Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi
Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di
Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun
merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan
melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat.
Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah
bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang
diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta
untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira
bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW
menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah
menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka
bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira
Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari
persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu
Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan
sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri
pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa
yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari.
Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW
membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid
pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu
penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka,

1
berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba
di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke
arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka
mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan
menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit). Kami
wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus
kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin
agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya.
Tetapi Nabi SAW hanya berkata, "Aku akan menginap dimana untaku berhenti.
Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang
sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari
sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perang Badar


Perang Badar terjadi pada 7 Ramadhan, dua tahun setelah hijrah. Ini adalah peperangan
pertama yang mana kaum Muslim (Muslimin) mendapat kemenangan terhadap kaum Kafir
dan merupakan peperangan yang sangat terkenal karena beberapa kejadian yang ajaib terjadi
dalam peperangan tersebut. Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam telah memberikan
semangat kepada Muslimin untuk menghadang khafilah suku Quraish yang akan kembali ke
Mekkah dari Syam. Muslimin keluar dengan 300 lebih tentara tidak ada niat untuk
menghadapi khafilah dagang yang hanya terdiri dari 40 lelaki, tidak berniat untuk menyerang
tetapi hanya untuk menunjuk kekuatan terhadap mereka. Khafilah dagang itu lolos, tetapi
Abu Sufyan telah menghantar pesan kepada kaumnya suku Quraish untuk datang dan
menyelamatkannya. Kaum Quraish maju dengan pasukan besar yang terdiri dari 1000 lelaki,
600 pakaian perang, 100 ekor kuda, dan 700 ekor unta, dan persediaan makanan mewah yang
cukup untuk beberapa hari.
Kafir Quraish ingin menjadikan peperangan ini sebagai kemenangan bagi mereka yang
akan meletakkan rasa takut di dalam hati seluruh kaum bangsa Arab. Mereka hendak
menghancurkan Muslimin dan mendapatkan keagungan dan kehebatan. Banyangkan,
pasukan Muslimin dengan jumlah tentara yang kecil (termasuk 2 ekor kuda), keluar dengan
niat mereka hanya untuk menghadang 40 lelaki yang tidak bersenjata akan tetapi harus
menghadapi pasukan yang dipersiapkan dengan baik -3 kali- dari jumlah mereka. Rasulullah
SAW dengan mudah meminta mereka Muslimin untuk perang dan mereka tidak akan
menolak, akan tetapi, beliau SAW ingin menekankan kepada pengikutnya bahwa mereka
harus mempertahankan keyakinan dan keimanan dan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Beliau SAW mengumpulkan para sahabatnya untuk mengadakan musyawarah. Banyak di
antara sahabat Muhajirin yang memberikan usulan, dengan menggunakan kata-kata yang
baik untuk menerangkan dedikasi mereka. Tetapi ada seorang sahabat yaitu Miqdad bin Al-
Aswad ra., dia berdiri dihadapan mereka yang masih merasa takut dan berkata kepada
Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah (SAW)!, Kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti
apa yang dikatakan oleh bani Israel kepada Musa (AS), 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu,

3
kami duduk (menunggu) di sini'( Dalam surah Al-Maidah). Pergilah bersama dengan
keberkahan Allah dan kami akan bersama dengan mu !".

Rasulullah SAW merasa sangat suka, akan tetapi Rasulullah hanya diam, beliau
menunggu dan beberapa orang dari sahabat dapat mengetahui keinginan Beliau SAW. Sejauh
ini hanya sahabat Muhajirin yang telah menyatakan kesungguhan mereka, akan tetapi Beliau
menuggu para sahabat Anshor yang sebagian besar tidak hadir dalam baiat 'Aqaabah untuk
turut serta dalam berperang melawan kekuatan musuh bersama-sama Rasulullah SAW di luar
kawasan mereka. Maka, pemimpin besar sahabat Anshor, Sa'ad bin Muadh angkat bicara,
"Ya Rasulullah (SAW) mungkin yang engkau maksudkan adalah kami". Rasulullah SAW
menyetujuinya. S'ad kemudian menyampaikan pidatonya yang sangat indah yang mana dia
berkata,"Wahai utusan Allah, kami telah mempercayai bahwa engkau berkata benar, Kami
telah memberikan kepadamu kesetiaan kami untuk mendengar dan thaat kepadamu... Demi
ALlah, Dia yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau memasuki laut, kami
akan ikut memasukinya bersamamu dan tidaka ada seorangpun dari kami yang akan
tertinggal di belakang... Mudah-mudahan Allah akan menunjukkan kepadamu yang mana
tindakan kami akan menyukakan mu. Maka Majulah bersama-sama kami, letakkan
kepercayaan kami di dalam keberkahan Allah".

Rasulullah sangat menyukai apa yang disampaikan dan kemudian beluai bersabda,
"Majulah ke depan dan yakinlah yang Allah telah menjajikan kepadaku satu dari keduanya
(khafilah dagang atau perang), dan demi Allah, seolah olah aku telah dapat melihat pasukan
musuh terbaring kalah". Pasukan Muslimin bergerak maju dan kemudian berhenti sejenak di
tempat yang berdekatan dengan Badar (tempat paling dekat ke Madinah yang berada di utara
Mekkah). Seorang sahabat bernama, Al-Hubab bin Mundhir ra., bertanya kepada Rasulullah
SAW, " Apakah ALlah mewahyukan kepadamu untuk memilih tempat ini atau ianya strategi
perang hasil keputusan musyawarah?". Rasulullah SAW bersabda, "Ini adalah hasil strategi
perang dan keputusan musyawarah". Maka Al-Hubab telah mengusulkan kembali kepada
Rasulullah SAW agar pasukan Muslimin sebaiknya bermarkas lebih ke selatan tempat yang
paling dekat dengan sumber air, kemudian membuat kolam persediaan air untuk mereka dan
menghancurkan sumber air yang lain sehingga dapat menghalang orang kafir Quraish dari
mendapatkan air. Rasulullah SAW menyetujui usulan tersebut dan melaksanakannya [*].

4
Kemudian Sa'ad bin Muadh mengusulkan untuk membangun benteng untuk Rasulullah SAW
untuk melindungi beliau dan sebagai markas bagi pasukan Muslimin. Rasulullah SAW dan
Abu Bakar ra. tinggal di dalam benteng sementara Sa'ad bin Muadh dan sekumpulan lelaki
menjaganya.
Rasulullah SAW telah menghabiskan sepanjang-panjang malam dengan berdoa dan
beribadah walaupun beliau SAWmengetahui bahwa Allah ta'ala telah menjanjikannya
kemenangan. Ianya melebihi cintanya dan penghambaannya dan penyerahandiri kepada
Allah ta'ala dengan ibadah yang Beliau SAW kerjakan. Dan ianya telah dikatakan sebagai
bentuk tertinggi dari ibadah yang dikenal sebagai 'ainul yaqiin.

B. Strategi Perang Badar

Beberapa peristiwa perang yang dilakukan Rasulullah dalam sejarah penuh dengan
semangat, ketaatan, keuletan, pengorbanan, konsolidasi penuh dari kepemimpinan dan
keprajuritan, dan penuh dengan strategi-strategi yang efektif. Yaitu strategi dalam mengatur
taktik defensif dan ofensif, peta wilayah, politik, ekonomi, psikologi, dan militer serta visi
dan misi yang diemban Rasulullah dalam setiap peperangan.Hampir semua peperangan yang
dilakukan oleh Rasulullah sebagian besar adalah dalam bentuk penyerangan, kecuali perang
Khandaq, karena kaidah dalam peperangan menyatakan bahwa strategi penyerangan lebih
mempunyai potensi besar untuk memenangkan pertarungan.Misalnya pada perang Badar,
Rasulullah mengatur beberapa strategi dalam menghadapi peperangan tersebut.Pertama,
persiapan. Setahun sebelum perang Badar terjadi, Rasulullah saw membentuk satuan
pasukan khusus untuk melakukan ekspedisi militer. Pasukan ekspedisi ini berfungsi sebagai
upaya pemetaan medan, penguasaan lapangan, pengintaian, dan berbagai aktivitas inteligen
militer lainnya. Selain itu, Rasulullah juga melakukan mobilisasi masif, membagi komando,
membentuk majelis permusyawaratan militer, membuat prediksi perhitungan kekuatan
musuh, memberikan semangat kepada pasukan, dan menentukan posisi yang strategis.

Kedua, saat peperangan. Ketika Rasulullah dan pasukannya sudah sampai di medan
peperangan, Rasulullah tidak melepaskan kontrol terhadap pasukannya. Beliau melakukan
inspeksi pasukannya dan memberikan pengarahan strategi yang mesti diterapkan guna
memenangkan peperangan; dengan membagi tiga komposisi, yaitu pasukan tombak sebagai

5
pasukan lapisan pertama, pasukan pemanah sebagai pasukan lapisan kedua, dan pasukan
pedang sebagai pasukan lapisan ketiga.Ketika perang telah berkecamuk, awalnya pasukan
muslim terdesak, karena jumlah pasukan yang lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh.
Namun di tengah berlangsungnya pertempuran, kondisi berubah.

Pasukan musuh mulai terlihat melemah semangat dan kekuatannya. Kondisi ini
dimanfaatkan Rasulullah untuk menerapkan strategi serangan balik. Akhirnya, pasukan
musuh tercerai-berai dan berjatuhan banyak korban di pihak mereka. Pasukan muslim
memeroleh kemenangan spektakuler pada perang Badar Kubra ini.Setelah peperangan
berakhir. Rasulullah tidak lantas berleha-leha dan berpesta fora merayakan kemenangan.
Namun, Rasulullah terus membuat kesinambungan strateginya yang lain pascaperang. Yaitu
di antaranya, memberdayakan para tawanan, menetapkan sistem perundang-undangan
Daulah Islamiyah, menerapkan sistem perekonomian negara, dan mengokohkan kekuatan
militer. Semuanya bertujuan untuk menjaga stabilitas kaum muslimin, baik secara politik,
ekonomi, maupun sosial berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.Selain
perang Badar, Rasulullah dan kaum muslimin banyak mengalami peperangan, bahkan
sampai ke penjuru luar Jazirah Arab. Setiap peperangan, dengan kondisi yang berbeda,
strategi yang diterapkan pun bervariasi.

C. Kejadian Perang Badar

Diriwayatkan, bahwa setelah ada kejadian perampasan dan perlawanan yang dikepalai
oleh Abdullah bin Jahsy, maka kaum Musyrikin Quraisy ketika itu bertambah naik
darahnya, sangat marahnya terhadap perbuatan kaum Muslimin. Oleh sebab itu pada saat itu
mereka pada waktu akan mengadakan angkatan perdagangan kenegeri Syam lalu berjaga-
jaga, sebab perjalanan angkatan mereka pergi dan pulangnya adalah melalui tepi kota
Madinah, padahal waktu itu keadaan kota Madinah sudah boleh dikatakan menjadi suatu
kota bagi kaum pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Kemudian pada
suatu hari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat kabar bahwa
seperangkatan unta kaum Quraisy dengan muatan dagangan dari Mekah sedang berangkat
menuju negeri Syam sebagaimana biasa. Angkatan perdagangan ini diikuti oleh 30 orang
Quraisy dan dipimpin oleh seorang kepala Quraisy yang bernama Abu Sufyan bin Harb,
banyaknya unta memuat dagangan ada 1000 unta dan yang dimuatnya seharga 50.000
dinar.Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah menerima kabar yang

6
sedemikian itu, lalu berangkat ke luar Madinah dengan diiringkan oleh sebagian kecil
daripada sahabat-sahabatnya perlu menjaga gangguan mereka kepada kaum Muslimin di
Madinah. Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sengaja, bahwa jika mereka
itu mengganggu kepada keamanan kota Madinah, akan ditahan angkatan perdagangan
mereka. Tetapi pada waktu itu angkatan mereka dengan diam-diam telah berjalan melalui
kota Madinah, jadi tidak sampai bertemu dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Oleh sebab itu, lalu angkatan mereka ditunggu-tunggu kembalinya dari kota Syam
oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin.
Kemudian pada suatu hari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menerima kabar bahwa angkatan mereka tengah kembali dari luar negeri Syam, dan hendak
pulang ke Mekah. Sebab itu sudah tentu saja tidak berapa lama akan berjalan melalui kota
Madinah. Pada waktu itu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu
memerintahkan kepada kaum Muslimin supaya mengawasi angkatan kaum Quraisy yang
sedang kembali dari negeri Syam tadi, agar mereka jangan sampai mengganggu kemananan
kota Madinah. Oleh sebagian kaum Muslimin, perintah Nabi yang sedemikian itu diikuti
dengan segera, dan sebagiannya lagi perintah Nabi itu tidak dihiraukan, karena disangka
oleh mereka Nabi tidak akan berperang, tetapi akan menakut-nakuti angkatan Quraisy
semata-mata.Kemudian pada hari tanggal 3 bulan Ramadhan, sesudah Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyerahkan pimpinan kota Madinah kepada sahabatnya
Abdullah bin Ummi Maktum, berangkatlah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersama tentara Islam sebanyak 313 orang dengan bersenjata lengkap. Diantara mereka 2
orang berkendaraan seekor unta. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama
sahabat Ali bin Abi Thalib dan Martsad berkendaraan seekor unta, sahabat Abu Bakar,
Umar dan Abdurrahman bin Auf berkendaraan seekor unta juga, dan demikianlah
selanjutnya. Bendera Islam saat itu rupanya putih dan di bawa oleh sahabat Mush’ab bin
Umair, berjalan di muka kendaraan Nabi dan ada dua lagi bendera yang satu dibawa oleh
sahabat Ali bin Abi Thalib dan satunya lagi di bawa oleh sahabat Sa’ad bin Muadz.
Kaum Muslimin sebanyak 313 orang tadi terdiri dari sahabat Muhajirin 82 orang dan
sahabat Anshar 231 orang, jadi 313 orang. Menurut riwayat Ibnu Hisyam dalam Sirahnya,
adalah 314 orang terhitung dari sahabat Muhajirin 83 orang, riwayat ini pribadi Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belumlah terhitung, maka dari itu dengan pribadi
Nabi adalah 315 orang.Menurut riwayat Imam As-Suhaili, sebagaiman tersebut dalam kitab

7
Fathul Bari Syarah Bukhari jilid ke 7, bahwa ketika itu jin yang telah mengikut Islam, yang
ikut menjadi tentara Islam adalah 70 orang.Perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam dengan kaum Muslimin setelah sampai d suatu tempat dekat dusun Shafra’,
berhentilah Nabi serta tentaranya, lalu menyuruh kepada Basis bin Amr Al-Juhani dan Adi
bin Raba Al-Juhani supaya menyelidiki dan mendengan-dengarkan kabar seperangkatan
unta perdagangan kaum Quraisy tadi di Badar.Dalam pada itu, tiba-tiba waktu itu kabar
kaum Muslimin sebagai tersebut kedengaran oleh Abu Sufyan dan kawan-kawannya. Oleh
sebab itu ia lalu minta tolong kepada seorang yang bernama Dhamdham bin Amr Al-Ghifari
supaya ia lekas menyampaikan kabar yang menguatirkan itu kepada ketua-ketua dan kepala-
kepala kaum Quraisy di Mekah. Kemudian dengan segera Dhamdham berangkat ke Mekah
dan setelah sampai di Mekah lalu menyampaikan adanya kabar rintangan bagi perjalanan
dagang kaum Quraisy tadi yang diperbuat oleh Muhammad dan kaum pengikutnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang badar terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H, di dekat perigi bernama
Badar, antara Makkah dan Madinah karena itu peperangan ini dikenal dengan nama
perang Badar. Ketika Khalifah perdagangan kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu
Sufyan bin Harb melintasi negeri Madinah, Rasulullah menyuruh mencegatnya
dipertengahan jalan, karena harta yang dibawah oleh mereka sebagian besar adalah harta
rampasan dari kaum muslimin ketika mereka akan berhijrah ke Madinah.
Segera disusun pasukan Islam sebanyak 313 yang terdiri dari 210 orang muslim
Anshar dan lebihnya dari muslim muhajirin. Bendera pasukan islam dipegang oleh
Mus’ab bin Umair.
Mendengar Rasulullah telah menyiagakan pasukan, Abi Sofyan segera kembali ke
Mekkah menyampaikan kepada tokoh kafir Quraisy. Maka Abu Jahal membentuk
pasukan berkekuatan 1000 orang yang melindungi kafilah perdagangan mereka dari
serangan pasukan islam.
Rasulullah membentuk regu pengintai untuk menyelidiki kafilah perdagangan.
Pasukan kafir Quraisy telah mengawal mereka menuju ke desa badar. Hal ini segera
dilaporkan kepada Rasulullah. Untuk menghadapi kafir Quraisy, Rasulullah
bermusyawarah kepada sahabat Muhajirin dan Anshar, dan disepakati untuk segera
menuju desa Badar untuk menyongsong kedatangan pasukan kafir Quraisy.
Pasukan Islam berkemah dekat sumber air di desa Badar, sehingga dengan mudah
menghadang pasukan kafir Quraisy, dan mencegah mereka untuk mengambil pembekalan
air untuk pasukannya.Sebelum berkecamuk perang antara dua pasukan, terjadi perang
tanding, majulah dari pasukan kafir Quraisy Al Awad Bin Abdul Asad, dapat dikalahkan
oleh dari pasukan Islam.
Lalu muncul Atabah bin Rabi’ah, Syaibah bin Wahid dari pasukan kafir Quraisy
dan dapat dikalahkan oleh Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abu Thalib dan Ubaid
bin Al Harist. Pasukan Quraisy kemudian menyerbu medan perang, tetapi dapat
dikalahkan oleh pasukan Islam.
Setelah usai peperangan, banyak korban yang jatuh dari kedua belah pihak, tujuh
puluh orang kafir Quraisy terbunuh diantaranya Abu Jahal, Umayah bin Halaf dan tujuh
orang lainnya tertawan. Sedangkan dari pasukan Islam meninggal sebagai shuhada.
Peperangan Badar ini mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Islam. Hal
ini dapat disimpulkan :
a. Menambah harum nama umat Islam dimata bangsa Arab, sehingga banyak di
antara mereka secara sukarela memeluk agama Islam.
b. Umat Islam merasa yakin dan percaya akan kebenaran agama Islam dan Janji
– janji Allah. Karena itu mereka selalu siap menghadapi serangan musuh,
demi membela kebenaran Islam.
c. Kekalahan pasukan kafir Quraisy yang besar jumlahnya itu menyebabkan
mereka gentar dan kuatir apabila berhadapan dengan pasukan Islam, meskipun
pasukan Islam sedikit jumlahnya dengan peralatan yang serba kurang.

9
A. Daftar pustaka

http://www.caratotal.com/2016/11/ceritasejarah-ringkas-perang-badar-uhud-
khandaq.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Badar

10

Anda mungkin juga menyukai