Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Perang Badar

A. Perang ini terjadi ketika perintah untuk berpuasa Ramadhan

diwajibkan

Ramadhan tahun kedua hijrah. Kafilah berisikan 40 orang dalam

perjalanan pulang dari Syam menuju Makkah. Dipimpin oleh Abu Sufyan, kafilah

itu membawa barang dagangan. Sekitar 1000 unta membawa barang tersebut.

Berita itu langsung ditanggapi oleh Rasulullah dan memerintahkan kaum

muslim untuk bersiap siaga menghadang kafilah tersebut. Sekitar 313 atau 317

prajurit berkumpul dengan perlengkapan perang seadanya.

Muncul beberapa pertanyaan. Mengapa Rasulullah hendak menghadang

kafilah tersebut? Karena harta-harta tersebut sebenarnya milik kaum muhajirin

yang ditinggalkan di Makkah agar diizinkan ke Madinah.

Mengapa Quraisy mengutus 40 pengawal dengan harta sebanyak itu?

Karena Quraisy pemimpin suku-suku Arab sehingga tidak mungkin ada yang

berani menghadangnya.

B. Pasukan Islam Bergerak ke Badar

Badar adalah sebuah daerah yang dikelilingi gunung-gunung tinggi.

Pasukan Muslim berangkat menuju Badar sekitar 155 km. Di sana hanya ada 3

buah celah, dan celah itu semua telah ditutup kaum Muslim setibanya mereka di

1
Badar, kaum Muslim berangkat bukan melalui jalan Badar, agar tidak diketahui

kaum Musyrik.

C. Peringatan dari Makkah

Kabar pergerakan kaum muslim ke Badar sudah diterima Abu Sufyan, ia

mengalihkan pasukannya ke arah barat, ia pun memerintahkan Dhamdham bin

‘Amru untuk mengabarkan bahwa kaum muslim telah tiba di Badar. Setibanya di

Makkah ia langsung berseru, “wahai sekalian kaum Quraisy, kafilah... kafilah...”

Penduduk mendengar seruan itu langsung menyiapkan 1000 pasukan di Kabah.

“Harta benda kalian yang dibawa Abu Sufyan diambil Muhammad! Kalian harus

segera menyusulnya. Tolonglah.... tolonglah...” kata Dhamdham.

Kaum Quraisy berangkat dengan kekuatan 1300 pasukan. Sesampainya di

Juhfah, datanglah surat dari Abu Sufyan, mengabarkan bahwa ia dan pasukannya

telah sampai dengan selamat dan meminta mereka untuk kembali ke Makkah.

Mereka ada diambang kebingungan karena ada 2 pilihan: antara berangkat, atau

diam di tempat. Seluruh kabilah Arab dihimpun kecuali Bani Adi yang tidak ikut

berperang jumlah mereka sekitar 300 orang. Sementara 1000 orang melanjutkan

perjalanan. Kaum Quraisy berangkat dengan luapan amarah, menyimpan dendam

kepada nabi. Mereka terus bergerak menuju Badar, tibalah mereka di balik bukit

pasir.

2
D. Perjalanan Pasukan Muslim ke Badar

Di suatu tempat saat Rasulullah dan Abu Bakar hendak berkeliling,

terdapat laki-laki tua. Rasulullah bertanya padanya tentang kaum Quraisy dan

Muhammad serta pengikutnya.

“Aku takkan memberi tahu kalian sebelum aku tahu dari mana kalian,” tanya

lelaki tua itu. “Jika engkau memberi tahu, kami juga akan memberi tahu,” bujuk

Rasulullah “Apa harus demikian?” tanya lelaki tua itu.“Ya,” jawab Rasulullah.

Lelaki tua itu pun memberi tahu bahwa Muhammad dan pengikutnya akan

ke Badar dan begitu juga kaum Quraisy. Lelaki tua itu pun bertanya, “kalian

berdua berasal dari mana?” Rasulullah pun menjawab dari Ma’, yang dimaksud

adalah dari sesuatu yang hidup, Rasulullah tidak memberi tahu identitas, ini

adalah suatu taktik perang.

Beliau memberi komando agar dilakukan pengintaian di kawasan Badar,

setelahnya, Rasulullah mengadakan musyawarah, karena ada sebagian yang takut

perang dakam skala besar, untuk itu, Allah menurunkan sebuah ayat dalam QS.al-

Anfal[8]: 5—7.

Rasulullah meminta pendapat kepada para sahabatnya, tapi tak ada satu

pun yang berpendapat, hanyalah mereka berucap, “teruskanlah, wahai

Rasulullah.”

Kaum Muslim lalu melanjutkan perjalanan menuju Badar, hingga berhenti

di sebuah lembah, Habbab pun bertanya pada Rasulullah, apakah ini adalah

tempat yang Allah tetapkan, atau boleh mengubahnya, Rasulullah menjawab

3
bahwa ini hanyalah tempat pendapat, Habbab pun mengganti lokasi di tempat

terdekat dengan kaum Quraisy, bermarkas disana serta menimbun sumur.

Sehingga kaum Quraisy tidak bisa minum dari sumur, di sana mereka mendirikan

tenda untuk Rasulullah sebagai pusat komando perang.

Umat Islam memanfaatkan kondisi geografis perang. Misalnya, sahabat Saad bin

Muadz membuat gundukan tanah di sekitar lokasi peperangan. Hal itu bertujuan

agar Nabi Muhammad saw bisa mengawasi jalannya perang serta memprediksi

pola serangan yang tepat guna mengalahkan pasukan kaum Quraisy.

Dalam perang Badar tersebut, Nabi Muhammad saw memimpin langsung

penyerangan terhadap kaum Quraisy. Peperangan itu melibatkan 313 kaum

muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, serta 2 ekor kuda.

“Rasa kantuk menyerang kami, sementara kami masih berada dalam

barisan Perang Badar. Aku termasuk yang terserang kantuk. Tidak terasa

pedangku jatuh dari genggamanku, lalu aku memungutnya, lalu terjatuh lagi dan

aku memungutnya, lalu terjatuh lagi dan aku memungutnya. Setelah itu aku

berdiri dengan perasaan malu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada

malam itu,” kata Abu Thalhah sebagaimana diriwayatkan Ahmad.

Malam itu Allah menurunkan hujan sangat deras untuk menghalangi

penyerangan kaum Quraisy. Anehnya, kaum Muslim merasakan hujan itu seperti

gerimis, yang menyucikan mereka. Hujan yang melenyapkan setan, mengukuhkan

tempat berpijak, menyatukan hati. Lalu turunlah firman Allah pada QS. al-

Anfal[8]: 11.

4
E. Pasukan Saling Mengintai

Jumat, 17 Ramadhan tahun ke dua hijriah. Pasukan Muslim bersiap

menuju medan perang kali pertama melawan kaum Quraisy, kedua pasukan saling

mengintai. Suara laa ilaaha illaAllah Muhammad Rasulullah berkumandang

membangkitkan semangat jihad. Terlihat dari kejauhan pasukan Quraisy datang

dengan keangkuhannya, serta Abu Jahal dikelilingi dengan wanita penabuh

gendang. Di bawah komando Rasulullah siap memerangi kaum Quraisy yang

memerangi Islam.

F. Perang Berkecamuk

Kini jarak antara pasukan tak jauh, dari kalangan Quraisy dengan pongah,

Utbah bin Rabi’ah menantang Rasulullah untuk mengutus tiga prajurit, Rasulullah

pun mengutus tiga anak muda dari kalangan Anshar, akan tetapi Utbah menolak

seraya berkata, “kami hanya menghendaki orang-orang yang terpandang. Kami

tidak membutuhkan kalian. Kami hanya menginginkan orang yang berasal dari

kaum kami, kaum Quraisy.

“Bangkitlah Ubaidah bin al-Harits (kemenakan beliau), bangkitlah

Hamzah (singa Allah dan paman beliau), bangkitlah Ali (putra Abu Thalib)!”

perintah Rasulullah. “Memang kalian adalah orang yang terpandang,” lanjut

Utbah.

Duel pun dimulai Utbah melawan Ubaidah pertarungan sengit membuat

keduanya terluka parah, Hamzah berhasil menaklukkan Syaibah bin Rabi’ah, dan

5
Ali membunuh Walid bin Utbah. Keberhasilan itu membuat mereka berang,

menyerang pasukan muslim secara membabi buta

G. Rasulullah saw Berdoa

Sementara, pasukan dari kaum Quraisy mengerahkan pasukan 1.000

orang, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, serta 300 kuda. Meskipun kalah dalam

jumlah pasukan, kaum muslim tetap bersemangat untuk berjihad di bulan

Ramadhan. Semangat perang itu berhasil menewaskan tiga pimpinan perang dari

pasukan kaum Quraisy, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.

Di antara pasukan Quraisy yang menyerang umat Islam, terdapat kerabat

Nabi Muhammad saw dari kabilah Bani Hasyim. Mereka adalah paman nabi,

Abbas bin Abdul Muthalib, Hakim (sepupu Khadijah), dan lain sebagainya.

Sesungguhnya pertempuran besar dalam perang Badar itu di luar perkiraan

umat muslim. Sebab, sejak awal Nabi Muhammad saw telah merencanakan

pengerahan pasukan muslim untuk peperangan biasa, bukan perang besar. Oleh

sebab itu, pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 orang.

Saat melihat banyaknya tentara kaum kafir Quraisy berserta kelengkapan

persenjataan, zirah, tombak, pedang, dan alat tempur lainnya, Nabi Muhammad

saw sempat menangis. Dia lantas berdoa kepada Allah swt. “Ya Allah jikalau

rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan untuk binasa, maka tidak akan ada

seorang pun setelah aku yang akan menyembah-Mu. Semua orang yang beriman

akan meninggalkan agama Islam nan sejati ini.” Sejak usai meluruskan barisan

Muslim, Rasulullah tak henti-henti berdoa

6
“Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan

disembah lagi. Ya Allah kecuali engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi

setelah hari ini”

Rasullah terus berdoa, tanpa disadarinya sebannya jatuh dari pundak

beliau, Abu Bakar yang melihat itu pun meletakkan kembali serban itu di pundak

beliau.

“Wahai Rasulullah, telah cukup doa yang kau panjatkan pada Tuhan,

karena sesungguhnya ia akan menepati janji-Nya kepadamu, kata Abu Bakar lalu

Allah menurunkan ayat (QS. al-Anfal [8]:9)

Saat itu Allah menurunkan seribu malaikat yang datang berturut-turut.

“Kukuhkan semangat kalian!” Perintah itu membuat mereka semakin bersemangat

karena Rasulullah berada di tengah mereka memimpin barisan. Para malaikat

membatu mereka dengan menebas leher kaum musyrik dan memutus jari-jemari

mereka. Sehingga ada kepala yang terkulai tapi tidak tahu siapa yang menebasnya.

Tangan yang putus tidak diketahui siapa yang memutusnya. Di saat-saat kritis

kaum Quraisy iblis hadir menyerupai Suraqah bin Malik bin Ja’tsam, para iblis

bermaksud untuk memompa semangat kaum Quraisy, melihat itu malaikat

memburu iblis hingga lari terbirit-birit ke laut merah dan menceburkan diri ke

dalamnya.

H. Abu Jahal terbunuh

Perang terus berkecamuk, kian lama bertambah sengit. Abu Jahal berada

di tengah pasukannya, dikelilingi pedang dan tombak pasukannya, laksana

7
pagar.sementara di sekitar `Abdurrahman bin Auf, ada dua anak muda dari

kalangan Anshar, Mu’awwaz dan Mu’adz, putra `Afra’. Selama ini keduanya

belum pernah melihat sosok Abu Jahal. Mereka bertanya pada `Abdurrahman bin

Auf.

“Wahai paman, di mana Abu Jahal?”

“Apa yang akan kalian lakukan?” tanya `Abdurrahman bin Auf.

“Aku dengar ia menghina Rasulullah. Demi Allah yang jiwaku berada dalam

genggaman-Nya, jika aku melihatnya, aku tidak akan membiarkannya lolos dari

pengelihatanku sehingga salah satu diantara kita menemui kematiannya terlebih

dahulu. `Abdurrahman bin Auf pun mencari keberadaan Abu Jahal yang akhirnya

ditemuinya sedang berkeliling. Lalu ia menunjukinya kepapa pemuda tadi. “Lihat

lelaki yang mengenakan perisai itu?”. Ketika itu Abu Jahal bersenjatakan pedang,

tombak, dan mengenakan perisai dari kulit, Kedua pemuda tersebut langsung

menuju ke arah yang ditunjuk. Yang satu memancung kepalanya, sedangkan yang

lain menusuk perutnya dengan pedang (HR. Bukhari dan Muslim)

Mereka segera mencari Rasulullah perihal kejadian ini dan Rasulullah

memberi tahu mereka bahwa jasadnya-meski sudah dipenggal-masih bernapas.

Orang-orang pun mencarinya, Ibnu Mas’ud menemuinya dalam kondisi masih

bernapas. Ia lalu meletakkan kakinya di leher Abu Jahal memegang jenggotnya,

dan menaikkannya sehingga ia mendongak.

Ibnu Mas’ud pun memberi tahu kemenangan Allah dan Rasul-Nya, serta

memberi tahu bahwa Allah telah menghinakan Abu Jahal. “Sungguh engkau telah

8
melakukan pendakian yang sulit, wahai anak kecil penggembala!” Usai itu

`Abdullah bin Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada

Rasulullah. “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya,

dan menolong hambanya, serta menghancurkan musuh-Nya sendirian. Ini adalah

Firaun umat ini!”. Ucap Rasulullah ketika diperlihatkan kepala Abu Jahal.

Lewat tengah hari, sebanyak 50 pemimpin pasukan kafir Quraisy tewas,

termasuk Abu Jahal. Sementara itu, banyak sisanya yang lari tunggang-langgang.

Sementara itu, korban dari kaum muslim hanya 14 orang 6 dari kaum Muhajirin 8

dari kaum Anshar dimakamkan di lapangan Badar. Ialah:

`Umair bin Abi Waqqash, Sa’ad bin Khaitsamah, Shafwan bin Wahb,

Haritsah bin Suraqah, Mubasysyir bin Abdul Munzir, Dzusy Syimalain bin Abdu

Amr, Mahja’ bin Shalih, Aqil bin al-Bakir, Rafi’ bin al-Ma’la, Umair bin al-

Hammam, Yazid bin al-Harits, Auf bin al-Harits, Mu’awwiz bin al-Harits,

Ubaidah bin al-Harits.

Yang terbunuh dari kalangan musyrik sebanyak 70 orang, sedangkan 70

orang lainnya menjadi tawanan. Termasuk 24 pembesar mereka, dikuburkan di

dalam sumur. Rasulullah tinggal di Badar selama tiga hari, ketika hendak kembali,

Rasulullah berdiri di pinggir sumur sambil memanggil nama kaum muslim yang

terbunuh, termasuk nama bapak mereka.

“Wahai Fulan bin Fulan! Apakah kalian telah merasa gembira karena tealh

menaati Allah dan Rasul-Nya?”

9
“Wahai Rasulullah, apakah engkau menyeru kaum yang telah menjadi

bangkai dan tidak lagi memiliki ruh? Tanya Umar penuh keheranan.

“Kalian tidaklah mendengar apa yang aku katakan daripada mereka!

Hanya, mereka tak dapat menjawab perkataanku!”

I. Kemenangan Kaum Muslim

Selain memukul mundur 1000 tentara dari Quraisy, umat Islam juga berhasil

mengambil rampasan 600 persenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, serta

perniagaan milik kafilah Abu Sufyan. Dengan kecerdikan Nabi Muhammad dan

kedisiplinan pasukannya, umat Islam berhasil membalikkan keadaan yang

membuat kehormatan dan kemuliaan Islam makin tegak di Jazirah, seperti halnya

yang dibahas pada buku Perang Badar karya Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar.

J. Perang Badar Dimenangkan oleh Umat Islam

Setelah itu, pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa

kemenangan besar dalam perang yang monumental. Debu-debu beterbangan

diiringi derap langkah pasukan berkuda kaum Muslim sepanjang perjalanan.

Pada akhirnya, perang badar dimenangkan oleh pasukan dari umat Islam.

Kemenangan pada perang badar tersebut membuat posisi Islam di kawasan

Madinah kian kuat. Sementara, kaum Quraisy yang kalah di perang Badar harus

menelan kekecewaan mendalam. Mereka pun semakin berhasrat untuk membalas

dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang.

10
Bagi umat Islam, Perang Badar adalah peristiwa besar, apalagi terjadinya

pada bulan suci Ramadhan. Perang badar menjadi pertempuran besar pertama

umat Islam dalam melawan musuh. Melalui pertolongan Allah lah kaum muslim

berhasil menang meskipun kalah jumlah. Bahkan, Allah swt menamai perang

Badar sebagai Yaum Al-Furqan alias hari pembeda.

Sebab, pada hari itu telah dibedakan mana saja yang haq dan yang batil. Saat

itu Allah SWT menurunkan pertolongan besar untuk umat Islam dan

memenangkan mereka atas musuh-musuhnya, yaitu kaum kafir Quraisy.

Temukan perjalanan perang umat Islam dalam membela ajaran yang

dianutnya pada buku Seni Perang Dalam Islam karya A.R. Shohibul Ulum.

K. Reaksi di Makkah dan Madinah

Kabar tentang kekalahan kaum musyrik merebak dengan cepat. Berita itu

juga sampai ke Makkah. Allah telah menghinakan dan mempermalukan mereka.

Mereka melarang orang-orang Makkah menangis histeris agar orang-orang Islam

tidak merasa bangga. Aswad bin Abdul Muthalib kehilangan tiga anak sekaligus.

Dia memang ingin menangis dengan teriakan keras. Pada malam hari dia

mendengar tangisan kencang. Dia mengira bahwa itu tanda dibolehkannya

menangis kencang. Dia pun mengutus pelayannya untuk melihat kondisi yang

sebenarnya. Pelayan itu datang dan mengabarkan padanya bahwa wanita tadi

menangis karena kehilangan untanya.Aswad tidak mampu menahan amarahnya.

11
Dali-dalil

Di dalam Al-Quran, perang badar dijelaskan dalam beberapa ayat di Surat

Ali-Imran.

QS 3:123 : “Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar.

Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu,

bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.”

QS 3:124: “(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin apakah

tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang

diturunkan (dari langit)?”

QS 3:125: “Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang

menyerangmu dengan seketika, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu

malaikat yang memakai tanda.”

QS 3:126: “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan

sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu agar tentram hatimu karenanya. Dan

kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa.

12
BAB 2

Hikmah

Hikmah dari Perang Badar yang dapat Diteladani Kaum Muslim

Perang badar diriwayatkan tidak memakan waktu lama. Hanya butuh waktu

sekitar dua jam bagi pasukan muslim untuk menghancurkan pertahanan tantara

kafir Quraisy. Segala kekacauan yang terjadi tersebut dimanfaatkan untuk

memenangkan perang. Setelah perang badar usai, Nabi Muhammad saw

mengucapkan hal yang sangat penting dalam perjalanan pulang.

“Wahai kaumku. Kita baru saja kembali dari jihad kecil (perang badar) dan

menuju jihad besar.”

Mendengar hal itu, para sahabat pun langsung terheran-heran. Sebab,

perang badar yang sangat menentukan nasib kaum muslim hanya dianggap oleh

Nabi Muhammad saw sebagai jihad kecil.

Para sahabat pun bertanya, “Apakah jihad yang lebih besar dari (perang

badar) itu, Wahai Rasulullah?”

“Jihad melawan hawa nafsu,” jawab Nabi Muhammad saw.

Meskipun demikian, saat terjadi perang badar terdapat rukhsah atau

keringanan bagi kaum muslim untuk tidak melakukan puasa. Hal ini disampaikan

oleh Abu Sa’id Al-Khudri, “kami berperang bersama Rasulullah saw. Di antara

kami ada yang berpuasa, namun ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa

13
tidak mencela orang yang berbuka. Sebaliknya, orang yang berbuka tidak mencela

orang yang berpuasa.” (H.R. Ibnu Mulaqqin).

Kemenangan Perang Badar murni karena pertolongan Allah swt.

Kemenangan ini menjadi pelajaran bagi kaum mukmin agar senantiasa berpegang

teguh dan menyerahkan segal urusan hanya untuk Allah swt. Sayyid Quthb

berpendapat, “hari terjadinya perang Badar yang dimulai, diakhiri, diatur,

dituntun, dan dibantu oleh Allah merupakan hari pembeda antara haq (islam) dan

bathil (kafir), sebagaimana dikatakan secara umum oleh para ahli tafsir bahwa

kata furqan mengandung makna yang sangat lengkap, detail, dan luas.

14
BAB 3

Kesimpulan

Menurut Rasulullah saw, melawan segala hawa nafsu adalah hakikat dari

jihad yang sebenarnya. Oleh sebab itu, salah satu hikmah dari perang badar di

bulan Ramadan adalah semangat berjihad melawan hawa nafsu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wahidin, Nur. (2006). Kisah Nabi Muhammad Saw. Bandung: DAR! MIZAN.

Hatta, A. (2019). The Great Story of Muhammad. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai