Anda di halaman 1dari 15

PERISTIWA PERANG BADAR

Bagi kaum muslimin, Ramadan tidak hanya memiliki arti bulan suci semata. Di bulan tersebut, umat Islam
diwajibkan untuk menahan diri dari rasa lapar, haus serta menahan emosi. Bulan Ramadan merupakan saat
penting di mana Al-Quran diturunkan. Tidak hanya itu, bulan Ramadan juga menjadi pengingat bahwa
pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat bagi umat Islam, yaitu perang badar. Kali ini kita akan
membahas salah satu peristiwa penting bagi kaum muslimin yang terjadi pada saat bulan Ramadan, yaitu
Perang Badar.

Di dalam Al-Quran, perang badar dijelaskan dalam beberapa ayat di Surat Ali-Imran ayat 123-126.

‫َو َلَقْد َنَص َر ُك ُم ُهّٰللا ِبَبْد ٍر َّو َاْنُتْم َاِذ َّلٌۚة َفاَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

“Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-
orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.”
‫ِاْذ َتُقْو ُل ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َاَلْن َّيْك ِفَيُك ْم َاْن ُّيِم َّد ُك ْم َر ُّبُك ْم ِبَثٰل َثِة ٰا اَل ٍف ِّم َن اْلَم ٰۤل َك ِة ُم ْنَز ِلْيَۗن‬
‫ِٕى‬
“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah
membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’”.
‫ٰۤل‬
‫َبٰٓلۙى ِاْن َتْص ِبُرْو ا َو َتَّتُقْو ا َو َيْأُتْو ُك ْم ِّم ْن َفْو ِر ِهْم ٰهَذ ا ُيْمِد ْد ُك ْم َر ُّبُك ْم ِبَخ ْمَسِة ٰا اَل ٍف ِّم َن اْلَم ِٕىَك ِة ُمَسِّوِم ْيَن‬

“Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang menyerangmu dengan seketika, niscaya
Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”

‫َوَم ا َج َع َلُه ُهّٰللا ِااَّل ُبْش ٰر ى َلُك ْم َو ِلَتْطَم ِٕىَّن ُقُلْو ُبُك ْم ِبٖۗه َوَم ا الَّنْص ُر ِااَّل ِم ْن ِع ْنِد ِهّٰللا اْلَع ِزْيِز اْلَح ِكْيِۙم‬

“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagimu agar
tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa.

Perang Badar atau disebut juga sebagai Yaumal Furqan adalah peperangan besar pertama kaum muslim.

Yaumal Furqan ini sama dengan apa yang Allah SWT firmankan dalam surat Al-Anfal ayat ke-41. Ibnu Abbas
menjelaskan bahwa disebut Yaumal Furqan karena disitulah Allah SWT tampakan perbedaan yang jelas
antara yang hak dan batil. Awal mula Perang Badar ini terjadi dari berbagai rentetan peristiwa yang terjadi
sebelumnya.

Saat Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah pada tahun 622 Masehi, dengan para sahabatnya dan
keluarganya dari kota Makkah ke kota Madinah setelah sebelumnya beliau berdakwah di Makkah selama 13
tahun. Keputusan beliau hijrah selain tentunya adalah atas perintah Allah SWT, juga karena alasan
keselamatan bagi kaum muslim dari siksaan dan ancaman kaum kafir Quraish. Setelah itu juga Rasulullah
SAW juga ingin memperkuat dakwah dan ajaran Islam dengan cara mendirikan kedaulatan Islam.

Juga dengan tujuan untuk membuat negara yang lebih baik yang mengurus umatnya dan menyerukan
dakwah ke jalan Allah SWT. Saat hijrah itu mereka semua meninggalkan harta benda dan juga keluarganya
yang gak bisa ikut. Kemudian pemimpin-pemimpin suku Quraish ini mengambil harta-harta yang
ditinggalkan kaum muslim saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Tidak hanya harta, tapi juga istri dan anak-
anaknya diambil oleh suku Quraish. kafilah adalah rombongan dagang yang jumlahnya lebih dari 3 ekor
unta yang bawa barang dagangan.
Pada akhir bulan Syaban tahun 2 Hijriah adalah pertama kalinya umat Islam diperintahkan melakukan
ibadah puasa oleh Allah SWT. Sehingga ketika bulan Ramadan saat pertama kalinya kaum muslimin mulai
melakukan ibadah puasa, ini juga tepat peristiwa perang badar terjadi. Pada bulan Ramadan tahun 2 Hijriah
ada informasi yang sampai ke Rasulullah SWT bahwa ada kafilah Quraish yang sangat besar berjumlah
seribu unta yang senilai 50 ribu dinar berasal dari negeri Syem menuju ke Makkah yang melewati pinggir
Madinah.

Biasanya kafilah-kafilah tersebut dikawal dengan 300-500 prajurit, tapi kali ini hanya dikawal dengan 40
prajurit. Karena mereka berpikir selama ini mereka tuh selalu berhasil melewati kota Madinah dengan
aman tanpa gangguan. Kafilah inilah yang membawa harta kaum muslimin yang mereka rampas di Makkah.
Kafilah ini dipimpin oleh Abu Sufyan.

Rasulullah SWT mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyerang kafilah itu, tapi jangan sebarkan ini
ke kaum muslimin sebagai sebuah peperangan, tetapi hanya untuk merebut kafilah dan mengambil kembali
hak kaum muslimin. Maka Rasulullah SWT memimpin pasukan gazwa atau pasukan yang berjumlah di atas
100 orang dan dihadiri Nabi Muhammad SWT yang diikuti oleh kaum muhajirin, yaitu penduduk Makkah
yang hijrah ke Madinah, dengan kaum ansur, yaitu penduduk asli Madinah. Hingga akhirnya terkumpul 313
orang, 314 dengan Rasulullah SWT yang terpilih terdiri dari 83 muhajirin dan 231 ansor.

Rasulullah SWT diperintahkan buat memberi pilihan untuk siapa saja yang mau ikut dan bukan merupakan
kewajiban. Salah satu sahabat yang juga menantu Rasulullah SWT yaitu Uthman bin Affan pengen banget
ikut. Tapi karena beliau mempunyai uzur, yaitu istri beliau yang merupakan anak Rasulullah SWT mengalami
sakit keras, maka Rasulullah SWT menugaskan Uthman buat menjaga anaknya, walau akhirnya meninggal
dunia.

Abu Sofyan yang mimpin kafilah Qurais pergi ke dekat sumur di badar buat mencari tahu apakah kaum
muslimin akan menyerang atau tidak.

Rasulullah SWT juga mengutus dua sahabatnya menjadi mata-mata. Kedua sahabat nabi itu sampai di suatu
sumur dekat badar, lalu melihat ada dua orang wanita yang berbicara mengenai kafilah yang akan lewat
sebentar lagi. Kedua sahabat nabi terus kembali ke Madinah untuk mengabarkan ke nabi.

Tidak lama kemudian, Abu Sofyan juga sampai ke sumur lalu bertanya ke dua wanita itu apakah ada orang
yang lewat di sekitar sini. Kedua wanita itu menceritakan ada dua orang yang datang dan tidak lama
kemudian pergi lagi. Abu Sofyan lalu ngecek tempat istirahat dua orang yang dimaksud sama wanita itu dan
dia nemuin kotoran unta.

Dia memeriksa kotoran unta ini dan nemuin beberapa biji kurma di dalamnya. Dia tahu seluruh Jazirah Arab
hanya penduduk Madinah yang memberikan makan untanya dengan kurma karena saking banyak dan
berlimpahnya kurma dari kota itu. Lalu Abu Sofyan ngirimin surat ke Mekah kepada pemilik harta
kafilahnya.

Dia mengatakan kalau kafilah mereka akan diserang oleh Rasulullah SAW dan dia meminta mereka segera
mengirim pasukan malam itu juga. Abu Sofyan mengirim Damdam bin Amr, seorang yang ahli dalam
menyebarkan berita palsu ke Mekah sambil membawa surat dari Abu Sofyan. Damdam ketika hampir
sampai Mekah, dia pun merobek-robek bajunya dan membunuh untanya.
Darah untanya dipakai untuk dilumuri ketubuhnya. Saat dia memasuki Mekah, dia berakting seperti orang
yang habis diserang dan berteriak minta tolong dan bilang kalau ada penyerangan. Saat ditanya penduduk
Mekah, dia hanya diam saja dan berjalan sampai ke tempat para tokoh-tokoh suku Quraisy.

Damdam menceritakan bahwa Rasulullah SAW dan penduduk Madinah udah nyerang kafilah dan kalau
nggak ada bantuan sesegera mungkin maka harta milik mereka akan habis. Para tokoh Quraisy dan
penduduk Mekah lalu segera mengumpulkan pasukan hampir seribu orang yang dipimpin Abu Jahal.
Mereka segera berangkat tidak lama kemudian.

Nabi Muhammad SAW yang tadinya mengumumkan ini bukanlah perang dan cuma berhasil mengumpulkan
314 orang termasuk beliau dan hanya memiliki 68 unta dan 2 kuda. Perlengkapan perangnya sederhana dan
tidak membawa banyak anak panah. Sementara Quraisy bawa 200 kuda dan 800 unta.

Quraisy juga membawa ratusan ekor unta lainnya buat bawa-bawain logistik gitu. Ketika Nabi Muhammad
SAW mengetahui bahwa pasukan kafir Quraisy menuju ke arah mereka guna menyelamatkan kafilah mereka
maka Nabi Muhammad SAW pun bermusyawarah dengan para sahabatnya. Abu Bakar berpendapat agar
apa yang sudah direncanakan supaya terus dilanjutkan.

Begitu juga halnya Umar bin Katab dan Mikdat juga berpendapat demikian. Nabi Muhammad SAW terus
bertanya pendapat ke para sahabat karena masih menunggu pendapat dan pandangan dari kaum Ansar.
Sebab pada saat perjanjian Akobah Kubroh mereka akan melindungi beliau sebagaimana mereka
melindungi anak dan istri mereka sendiri.

Perlindungan tersebut mereka berikan kepada Nabi selama beliau masih bersama mereka di Madinah dan
bukan ketika berperang di luar kota Madinah. Akhirnya Saad bin Ubadah dari kaum Ansar berdiri dan
berkata Kami beriman dan mempercayainu kami bersaksi bahwa apa yang kau laksanakan itu benar selain
itu kami telah berjanji untuk mendengar dan taat kepadamu. Teruskan apa yang kau kehendaki wahai
Rasulullah kami akan bersamamu.

Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak seandainya kau meminta kami untuk menceburkan diri ke
laut kemudian kau mencebur maka kami pun akan mencebur diri kami dan tidak seorang pun dari kami
mengingkarimu dan tidak ada yang enggan untuk berperang besok dan sungguh kami akan sabar dalam
peperangan nanti. Semoga Allah memberikan kemenangan kepadamu. Berjalanlah bersama kami dengan
berkat Allah.

Rasulullah salallahu alaihi wasalam sangat senang dengan ucapan saat tersebut. Kemudian Nabi salallahu
alaihi wasalam bersabda Berjalanlah dan berilah kabar gembira. Sesungguhnya Allah menjanjikan kepada
aku pertolongannya.

Demi Allah seolah-olah aku melihat peperangan itu. Rasulullah salallahu alaihi wasalam akhirnya keluar dari
kota Medina untuk mengejar kafilah Quraisy sampai di wilayah Badr di dekat sebuah bukit bernama Uduh
ad-Dunya sebelah utara dari Badr. Rasulullah salallahu alaihi wasalam berkemah di belakang bukit itu.

Sementara itu pasukan Quraisy berada di bukit Uduh al-Kushwa yang berada di seberauroisng Uduh al-
Dunya. Kedua pasukan gak tau satu sama lain kalau mereka tuh udah sangat dekat kkarena keadaan tuh
udah malam. Rasulullah salallahu alaihi wasalam lalu menyuruh pasukannya menutup sumur-sumur yang
ada di sekitar perkemahannya.
Hingga menyisakan sumur yang berada di perkemahannya. Sementara di sisi pasukan Mushrikin tidak ada
sumur untuk minum. Abu Sofyan memutuskan buat mengambil jalan lain ketika tau kaum muslimin udah
menyiapkan pasukan untuk menyerang kafilah yang dipimpinnya.

Dia juga gak mengetahui kalau pasukan Quraisy udah keluar dari kota Mekah dan udah sampai di wilayah
Badr. Abu Sofyan ngambil jalan gunung demi gunung demi menghindari serangan kaum muslimin hingga ia
sampai di wilayah pesisir Laut Merah. Ketiga kelompok itu gak mengetahui posisi masing-masing satu sama
lain.

Kejadian ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala di surat Al-Anfal ayat ke-42. Abu Sofyan yang
merasa posisinya udah aman terus ngirimin surat ke pasukan Quraisy untuk memberitahu kalau kafilahnya
udah aman dan pasukan Quraisy sebaiknya pulang ke Mekah. Ketika pasukan Quraisy menerima surat itu
terjadi selisih pendapat antara pemimpin sekolah Quraisy hingga akhirnya Abu Jahal memprovokasi
pasukan Quraisy.

Sebagian besar dari pasukan Quraisy enggan untuk melanjutkan berperang tapi karena paksaan Abu Jahal
mereka akhirnya tetap ikut. Pasukan muslimin lalu menangkap dua orang pasukan musyrikin yang lagi nyari
air. Saat inilah diketahui kalau kafilah Quraisy yang dipimpin Abu Sofyan udah ngubah jalurnya dan saat ini
ada pasukan musyrikin yang siap menyerang pasukan muslimin.

Malam itu dengan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala di perkemahan pasukan muslimin turun grimis jadi
bikin kaum muslimin ngerasa ngantuk dan bisa tertidur lelap. Rasa ngantuk ini dibuat oleh Allah subhanahu
wa ta'ala supaya pasukan muslim ini gak merasa takut menghadapi musuh-musuhnya.

Grimis bikin tanah perkemahannya jadi basah tapi gak becek. Saat dipadang pasir tanah yang kering tuh
sulit untuk dilalui jadi bisa bikin capek. Tanah yang basah bisa bikin perjalanan lebih mudah untuk dilalui.

Sementara itu di perkemahan pasukan musyrikin turun hujan yang lebat tanahnya jadi becek dan kotor.
Bikin pasukan itu susah buat beristirahat apalagi tidur. Tanah yang becek ini bikin langkah-langkah lebih
berat dan susah untuk dilalui.

Logistik mereka pun banyak yang rusak dan gak ada lagi persediaan air untuk diminum. Beda sama
perkemahan kaum muslimin yang ada sumur di deketnya jadi persediaan air tuh terjaga. Terjadinya perang.

Pagi harinya tepat tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah yaitu 13 Maret 624 Masehi. Kedua pasukan
bertemu di Badr. Sesuai tradisi perang di Jazirah Arab pada saat itu yaitu Mubarazah atau duel satu lawan
satu antara prajurit pilihan masing-masing pasukan.

Pertandingan pertama dari pasukan Quraish diwakili oleh Aswad bin Aswad. Melawan wakil kaum muslimin
yaitu Paman Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yaitu Hamzah bin Abu Muttalib. Duel sengit ini
dimenangkan oleh Hamzah.

Terus dari pasukan Quraish maju langsung tiga orang sekaligus yaitu Utbah, Walid anaknya Utbah dan
Syaibah saudaranya Utbah. Dari kaum muslimin keluar tiga orang kaum Ansur.

Tapi Utbah nolak ngelawan mereka karena pengen ngelawan para kaum Muhajirin penduduk Mekah yang
hijrah ke Madinah. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam terus memerintahkan sepupunya Ubaidah bin
Harith Paman Hamzah bin Abdul Muttalib. Dan juga menantunya Kelak Ali bin Talib memenuhi tantangan
kafir Quraish itu.
Akhirnya Utbah maju ngelawan Ubaidah. Hamzah ngelawan Syaibah dan Ali ngelawan Walid. Ali dengan
beberapa gerakan mampu membunuh Walid dengan mudah.

Enggak lama Hamzah juga bunuh Syaibah. Duel Utbah dan Ubaidah berlangsung agak lama dan keduanya
sempat jatuh. Utbah terkena tebasan pedang di kaki terus balas ke Ubaidah walau berhasil ditahan sama
Ubaidah.

Hamzah dan Ali terus mendekati Utbah lalu membunuhnya. Ubaidah digotong oleh mereka berdua dibawa
kembali ke dalam pasukan kaum muslimin. Tapi karena pukulan Utbah itu sempat cukup keras ya ke dada
Ubaidah.

Hal ini ternyata bikin Ubaidah akhirnya meninggal syaib. Pasukan Quraish yang dipimpin Abu Jahal itu
terpukul moral pasukannya sampai nolak dilakukan duel lagi. Yaudah mereka siap-siap buat menyerang.

Abu Jahal memerintahkan pasukannya buat tidak membunuh pasukan muslimin tapi nangkep mereka
sehingga mereka bisa dihukum. Nabi Muhammad SAW lalu memerintahkan perintah yang cukup aneh saat
itu. Beliau menyuruh semua pasukannya untuk duduk.

Seluruh tunggangan unta dan kuda ditaruh di bagian paling belakang pasukan. Pasukan Quraish
kebingungan dengan hal ini. Nabi Muhammad SAW memerintahkan buat bertahan dan membiarkan
mereka nyerang lebih dulu.

Ketika mereka mendekat maka barulah melawan. Jika mereka melepaskan anak panah maka bertahanlah
dengan perisai-perisai. Kemudian pasukan Quraish berjalan perlahan mendekati pasukan muslimin sambil
menembaki anak panah.

Sampai ketika pasukan kafir Quraish udah sangat dekat dan siap menghunduskan pedang ke pasukan
muslimin. Pasukan muslimin siap melawan balik tapi nunggu aba-aba dari Nabi Muhammad SAW. Ada dua
alasan pasukan muslimin diperintahin buat duduk.

Yaitu mengurangi rasa takut dibandingkan saat berdiri dan juga nambah keyakinan percaya diri mereka
ketika berhasil menangkis anak panah. Cuma ada satu korban dari pasukan muslimin dari serangan ini.
Rasulullah SAW terus memasuki tenda perangnya lalu berdoa kepada Allah SWT.

Sahabat beliau Abu Bakar yang ikut masuk ke tenda menyaksikan Rasulullah SAW berdoa lalu tidak lama
beliau tersenyum. Rasulullah SAW mengatakan kalau bantuan Allah SWT sudah datang. Bantuan berupa
tiga ribu malaikat yang dipimpin oleh Jibril sudah turun dari langit seperti ucap firman Allah SWT

Rasulullah SAW kemudian keluar dari tenda perangnya lalu mengambil segenggam pasir lalu
dilemparkannya ke arah pasukan musyrikin. Atas izin Allah SWT seluruh mata pasukan musyrikin terkena
pasir itu. Ini adalah aba-aba dari Nabi Muhammad SAW untuk pasukan muslimin supaya bisa nyerang
pasukan musyrikin.

Pasukan muslimin dan pasukan malaikat menyerbu pasukan musyrikin yang makin turun moralnya. Di saat
yang bersamaan muncul seorang kakak beradik dari penduduk Ansyor yaitu Muads bin Afra yang berusia 16
tahun dan Auf bin Afra yang berusia 15 tahun. Sang kakak bertanya kepada salah seorang sahabat yaitu
Abdurrahman bin Auf.
Paman yang manakah Abu Jahal? Abdurrahman bertanya balik. Memangnya kenapa kamu mencarinya?
Kata orang-orang dialah yang sering menyakiti dan menghina Nabi Muhammad SAW. Demi Allah aku akan
membunuhnya kata Muads.

Benar nanti apabila dia muncul aku akan memberitahunya balas Abdurrahman. Tidak lama kemudian sang
adik Auf muncul dan bertanya hal yang sama ke Abdurrahman. Abdurrahman pun memberikan pertanyaan
dan jawaban yang sama.

Auf pun menjawab hal yang sama. Beberapa saat kemudian sosok Abu Jahal kelihatan nih dari kejauhan.
Dia pakai baju besi dari ujung kepala sampai ujung kaki yang tidak tertutupi cuma matanya aja.

Begitupun dengan kuda tunggangannya. Abdurrahman pun ngasih tahu ke kakak beradik itu. Dan kedua
kakak beradik itu berlari seperti anak panah yang melesat kesasarannya.

Abu Jahal yang dikelilingi oleh pasukan pengawalnya kelihatannya tuh sulit banget didekatin apalagi
ditembus. Tapi dengan semangat jihad kedua kakak beradik itu bisa menembus barisan pertahanan yang
berada di sekeliling Abu Jahal dan mendekatinya. Muads berhasil membuat Abu Jahal jatuh dari kudanya
dan melukai cukup parah paha Abu Jahal.

Sang adik Auf bin Afrah mati syait pada saat kejadian ini. Putra Abu Jahal Ikrimah mati-matian melindungi
ayahnya. Ikrimah berhasil menebas bahu Muads yang membuatnya terhuyung dan terjatuh ke belakang.

Karena Abu Jahal terlalu terluka buat bergerak. Ikrimah mundur sendirian meninggalkan ayahnya didekat
semak belukat. Muads yang tangannya udah hampir putus mundur sejenak terus nginjak tangannya itu dan
menariknya hingga putus.

Terus dia mengikat tangannya untuk menghentikan pendarahan dan kembali coba membunuh Abu Jahal
lagi. Namun dia mati syahid karena serangan pengawal Abu Jahal. Abu Jahal yang udah susah bergerak
kaget banget ngeliat didepannya ada dua sosok Abdullah bin Mas'ud.

Dulu pas di Mekah Abu Jahal tuh sering menghina Abdullah. Dan di saat terakhirnya pun dia masih
menghina Abdullah dan meracau soal kemenangan kaum musyrikin. Abdullah terus duduk di dada Abu
Jahal dan membunuhnya.

Melihat pimpinannya udah mati pasukan musyrikin mulai kabur dari medan peperangan. Banyak yang lari
terbirit-birit meninggalkan senjata dan baju besinya bahkan tunggangannya. Akhir perang.

Sebanyak 70 pasukan musyrikin tewas dan 70 lainnya jadi tahanan perang. Sisanya lari kembali ke Mekah.
Sedangkan dari pasukan muslimin yang mati syahid sebanyak 14 orang.

Kaum muslimin memperoleh ganima atau harta rampasan perang. Berupa 150 ekor unta, 10 kuda, sejumlah
besar persenjataan dan alat pelindung diri, berbagai macam harta milik orang-orang yang melarikan diri,
serta beberapa barang milik orang-orang Mekah. Kaum muslimin juga menangkap sejumlah tahanan.

Salah satunya adalah paman Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yaitu Abbas bin Abdul Muttalib.
Yang sebetulnya enggan ikut berperang dan dengan sengaja tertawan. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam
kemudian nyuruh mengumpulkan mayat pasukan musyrikin ke sebuah sumur tua.
Dan beliau bersabda, maukah kalian tahu bedanya mayat yang dibunuh pasukan muslimin dengan yang
dibunuh malaikat? Para sahabat pun menjawab, iya. Ketahuilah bahwa mereka yang mati karena malaikat di
kepala dan jarinya terpenggal ada bekas luka bakar. Karena para malaikat datang membawa api neraka.

Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Hal ini ada di surat Al-Anfal ayat ke-12. Pada hari ketiga setelah
peristiwa Perang Badar, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan untuk meninggalkan tempat
itu. Yang kemudian diikuti sama para sahabat menuju Madinah dengan penuh rasa syukur dan memujinya.

Kekuatan pasukan muslimin di Madinah jadi tambah kuat. Selanjutnya kaum muslimin melakukan beberapa
kali perang melawan kafir Qurois dan kaum Yahudi. Yang berada di Madinah dan sekitarnya.

Hikmah dari Perang Badar yang Dapat Diteladani Kaum Muslim

Perang badar diriwayatkan tidak memakan waktu lama. Hanya butuh waktu sekitar dua jam bagi pasukan
muslim untuk menghancurkan pertahanan tantara kafir Quraisy. Segala kekacauan yang terjadi tersebut
dimanfaatkan untuk memenangkan perang. Setelah perang badar usai, Nabi Muhammad SAW
mengucapkan hal yang sangat penting dalam perjalanan pulang.

“Wahai kaumku. Kita baru saja kembali dari jihad kecil (perang badar) dan menuju jihad besar.”

Mendengar hal itu, para sahabat pun langsung terheran-heran. Sebab, perang badar yang sangat
menentukan nasib kaum muslim hanya dianggap oleh Nabi Muhammad SAW sebagai jihad kecil.

Para sahabat pun bertanya, “Apakah jihad yang lebih besar dari (perang badar) itu, Wahai Rasulullah?”

“Jihad melawan hawa nafsu,” jawab Nabi Muhammad SAW.

Menurut Rasulullah SAW, melawan segala hawa nafsu adalah hakikat dari jihad yang sebenarnya. Oleh
sebab itu, salah satu hikmah dari perang badar di bulan Ramadan adalah semangat berjihad melawan hawa
nafsu.

Meskipun demikian, saat terjadi perang badar terdapat rukhsah atau keringanan bagi kaum muslim untuk
tidak melakukan puasa. Hal ini disampaikan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, “Kami berperang bersama Rasulullah
SAW. Di antara kami ada yang berpuasa, namun ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela
orang yang berbuka. Sebaliknya, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” (H.R. Ibnu
Mulaqqin).
MENGENAL ASAL USUL AL-QURAN (NUZULUL QUR’AN)

Sejarah turunnya Al-Quran adalah salah satu kisah yang sangat penting di dalam agama Islam. Kitab suci
umat Islam ini ternyata melalui proses yang sangat-sangat panjang untuk bisa sampai ke tangan kita.
Dimulai dari turunnya Al-Quran dari lauh mahfuz ke langit dunia, lanjut lagi dari langit dunia turun ke Nabi
Muhammad s.wb dan terakhir yaitu proses pembukuan mushaf Al-Quran pada masa khalifah.

Al-Quran ini berisi kalam Allah atau perkataan Allah yang diturunkan kepada Nabi besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaika Jibril. Dan sebenarnya Al-Quran ini juga termasuk salah satu
mukjizatnya Nabi Muhammad SAW .

Dengan adanya Al-Quran kita dapat memiliki pedoman untuk semua aspek kehidupan baik di dunia
maupun di akhirat nanti. Al-Quran ini wa bisa sampai ke kita sekarang ternyata prosesnya juga sangat
panjang. Bahkan sebelum Malaikat Jibril menyampaikannya ke Nabi Muhammad SAW proses turunnya Al-
Quran ini telah mengalami beberapa tahapan terlebih dahulu.

Sebelum nyampe di tangannya Rasulullah. Dimana tahap yang pertama adalah penyampaian Al-Quran dari
Allah SWT ke Lauh Mahfuz.

Lauh Mahfuz ini diakini sebagai kitab yang terjaga. Kitab dimana Allah SWT mencatatkan segala sesuatu
tentang takdir setiap manusia dan semua yang akan terjadi di alam semesta ini. Lauh Mahfuz ini juga
diartikan sebagai tempat yang didalamnya tersimpan semua hal yang berkaitan dengan koda dan kodarnya
Allah atau takdirnya Allah. Para ulama meyakini wa bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran ke Lauh
Mahfuz ini dengan cara sekaligus.

Jadi langsung diturunkan semuanya mulai dari surat Al-Fatiha sampai surat An-Nas. Tidak ada yang tau pasti
mengenai kapan dan bagaimana Allah SWT menurunkan Al-Quran ke sana. Dan hal ini sepenuhnya menjadi
rahasia Allah karena Lauh Mahfuz merupakan alam yang tidak dapat dijangkau oleh manusia.

Jadi kita ini tidak wajib mengetahuinya tapi kita wajib mempercayainya gitu ya. Nah adalah itu kan singkat
cerita setelah Al-Quran ini berada di Lauh Mahfuz ini proses selanjutnya apa? Proses selanjutnya adalah Al-
Quran diturunkan ke Bayat Al-Izzah. Nah para ulama menyebutkan bahwa Bayat Al-Izzah ini adalah langit
yang paling bawah atau langit dunia.

Langit kita inilah. Dan proses ini termuat dalam 3 ayat di dalam al quran

Ayat pertama adalah surat Ad-Duhan ayat ketiga yang artinya “sesungguhnya kami menurunkannya pada
malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan”. Kedua di surat Al-Qadar ayat
satu yang artinya “sesungguhnya kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan. Surat ketiga adalah
ada di surat Al-Baqarah ayat 185. Yang artinya “beberapa hari yang ditentukan itu adalah bulan Ramadan,
Bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al-Quran”.

Proses ini terjadi pada satu malam yang sangat mulia di bulan Ramadan yaitu malam Laylatul Qadar. Seperti
yang kita tau wa malam Laylatul Qadar ini adalah malam dimana pahala ibadah kita akan dilipat gandakan
oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Dan sesuai dengan janji Allah wa siapa saja mereka yang beribadah di malam Laylatul Qadar, maka
keutamaannya setara dengan ibadah selama seribu bulan. Tapi bagaimana detail proses turunnya Al-Quran
pada malam Laylatul Qadar juga merupakan rahasia Allah subhanahu wa ta'ala. Bahkan Allah juga gak
ngasih tau nih kapan pastinya Laylatul Qadar ini terjadi ya kan.

Biar apa? Biar selama Ramadan ini kita semangat berlomba-lomba dalam ibadah. Nah tapi wa dalam hal ini
para ulama meyakini kalau turunnya Al-Quran dari laung mafus ke langit dunia ini juga terjadi secara
sekaligus. Utuh langsung dari surat pertama sampai ke surat terakhir.

Nah hal itu disebabkan karena dalam tahapan ini turun dari laung mafus ke langit dunia ini wa, tidak ada
faktor lain yang membuat Al-Quran harus turun secara bertahap. Jadi udah langsung semuanya aja gitu ya.
Nah baru nih ayat-ayat Al-Quran ini baru diturunkan secara bertahap ketika memasuki proses berikutnya.

Yaitu dari langit dunia turun ke junjungan kita Nabi Muhammad SAW dengan perantaranya Malaikat
Ibrahim. Eh Malaikat Ibrahim astagfirullahaladzim. Malaikat Jibril.

Sumpah ini menarik kali. Masuk simak baik-baik ya. Nah berbeda dengan proses turunnya Al-Quran ke
laung mafus yang dipercaya terjadi secara sekaligus, proses turunnya Al-Quran ke Nabi Muhammad SAW
terjadi sedikit demi sedikit dan juga secara bertahap.

Ayat yang turunkan juga gak urut dari surat Al-Fatiha sampe surat Anas kan wa. Melainkan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di dunia. Misal ada kejadian A maka turunlah ayat tentang kejadian A. Ada yang
bertanya tentang hukum B maka turunlah itu ayat B. Ada kesalahpahaman tentang C maka turunlah ayat
yang akan meluruskan C itu.

Intinya ayat-ayat Al-Quran ini diturunkan ke Nabi Muhammad disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi
pada saat itu. Kayak gitu wa ya. Nah dalam sejarah wa turunnya Al-Quran ini terbagi menjadi dua periode.

Yaitu periode pertama, periode sebelum Nabi Muhammad hijrah which is masih tinggal di Mekah. Dan
periode setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Nah oleh karena itu ayat-ayat Al-Quran ini juga terbagi
menjadi dua jenis.

Apa dia? Hmm inget kan? Eh ayat apa? Satu ayat Makiyah yaitu ayat yang turun di Mekah. Dan yang kedua
ayat-ayat Madaniyah. Ayat-ayat yang turun di Madinah.

Gampang ingetnya tuh Makiyah, Madaniyah gitu ya. Nah karena ayat-ayat Al-Quran ini diturunkan ke
Rasulullah sedikit demi sedikit secara bertahap-tahap nih wa. Otomatis proses turunnya Al-Quran pun juga
membutuhkan waktu yang gak bentar pasti.

Dimana jika ditotal rentang waktu dari ayat yang pertama turun sampai ayat terakhir turun. Proses ini
membutuhkan waktu selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Ya inget 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

Tanggalnya cantik, eh tanggalnya waktunya cantik wa ya. Dan ini sangat panjang dan begitu lama nih
langsung 22 tahun waktu turunnya. Dan tentunya kalian pasti masih ingat ayat pertama yang turun kepada
Rasulullah ini terjadi ketika, dimana? Ketika Rasulullah sedang berdiam diri di Gua Hira yang letaknya
berada di Jabal Nur.
Soal penerimaan wahyu pertama ini juga sudah pernah aku bahas di video khusus. Nanti kalian boleh
tonton videonya. Tapi yang jelas pada saat itu Rasulullah terhitung sudah 26 hari berada di Gua Hira.

Lalu di malam ke-27, tepatnya pada malam 17 Ramadhan, tiba-tiba Rasulullah dikejutkan dengan
kedatangan seseorang berbaju putih yang merupakan jelmaan dari Malaikat Jibril. Nah di hadapan
Rasulullah itulah seperti yang kalian tahu juga Malaikat Jibril pun menyampaikan wahyu yang pertama,
yaitu surat Al-Alak ayat 1-5 yang artinya Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Nah ini pokoknya udah ngikutin kisah Nabi aku dari
2 tahun yang lalu, pas udah tahu kali lo udah ketahunya kisahnya kan.

Mantap loh. Nah ini adalah wahyu pertama atau surat pertama dari Al-Quran yang turun ke Rasulullah. Nah
ketika Rasulullah menerima wahyu pertama itu, seketika beliau pun merasa ketakutan pastinya kan.

Beliau langsung turun dari Gua Hira dan langsung bergegas pulang ke rumahnya. Nah pada saat Rasulullah
bertemu dengan sang istri Khadijah radiallahu anha, di situ posisinya beliau masih gemetar. Rasulullah
gemetar nih.

Alhasil beliau pun diminta oleh Khadijah untuk menyelimutinya. Nah ini nih, ini yang tadi aku bilang kalau
Al-Quran ini turun ke Rasulullah secara bertahap-tahap sesuai situasi dan kondisi. Dimana pada saat
mengetahui kondisi Nabi Muhammad yang bergetar ketakutan dalam selimut itu, tidak lama kemudian
turun lagi nih wahyu yang kedua yaitu surat Al-Muddathir.

Ayat 1-2 yang berbunyi. Wahai orang yang berselimut, bangkitlah dan berilah peringatan. Tuh turun sesuai
situasinya.

Selanjutnya wah, kita masuk ke saat Rasulullah ingin mensiarkan agama Islam yang awalnya secara
sembunyi-sembunyi, lanjut ke terang-terangan nih. Waktu itu ceritanya Rasulullah naiklah ke sebuah bukit
yang ada di Mekah. Di sana beliau langsung berseru.

Wahai penduduk Mekah, jika aku mengatakan di belakang bukit ini ada pasukan yang mau menyerang kita,
apakah kalian percaya? Kata Rasulullah kan. Mendengar seruan itu tanpa ragu mereka semua nih warga-
warga Mekah langsung bilang, ya kami percaya ya Muhammad. Tentu saja waktu itu mereka sangat-sangat
percaya sama Rasulullah.

Karena Rasulullah memang dikenal sebagai orang yang sangat jujur dan tidak pernah berkata bohong. Nah
di saat Rasulullah ngomong kayak gitu mereka percaya. Rasulullah pun berseru lagi.

Kalau aku bilang ada musuh yang mau menghancurkan Mekah, apakah kalian percaya? Jawaban mereka
masih sama. Kami percaya karena kami tahu kau adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya. Dan setelah
itu barulah Rasulullah bilang, jika aku katakan bahwa aku sudah menerima wahyu dari Jibril dan aku sudah
diutus menjadi Nabi, apakah kalian percaya? Kata Rasulullah.
Nah mendengar jawaban itu, barulah itu orang-orang ini memberikan respon yang berbeda-beda. Ada yang
langsung percaya, ada juga yang nggak percaya. Nah salah satu orang yang nggak percaya ini siapa?
Pertama kali langsung menolak Islam mencingkat kalian siapa? Itulah.

Pamannya Rasulullah yaitu Abu Lahab. Nah di momen itu dengan perasaan kesal. Karena Abu Lahab
ngomong apa? Tabbalak celakalah kamu Muhammad katanya.

Nah melihat Abu Lahab yang menentang Rasulullah seketika melalui perantara Malaika Jibril langsung
turun. Turun wahyu yang berikutnya yaitu surat Abu Lahab. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa.

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan dan seterusnya. Itu turun Abu
Lahab gara-gara situasi pamannya Rasulullah Abu Lahab menolak itu. Keislaman Rasulullah.

Gitu wah jadi disesuaikan dengan situasi turunnya Al-Quran ini sedikit demi sedikit. Jadi kurang lebih
gambarannya kayak gitu wah yang ngerti kalian kan. Ada tahapan turunnya Al-Quran dari langit dunia ke
Rasulullah salallahu wasalam wah.

Dan proses ini terjadi secara bertahap sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan kata lain Al-Quran ini turun
sebagai respon. Sebagai respon atas apa yang sedang terjadi di dunia.

Oleh karena itu wah ketika kita belajar Al-Quran Hendaknya kita juga bisa mempelajari tentang Asbabun
Nuzul namanya. Atau sejarah yang melatar belakangi turunnya ayat-ayat itu. Kenapa turunnya Al-Lahab ya
gegara itu.

Kenapa turunnya Al-Mudassir ya gegara itu dan seterusnya ya. Dan proses ini wah terus tuh berlangsung
terus terus berlangsung. Hingga akhirnya setelah lebih dari 22 tahun turunlah ayat yang terakhir yaitu surat
apa? Surat Al-Ma'idah ayat 3. Ayat ini wah ceritanya turun pada saat Rasulullah sudah melaksanakan haji
wadah nih.

Haji perpisahan dengan para sahabat. Dimana pada saat itu wah ketika Rasulullah sedang berjalan dengan
menaiki untanya. Tiba-tiba datanglah ini Malekah Jibril untuk menyampaikan wahyu terakhir ini.

Pada saat itu wah Rasulullah nih sampai membungkuk di atas unta beliau tuh. Gegara apa? Gegara wahyu
yang beliau terima nih sangatlah berat wahyu terakhir nih. Bahkan saking beratnya wah ya seorang sahabat
bercerita bahwa pada saat itu.

Untanya Rasulullah nih hampir oleng. Gegara gak mampu menopang tubuhnya Rasulullah yang sedang
membungkuk tuh. Emang surat Al-Ma'idah ayat 3 tuh isinya tentang apa Nadia? Kenapa sampai seberat itu?
Nah jadi wah pada surat Al-Ma'idah ayat 3 ini berisi tentang hukum-hukum Islam.

Beberapa di antaranya yaitu larangan mengundi nasib. Dan juga larangan memakan makanan haram.
Macam bangkai, darah, dan juga babi.

Atau juga hewan yang mati tercekik. Ada lagi tuh hewan yang mati tertanduk binatang buas dan lain-lain.
Dan selain itu wah ayat ini juga bercerita tentang keputus asaan orang kafir.
Yang berusaha mengalahkan agama Islam. Karena pada saat itu Islam ini sudah meraih kemenangan wah.
Dan ayat ini turun menjadi salah satu pertanda yang menunjukkan bahwa agama Islam telah sempurna.

Sehingga setelah ini, setelah ini tidak akan ada lagi ayat yang turun. Udah habis, sudah selesai. Dan
sedihnya adalah dengan diturunkannya ayat itu atau ayat terakhir ini.

Itu juga menjadi pertanda bahwa sebentar lagi Rasulullah akan segera berpulang ke sisi Allah SWT. Kenapa
kayak gitu Nadia? Karena semua ayat sudah turun, wah Islam sudah sempurna. Berarti apa? Tugas
Rasulullah sudah selesai.

Ya kayak gitu. Nah udah selesai nih, udah terkumpul semua ayat Al-Quran ini. Terus bagaimana akhirnya
ayat Al-Quran yang terkumpul sedikit demi sedikit ini menjadi buku, menjadi kitab nih Nadia? Masuk kita.

Nah jadi wah ketika Rasulullah SAW masih hidup, Al-Quran ini belum dibukukan ke dalam bentuk mushaf
atau kitab seperti yang kita tahu sekarang. Hal ini terjadi karena apa? Seperti yang aku bilang tadi, Al-Quran
ini kan turun secara bertahap kan selama lebih dari 22 tahun ya kan. Makanya sangat-sangat wajar jika
pembukuannya baru bisa dilakukan setelah ayat Al-Quran turun semuanya.

Jadi nunggu lengkap dulu gitu. Tapi meskipun belum dibukukan, pada masa itu ayat-ayat Al-Quran ini sudah
mulai ditulis secara terpisah pada zaman Rasulullah masih hidup ya. Dan untuk menuliskan ayat-ayat suci
Al-Quran itu, Rasulullah pun menunjuk beberapa orang kepercayaan beliau seperti Zaid bin Sabin, Ali bin
Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sofyan, dan Ubay bin Kaab ya.

Jadi setiap kali Malika Jibril ini datang menyampaikan wahyu kepada Rasulullah, Rasulullah akan
membacakannya secara langsung dihadapan para sahabat tadi. Dan barulah setelah itu mereka berempat
ini mulai menulis sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Nah media yang mereka pakai untuk
menulis ayat-ayat Al-Quran ini macam-macam tuh.

Ada berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit kayu, dan juga potongan tulang binatang.
Nah selain dalam bentuk tulisan yang terpisah-pisah, yang paling utama adalah ayat-ayat Al-Quran ini
tersimpan di dalam hafalannya Rasulullah dan juga para sahabat. Karena hal ini juga sesuai dengan
kulturnya orang Arab yang memang cenderung menjaga peninggalan nenek moyang mereka yang beberapa
diantaranya berupa syair dan cerita dengan media hafalan.

Itulah kenapa orang-orang Arab ini terkenal hafalannya bagus-bagus gitu. Jadi selain ditulis, mereka juga
menghafal. Lalu barulah ketika Rasulullah SAW muafat dan kepemimpinan umat Islam beralih ke para
khalifah dimulai oleh Abu Bakar, disitulah terjadi sebuah peristiwa besar yang memang tidak mereka duga-
duga.

Dimana pada waktu itu terjadilah ini pertempuran besar antara kaum muslimin dengan kaum murtad
pengikutnya Nabi Falsu. Nabi Falsu ini namanya siapa? Musa'i Lama' bin Al-Khazab. Perang ini terjadilah
pada tahun ke-12 Hijriyah di daerah Yamama.

Nah dari peperangan itu, 70 sahabatnya Rasul penghafal Al-Quran gugur sebagai syuhada di sana. Dan hal
itulah yang membuat Umar bin Khattab khawatir dengan masa depan Al-Quran. Waktu itu beliau mikir,
kalau para sahabat penghafal Al-Quran ini meninggal dan nantinya akan habis, lalu siapa yang akan menjaga
hafalan ini, hafalan Al-Quran? Bagaimana nanti Al-Quran akan sampai ke umat Islam di generasi-generasi
selanjutnya? Panik Umar.

Nah karena hatinya terus merasa khawatir dengan hal itu, Umar bin Khattab pun akhirnya ceritalah kepada
Khalifahnya, yaitu kepada Abu Bakar. Nah dalam curhatannya itu, Umar bin Khattab pun mengusulkanlah
satu solusi. Yaitu apa? Mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dan menuliskannya menjadi satu kitab.

Ya itu usul dari Umar bin Khattab. Mendengar saran Umar bin Khattab, waktu itu Abu Bakar nggak langsung
menyetujui. Ragu waktu itu.

Kenapa? Karena untuk hal ini atau untuk hal pembukuan Al-Quran, belum pernah dilakukan di masa ketika
Rasulullah hidup. Padahal seperti yang kita tahu, semua perilaku Rasulullah adalah pedoman untuk kita
juga. Kalau misalnya Rasulullah pernah melakukannya, maka kita juga harus melakukannya.

Tapi begitu juga sebaliknya, jika Rasulullah SAW tidak melakukannya, maka sebaiknya juga kita tidak
melakukannya. Nah karena Abu Bakar ragu, Abu Bakar bilanglah ke Umar, Bagaimana aku harus
memperbuat sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah? Kata Abu Bakar. Nah melihat keraguan
dalam hati sahabatnya Abu Bakar, Umar pun menjawab, Tenanglah wahai Abu Bakar, demi Allah ini adalah
perbuatan yang sangat-sangat baik dan terpuji.

Kata Umar bin Khattab berusaha untuk meyakini Abu Bakar. Dalam waktu setelah diyakinkan oleh Umar bin
Khattab, akhirnya Abu Bakar RAW pun setuju dengan ide pembukuan ayat-ayat Al-Quran. Nah singkat cerita
wah untuk memulai proses pembukuan ini, Abu Bakar pun memanggillah seorang sahabat yaitu Zaid bin
Thabit.

Masih ingat kalian kan? Salah satu sahabat yang memang juga ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk menjadi
juru tulis Al-Quran. Nah pada saat itu kenapa Abu Bakar memilih Zaid? Karena menurut Abu Bakar Zaid lah
yang sangat-sangat mampu di bidang kiraan, hafalan, penulisan, pemahaman Al-Quran. Bahkan juga Zaid ini
hadir wah dalam pembacaan Al-Quran yang terakhir dari Rasulullah SAW.

Waktu ayat terakhir turun, Zaid dibacakan langsung oleh Rasulullah gitu. Kemudian di hadapan Zaid bin
Thabit, Abu Bakar pun menyampaikan rencana tersebut. Rencana untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran
dan menuliskannya ke dalam satu kitab yang utuh.

Nah dalam rencana yang sangat mulia ini, Zaid bin Thabit lah yang ditunjuk menjadi penanggung jawabnya
langsung. Maka dari itu Zaid bin Thabit pun juga dikenal sebagai apa? Sebagai sahabat nabi dan juga penulis
wahyu. Zaid bin Thabit lah disusun itu semuanya.

Dan setelah mendapatkan amanah dari Abu Bakar, Zaid bin Thabit pun mulai mengumpulkan ayat-ayat Al-
Quran untuk dibukukan. Di sini beliau menempuh dengan dua cara. Pertama, beliau mengumpulkan ayat-
ayat yang memang pernah ditulis oleh para sahabat yang lain di hadapan Rasulullah.

Dan yang kedua adalah Zaid bin Thabit mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan dari hafalannya para
sahabat. Ada yang ditulis, ada yang dihafal. Untuk menjaga agar ayat-ayat Al-Quran yang beliau kumpulkan
ini adalah asli dan betul, legit dan syak.
Zaid bin Thabit pun selalu menghadirkan sedikitnya, sedikitnya dua saksi. Minimal harus ada dua orang
saksi atau dua orang yang bersaksi bahwa mereka pernah melihat ayat itu pernah dicatat di hadapan
Rasulullah. Dan juga ada minimal dua orang yang bersaksi bahwa benar sahabat ini atau anggap lah si Fulan
ini pernah menghafal Al-Quran langsung bersama Rasulullah.

Jadi ada dua saksi yang nengok itu pernah dicatat. Ada juga dua orang saksi yang nengok langsung kalau
surat itu sudah dihafal oleh si Fulan atau si sahabat. Kayak gitu.

Jadi betul-betul ketat lah Wak. Supaya untuk bisa menjaga keotentikannya Al-Quran tuh. Udah lah tuh kan.

Akhirnya singkat cerita proses pembukuan yang dilakukan oleh Zaid bin Thabit pun tentunya tidak
membutuhkan waktu yang gak sebentar Wak. Prosesnya juga ternyata tidak selesai di masa khalifah Abu
Bakar. Enggak juga di masa Umar Wak.

Proses pembukuan Al-Quran tersebut berlanjut-berlanjut. Dan akhirnya baru selesai di masa khalifahnya
Usman bin Afan. Khalifah ketiga setelah Abu Bakar dan juga Umar bin Khattab.

Nah selesailah Al-Quran ini menjadi satu kitab yang kita pegang sampai sekarang. Pun juga sebenarnya ya
pada masa pemerintahan Usman bin Afan Wak ternyata mulai muncul lagi nih beberapa keberagaman
dalam pembacaan Al-Quran. Dan hal ini terjadi karena memang penghafal Al-Quran sudah semakin banyak.

Dan juga tentunya berasal dari daerah dan suku yang berbeda-beda. Makanya itulah karena daerahnya
beda-beda makanya otomatis dialeknya juga beda-beda. Nah dialek yang beragam ini juga sempat bikin
Usman bin Afan khawatir Wak.

Beliau takut nantinya keberagaman ini yang akan membuat umat Islam di generasi selanjutnya jadi malah
bingung. Akhirnya karena perasaan khawatir itu Usman bin Afan pun langsung mengambil kebijakan baru
dengan cara membuat standarisasi dalam penulisan Al-Quran. Pada masa itu Wak kebijakan inilah yang
menjadi standar yang sangat baku dan harus dipenuhi dalam proses penulisan mushaf Al-Quran.

Nah standar ini disebut sebagai cara penulisan Usmani dan dianggap sebagai cara yang paling sah. Sehingga
terus lah itu digunakan sampai sekarang. Nah kebijakan yang dilakukan oleh Usman bin Afan ini Wak yang
juga akhirnya berhasil mencegah perselisihan diantara umat Islam di masa yang akan datang.

Mengenai tata cara penulisan dan juga pembacaan Al-Quran. Dan tentunya berkat jasa Usman bin Afan
beserta para sahabat yang lain hari ini kita bisa membaca mushaf Al-Quran dengan sangat nyaman ya Wak.
Lengkap sudah selesai sebanyak 30 jus, 114 surat dan 6236 ayat.

Dan selain itu kalian tau hal menarik lainnya apa Wak? Meski pada saat diturunkan ke Rasulullah ayat-ayat
Al-Quran ini tidak urut. Tapi atas bantuan Allah s.w.t. ternyata pada saat dibukukan Al-Quran ini bisa
kembali ke urutannya yang sebenarnya yaitu di surat Al-Fatihah sampai Anas. Masya Allah aduh merinding
sebadan badan aku kayak gitu ceritanya ternyata Wak.

Aku jujur baru tau semua kelengkapan itu setelah aku nyari ini lah. Wah ternyata ada lagi masa yang turun
di lau mahfuz dulu baru nanti. Panjang ternyata ya.
Semoga bermanfaat lah video ini Wak. Mohon maaf aja kalau misalnya ada salah-salah kata ya. Oke Wak
jadi itu tadi sedikit kisah tentang sejarah turunnya Al-Quran sampai ke tangan kita sekarang.

Kisah yang sebenarnya kalau kita telah alagi nih Wak. Tentu akan sangat panjang dan banyak sekali kejadian
menarik di dalamnya. Gimana nggak Wak proses turunnya aja lebih dari 22 tahun ya kan.

Oleh karena itu tentu saja Al-Quran ini menjadi pedoman hidup untuk kita semua. Sebagaimana salah satu
sifat Al-Quran yaitu Al-Huda. Yang berarti apa? Petunjuk.

Semoga kita semua bisa senantiasa mempelajari Al-Quran. Dan juga memperoleh banyak sekali petunjuk
dari Allah SWT ya. Apalagi bulan puasa sekarang nih banyak-banyak ngaji Wak.

Jangan lupa ikhtikaf juga ya. Semoga kita sama-sama mendapatkan kemuliaan malam melaylatul qadar.
Amin ya Rabbul Alamin.

Anda mungkin juga menyukai