Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur arah barat daya dari kota Mekah dengan jarak sekitar 22
km. Sekarang tempat ini dikenal dengan nama Asyamisiy. Kemudian Hudaibiyyah dikenal sebagai
nama sebuah peperangan atau perjanjian antara kaum Muslimin dan kuffar Quraisy yang terjadi
pada tahun ke-6 hijriyah pada bulan Dzulqa’dah.[1]
Permulaan peristiwa ini adalah ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melaksanakan
umrah, meski beliau paham betul orang-orang Quraisy tidak akan membiarkan begitu saja beliau
melaksakan keinginan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan besar kemungkinan akan terjadi
kontak senjata, mengingat kuffar Quraiys adalah musuh terbesar kaum Muslimin saat itu.
Berbagai kemungkinan inilah yang mendorong Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk keluar
dengan jumlah yang lebih besar, bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta orang orang
arab yang tinggal di pedalaman untuk ikut bersama beliau akan tetapi orang orang tersebut enggan
dengan mengemukakan alasan yang mereka buat buat, sikap mereka ini di ceritakan Allâh Azza wa
Jalla dalam al-Qur’ân.
َك لَ ُك ْم مِنَ هَّللا ِ َش ْيًئ ا ِإنْ َأرَ اد ِ سَ َيقُو ُل لَكَ ْالم َُخلَّفُونَ مِنَ اَأْلعْ رَ ا
ِ ُب شَغَ لَ ْت َنا َأمْ َوالُ َنا َوَأهْ لُو َنا َفاسْ َت ْغفِرْ لَ َنا ۚ َيقُولُونَ ِبَأ ْلسِ َنت ِِه ْم مَا لَ ْيسَ فِي قُل
ُ ِوب ِه ْم ۚ قُ ْل َف َمنْ َيمْ ل
ٰ َأ
ُوبك ْم ُ ُ َ ُ
ِ ِيه ْم َب ًدا َوزيِّنَ ذلِكَ فِي قل ِ ﴾ َب ْل ظ َننت ْم نْ لنْ َين َقلِبَ الرَّ سُو ُل َوالمُْؤ ِمنونَ ِإل ٰى هْ ل١١﴿ِب ُك ْم ضَ ًّرا َأ ْو َأرَ ادَ ِب ُك ْم َن ْفعًا ۚ َب ْل َكانَ ُ ِبمَا َتعْ َملونَ َخ ِبيرً ا
َأ َ ُ ْ ْ َ َأ ُ ْ َ ُ هَّللا
َو َظ َن ْن ُت ْم ظنَّ الس َّْو ِء َو ُكن ُت ْم َق ْومًا بُورً ا
ْ َ
“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, “Harta dan
keluarga kami telah menghalangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami!” Mereka
mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allâh Azza wa Jalla jika Dia menghendaki
kemudaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allâh Azza wa Jalla
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang
Mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah
menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka
dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. [al-Fath/48:11-12]
Jumlah kaum Muslimin yang ikut dalam perjanjian Hudaibiyah sekitar seribu empat ratus orang. Ini
sesuai dengan kesaksian lima orang shahabat yang ikut langsung menyaksikan perjanjian
Hudaibiyah dan mereka sepakat dengan jumlah tersebut walaupun ada riwayat dari beberapa
shahabat yang menyebutkan jumlah kaum Muslimin lebih dari itu tapi kesepakan dari lima shahabat
tersebut tentu lebih kuat.[2] Dari riwayat Imam Bukhari terpahami bahwa kaum Muslimin membawa
serta senjata dan peralatan perang mereka dalam perjalanan ini untuk mengantisipasi penyerangan
terhadap mereka dan upaya menjaga diri.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum Muslimin tiba di Dzulhulaifah, mereka
langsung shalat dan berihram untuk melaksanakan umrah. Mereka membawa tujuh puluh ekor unta
sebagai hadyu (korban). Sementara untuk mengetahui keadaan dan kabar tentang kuffar Quraisy di
Mekah, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Busra bin Sufyân al-Khuza’i al-Ka’ nabiy
Radhiyallahu anhu sebagai mata mata.
Abu Qatâdah Radhiyallahu Anhu Berburu
Ketika kaum Muslimin sampai di daerah bernama ar-Rauha’ yang berjarak sekitar 73 km dari
Madinah, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim Abu Qatâdah al-Anshâri Radhiyallahu
anhu – yang pada waktu itu tidak ihram- dan beberapa orang shahabat. Mereka di utus karena telah
sampai kabar kepada kaum Muslimin tentang keberadaan beberapa orang musyrikin yang
berkumpul di daerah Ghaiqah yang di khawatir kan menyerang kaum Muslimin secara tiba-tiba. Saat
menjalankan misi ini, Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu melihat seekor himar liar. Beliau
Radhiyallahu anhu mengejarnya dan memburunya. Beliau Radhiyallahu anhu melakukan ini karena
beliau Radhiyallahu anhu sedang tidak melakukan ihram. Para shahabat yang menyertai beliau
Radhiyallahu anhu tidak berani membantu Abu Qatadah Radhiyallahu anhu untuk memburu himar
tersebut. Tapi ketika himar sudah tertangkap dan siap dikonsumsi, mereka ikut mengkonsumsi hasil
buruan Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu lalu mereka mengadukan hal itu kepada Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan para shahabat
untuk memakannya selama mereka tidak ikut dan tidak membantu berburu.[5]
Sumber: https://almanhaj.or.id/4084-perjanjian-hudaibiyah.html
Mengutus hudail ibnul warqo’ kepala suku dan bertanya kepada Rasulullah Saw mau apa engkau
kemari yaa Muhammad?
Makraz bin hafz utusan kedua dia tidak berbicara dan hanya melihat lihat saja dan menyampaikan
informasi yang mengambang “tidak jelas, bisa jadi umroh dan bisa jadi
Hulais bin alqama, kepala suku ahabisy dari Ethiopia, Hulais berkata jelas Muhammad ingin umroh
dan jangan ganggu mereka. Quraisy marah dan berkata kau itu orang baduy yang tidak tau apa-
apa. Hulais marah karena merasa dihina. Akankah kalian ingin menyerang orang yang berniat ingin
menyembah Allah dan memberikan hadyu. Jikalau kalian
Utusan ke-4, Urwah bin mas’ud ats-tsaqofiy, kepala suku tsaqif. Dimuliakan oleh orang thoif. Dan
yang di Makkah walid ibnu urbah. Dijelaskan dalam surat zukhruf ttg kedudukan mereka. Surat
43/31. Wa qolu laula nuzzila hazal quran. Wahai quraisy saya tidak bisa kalian perlakukan seperti 3
orang sebelumnya. Yang kalian utus tapi kalian ingkari. Apapun informasi yang aku dapatkan maka
kalian harus terima. Urwah ingin memancing emosi Rasulullah Saw. “Hi Muhammad apa kau mau
masuk ke Makkah ini dengan cara unwan (paksa)” kalau kau ingin melakukan itu sesungguhnya
kami yang ada di depan kalian itu akan menghabisi kalian dan orang-orang yang ada di belakangmu
itu adalah pengecut dan akan mninggalkanmu.
Abu bakar yang sangat dikenal lembut saja sampai terpancing marah. Kalau disana mau menantang
utu pegang jenggotnya dan ditarik. Dan saat mau ditarik itu kemudian tangan urwah dipukul. Siapa
dia? Kau tdk tau siapa dia? Dia itu keponakanmu.
Rasulullah saw mengutus al-mughiroh bin syu’bah. Urwah dan mughiroh ini paman dan keponakan.
Urwah melihat setiiap Rasul habis wudhu sahabat memperebutkan air itu. Lalu urwah pulang dan
mengatakan kpd quraisy, Muhammad ingin umroh dan jangan ganggu. Aku telah mendatangi qisroh
(persia) di istananya, kaisar di istananya, najasiy di afrika. Dan Demi Allah aku tidak pernah melihat para
pengikut sehebat itu. Apa lagi kalian kalau mau mengganggunya. Kalau rasul berkata mereka akan
bergegas melaksanakannya,
Apa saranmu hai urwah? Buatlah kesepakatan.
Tapi quraisy mengutus secara diam-diam 40 orang jawara quraisy. Culik. Rasul berkata, tangkap mereka.
Dan kemudian lepaskan sebagai tanda bahwa kita mau umroh bukan berperang. Tp mereka masih
berkemah di sana seperti mau menghadang.
Hai umar pergilah ke Makkah dan temui abu sufyan. Tidak ada diantra sahabat yang paling tegas kepada
quraisy kecuali saya. Bisa kacau nih kalau saya yang diutus. Utuslah orang yang paling dipercaya di
kalangan mereka, utsman bin affan. Karena utsman telat kembali sampai satu malam dan para sahabat
merasa khawatir.
Wahai muslimin berbaiatlah! Ini yang dikenal dngan baiaturridwan di bawah pohon samurah. Saya akan
setia bersamamu yaa Allah, ikrar untuk menyerang Makkah. Abu sunan al uzdi yang pertama baiat.
Salamah bin aqwa. Ada 3 orang yang belum, Rasul, Utsman, dan jad ibnu qois. Demi Allah tidak akan
masuk ke neraka semua yang baiat di bawah pohon ini. Kecuali yang sembunyi di belakang unta merah.
(al-fath: 18) 1-29 membahas ttg hudaibiyah.
Dan 40 orang yang td masih di sana mendengar bait tersebut dan quraisy takut. Quraisy mengutus suhail
ibnu amr untuk membuat kesepakatan.
Perjanjian Hudaibiyah
Tulisan bismillahirrahmanirrahim diganti menjadi bismikallahumma (orang quraisy ttau ttg asmaul
husna)