Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino terhadap

Pemahaman Matematika Siswa pada Materi Trigonometri

Sri Maya Asih1, Widodo Winarso, M.Pd.I2., and Nurma Izzati, M.Pd3.
1
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Srimaya.asih@ymail.com
2
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
widodoiain@gmail.com
3
Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Izzah_tiar@yahoo.com

Abstract
This research based on the decreasing mathematic students’ understanding that would be influence learning
outcome in the end. There are no many teachers use media or props in learning. The learning media must be
made the achievement of the learning process, so that mathematic student understanding increased. This
research setting is taken from SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon with the research sample is 40
students of XI IPA 5, the research design using Posttest-Only Control Group Design. From the students’
responses to the use of props domino on trigonometry subject through the questioner that the researcher spared,
it was obtained the average 83,37, it is include in the strongest category. While, mathematic students’
understanding after use of props domino, it was obtained the average 85,68 , it is include in the strongest
category. The results indicate the test analysis, thitung > ttabel (9,661 > 2,024) so, it can be conclude that there is
influence in the use of props domino to the mathematic students’ understanding in trigonometry subject.

Keyword: Props, Domino, Mathematic Understanding

PENDAHULUAN
Menurut (Daryanto , 2011) Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat
mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman peserta
didik. Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya (baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat .
(Purwanto, 1990).
Jadi pendidikan memberikan pendewasaan peserta didik untuk mengembangkan bakat
dan potensi dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga tumbuh
sebagai pribadi yang baik supaya berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Dalam pendidikan,
mata pelajaran matematika tidak asing lagi didengar karena mata pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran matematika dalam dunia
pendidikan.
Matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis
dan kontruksi, generalisasi dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang antara lain
aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Uno dkk., 2009). Pada umumnya siswa berpikir dari
hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, maka salah satu jembatan agar siswa
mampu berpikir abstrak tentang matematika, adalah menggunakan media pendidikan atau alat
peraga (Sundaya, 25–26).
Sampai saat ini tidak sedikit siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang
sulit, tidak menyenangkan, dan menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep dan mengerjakan soal-soal
matematika terutama materi trigonometri.
Trigonometri dari bahasa Yunani yaitu tri artinya tiga, gonomon artinya sudut dan materi
yang artinya ukuran jadi. Dapat disimpulkan bahwa trigonometri merupakan sebuah cabang
matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometri seperti sinus,
cosinus, dan tangen (Afiefah, 2016 ).
Materi trigonometri yang abstrak dan sulit membuat siswa kurang memahami materi-
materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman
matematika siswa pada materi trigonometri adalah dengan menerapkan penggunaan alat
peraga sebagai penunjang dalam pembelajaran matematika. Salah satu alat peraga yang bisa
digunakan adalah kartu domino. Kartu domino yang dimaksud adalah sebuah media kartu yang
dirancang untuk pembelajaran matematika. Kartu yang berbasis domino itu berisi tentang
materi-materi trigonometri.
Kartu domino membuat siswa lebih senang belajar matematika sehingga timbul minat
untuk mengikuti pelajaran matematika semakin besar, karena kartu domino mengajak siswa
untuk belajar sambil bermain. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Arsyad,
2003).
Pemahaman konsep sangat diperlukan oleh siswa dalam belajar matematika karena jika
siswa paham konsep matematika maka siswa bisa mengerjakan soal matematika tanpa
menghafal rumus-rumus matematika yang banyak. Untuk itu penggunaan alat peraga seperti
kartu domino sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Tetapi pada kenyataannya, pengunaan alat peraga di sekolah belum maksimal, dalam arti
lain, tidak semua guru metematika menggunakan media atau alat peraga dalam mengajar. Hal
ini disebabkan belum timbul kesadaran akan pentingnya penggunaan alat peraga serta
pengaruhnya dalam kegiatan proses belajar mengajar terutama pada pengajaran trigonometri.
Berkenaan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino terhadap Pemahaman Matematika Siswa
pada Materi Trigonometri”.

KAJIAN PUSTAKA

Alat Peraga

Menurut (Asyhar, 2012) alat peraga pengajaran adalah alat atau bahan yang digunakan
oleh pebelajar untuk: (1) membantu pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan pembelajar; (2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan (3)
menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas peserta didik.
Menurut (Ali dalam Sundaya, 2014) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Sedangkan menurut (Ruseffendi, 2005)
menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat yang digunakan dalam mengajar matematika
dengan gembira, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Jadi alat peraga adalah alat atau bahan yang dapat digunakan untuk membantu
membangkitkan minat siswa, meningkatkan keterampilan, menghilangkan ketegangan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa dalam pembelajaran.

Macam-macam Alat Peraga

Menurut (Notoadmojo, 2003) berdasarkan fungsinya, yaitu untuk membantu dan


meragakan sesuatu dalam proses pendidikan dan pengajaran, alat peraga dibagi menjadi 3
macam, yaitu: (1) Alat bantu lihat (Visual Aids) Alat ini berguna di dalam membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada
2 bentuk, yaitu: (a) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, filmstrip, dan sebagainya. (b)
Alat-alat yang tidak diproyeksikan, yaitu: 2 dimensi, misalnya gambar, peta, bagan, dan
sebagainya. 3 dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya. (2) Alat bantu dengar
(Audio Aids) Alat bantu dengar (Audio Aids) yaitu alat yang dapat membantu menstimulasi
indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pengajaran, seperti piringan hitam,
radio, dan sebagainya. (3) Alat Bantu lihat-dengar (Audio Visual Aids) Alat-alat bantu lihat-
dengar pendidikan ini lebih dikenal Audio Visual Aids (AVA), misalnya televisi dan video
cassette
Menurut (Sudjana dalam Suminarsari, 2014) alat peraga dibagi menjadi dua, kedua alat
peraga itu dijelaskna sebagai berikut: (1) Alat peraga dua dan tiga dimensi yaitu alat peraga dua
dimensi yaitu alat peraga yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Yang termasuk dalam
alat peraga dua dimensi yaitu: Bagan, grafik, poster dll. Sedangkan alat peraga tiga dimensi
adalah alat peraga yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi. Yang termasuk alat
peraga tiga dimensi adalah: peta timbul, globe. (2) Alat peraga yang diproyeksikan, alat peraga
yang diproyeksikan adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak
pada layar. Alat peraga yang diproyeksikan antara lain: film, slide.

Manfaat Alat Peraga


Menurut Suherman dalam Firdaus (2011) bahwa manfaat alat peraga merupakan: (1)
Proses belajar mengajar termotivasi, sehingga minat siswa akan timbul. (2) Konsep abstrak
matematika akan lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat
yang lebih rendah. (3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di
alam sekitar akan lebih dapat dipahami. (4) Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam
bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek
penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru menjadi bertambah.
Menurut (Sudjana, 2004) manfaat lainnya yang diperoleh dari penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran adalah: (1) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata
untuk berfikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme. (2) Dengan alat peraga dapat
memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. (3) Dengan alat peraga meletakkan
dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah. (4) Memberikan
pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
(5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan keseimbangan. (6) Membantu tumbuhnya
pemikiran dan membantu kemampuan berbahasa. (7) Memberikan pengalaman yang tidak
mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. (8)
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu
berkembangnya efesiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Jadi manfaat alat peraga antara lain siswa dapat termotifasi sehingga sehingga minat dan
perhatian siswa ketika belajar akan timbul, dapat menumbuhkan kegiatan dimana siswa
berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, membantu kemampuan berbahasa siswa. Konsep
matematika yang abstrak akan lebih dapat dipahami dan dimengerti ketika menggunakan alat
peraga. Dan menghubungkan konsep abstrak matematika dengan benda-benda di sekitar.

Alat Peraga Kartu Domino


Sedangkan pengertian kartu domino adalah sebuah kartu permainan dengan 28 kartu yang
bermata (bertitik besar), tiap kartu dibagi menjadi dua bidang, tiap bidang berisi 0-6 titik
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Di Indonesia biasanya berbentuk kartu kecil berukuran
3 x 5 cm, berwarna dasar kuning terdapat endol-endol yang berfungsi atau pengganti angka.
Domino terkadang menjadi teman untuk sekedar mengisi waktu luang atau sekedar
berkumpul dengan teman dengan memainkannya suasana akan terlihat lebih akrab, domino
lebih sering dimainkan oleh para pemain dari kalangan masyarakat kelas bawah dan sangat
jarang kita temukan para elite yang memainkan permainan kartu jenis ini. Padahal, menurut
catatan sejarah, saat pertama dibuat, domino merupakan salah satu persembahan dari seorang
pelayan istana untuk sang kaisar. Pada saat itu hanya kalangan bangsawanlah yang bisa
memainkannya (id.wikipedia.org/wiki/Domino).
Alat peraga kartu domino diadopsi dari permainan domino pada umumnya.
Perbedaannya yaitu terletak pada kartu-kartunya yaitu dalam alat peraga kartu domino
berisi kata kunci materi trigonometri. Menurut (Sundaya, 2014) kartu atau domino memiliki
kegunaan diantaranya melatih ingatan dan pemahaman. Jadi kartu domino dapat melatih
ingatan dan pemahaman mengenai materi trigonometri.
Alat peraga kartu domino disini bukanlah kartu yang digunakan oleh orang untuk
berjudi, melainkan suatu alat peraga untuk pembelajaran matematika yang bentuknya
dibuat seperti kartu domino untuk menarik minat siswa dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Digunakan dalam bentuk permainan domino adalah
permainan satu set kartu domino trigonometri yang cara bermainnya diambil dan diletakkan
diatas meja atau diatas lantai.
Menurut Sukmadinata dalam Wardany dkk. (2014) menyatakan bahwa melalui bermain,
siswa belajar mengembangkan pengetahuannya mengenai sesuatu hal (learning to know),
siswa belajar untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan konteksnya (learning to do), siswa
juga dapat belajar untuk dirinya sekaligus empati terhadap orang lain (learning to live
together).
Berdasarkan yang sudah dijelaskan kartu domino itu seperti apa, akan tetapi pada alat
peraga kartu domino ini merupakan kartu permainan yang mempunyai dua bidang dan setiap
bidang berisi rumus-rumus trigonometri. Jumlah kartu domino dalam penelitian ini berjumlah
30 kartu dengan materi matematika yang sesuai dengan pembelajaran saat ini yaitu
trigonometri yang membahas jumlah dan selisih dua sudut, sudut rangkap, setengah sudut,
perkalian sinus dan kosinus, dan jumlah dan selisih sinus dan kosinus.
Pemilihan bentuk alat peraga kartu domino yang persegi panjang memiliki arti menurut
(Larasati dkk. , 2006) yaitu saling mengkaitkan, dimana seseorang tidak dapat berdiri sendiri.
Saling bekerja sama dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu pemilihan bentuk kartu
domino disesuaikan dengan kartu domino aslinya, dengan arti bentuk tersebut diharapkan pada
saat siswa melakukan permainan Kartu Domino dapat mencerminkan sikap kerjasama satu
sama lain untuk memenangkan permainan.
Menurut (Ariningsih, 2011) manfaat menggunakan kartu domino adalah mendorong siswa
untuk lebih berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, meningkatkan
kreativitas dan keberanian untuk saling berinteraksi antar siswa ataupun dengan guru,
meningkatkan daya ingat siswa serta dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika
siswa. Sedangkan menurut (Larasati dkk., 2006) media kartu domino memiliki kelebihan
untuk membuat siswa lebih aktif semangat belajarnya dengan media pembelajarannya
yang seperti permainan daripada media pembelajaran gambar diam yang masih bersifat
monoton.
Jadi Menerapkan alat peraga kartu domino pada pembelajaran matematika memiliki
kelebihan diantaranya: meningkatkan motivasi, membuat siswa lebih aktif, meningkatkan
kreativitas dan keberanian untuk saling berinteraksi antar siswa ataupun dengan guru,
meningkatkan daya ingat siswa, adanya sikap kerjasama satu sama lain dan dapat
memperbaiki proses pembelajaran matematika.

Pemahaman Matematika
Pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan,
menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa
diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-
fakta atau konsep (Arikunto, 2005).
Menurut (Hiebert dan Carpenter dalam Siswono dkk., 2014) mendefinisikan pemahaman
sebagai suatu proses membuat hubungan dan pengetahuan yang ada dan informasi baru.
Sehingga pemahaman dalam pengajuan soal diartikan sebagai kemampuan siswa dalam
mengaitkan atau menghubungkan informasi informasi baru dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya untuk membuat soal beserta penyelesaian yang benar.
Menurut (Pollya dalam Sumarmo, 2010) kemampuan pemahaman ada empat tingkat yaitu:
pemahaman mekanikal merupakan kegiatan mengingat, menerapkan rumus, dan menghitung
secara sederhana, pemahaman induktif yaitu mencoba sesuatu dalam kasus sederhana,
pemahaman rasional yaitu membuktikan kebenaran suatu rumus teorema, pemahaman intuitif
yaitu memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu).
Berbeda dengan (Pollya, Pollatsek dalam Sumarmo, 2010) menggolongkan pemahaman
dalam dua tingkat yaitu: pemahaman komputasional yaitu menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, pemahaman
fungsional yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya, dan menyadari
proses yang dikerjakannya.
Serupa dengan (Pollatsek, Skemp dalam Sumarmo, 2010) menggolongkan pemahaman
dalam dua tingkat yaitu: pemahaman instrumental merupakan hafal konsep/prinsip tanpa
kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mengerjakan perhitungan secara algoritmik, pemahaman relasional yaitu mengaitkan satu
konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman matematika merupakan suatu kegiatan
mengenal, mengingat, menerapkan rumus dalam perhitungan, mengerjakan perhitungan secara
algoritmik, membuktikan kebenaran suatu rumus, mengaitkan atau menghubungkan informasi-
informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk membuat soal beserta
penyelesaian yang benar, menyadari proses yang dikerjakannya, dan memperkirakan
kebenanran dengan pasti sebelum menganalisis lebih lanjut.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa

Pemahaman matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yang sifatnya
relatif dan situasional (Uno, 2007). Secara garis besar faktor ini dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) bagian utama yaitu : (1) Faktor guru sebagai faktor utama yang dalam keseharian
dalam proses belajar mengajar sehingga kemampuan guru mendesain proses pembelajaran
tersebut menjadi lebih bermakna menarik dan menyenangkan sangat menentukan
keberhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. (2) Faktor kemampuan siswa
yang terdiri dari; (a) keragaman tingkat intelektual siswa dalam hal ini materi diajarkan harus
siswa disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam. (b) Minat terhadap
mata pelajaran tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga
kemampuan untuk memahami serta menguasai konsep-konsep diberikan menjadi kecil. (3)
Faktor lingkungan siswa baik itu lingkungan keluarga sekolah ataupun masyarakat
sekeliliingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental spritualnya.
Adapun menurut pendapat (Slamet dalam Rosmiati, 2010) faktor-faktor yang yang
mempengaruhi pemahaman siswa diantaranya: (1) Faktor Intern; faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, yaitu: (a) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh. (b)
Faktor psikologis; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. (c)
Faktor kelelahan. (2) Faktor Ekstern; faktor yang ada di luar individu. (a) Faktor keluarga; cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, perhatian orang tua, latar belakang
kebudayaan. (b) Faktor sekolah; kurikulum, kemampuan guru dalam merancang proses
pelaksanaan pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan sisiwa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, tugas
rumah. (c) Faktor masyarakat; keadaan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat.
Jadi faktor yang mempengaruhi pemahaman matematika siswa ada dua faktor utama yakni
faktor diri sendiri seperti minat, motivasi belajar, motivasi perhatian sikap dan kebiasaan
belajar, fisik dan psikis, dan faktor yang datang dari luar atau faktor lingkungan seperti
keluarga, teman, maupun guru.

METODOLOGI
a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Jamblang yang berjumlah 1167 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Berdasarkan teknik pengambilan sampel
diperoleh kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol.
Dengan jumlah siswa masing-masing kelas adalah 40 siswa.
b. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah The Nonequivalent Posttest-Only Control Group Design
Karunia dan Ridwan dalam Khasanah (2016). Paradigma dalam desain penelitian Posttest-
Only Control Group Design diilustrasikan sebagai berikut :
X O
O

Keterangan : X = Perlakuan kelas yang diberikan variabel independen


O = Postest (variabel dependen yang diobservasikan).
Penelitian ini ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara penggunaan alat
peraga kartu domino dengan pemahaman matematika sisw
c. Alur Pengolahan Data
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen
angket dan tes. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Deskripsi Hasil Tes
Data Respon Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino
Berdasarkan hasil analisis diperoleh respon siswa terhadap penggunaan alat peraga kartu
domino memiliki nilai rata-rata 84% yang tergolong sangat kuat. Adapun rinciannya sebagai
berikut:

Rekapitulasi Hasil Angket Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino


No. Indikator Persentase
1 Bertanya ketika pembelajaran matematika 84%
2 Saling membantu antara anggota kelompok 84%
3 Meningkatkan potensi siswa dibidang matematika 85%
4 Menyampaikan pendapat tanpa ragu-ragu 80%
5 Menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain 82%
6 Komunikasi antara satu kelompok dengan kelompok lain 83%
7 Saling mendukung antar kelompok 82%
8 Siswa dapat meningkatkan daya ingat dalam pembelajaran matematika 89%
Rata-rata total persentase 84%

Jika disajikan dalam bentuk diagram lingkaran, maka akan terlihat seperti pada
Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Angket Penggunaan Alat Peraga Kartu Domino

Hasil Angket Penggunaan Alat


Peraga Kartu Domino
Indikator 1
13%

Indikator 7 Indikator 8 Indikator 2


12% 13% 13%

Indikator 6 Indikator 3
12% 13%
Indikator 5 Indikator 4
12% 12%
Berdasarkan rekapitulasi dari Gambar 4.1 dari setiap indikator respon siswa terhadap
penggunaan alat peraga kartu domino kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Jamblang menunjukan
persentase indikator 1 bertanya ketika pembelajaran matematika, indikator 2 saling
membantu antara anggota kelompok, indikator 3 meningkatkan potensi siswa dibidang
matematika, indikator 4 meningkatkan daya ingat siswa dalam pembelajaran matematika
sebesar 13%, indikator 5 menyampaikan pendapat tanpa ragu-ragu, indikator 6
menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain, indikator 7 komunikasi antara
satu kelompok dengan kelompok lain, dan indikator 8 saling mendukung antar kelompok
sebesar 12%.
Data Hasil Tes Siswa untuk Mengetahui Pemahaman Matematika Siswa pada Materi
Trigonometri
Berdasarkan rekapitulasi dari setiap indikator pemahaman matematika siswa XI IPA
5 SMA Negeri 1 Jamblang menunjukan rata-rata total persentase sebesar 91% termasuk
dalam kategori sangat kuat. Hal ini menunjukan bahwa respon siswa terhadap pemahaman
matematika siswa sangat kuat, sebagian besar siswa mampu menghitung sudut yang
ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut, menerapkan rumus sudut rangkap,
mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus, mengingat rumus perkalian sinus dan
kosinus, mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut, membuktikan
suatu rumus atau teorema, memperkirakan kebenaran dengan pasti. Adapun rinciannya
sebagai berikut:
No. Indikator Persentase
1 Menghitung sudut yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih 97%
dua sudut
2 Menerapkan rumus sudut rangkap 98%
3 Mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus 94%
4 Mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut 94%
5 Membuktikan suatu rumus atau teorema 76%
6 Memperkirakan kebenaran dengan pasti 84%
Rata-rata total persentase 91%

Jika disajkan dalam bentuk diagram lingkaran, maka akan terlihat seperti pada
Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2
Hasil Tes Pemahaman Matematika Siswa Materi Trigonometri

Hasil Tes Pemahaman


Matematika Siswa Materi
Trigonometri
Indikator 6 Indikator 1
17% 17%

Indikator 5 Indikator 2
16% 17%

Indikator 4 Indikator 3
16% 17%

Berdasarkan rekapitulasi dari Gambar 4.2 dari setiap indikator respon siswa terhadap
pemahaman matematika kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Jamblang menunjukan persentase
indikator 1 menghitung sudut yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut,
indikator 2 menerapkan rumus sudut rangkap, indikator 3 mengingat rumus perkalian sinus
dan kosinus, dan indikator 6 memperkirakan kebenaran dengan pasti sebesar 17%,
sedangkan indikator 4 mencoba mengerjakan dengan rumus jumlah dan selisih dua sudut,
dan indikator 5 membuktikan suatu rumus atau teorema sebesar 16%.
b. Analisis Data
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh signifikansi sebesar 0,697,
karena nilai signifikansi lebih besar dari 𝛼 yang ditentukan yaitu 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas diperoleh bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,084. Hal ini
menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 𝛼 yang ditentukan yaitu 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data sampel tersebut mempunyai varian yang sama atau homogen.
Uji koefisien korelasi menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan alat peraga kartu domino
terhadap pemahaman matematika siswa.
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut diperoleh 16,2 yang artinya
penggunaan alat peraga kartu domino memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pemahaman matematika siswa sebesar 16,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti.
Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh normal dan homogen maka dilakukan uji
hipotesis. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan perhitungan uji t diperoleh
thitung = 9,661 sedangkan ttabel = 2,024, ini berarti nilai ttabel < thitung maka H0 ditolak, artinya
terdapat perbedaan pemahaman matematika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
Berdasarkan pengujian tersebut, adanya perbedaan yang signifikan antara
pemahaman matematika siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan alat peraga kartu
domino terhadap pemahaman matematika siswa pada materi trigonometri.

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Berdasarkan kejian teoritis dan penelitian yang telah dilaksanakan untuk membahas
pengaruh penggunaan alat peraga kartu domino terhadap pemahaman matematika siswa
pada meteri trigonometri dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Respon siswa terhadap penggunaan alat peraga kartu domino pada materi
trigonometri menunjukan rata-rata total persentase sebesar sebesar 84%. Hal ini
menunjukkan bahwa respon siswa terhadap penggunaan alat peraga kartu domino
pada materi trigonometri sangat kuat, sebagian besar siswa telah aktif dalam
pembelajaran, saling membantu antar kelompok yang tidak paham, meningkatkan
potensi siswa dalam matematika, menyampaikan pendapat, menyelesaikan soal
sendiri tanpa bantuan orang lain, berkomunikasi antara teman dan guru, saling
mendukung, dan meningkatkan daya ingat siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Pemahaman matematika siswa pada materi trigonometri setelah menggunakan alat
peraga kartu domino menunjukkan rata-rata total persentase sebesar 91% dan
termasuk dalam kategori sangat kuat. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
siswa mampu menghitung sudut yang ditentukan dengan rumus jumlah dan selisih
dua sudut, menerapkan rumus sudut rangkap, mengingat rumus perkalian sinus dan
kosinu, mengingat rumus perkalian sinus dan kosinus, menerapkan rumus jumlah
dan selisih dua sudut, membuktikan suatu rumus atau teorema, memperkirakan
kebenaran dengan pasti.
3. Terdapat pengaruh pengguanaan alat peraga kartu domino terhadap pemahaman
matematika siswa pada materi trigonometri diperoleh bahwa t hitung > ttabel (9,661 >
2,024) dengan demikian H0 ditolak dan Ha ditterima. Dan terjadi hubungan yang
positif antara penggunaan alat peraga kartu domino dengan pemahaman matematika
siswa jika dilihat dari nilai koefisien regresi dengan persamaan Y’= 51,016 + 0,416X.
Hasil dari persamaan regresi tersebut dengan koefisien bernilai positif yaitu 0,416.
b. Saran
Setalah pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian, penulis
mengharapkan beberapa hal sebgai berikut :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya guru menggunakan alat peraga yang
cocok untuk membantu siswa dalam memahami materi matematika yang akan
disampaikan.
2. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa harus semangat dalam mengerjakan
latihan-latihan soal matematika, siswa harus berperan aktif dalam proses
pembelajaran dikelas, dan siswa harus dapat mengetahui kemampuan dirinya
sendiri sehingga memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk
mengatur belajar mereka sendiri dan meningkatkan peran serta mereka dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Selain penggunaan alat peraga kartu domino ternyata masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi pemahaman matematika siswa. Oleh karena itu perlu
dikembangkan peneliti-peneliti berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pemahaman matematika siswa, guna meningkatkan kualitas
belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Afiefah, F. (2016). Pengembahan Bahan Ajar Trigonomteri Terintegrasi Dengan Ilmu Falak.
Skripsi tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Eveluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ariningsih, Niken Rumi Astuti. 2011. Model Kartu Domino Sebagai Sarana Meningkatkan
Motivasi Belajar Matematika Trigonometri. Jurnal WING, Vol 2, No. 1.
(https://wingjogja.files.wordpress.com/2014/02/4-model-kartu-domino-sebagai-sarana-
meningkatkan-motivasi-belajar-matematika-trigonometri.pdf)
Arsyad, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asyhar, R. (2012). Kreatifitas Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referansi.
Daryanto.( 2011). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Firdaus, L.A. (2011). Penggunaan Alat Peraga Mobil Garis Bilangan Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Pada materi Bilangan. Skripsi
Dipublikasikan.(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1569/1/101462-
AHMAD%20LUTHFI%20FIRDAUS-FITK.pdf). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Khasanah, U. (2016). Pengaruh Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Disposisi
Matematika Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Cirebon : IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Larasati dkk. (2016). Pengembangan Permainan Kartu Domino Kimia Sebagai Media
Pembelajaran Pada Materi Unsur Bagi Siswa Smalb Tunarungu. Jurnal of Chemical
Education Vol. 5, No. 1. (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-
education/article/view/14456/18451)
NN.(http://id.wikipedia.org/wiki/Domino)
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purwanto, M. N. (1990). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya.
Rosmiati. (2010). Upaya Guru Dalam Memingkatkan Pemahaman Siswa Tentang Siklus
Akuntasi Di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Skripsi dipublikasikan
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21640/1/ROSMIATI-FITK.pdf)
(online). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Russefendi. (2005). Dasar – Dasar Matematika Modern Dan Komputer Untuk Guru. Bandung:
Tarsito.
Siswono dkk. (2014). Pemahaman Siswa Kelas Viii Smp Dalam Pengajuan Soal Materi Aljabar
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume
3 No 2. (http://
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/8685/11636Fitrotun%20N
isa%E2%80%99).
Sudjana. (2004). Dasar-Dasar Protes Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sumarmo, U. (2010). Berfikir Dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana
Dikembangkan Pada Peserta Didik.
(http://www.scribd.com/doc/76353753/Berfikir_dan_disposisi-matematika-Utari).
Suminarsari, I. (2014). Keefektifan Penggunaan Alat Peraga Papan Garis-Garis Sejajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Yabujah Materi Pokok Garis dan Sudut.
Skripsi tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Sundaya, R. (2014). Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:
Alfabeta.
Uno, H. (2007). Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan
Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_________. (2009). Mengelolakecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wardany dkk. (2014). Pengaruh Penerapan Permainan Domino Card Pada Materi Sistem
Ekskresi Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VIII. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Alam. (http://ejournal.unesa.ac.id/article/20147/37/article).

Anda mungkin juga menyukai