Dosen pengampu:
Oleh:
Edo pratama
N.I.M: T.19.07.004
AL-MUDARRISIN WA AL-MUDARRISAT
2021 M / 1442 H
PERJANJAIN HUDAIBIYAH
Oleh : muhammad naufal
A. Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian hudaibiyah adalah perjanjian damai yang membawa kepada gencatan
senjata di antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy Mekah. Hudaiyah adalah nama
sebuah tempat kira-kira 6 kilometer dari kota Mekah. Kawasan Hudaibiyah tersebut juga
dikenal sebagai daerah perbatasan Tanah Haram sehingga sering dijadikan tempat miqat
bagi orang yang menunaikan ibadah umrah. Penyebutan nama Hudaibiyah sebenarnya
diambil dari nama sebuah sumur, ada pula menyebutnya sebuah telaga yang sekarang ini
dikenal telaga Asy-Syumaisi. Tempat ini menjadi bersejarah karena nabi Muhammad
ﷺtelah membuat perjanjian dengan mengadakan gencatan senjata bersama
dedengkot para pembesar Mekah.
Abu Bakar berkata, “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui. Tetapi kita
datang hanya untuk melaksanakan umrah. Kita datang bukan untuk memerangi
seseorang. Tetapi siapapun yang menghalangi kita untuk memasuki Masjidil Haram,
maka kita akan memeranginya.” Nabi muhammad bersabda, “ kalau begitu lanjutkan
perjalanan. “Maka meraka pun melanjutkan perjalanan.
Tatkala Rasulullah sudah merasa tenang, datanglah Budail bin Warqa dan
beberapa tokoh dari suku Khuza'ah menanyakan sebab kedatangan beliau. Kemudian
beliau mengatakan kedatangannya bukan untuk perang, melainkan untuk mengunjungi
Baitullah dan mengagungkan kemuliaannya. Mereka pun kembali menemui orang-orang
Quraisy untuk mengabarkan hal tersebut. Namun, mereka (Quraisy) tidak begitu saja
percaya kepada mereka sehingga mereka mengutus Mikraz bin Hafash untuk kembali
menemui Nabi. Ketika Nabi melihat kedatangannya, beliau berkata, "Orang ini adalah
penipu." Ketika ia bertanya kepada Rasul kembali beliau mengatakan seperti apa yang
pernah dikatakannya kepada Budail. Maka utusan tersebut kembali dan mengabarkannya
kepada orang-orang Quraisy. Namun lagi-lagi kaum Quraisy tidak percaya, hinggah
akhirnya mereka mengutus Urwah bin Mas'ud Atsaqafi hingga menjumpai Rasulullah
dan duduk di hadapannya seraya berkata, "Hai Muhammad, engkau kumpulknn orang
banyak kemudian membawa mereka kepada keluargamu untuk membunuh mereka? Demi
Allah, dengan mereka, sepertinya kami lihat pengikut kalian akan menyingkir darimu
besok."
Abu Bakar berkata, "Isap saja kemaluan tuhanmu, Lata. Apakah kamu mengira
kami serendah itu?" Urwah bertanya, "Siapakah orang ini ya Muhammad?" Beliau
menjawab, "la adalah putra Abu Quhafah." Urwah berkata, "Demi Allah, jika aku tidak
berutang budi padanya, pasti aku balas." Dan seketika itu Urwah ingin menjamah
janggut Rasulullah, namun ada Mughirah bin Syu'bah berdiri dekat kepala Rasulullah
kemudian menepuk tangan Urwah seraya berkata, "Jangan sentuhkan tanganmu pada
wajah Rasullah." Urwah berkata, "Siapakah orang ini?" Mereka menjawab, "Ia adalah
anak saudaramu, Mughirah bin Syu'bah" Urwah berkata, "Dasar pengkhianat! Aku baru
saja menutupi aibmu! " sementara itu di satu sisi Urwah sangat memperhatikan apa yang
di lakukan para sahabat kepada nabi Muhammad ﷺ. Setiap kali Rasulullah berwudlu,
bekas air wudunya menjadi rebutan begitu juga rambutnya dan lain sebagai nya.
Sehingga ketika Urwah kembali ia berkata, "Wahai orang Quraisy! Aku pernah bertemu
raja Romawi, Kaisar dan Najasyi di kerajaan mereka. Demi Allah aku belum pernah
melihat seorang raja sangat dihormati seperti Muhammad yang dihormati oleh para
shahabatnya. Sungguh aku telah melihat kaum yang tidak akan membiarkannya cedera
sedikit pun. Kemukakanlah pendapat kalian padaku."
“Dan, dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kalian dan
(menahan) tangan kalian dari (membinasakan) mereka di tengah Makkah sesudah Allah
memenangkan kalian atas mereka, dan Allah adalah Maha Melihat apa yang kalian
kerjakan.” ( Al-fath : 24 )
Tidak ada seorang pun yang tidak berbaiat, kecuali Jadd bin Qais (orang
munafik). Setelah baiat selesai, munculah Utsman, lalu kaum muslimin berkata
kepadanya bahwa Utsman telah melakukan thawaf. Utsman pun membantah hal tersebut,
"sungguh buruk dugaan kalian. Demi jiwaku yang berada pada genggaman-Nya!
Seandainya aku tinggal di sana selama satu tahun, sementara Rasulullah berada di
Hudaibiyah, niscaya aku tidak akan thawaf sebelum Rasulullah thawaf terlebih dahulu.
Quraisy menyadari posisnya yang cukup rawan, maka mereka mengutus Suhail
bin Amr. Untuk menemui nabi Muhammad dan ajaklah damai dengan catatan ia harus
kembali meninggalkan kita tahun ini. Demi Allah jangan sampai orang-orang Arab
berkata bahwa ia dapat memasuki Mekah dengan cara paksa." suhail pun datang
menemui Rasulullah. Ketika Rasulullah melihat kedatangannya beliau berkata, "sungguh
ia telah memudahkan urusan kalian. Masyarakat Quraisy menginginkan damai dengan
mengutus orang ini." Setelah berunding panjang lebar antara Rasulullah dan Sahl.
Akhirnya kedua bela pihak menyepakati klausul-klausul perjanjian sebagai berikut :
1. Rasulullah ﷺharus pulang pada tahun ini, dan tidak boleh memasuki Makkah
kecuali tahun depan bersama otang-rang Muslim. Mereka diberi jangka waktu selama
tiga hari berada di Makka dan hanya boleh membawa senjata yang biasa dibawah
musafir, yaitu pedang yang di sarungkan. Sementara pihak Quraisy tidak boleh
menghalangi dengan cara apa pun.
2. Genjatan senjata di antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun, sehingga semua
orang merasa aman dan sebagian tidak boleh memerangi sebagian yang lain.
3. Barang siapa yang ingin bergabung dengan pihak Muhammad dan perjanjiannya,
maka dia boleh melakukannya, dan sebaliknya. Kabilah mana pun yang bergabung
dengan salah satu pihak, maka kabilah itu menjadi bagian dari pihak tersebut.
4. Siapa pun orang Quraisy yang mendatangi Muhammad tanpa izin walinya (melarikan
diri), maka dia harus dikembikan kepada pihak Qurausy, dan siapa pun dari pihak
Muhammad yang mendatangi Quraisy (melarikan diri) maka dia tidak boleh di
kembalikan kepadanya.
Setelah mereka selesai berunding, Kemudian Rasulullah memanggil Ali bin Abu
Thalib seraya berkata, "Tulislah, Bismillahirrahmanirrahim." Suhail berkata, "Aku tidak
mengenal kalimat ini. Tulislah, Bismika Allalumma." Rasulullah berkata, "Tulislah,
Bismika Allahummal" lalu Ali pun menuliskannya. "Kemudian tulislah! Ini adalah
kesepakatan antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr." Suhail
menyergahnya, "Seandainya aku bersaksi bahwa kamu adalah Rasulullah, niscaya aku
tidak akan memerangimu. Akan tetapi, tulislah namamu dan nama bapakmu saja."
Rasulullah berkata, "Tulislah, ini adalah kesepakatan antara Muhammad bin Abdullah
dan Suhail bin Amr. Ketika Rasulullah tengah merampungkan tulisan isi perjanjian damai
dengan Suhail bin Amr, tiba-tiba muncul Abu Jandal bin Suhail bin Amr dalam keadaan
terborgol bergabung bersama Rasulullah. Ketika sang ayah, Suhail bin Amr melihat
anaknya Abu Jandal datang kepadanya, langsung menamparnya dan mencengkeramnya
seraya berkata, "Ini adalah pertama yang aku tuntut kepadamu, hai Muhammad."
Rasulullah ingin agar Suhail membiarkannya saja, tetapi ia menolaknya.
Rasulullah berkata, " Bersabarlah wahai Abu Jandal dan berharaplah kepada
Allah. Sungguh Allah akan memberikan padamu dan orang-orang yang bersama kamu
dari kalangan mustadh'afin kemudahan dan jalan keluarnya. Kami telah melakukan
perjanjian dengan kaum Quraisy. Dan kami sudah saling berjanji di hadapan Allah. Kami
tidak akan mengkhianati mereka."
H. Menyembeli Hewan Kurban dan Mencukur Rambut Sebagai Tanda Umrah
ummu salamah berkata, "Keluarlah. Jangan bicara kepada siapa pun hingga
engkau menyembelih sendiri qurbanmu, dan panggilah tukang cukur untuk
mencukurmu." Rasulullah bangkit berdiri dan keluar. Beliau tidak bicara kepada siapa
pun hingga melaksanakan saran istrinya. Beliau menyembelih seekor unta dan
memanggil seorang tukang cukur untuk mencukurnya. Ketika orang-orang melihat apa
yang tengah dilakukan beliau, mereka pun bangkit berdiri untuk menyembelih hewan
qurban dan saling mencukur satu dengan yang lainnya.
Di antara mereka, ada yang mencukur habis rambuhrya dan ada juga yang sekadar
memendekkannya. Rasulullah berkata, "semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada
orang-orang yang mencukur habis rambutnya." Para shahabat berkata, "Dan mereka
yang sekadar memendekan rambutnya?" Rasulullah berkata, "semoga Allah
mencurahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang cukur habis rambuhrya." Dan pada
yang ketiga kalinya beliau menambahkan, "Dan juga kepada oran-orang yang sekedar
memendekkan rambutnya.”
"Sungguh, Kami telah memberiknn kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah
membeikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan
datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang
lurus." (QS. Al-Fath: 1-2).
Ketika Rasulullah sudah kembali ke Madinah, tiba-tiba datang Abu Bushair dari
kalangan Quraisy dalam keadaan menyerah. Orang-orang Quraisy pun mengutus dua
orang untuk mencarinya. Mereka berkata, "Ingat perjanjian antara kita." Maka Rasulullah
pun menyerahkan Abu Bushair kepada dua orang utusan Quraisy. Kemudian keduanya
membawanya hingga sampai di Dzulhulaifah mereka istirahat sambil makan kurma. Abu
Bushair berkata kepada salah seorang dari kedua orang tersebut, "Demi Allah, sungguh
aku melihat pedangmu itu bagus." Lalu ia menjawab, "Benar, demi Allah ini pedang
bagus'" Abu Bushair berkata, "Coba perlihatkan kepadaku." Ketika pedang itu ada
genggamannya, maka orang itu pun dibunuhnya. Sedangkan yang satunya lari hingga
kembali ke Madinah lalu masuk ke dalam masjid.
Pada saat itu ada beberapa wanita mukminah yang datang menemui beliau. Para
wali wanita-wanita itu meminta untuk mengembalikan mereka kepada Quraisy sesuai
dengan isi perjanjian yang sudah dikukuhkan di Hudaibiyah. Namun beliau menolaknya,
karena kalimat yang tertulis dalam perjanjian sama sekali tidak menunjukan bahwa
wanita juga termaksut dalam perjanjian itu. Maka dari itu Allah menurunkan ayat :
"Apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka
hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka;.... " (Al-Mumtahanah: 10)
Al-Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan. 1977. Sirah Nabawiyah. Terj. Aunur Rafiq Shaleh
Tamhid. Jakarta: Robbani Press.
Ibnu Hisyam, Ayyub Al-Humairi. 2015. Sirah Nabawiyah Sejarah lengkap Kehidupan
Rasulullah. Tahqiq: Muhammad Nashiruddin al-Albani. Jakarta: Akbar Media.