق ِم َّما يَ ْم ُكرُون‬


ٍ ‫ض ْي‬ ُ َ‫ص ْبرُكَ ِإاَّل بِاهَّلل ِ ۚ َواَل تَحْ ز َْن َعلَ ْي ِه ْم َواَل ت‬
َ ‫ك فِي‬ َ ‫َواصْ بِرْ َو َما‬

Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Surah An-Nahl (16:127)

Setelah Firman itu turun Rasulullah ‫ ﷺ‬memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan beliau
melarang orang melakukan penganiayaan.

Di jalan, Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya.

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul ‫ﷺ‬.

Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas menemui mereka dan bersabda,

"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan tidak boleh
menangis lagi setelah hari ini."

*Abdullah bin Ubay*

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra putri beliau
membasuh luka-luka ayahnya dengan air.

Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum
muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu,

"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian
terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk
membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang sudah
dibebaskan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh.
Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal jika dia
dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang
menunjukkannya.
Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila
tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid
dari belakang.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke masjid. Di sana, beliau ‫ ﷺ‬melihat ada tangis penyesalan pasukan
panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hati beliau ‫ ﷺ‬amat lembut karena itu beliau ‫ ﷺ‬memaafkan mereka semua.

Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke Madinah. Beberapa
sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya sampai
terhuyung-huyung.

"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta
kepada Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit.

Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah ‫ﷺ‬
melarang nya.

Bersambung

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 100

َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َحمد‬
*Mengejar Musuh*

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik dan orang-orang
Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud.

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas
kerasulannya maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?"

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sedia kala.

Sehari setelah perang Uhud Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan seorang muadzin nya untuk kembali
mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk memburu
pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah.

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga
ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan
bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i
yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan
bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab,

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum
pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang menggabungkan diri
dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang
hendak membalas dendam!"

Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru
saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum
muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia
melakukan sebuah siasat licik.

Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah, kafilah Itu
diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan
akan menyerang habis-habisan.

Mendengar itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun.
Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah.

*Pasukan Abu Salamah*

Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata
musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa
Tulaihah dan Salamah bin khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah dan
menggempur Rasulullah ‫ ﷺ‬sampai ke rumahnya sendiri.

Selain itu tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di
ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang
memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi.
Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang.

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ‫ ﷺ‬secermat dan secepat
mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap.

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan,
pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha
bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang
bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan
membawa harta rampasan.

Seperti yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ‫ﷺ‬,
orang-orang miskin, dan orang orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada
anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali
ternganga dan ia syahid karenanya.

*Judi dan Minuman Keras*

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun
kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka
dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran. Mereka membuka rumah-
rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang
datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer
sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada perang Uhud dan lepasnya
harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.

_Shallu 'alan Nabi..._

Bersambung
-

Anda mungkin juga menyukai