Anda di halaman 1dari 20

TERJEMAH KITAB TARIKH NABI MUHAMMAD SAW

Karya Syaikh Thaha Yasin

Muqaddimah Penulis

َّ ‫سلِّ ُم َعلَى َنبِ ِّي ا ْلهُدَ ى َو‬


،ِ‫الر ْح َمة‬ َ ‫ َو ُن‬.‫ضلِلْ َفلَنْ َت ِجدَ َل ُه ُم ْرشِ دًا‬
َ ‫صلِّ ْي َو ُن‬ ْ ‫ َومَنْ ُي‬،‫ِي‬ ْ ‫ مَنْ َي ْه ِد هللاُ َف ُه َو ا ْل ُم ْه َتد‬:ِ‫ اَ ْل َح ْم ُد ِهلل‬.‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫من‬ ِ ‫الر ْح‬ َّ ِ‫ِبسْ ِم هللا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ َ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِه َو‬
‫ َو َب ْع ُد‬. َ‫ص ْح ِب ِه َو ْت َباعِ ِه ْج َم ِعيْن‬ َ ،‫ب َوا ْلح ِْك َمة‬ ِ ‫ث ِبا ْل ِك َتا‬ ِ ‫ اَ ْل َم ْب ُع ْو‬:

Mengingat setiap perilaku junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, harus diteladani dan ditiru, terutama
bagi umat muslim; maka hati saya terbersit gagasan untuk menulis “Tarikh (Sejarah) Nabi Muhammad
SAW” dengan menggunakan bahasa Jawa berhuruf Arab Pegon, agar segera bisa dimengerti oleh
masyarakat awam.

Saya memohon kepada Allah SWT mudah-mudahan kitab kecil ini bisa bermanfaat terhadap diri saya
pribadi dan terhadap setiap orang yang berkenan membaca karya ini. Amin.
Syaikh Thaha Yasiin

Rendahnya Derajat Manusia Secara Umum

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT tidak hanya untuk bangsa Arab, melainkan juga kepada
seluruh manusia di dunia ini. Pada saat Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasulullah, manusia pada
zaman itu telah merusak tatanan dunia dan moralnya bejat, sehingga mereka mempunyai derajat yang
sangat rendah.

Berkenaan dengan peristiwa yang demikian ini, Allah SWT berfirman dalam Surat al-Rum [30]: 41

)41( َ‫ض الَّذِي َع ِملُوا َل َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُون‬ ِ ‫س َبتْ َأ ْيدِي ال َّن‬


َ ‫اس لِ ُيذِي َق ُه ْم َب ْع‬ َ ‫َظهَرَ ا ْل َف‬
َ ‫سا ُد فِي ا ْل َب ِّر َوا ْل َب ْح ِر ِب َما َك‬

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
Allah). (Q.S. al-Rum [30]: 41)

Rusaknya Moral Bangsa Arab

Pada masa itu, moral bangsa Arab rusak parah, sampai-sampai melenceng dari akal pikiran manusia
normal. Kebiasaan minum-minuman keras yang nyata-nyata bisa merusak akal pikiran, justru mereka
jadikan sebagai sebuah kebanggaan; para wanita bertempat tinggal di tempat-tempat pelacuran; kaum laki-
laki bebas berpoligami tanpa ada batasan; sya’ir-sya’ir yang berkaitan dengan rahasia-rahasia wanita
diperdengarkan di jalan-jalan dan di tempat-tempat keramaian.

Kaum Wanita Diperlakukan Layaknya Harta Warisan

Pada masa itu, tidak ada peraturan ataupun undang-undang yang melindungi hak-hak wanita, bahkan
mereka diperlakukan layaknya harta warisan. Misalnya: jika ada seorang wanita mempunyai anak tiri laki-
laki, kemudian suami wanita itu meninggal dunia, maka secara otomatis wanita itu diwarisi oleh anak tiri
tersebut. Baik dia sendiri yang menikahi ibu tirinya tersebut, ataupun dinikahkan dengan orang lain. Semua
itu tergantung pada si anak tiri.
Kerusakan ‘Aqidah

Sebelum datangnya agama Islam, mayoritas bangsa Arab menyembah berhala, sehingga Ka’bah dikelilingi
berhala yang banyak. Bangsa Arab saat itu banyak yang mempercayai tahayul. Oleh karena itu, Nabi
Muhammad SAW sangat berat untuk menyeru mereka beribadah kepada Allah SWT.

Nasab Nabi Muhammad SAW

Nasab Nabi SAW dari sang ayah adalah Muhammad ibn Abdillah ibn ’Abd al-Muththalib ibn Hasyim ibn
’Abdi Manaf ibn Qushai ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ai ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn
Nadhar ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ibnu Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn
’Adnan. Nasab ini sudah disepakati oleh para ahli Hadits dan sejarah.        

Nasab Nabi SAW dari sang ibu adalah Muhammad ibn Aminah binti Wahab ibn ’Abdi Manaf ibn Zuhrah
ibn Kilab. ’Abdi Manaf di sini tidak sama dengan ’Abdi Manaf pada nasab dari sang ayah. Oleh karena itu,
nasab kedua orang tua beliau sampai pada Kilab.

Nabi Muhammad SAW Lahir

Ayahanda Nabi SAW yang bernama Abdullah merupakan putra yang paling disayangi oleh ‘Abd al-
Muththalib, dibandingkan dengan putra-putranya yang lain. Ketika ‘Abdullah berusia 18 tahun, beliau
dinikahkan dengan Aminah binti Wahab. Tidak berselang lama, ‘Abdullah meninggal dunia di kota
Madinah (Yatsrib), sedangkan Nabi SAW saat itu masih berada dalam kandungan sang ibunda.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah sekitar waktu shubuh, hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul
Awwal, tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.

Adapun yang menyusui Nabi SAW adalah Halimah binti Abi Dzuaib dari Bani Sa’ad. Beliau diasuh oleh
Halimah sampai usia 4 tahun. Pada saat Nabi SAW berusia 6 tahun, beliau diajak bepergian oleh
ibundanya ke Madinah untuk menjenguk saudara-saudaranya dari Bani ‘Adi ibn al-Najjar.

Dalam perjalanan pulang dari Madinah, sang ibunda –Aminah– wafat  ketika berada di desa Abwa. Jadi,
ketika masih berusia 6 tahun, Nabi SAW sudah tidak mempunyai ayah dan ibu. Selanjutnya Nabi SAW
diasuh oleh sang kakek, Abd al-Muththalib yang sangat mencintai cucunya tersebut. Sang kakek juga
yakin kalau cucunya nanti akan mempunyai suatu kekuatan yang agung. Setelah merawat Nabi SAW
selama 2 tahun, Abd al-Muththalib akhirnya wafat. Lalu Nabi SAW diasuh oleh pamannya yang bernama
Abu Thalib. Sang paman ini benar-benar merawat Nabi SAW dengan baik, sampai-sampai melebihi
anaknya sendiri.
      
Pergi ke Syam untuk Kali Pertama

Pada saat Nabi SAW berusia 9 tahun, beliau diajak oleh Abu Thalib untuk pergi ke Syam demi tujuan
berdagang. Ketika sampai di dekat desa Bashra, keduanya bertemu dengan seorang rahib yang bernama
Bahira. Rahib itu menasihati Abu Thalib agar jangan pergi ke negara Syam, karena di sana Nabi SAW
pasti akan dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Selanjutnya Abu Thalib menuruti nasihat si rahib, sehingga
tidak jadi pergi ke Syam.

Rahib Bahira itu mengetahui bahwa Nabi SAW akan menjadi Nabi penutup berdasarkan kesamaan sifat-
sifat pada diri Nabi SAW dengan isi kitab yang telah dibaca oleh si rahib Bahira.
        
Perang Fijar

Pada saat Nabi SAW berusia 20 tahun, terjadi peperangan yang disebut Perang Fijar, yaitu peperangan
antara bangsa Quraisy dengan bangsa Qais. Pada saat perang Fijar, Nabi SAW bertindak sebagai prajurit
bangsa Quraisy. Dari sinilah Nabi SAW mulai dikenal sebagai sosok pemberani nan gagah. Pada perang
ini, tidak ada kubu yang kalah maupun yang menang, akhirnya kedua kubu resmi berdamai.

Pergi ke Syam untuk Kali Kedua

Ketika Nabi SAW berusia 25 tahun, beliau kembali bepergian ke Syam untuk berdagang atas perintah
Khadijah, salah seorang majikan wanita yang kaya raya, terhormat sekaligus berbudi pekerti yang baik.
Oleh karena itu, beliau dicintai oleh kaumnya. Nabi SAW diserahi tugas oleh Khadijah RA karena beliau
sudah terkenal sebagai orang yang sangat jujur dan bisa dipercaya (Al-Amin). Kemudian beliau berangkat
ke Syam bersama budak laki-laki milik Khadijah yang bernama Maisarah.

Tata Cara Nabi SAW dalam Berdagang

Barang dagangan Nabi Muhammad SAW cepat laku karena beliau mematok harga yang pantas,
menawarkan barang secara luwes, sopan dan tidak mau menipu. Oleh karena itu, dalam sekejap saja,
beliau sudah bisa pulang dengan membawa laba yang besar.

Keajaiban-keajaaiban Sepanjang Perjalanan Nabi

Mulai dari hari keberangkatan sampai tiba di rumah, Maisarah melihat beberapa keajaiban, antara lain:
adanya awan yang senantiasa mengikuti jejak langkah Nabi SAW; batu-batu berjatuhan dari atas gunung
karena ingin memberi hormat kepada beliau. Hal yang sama juga dilakukan oleh binatang dan tumbuhan.
Sesampainya di rumah, Maisarah bercerita kepada Khadijah RA tentang pribadi Rasulullah SAW dan
keajaiban-keajaiban yang dia saksikan dengan mata kepala sendiri sepanjang perjalanan.

Pernikahan dengan Khadijah RA

Setelah mengutus Nabi SAW untuk berdagang ke Syam, Khadijah RA memerintahkan seorang wanita
untuk melamar Nabi SAW untuk dirinya sendiri. Pada saat itu, Khadijah RA berusia 40 tahun, sedangkan
Nabi SAW berusia 25 tahun. Pada saat itu, Khadijah RA sudah mempunyai anak yang bernama Halah dari
suaminya yang telah meninggal dunia.

Setelah paman Khadijah yang bernama Umar ibn Asad bermusyawarah dengan Abu Thalib, pernikahan
antara Nabi SAW dan Khadijah RA dilangsungkan dengan dihadiri oleh sanak kerabat.

Kehidupan dan Perilaku Nabi SAW

Nabi SAW sejak kecil sudah menjadi yatim piatu dan tidak memperoleh warisan yang cukup dari sang
ayah. Kehidupan Nabi SAW memang sangat berat. Oleh karena itu, beliau bekerja keras menghidupi diri
sendiri dengan bekerja sebagai penggembala kambing atau domba.

Meskipun hidup di tengah-tengah masyarakat yang suka bermaksiat, suka bertengkar dan rusak moralnya,
namun Nabi SAW sama sekali tidak terpengaruh oleh semua itu. Beliau juga tidak pernah ikut menyembah
berhala. Beliau mempunyai sikap-sikap terpuji, tepat janji, menjaga amanah, dan sebagainya. Semua
akhlak terpuji itu dimiliki oleh Nabi SAW semenjak kecil sampai menjadi Rasul. Intinya, beliau dijaga
oleh Allah SWT dari perilaku jahiliyah.
Cerita tentang Munculnya Nabi Terakhir
Selain ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa Nabi SAW adalah Nabi terakhir, Kitab Taurat dan
Injil juga menginformasikan hal serupa.

Turunnya Wahyu Pertama

Setelah genap berusia 40 tahun, Nabi SAW diutus sebagai Rasul oleh Allah SWT untuk menyebarkan
Islam ke seluruh dunia. Sebelum menerima wahyu, terlebih dulu beliau mengalami mimpi-mimpi yang
indah. Kemudian beliau melakukan ’uzlah (menyendiri) di gua Hira untuk beribadah (tahannuts) siang-
malam.

Pada suatu saat, Nabi SAW didatangi oleh Malaikat Jibril AS yang membawa wahyu pertama berupa Surat
al-’Alaq [96]: 1-5. Setelah itu beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar. Lalu beliau
menyampaikan kejadian itu kepada sang istri, Khadijah RA. Kemudian Khadijah RA berujar: ”Engkau
tidak perlu susah, Allah SWT tidak akan berbuat jelek kepada orang yang ahli merajut tali silaturrahim,
suka menolong, suka menghormati tamu. Engkau sama sekali tidak akan mengalami hal-hal buruk, setan
tidak akan menggoda engkau. Sesungguhnya engkau memang sudah dipilih oleh Allah SWT agar
berdakwah kepada kaum Anda”. Untaian kata ini membuat hati Nabi SAW menjadi tentram.

Khadijah RA mengajak Nabi SAW kepada putra pamannya yang bernama Waraqah ibn Naufal, seorang
ahli menulis kitab dengan bahasa Ibrani. Setelah diberitahu panjang lebar, Waraqah berkata: ”Wahai
Muhammad, Yang datang kepada engkau (yaitu Malaikat Jibril) itu sama dengan makhluk yang
mendatangi Nabi Musa AS dan para nabi yang lain”. Keterangan ini semakin membuat hati beliau menjadi
tentram.

Wahyu Turun Terlambat

Setelah Nabi Muhammad SAW memperoleh wahyu pertama, beliau tidak lagi menerima wahyu dalam
kurun waktu 40 hari. Pada suatu hari, Rasululullah SAW mendengar suara dari langit. Ketika melihat ke
atas, tiba-tiba ada malaikat sudah ada di gua Hira. Seketika itu beliau lari ke rumah beliau dan meminta
Khadijah RA untuk menyelimuti beliau. Sesaat kemudian, turunlah Jibril AS dengan membawa wahyu
berupa Surat al-Muddatsir [74]: 1-7.

Berdakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Setelah memperoleh wahyu kedua, Nabi Muhammad SAW segera berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah RA (wanita), Ali ibn Abi Thalib (anak-
anak), Zaid bin Haritsah (hamba sahaya), Abu Bakar (orang dewasa), Ummu Aiman, Utsman ibn ‘Affan,
Zubair ibn ‘Awwam, Abdurrahman ibn ‘Auf, Shuhaib al-Rumi, ‘Ammar ibn Yasir al-‘Ansi, Abdullah ibn
Mas’ud, Abu Dzar al-Ghifari, ‘Ubaidah ibn Harits, Thalhah ibn ‘Ubaidillah, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Sa’id
ibn Zaid, dan lain-lain. Mereka inilah yang biasa dijuluki al-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang
pertama kali masuk Islam).

Dakwah Secara Terang-Terangan

Setelah itu turun wahyu yang memerintahkan Nabi SAW untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu
Surat al-Hijr [15]: 94

ْ ‫َفاصْ دَ عْ ِب َما ُتْؤ َم ُر َوَأ ْع ِر‬


َ‫ض َع ِن ا ْل َجا ِهلِيْن‬
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Q.S. al-Hijr [15]: 94).

Mulai saat itu, Nabi SAW berdakwah secara terang-terangan tanpa rasa takut akan bahaya yang dilakukan
oleh kaum kafir.
Pada suatu hari, Nabi SAW mengumpulkan kaum Quraisy di bukit Shafa. Di sana beliau berdakwah
kepada kaum Quraisy. Namun beliau dihina dan disakiti hatinya, terutama oleh Abu Lahab. Pada saat
itulah turun Surat al-Lahab [111]: 1-5

Nasihat pada Kaum Kerabat

Kemudian turun ayat yang menyeru Nabi SAW untuk memulai dakwahnya kepada kaum kerabat.
Akhirnya beliau mengumpulkan Bani Hasyim, Bani Mutthalib, Bani Naufal, dan Bani ‘Abdi Syams dari
keturunan ‘Abdi Manaf. Di tempat itu, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai kerabatku, demi tiada tuhan
selain Allah. Sesungguhnya aku diutus Allah SWT kepada kalian semua, dan kepada seluruh manusia.
Ingatlah!, apapun yang kalian kerjakan nanti akan dihisab. Jika berbuat kebaikan maka dibalas kebaikan,
dan jika berbuat keburukan, maka dibalas dengan keburukan pula”.

Nabi SAW juga menghina perangai buruk kaum kafir secara terang-terangan. Oleh karena itu, beliau
dihina dan dicela oleh mereka. Nabi SAW juga menyayangkan kebodohan akal mereka dan menghina
sesembahan mereka, karena mereka telah meninggalkan agama tauhid Ibrahim AS.

Mendengar penghinaan itu, kaum kafir segera mengadu ke Abu Thalib agar dia menasihati Nabi SAW
untuk berhenti menghina berhala-berhala. Jika Abu Thalib tidak mampu, maka sebaiknya dia menyerahkan
Nabi SAW kepada mereka.

Pada suatu hari, kaum kafir kembali mendatangi Abu Thalib dan memaksanya untuk memilih salah satu
dari tiga pilihan: a) Mencegah Nabi SAW; b) Menyerahkan Nabi SAW kepada mereka; c) menyatakan
perang terbuka dengan kafir Quraisy.

Setelah orang-orang kafir pergi, Abu Thalib merasa sedih, kemudian dia berusaha menasihati Nabi SAW,
namun Nabi SAW hanya menjawab: ”Aku tidak akan meninggalkan dakwah ini, meskipun tangan
kananku dibebani matahari dan tangan kiriku dibebani rembulan, sampai ajal menjemputku”. Mendengar
jawaban ini, Abu Thalib kembali mantap membela Nabi SAW.

Kaum Kafir Menyakiti Nabi SAW

Dalam menyebarkan agama Islam, Nabi SAW mengalami berbagai macam bahaya yang menyusahkan dan
menyakiti hati beliau, misalnya: dihina, dipermalukan, dilempari batu, dan dilempari kotoran ketika sedang
sujud waktu shalat. Semua itu dihadapi oleh Nabi SAW dengan lapang dada dan penuh kesabaran.

Adapun tokoh kafir Quraisy yang sangat sering menyakiti Nabi SAW adalah Abu Jahal, Abu Lahab,
’Uqbah ibn Abi Mu’aith, al-’Ash ibn Wail, Aswad ibn Abdi Yaghuts, Walid ibn Mughirah, Nadhr ibn
Harits.

Abu Jahal, Nadhr dan ’Uqbah terbunuh di tangan kaum muslimin, sedangkan Abu Lahab, ’Ash, Aswad
dan Walid ditimpa penyakit yang sangat ganas sampai mereka mati.

Islamnya Hamzah
Melihat kaum kafir semakin menjadi-jadi dalam memusuhi Nabi SAW, paman beliau yang bernama
Hamzah masuk Islam demi membela kemenakannya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, Hamzah
memperoleh julukan Asadullah (Harimau Allah).

Nabi Muhammad SAW Hendak Dijadikan Pemimpin

Ketika kaum kafir merasa semua usahanya sia-sia belaka, bahkan keimanan kaum muslimin semakin kuat,
maka mereka bermusyawarah untuk membuat perjanjian dengan Nabi SAW. Musyawarah ini
menghasilkan keputusan untuk mengutus Utbah ibn Rabi’ah demi membujuk Nabi SAW.

Utbah berkata kepada Nabi SAW: ”Hai Muhammad, jika engkau menghendaki harta dunia, kami siap
menjadikan engkau sebagai orang terkaya di sini. Jika engkau ingin memperoleh kemuliaan (kedudukan),
kami akan mengangkat engkau sebagai pemimpin kami”.

Mendengar itu Rasulullah SAW membacakan Surat Fushshilat [41]: 1-4

َ‫ض َأ ْك َث ُر ُه ْم َف ُه ْم الَ َي ْس َم ُع ْون‬


َ ‫ َبشِ ْي ًرا َّو َن ِذ ْي ًرا َفَأ ْع َر‬. َ‫صلَتْ َأ َيا ُت ُه قُ ْرَأ ًنا َع َر ِب ًّيا لِ َق ْو ٍم َي ْعلَ ُم ْون‬
ِّ ُ‫اب ف‬
ٌ ‫ ِك َت‬. ‫الر ِح ْي ِم‬ َّ َ‫حم َت ْن ِز ْيل ٌ مِّن‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬

Haa Miim.Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita
gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka
mereka tidak (mau) mendengarkan.

Setelah mendengar ayat itu, Utbah diam seribu bahasa, kemudian pergi.

Maksud kaum kafir menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin adalah agar beliau tidak menyebarkan
agama Islam, tidak mengolok-olok serta membuka rahasia orang-orang kafir.

Nabi Muhammad SAW Diperingatkan oleh Allah SWT

Pada suatu saat, Nabi Muhammad SAW memberikan nasihat kepada pembesar kaum Quraisy. Di sela-sela
dakwah, ada seorang tuna netra bernama Abdullah ibn Ummi Maktum yang berkata kepada beliau: ”Wahai
Rasulullah, mohon ajarilah saya tentang sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah kepada Anda”. Nabi
Muhammad SAW tampak tidak memperdulikan orang tuna netra itu, sehingga Allah SWT menegur beliau
melalui firman-Nya dalam Surat ’Abasa [80]: 1-2.

Setelah turunnya ayat ini, setiap kali bertemu dengan orang miskin, fakir, atau tuna netra, Rasulullah SAW
senantiasa menampakkan raut muka yang gembira dan berseri-seri.

Hijrah Pertama ke Habasyah (Ethiopia, Afrika)

Menilik pada beratnya penyiksaan yang dilakukan oleh kaum kafir terhadap kaum muslimin, dan mereka
menghalang-halangi umat muslim untuk menunaikan (ajaran) agamanya, maka Rasulullah SAW bersabda:

‫س َي ْج َم ُع ُكـ ْم‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫َت َف َّرقُ ْوا فِي اَأْل ْر‬
َ َّ‫ َفِإن‬،‫ض‬

Hendaklah kalian berpencar di muka bumi, karena sesungguhnya Allah akan mengumpulkan kalian (lagi)
Rasulullah SAW memerintahkan Shahabat RA untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Pada hijrah yang
pertama, ada 15 orang yang ikut hijrah, yaitu 10 orang laki-laki, dan 5 orang wanita. Mereka hijrah ke
Habasyah dengan mengendarai perahu atau kapal laut.

Islamnya Umar RA

Pada saat masih kafir, Umar RA sangat membenci dan sering kali menyakiti umat muslim. Namun berkat
doa Nabi SAW, Umar RA akhirnya masuk Islam. Doa yang dimaksud adalah:
‫َأللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإْل ْسـالَ َم ِب ُع َم َر‬

Ya Allah, mohon kuatkanlah agama Islam melalui Umar.

KeIslaman Umar RA membawa pengaruh yang sangat penting. Umar RA adalah orang yang meminta
Nabi SAW supaya menjalankan shalat di masjid secara terang-terangan, kemudian Nabi SAW menuruti
permintaan tersebut. Dalam Shahih Bukhari, Ibnu Mas’ud RA pernah berkata:

‫از ْل َنا َأعِ َّز ًة ُم ْن ُذ َأ ْسلَ َم ُع َم ُر‬


ِ ‫َم‬

Kami senantiasa mulia (jaya) semenjak Umar masuk Islam.

Kepulangan Shahabat RA dari Habasyah

Setelah tiga bulan berlalu, para Shahabat RA yang hijrah ke Habasyah kembali lagi ke Makkah, namun
mereka dihalang-halangi oleh kaum kafir.

Boikot Bani Abdi Manaf

Kaum kafir merasa tidak mempunyai jalan lagi untuk menghalangi Nabi SAW menyebarkan Islam. Oleh
karena itu, mereka pergi ke Abu Thalib untuk memintanya agar menyerahkan Nabi SAW untuk dibunuh.
Tentu saja Abu Thalib menolak mentah-mentah permintaan itu.

Kaum kafir bermusyawarah untuk menentukan sikap terhadap Bani Abdi Manaf. Dari situ muncul
keputusan untuk memboikot Bani Abdi Manaf, yaitu tidak berjual beli dengan Bani Abdi Manaf selagi
mereka tidak mau menyerahkan Nabi SAW ke tangan kaum kafir Quraisy.

Pernyataan boikot itu ditulis dan ditempelkan di dinding Ka’bah. Setelah boikot dijalankan, Bani Hasyim,
Bani Abi Thalib, dan Bani Mutthalib sama-sama mengungsi di satu tempat yang bernama Syi’ib (lereng).
Pemboikotan ini memaksa suku Bani Abdi Manaf makan daun-daunan, karena sudah sangat kelaparan.
Peristiwa pemboikotan ini terjadi pada tahun ke-7 kenabian.

Hijrah Kedua ke Habasyah

Setelah Nabi SAW ke Syi’ib, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk hijrah lagi ke Habasyah. Peserta
hijrah kedua ini berjumlah 80 orang laki-laki dan 17 orang wanita serta dikepalai oleh Ja’far ibn Abi
Thalib. Setelah mengetahui rencana ini, kaum kafir pun mengutus dua delegasi, yaitu ’Amr ibn Ash dan
’Ammar untuk menemui Raja Najasy (Negus; penguasa Habasyah) dengan membawa aneka ragam hadiah,
agar sang raja berkenan mengusir kaum muslimin dari negerinya. Namun justru mereka berdua yang diusir
oleh sang raja dengan tidak hormat.

Berakhirnya Pemboikotan
Pemboikotan berlangsung hampir tiga tahun. Banyak orang dari Bani Abdi Manaf yang hampir meninggal
dunia karena sangat kelaparan. Kemudian ada lima orang pembesar Quraisy yang diketuai oleh Hisyam ibn
’Amr ibn Harits. Kelima orang ini meminta supaya surat boikot itu dirusak, namun Abu Jahal menolak
rencana ini. Meskipun demikian, kelima orang ini tetap teguh untuk merusak papan boikot itu, apalagi
tulisan pada papan boikot itu memang hampir rusak, karena dimakan oleh rayap.

Utusan Najran

Pasca keluarnya Nabi SAW dari Syi’ib, ada utusan dari suku Nasrani Bani Najran. Mereka mendatangi
Nabi SAW karena mendengar kaum muslimin  banyak yang berhijrah ke Habasyah, sehingga mereka
merasa perlu untuk mencocokkan sifat-sifat Nabi SAW dengan kitab yang telah mereka baca. Jumlah
utusan tersebut sekitar 20 orang dan mereka semua masuk Islam di hadapan Nabi SAW.

Wafatnya Sayyidah Khadijah RA

Beberapa waktu setelah berakhirnya boikot, Khadijah RA wafat pada usia 50 tahun. Nabi Muhammad
SAW sangat sedih, karena beliau merasa kehilangan kekuatan yang selama ini mendukung beliau.
Sayyidah Khadijah RA sendiri meninggalkan enam orang putra-putri, yaitu: Qasim, ’Abdullah yang
dijuluki Thayyib Thahir, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fathimah. Sedangkan putra Nabi yang
bernama Ibrahim merupakan putra beliau dari Sayyidah Mariyah Qibthiyyah.

Menikah dengan Saudah RA

Belum genap satu bulan dari wafatnya Khadijah RA, Nabi SAW menikah lagi dengan Saudah binti
Zam’ah RA yang ditinggal wafat oleh suaminya. Sebelum sang suami wafat, Saudah RA dimusuhi oleh
kerabatnya yang tidak menyukai Islam. Saudah RA termasuk salah satu peserta hijrah ke Habasyah yang
kedua bersama suaminya.

Menikah dengan ’Aisyah binti Abu Bakar RA

Sebulan kemudian, Rasulullah SAW menikah dengan ’Aisyah binti Abu Bakar RA. Pada saat itu ’Aisyah
RA belum genap berusia 7 tahun. Hanya ’Aisyah RA yang masih gadis ketika dinikahi oleh Nabi   SAW,
karena istri-istri beliau yang lain berstatus janda.

Wafatnya Abu Thalib RA

Dua bulan setelah wafatnya Khadijah RA, Abu Thalib juga wafat. Nabi SAW semakin bersedih, karena
sang paman adalah orang yang senantiasa menolong dan melindungi beliau dari ancaman kaum kafir
Quraisy, terlebih lagi Abu Thalib meninggal dunia tanpa sempat mengucapkan dua kalimat syahadat.

Wafatnya Abu Thalib membuat kaum kafir semakin menyakiti Nabi SAW, mereka menaburkan debu dan
melemparkan batu kepada Nabi SAW ketika beliau pergi ke masjid. Intinya, kaum kafir merasa bebas
untuk menyakiti Nabi SAW dengan sepuas-puasnya, karena tidak ada lagi Abu Thalib yang mereka segani.

Penyiksaan yang diterima Nabi SAW ini, sempat membuat beliau hijrah ke Thaif bersama Zaid ibn
Haritsah. Namun di tempat itu, Rasulullah SAW justru dilempari dengan batu sampai kaki beliau berdarah-
darah, bahkan beliau juga diusir dari Thaif. Oleh karena itu, setelah satu bulan tinggal di Thaif, Nabi SAW
memutuskan untuk kembali ke Makkah. Beliau berhasil memasuki Makkah dengan selamat berkat bantuan
Muth’im ibn ’Adi.
Sesampainya Nabi Muhammad SAW di Makkah, beliau kedatangan ahli syair yang bernama Thufail ibn
’Amr. Dia adalah salah seorang kerabat Abu Hurairah RA. Setelah mendengar bacaan al-Qur’an, Thufail
segera menyatakan diri masuk Islam. Kemudian Rasulullah SAW memintanya untuk menyebarkan Islam
kepada kaumnya.

Isra’ Mi’raj

Isra’ adalah perjalanan Nabi SAW di malam hari dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsha.
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya Nabi SAW dari Baitul Maqdis sampai ke Sidratul Muntaha. Peristiwa
agung ini terjadi pada tahun ke-11 kenabian. Peristiwa ini terekam dalam Surat al-Isra’ [17]: 1

َّ ‫ار ْك َنا َح ْولَ ُه لِ ُن ِر َي ُه مِنْ َآ َياتِ َنا ِإ َّن ُه ه َُو‬


)1( ‫السمِي ُع ا ْل َبصِ ي ُر‬ َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي َأ ْس َرى ِب َع ْب ِد ِه لَ ْياًل مِنَ ا ْل َم ْس ِج ِد ا ْل َح َر ِام ِإلَى ا ْل َم ْس ِج ِد اَأْل ْق‬
َ ‫صى الَّذِي َب‬ ُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S.
al-Isra’ [17]: 1)

Ketika Mi’raj, Nabi SAW memperoleh perintah kewajiban shalat lima waktu. Di pagi harinya, Jibril AS
mengajari shalat lima waktu kepada beliau.

Nabi SAW juga menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj ini di hadapan kaumnya, sehingga membuat beliau
dianggap sudah gila dan dihina habis-habisan, namun beliau tetap sabar menghadapi semua itu.

Tersebarnya agama Islam

Setelah Nabi Muhammad SAW melihat kaum Quraisy sangat sulit diajak masuk Islam, bahkan mereka
senantiasa memusuhi dan menghalang-halangi dakwah beliau; akhirnya beliau mempunyai gagasan untuk
berdakwah tentang Islam di hadapan keramaian yang dihadiri oleh orang-orang dari negara atau daerah
yang beraneka ragam. Setelah berdakwah, di antara mereka ada yang menolak dengan sopan maupun
dengan kasar. Sedangkan penolakan terburuk dilakukan oleh kaumnya Musailamah al-Kadzdzab (Nabi
palsu).

Islamnya Orang-orang Madinah

Keramaian itu ternyata dihadiri oleh orang-orang dari Madinah. Ketika Nabi SAW berdakwah, mereka
memperhatikan beliau secara seksama. Di situ mereka menyadari betul adanya sifat-sifat kerasulan
sebagaimana yang diterangkan oleh kaum Yahudi di Madinah. Oleh sebab itu, mereka segera masuk Islam.
Pada saat itu, ada enam orang dari suku Khazraj yang masuk Islam. Di antara mereka ada yang bernama
As’ad ibn Zurarah. Mereka inilah yang menjadi salah satu penyebab tersebarnya Islam di Madinah
(Yatsrib).

Sebelum pergi, mereka berjanji kepada Nabi SAW bahwa mereka akan kembali lagi ke Makkah pada
tahun berikutnya.

Pada tahun selanjutnya, ada 12 orang –10 dari suku Khazraj dan 2 orang dari suku Aus– berbaiat masuk
Islam. Kemudian mereka dibaiat oleh Nabi Muhammad SAW untuk tidak boleh menyekutukan (syirik)
Allah SWT dengan apapun jua, tidak boleh mencuri, tidak boleh melakukan zina, tidak boleh membunuh
anak-anaknya sendiri, tidak berbuat onar, tidak menolak kebajikan, menyeru pada kebenaran di manapun
berada tanpa pernah takut dihina dalam menjalankan agama Allah SWT, dan beliau berjanji kepada
mereka bahwa jika mereka memenuhi isi baiat tersebut, mereka akan dimasukkan ke surga.

Pada tahun berikutnya lagi, semakin banyak orang Madinah yang pergi ke Makkah untuk menyatakan
keIslaman mereka di hadapan Nabi SAW. Jumlah mereka mencapai 70 orang laki-laki dan 2 orang wanita.
      
Nabi SAW memilih 12 orang yang dijadikan sebagai pemimpin, lalu beliau bersabda: ”Kamu semua
adalah pihak yang bertanggung-jawab atas kebaikan kaum kalian sebagaimana kaum Hawariyyin yang
menjamin keamanan Nabi Isa ibn Maryam AS”. Setelah mereka kembali ke Madinah, mereka segera
menyebarkan Islam di daerah masing-masing.

Hijrah ke Madinah

Sepulangnya orang-orang Madinah yang masuk Islam ke daerahnya masing-masing, agama Islam mulai
terdengar di Madinah. Namun orang-orang kafir Quraisy semakin menyakiti umat Islam yang tinggal di
Makkah. Oleh karena itu, Nabi SAW memerintahkan para Shahabat RA untuk hijrah ke Madinah. Para
Shahabat RA akhirnya pergi ke Madinah dengan cara menyamar, kecuali Umar RA. Ketika jumlah umat
muslim yang masih ada di Makkah tinggal sedikit, maka kaum kafir berusaha semaksimal mungkin untuk
mengahalangi sisa-sisa kaum muslimin ini agar jangan sampai pergi ke Madinah, bahkan mereka berusaha
membunuh Nabi Muhammad SAW

Dar al-Nadwah

Dar an-Nadwah merupakan salah satu gedung (aula) yang didirikan oleh Qushai ibn Kilab. Gedung ini
dijadikan sebagai tempat musyawarah perkara yang penting, yaitu perpindahan umat muslim ke Madinah.
Para pemimpin Quraisy bermusyawarah di gedung itu untuk menentukan sikap terbaik dalam menghadapi
Nabi SAW dan kaum muslimin.

Di antara usul yang masuk adalah Rasulullah SAW harus dibunuh, akan tetapi pelakunya harus berasal
dari banyak suku, agar mudah jika nanti harus menghadapi Bani Abdi Manaf yang menuntut balas atas
terbunuhnya Nabi SAW. Ide ini disepakati oleh seluruh kabilah (suku); lalu setiap kabilah mengirimkan
para pemuda terkuat mereka dan mengepung kediaman Rasulullah SAW.

Di sisi lain, Rasulullah SAW memberitahu Abu bakar RA bahwa beliau telah memperoleh perintah dari
Allah SWT untuk menyusul hijrah ke Madinah. Sebelum pergi, selimut yang biasa dipakai oleh Nabi SAW
diberikan kepada Ali ibn Abi Thalib RA untuk menyamar, sedangkan Nabi SAW pergi diam-diam sambil
membaca Surat Yasin [36]: 9

َ ‫سدًّ ا َفَأ ْغ‬


َ‫ش ْي َنا ُه ْم َف ُه ْم الَ ُي ْبصِ ُر ْون‬ َ ‫َو َج َع ْل َنا مِنْ َب ْي ِن َأ ْي ِد ْي ِه ْم‬
َ ‫شدًّ ا َّومِنْ َخ ْلفِ ِه ْم‬

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup
(mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (Q.S. Yasin [36]: 9).

Hijrahnya Nabi Muhammad SAW

Sebelum keluar dari rumah, Nabi SAW terlebih dulu sudah memberitahu Abu Bakar RA bahwa Allah
SWT sudah mengizinkan beliau untuk hijrah. Oleh karena itu, beliau membuat janji pertemuan dengan
Abu Bakar RA di Gua Tsur. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW berusia 53 tahun.
Demi melihat rencana untuk membunuh Nabi SAW hampir gagal, maka kaum kafir segera membuat
sayembara untuk mencari Nabi SAW dengan upah 100 unta. Orang-orang pun bersama-sama mencari
Nabi SAW sampai di depan mulut Gua Tsur. Akan tetapi, atas pertolongan Allah SWT, mereka tidak
mengetahui kalau Nabi SAW dan Abu Bakar RA ada di gua itu selama tiga hari tiga malam. Di gua
tersebut, Abu Bakar RA merasa sedih dan khawatir, namun Nabi Muhammad SAW menasihatinya.
Peristiwa ini tercantum dalam Surat al-Taubah [9]: 40

‫ِصاح ِِب ِه اَل َت ْح َزنْ ِإنَّ هَّللا َ َم َع َنا‬ ِ ‫ص َرهُ هَّللا ُ ِإ ْذ َأ ْخ َر َج ُه ا َّلذِينَ َك َف ُروا َثان َِي ا ْث َن ْي ِن ِإ ْذ ُه َما فِي ا ْل َغ‬
َ ‫ار ِإ ْذ َي ُقول ُ ل‬ َ ‫ص ُروهُ َف َقدْ َن‬
ُ ‫ِإاَّل َت ْن‬
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu)
ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu
berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (Q.S. al-Taubah [9]: 40).

Setelah tiga hari berlalu, Nabi SAW dan Abu Bakar RA keluar dari Gua Tsur. Di tengah perjalanan, beliau
berdua dikejar-kejar oleh Suraqah yang naik kuda. Ajaibnya, kaki kuda itu masuk dalam tanah. Kemudian
dia meminta maaf kepada Rasulullah SAW, dan beliau memaafkan kesalahan Suraqah. 

Masjid Quba

Nabi Muhammad SAW masuk di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal/20 September 622
M. Selanjutnya beliau membangun Masjid Quba dan menggunakannya sebagai tempat shalat.

Ketika sampai di Madinah, Rasulullah SAW yang menaiki unta disambut oleh masyarakat Madinah.
Mereka semua mempersilahkan Nabi SAW untuk singgah di kediaman masing-masing. Nabi SAW sendiri
mengatakan akan tinggal di rumah tempat unta beliau berhenti, dan unta itu ternyata berhenti di depan
rumah shahabat Abu Ayyub al-Anshari RA.

Persaudaraan Muhajirin-Anshar

Pekerjaan pertama yang dilakukan oleh Nabi SAW begitu sampai di Madinah adalah menjalinkan tali
persaudaraan (ukhuwwah) antara kaum Muhajirin Makkah dengan kaum Anshar Madinah. Para Shahabat
Anshar tampak antusias dengan jalinan persaudaraan ini, sehingga mereka beramai-ramai mempersilahkan
kaum Muhajirin untuk tinggal bersama mereka.

Ringkasan Kehidupan Nabi SAW di Makkah 

Nabi Muhammad SAW tinggal di Makkah sampai usia 53 tahun, atau 13 tahun masa kenabian. 

Ringkasan Kehidupan Nabi SAW di Madinah

Dalam periode Madinah, Surat-surat al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad SAW antara lain: al-
Baqarah, Ali ’Imran, al-Nisa’, al-Ma’idah, al-Anfal, al-Taubah, al-Hajj, al-Mukminun, al-Ahzab, al-Fath,
al-Hujurat, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaff, al-Jumu’ah, al-Munafiqun, al-
Taghabun, al-Thalaq, dan al-Tahrim.

Berikut ini kami ketengahkan peristiwa sirah Nabawiyah berdasarkan kronologi tahun Hijriyyah:

TAHUN 1 H
Nabi Muhammad SAW mendirikan Masjid Madinah (Masjid Nabawi) dan permulaan disyari’atkannya
adzan sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Persatuan Kaum Yahudi dan Kaum Munafik

Demi melihat umat muslim semakin bertambah, kaum Yahudi Madinah mulai memusuhi kaum muslimin
dengan bantuan kaum munafik yang dikepalai oleh Abdullah ibn Ubay. Namun permusuhan tersebut urung
terjadi. Justru muncul perjanjian (Piagam Madinah) untuk tidak saling mengganggu dalam masalah agama.

Izin Perang dari Allah SWT

Allah SWT berfirman dalam Surat al-Hajj [22]: 39-40

ٍّ ‫) الَّ ِذينَ ُأ ْخ ِر ُجوا ِمنْ ِديَا ِر ِه ْم ِب َغ ْي ِر َح‬39( ‫ص ِر ِه ْم لَقَ ِدي ٌر‬


ُ ‫ق ِإاَّل َأنْ يَقُولُوا َربُّنَا هَّللا‬ ْ َ‫ُأ ِذنَ لِلَّ ِذينَ يُقَاتَلُونَ ِبَأنَّ ُه ْم ظُلِ ُموا وَِإنَّ هَّللا َ َعلَى ن‬

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang
yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka
berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” (Q.S. al-Hajj [22]: 39-40).

Perintah memerangi kaum musrikin

Surat al-Taubah [9]: 36

ً‫ش ِر ِكيْنَ كَآفَّةً َك َما يُقَاتِلُ ْونَ ُك ْم كَافَّة‬


ْ ‫َوقَاتِلُ ْوا ا ْل ُم‬
Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya. (Q.S.
al-Taubah [9]: 36).

Surat al-Nisa’ [4]: 74

‫س ْوفَ نُْؤ تِ ْي ِه َأ ْج ًرا ع َِظ ْي ًما‬


َ َ‫سبِ ْي ِل هللاِ فَيُ ْقتَ ْل َأ ْو يَ ْغلِ ْب ف‬
َ ‫ َو َمنْ يُقَاتِ ْل فِ ْي‬،‫ش ُر ْونَ ا ْل َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا بِاَأْل ِخ َر ِة‬ َ ‫فَ ْليُقَاتِ ْل فِ ْي‬
ْ َ‫سبِ ْي ِل هللاِ الَّ ِذيْنَ ي‬
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang
di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan,
maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. (Q.S. al-Nisa‘ [4]: 74).

Surat al-Anfal [8]: 15-16

‫َال َأ ْو ُمت ََحيِّزًا ِإلَى‬


ٍ ‫ َو َمنْ يُ َولِّ ِه ْم يَ ْو َمِئ ٍذ ُدبُ َرهُ ِإالَّ ُمت ََح ِّرفًا لِقِت‬.‫يَآيُّ َها الَّ ِذيْنَ َأ َمنُ ْوا ِإ َذا لَقِ ْيتُ ُم الَّ ِذيْنَ َأ َمنُ ْوا ِإ َذا لَقِ ْيتُ ُم الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ز َْحفًا فَالَ تُ َولُّ ْونَ اَأْل ْدبَا َر‬
َ ِ‫ب ِمنَ هللاِ َو َمْأ َواهُ َج َهنَّ ُم َوب‬
ِ ‫ْئس ا ْل َم‬
‫ص ْي ُر‬ ٍ ‫ض‬ َ ‫فَِئ ٍة فَقَ ْد بَا َء بِ َغ‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang
menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi
mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri
dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari
Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (Q.S. al-Anfal [8]:
15-16).

TAHUN 2 H
Perang Wuddan, perang Buwath, perang ‘Usyairah, dan perang Badar pertama. Akan tetapi semua perang
ini gagal terjadi.

Perpindahan Kiblat

Pada saat awal-awal tinggal di Madinah, kaum muslimin shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis
(Palestina). Setelah 16 bulan berlalu, Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk shalat
mengahadap ke Masjidil Haram (Makkah).

Tahun 2 H adalah permulaan diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat fitrah serta zakat mal.

Perang Badar Kedua

Pada tanggal 17 Ramadhan 2 H, Rasulullah SAW memimpin pasukan muslim yang berjumlah 313 untuk
berperang di daerah Badar, sedangkan kaum kafir Quraisy berjumlah 1000. Dengan pertolongan Allah
SWT, kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum kafir untuk pertama kalinya. Korban dari pihak kaum
kafir Quraisy sebanyak 70 orang dan 70 orang menjadi tawanan. Keterangan tentang perang Badar ini
salah satunya tertera dalam Surat Ali Imran [3]: 123

ْ َ‫ص َر ُك ُم هَّللا ُ بِبَ ْد ٍر َوَأ ْنتُ ْم َأ ِذلَّةٌ فَاتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم ت‬


)123( َ‫ش ُكرُون‬ َ َ‫َولَقَ ْد ن‬

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-
orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Q.S. Ali ’Imran
[3]: 123)

Perang Qarqarah, Qainuqa’ dan Sawiq

Perang Qarqarah tidak sampai terjadi karena para musuh sudah meninggalkan tempat begitu Nabi SAW
sampai di tempat mereka.

Penyebab Perang Qainuqa’ adalah kaum Yahudi Madinah melanggar perjanjian dan menantang kaum
muslimin untuk berperang terbuka, bahkan mereka sangat menghina dan melecehkan Nabi SAW.
Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah SWT berfirman dalam Surat Ali ’Imran [3]: 12

‫ْئس ا ْل ِم َها ُد‬ َ ‫قُ ْل لِلَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا‬


َ ‫ستُ ْغلَبُ ْونَ َوت ُْح‬
َ ِ‫ش ُر ْونَ ِإلَى َج َهنَّ َم َوب‬

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: ”Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan
digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”. (Q.S. Ali ’Imran [3]:
12).

Kaum Yahudi Madinah dikepung oleh kaum muslimin, kemudian diusir dari Madinah. Mereka melarikan
diri ke Syam (Syiria) pada tanggal 15 Dzulhijjah 2 H.

Pada Perang Sawiq, Abu Sufyan ingin memerangi Nabi SAW dengan membawa 200 pasukan. Sebelum
peperangan terjadi, kaum kafir ini merusak tanaman. Rasulullah SAW segera menyusul kaum kafir dengan
200 pasukan, akan tetapi kaum kafir keburu kabur dan meninggalkan barang-barang mereka. Di sana kaum
muslimin memperoleh banyak barang rampasan (ghanimah) yang berupa tepung. Oleh karena itu, perang
ini disebut dengan Perang Sawiq yang berarti ”tepung”.

Shalat Dua Hari Raya


Tahun 2 H adalah permulaan disunnahkan shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sayyidina Ali ibn Abi Thalib RA menikah dengan Sayyidah Fathimah RA. Pada saat itu, Sayyidina Ali RA
berusia 21 tahun, sedangkan Sayyidah Fatimah RA berusia 15 tahun.

TAHUN 3 H

Perang Ghathafan dan Perang Bahran

Pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 3 H, Nabi Muhammad SAW pergi ke Desa Ghathafan dengan membawa
450 pasukan untuk memerangi Bani Tsa’labah dan Bani Maharib, karena mereka berencana melakukan
pemberontakan di Madinah. Ketika Rasulullah SAW tiba di Ghathafan, kedua suku ini lari dan
bersembunyi di gunung, namun pemimpin mereka yang bernama Da’tsur masuk Islam.

Pada tanggal 2 Jumadal Ula 3 H, Nabi Muhammad SAW mendengar berita bahwa Kaum Yahudi Bani
Sulaim ingin melakukan pemberontakan di Madinah, namun ketika beliau sampai di daerah Sulaim,
mereka sudah tidak berada di tempat.

Perang Uhud

Para kaum Quraisy benar-benar ingin membalas kematian para pemimpin mereka di Badar. Kaum Quraisy
mengerahkan 3000 pasukan, di samping pasukan berkuda dan peralatan perang yang lengkap.

Nabi Muhammad SAW segera bermusyawarah dengan para Shahabat terkemuka. Dalam musyawarah itu,
Nabi SAW mempunyai ide agar kaum muslimin tidak keluar dari Madinah, namun mayoritas Shahabat RA
mempunyai ide untuk keluar dari Madinah. Rasulullah SAW menghormati pendapat Shahabat RA. Oleh
karena itu, beliau segera mempersiapkan diri dengan memakai pakaian perang.

Nabi Muhammad SAW membawa 1000 pasukan. Akan tetapi, di tengah perjalanan ada 300 pasukan yang
menarik diri karena dihasud oleh Abdullah ibn Ubay, pimpinan kaum munafik.

Dalam Perang Uhud ini, pada mulanya kaum muslimin memperoleh kemenangan, akan tetapi akhirnya
mereka kalah. Ada 80 orang muslim yang gugur, termasuk Hamzah RA. Sedangkan korban di pihak
musuh cuma 23 orang. Para Shahabat RA banyak yang terluka, bahkan ada gigi Nabi SAW yang tanggal
pada saat peperangan ini.

Kekalahan dalam Perang Uhud disebabkan kaum muslimin tidak mengindahkan perintah Nabi SAW, yaitu
agar pasukan panah jangan sekali-kali meninggalkan posisi mereka. Akan tetapi, mereka tergiur dengan
harta rampasan (ghanimah) yang membuat mereka meninggalkan pos-pos mereka. Kemudian pos-pos itu
diduduki oleh Khalid ibn Walid yang menjadi awal mula kekalahan kaum muslimin.

Perang Hamra’ al-Asad

Pada pagi harinya, Nabi Muhammad SAW mengejar-ngejar kaum Quraisy. Namun mereka melarikan diri
dari kejaran tersebut.

Larangan Minum Khamr


Pada tahun 3 H, kaum muslimin dilarang keras untuk meminum khamr (arak), meskipun hanya sedikit.
Perintah ini ditunjukkan oleh firman Allah SWT dalam Surat al-Ma’idah [5]: 90

)90( َ‫اج َتنِ ُبو ُه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِحُون‬


ْ ‫ان َف‬
ِ ‫ش ْي َط‬ ٌ ‫اب َواَأْل ْزاَل ُم ِر ْج‬
َّ ‫س مِنْ َع َم ِل ال‬ ُ ‫ص‬َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ِإ َّن َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْيسِ ُر َواَأْل ْن‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Ma’idah [5]: 90).

TAHUN4 H

Perang Bani Nadhir

Kaum Yahuni Bani Nadhir sudah terikat perjanjian dengan kaum muslimin, yaitu kedua golongan tidak
akan saling menyakiti. Akan tetapi Bani Nadhir melanggar perjanjian itu dan hendak berbuat onar. Oleh
karena itu, mereka diusir dari Madinah dengan membawa seluruh harta-benda mereka selain perlengkapan
perang.

Perang Dzatu al-Riqa’

Pada bulan Rabi’ul Akhir, Nabi Muhammad SAW memperoleh kabar bahwa Bani Maharib dan Bani
Tsa’labah dari Nejd akan memerangi kaum muslimin. Namun beliau berinisiatif untuk mendatangi kedua
suku ini terlebih dulu. Mendengar berita kedatangan Nabi SAW, kedua suku inipun melarikan diri.

Tahun 4 H adalah permulaan Nabi Muhammad SAW diajari tentang shalat khauf (shalat dalam kondisi
perang sedang berkobar) dan turunnya ayat tentang Tayammum.

Perang Badar terakhir

Pada saat Perang Uhud, Abu Sufyan pernah menantang kaum muslimin untuk kembali berperang pada
tahun berikutnya di Badar. Ketika waktunya telah tiba, Nabi Muhammad SAW membawa 1500 pasukan,
akan tetapi justru Abu Sufyan tidak berani menghadapi kaum muslimin.

Pada tahun 4 H pula, Sayyidah Zainab, putri Nabi wafat. Hari kelahiran Husain RA, putra kedua Ali ibn
Abi Thalib RA. Nabi Muhammad SAW menikah dengan Hindun. Serta Nabi Muhammad SAW
memerintahkan Zaid ibn Tsabit untuk memperlajari tulisan orang Yahudi.

TAHUN 5 H

Nabi Muhammad SAW pergi ke Daumatul Jandal untuk memerangi daerah itu, karena penduduknya
bertindak sangat zhalim, yaitu merampok orang-orang atau kafilah yang berlalu di sana. Rasulullah SAW
ke sana bersama 1000 pasukan, sehingga membuat para pengacau itu melarikan diri.

Perang Bani Mushthaliq

Sayyidah Aisyah RA ikut serta dalam peperangan ini. Kaum muslim memperoleh kamenangan, mendapat
barang rampasan perang yang banyak, serta menahan beberapa orang Mushthaliq, termasuk pemimpin
mereka yang bernama Barrah binti al-Harits. Barrah ini kemudian dipersunting oleh Rasulullah SAW
untuk menjadi istri beliau, dan namanya diganti menjadi Juwairiyah.
Perang Khandaq

Pada tahun 5 H, kaum musyrikin dan Yahudi bersatu untuk memerangi kaum muslimin. Mereka berjumlah
10.000 tentara dengan dikepalai oleh Abu Sufyan. Setelah mendengar rencana peperangan ini, Nabi
Muhammad SAW segera bermusyawarah dengan para Shahabat RA. Dalam musyawarah itu dihasilkan
keputusan untuk membuat parit (khandaq) yang mengitari kota Madinah. Keputusan ini berdasarkan ide
dari Salman al-Faris RA.

Pada Perang Khandaq, kaum muslimin mengalami kesulitan yang luar biasa, karena tidak bisa memperoleh
pasokan bahan makanan. Di sini lain, Bani Quraizhah yang ada di Madinah ikut-ikutan memusuhi kaum
muslimin, begitu juga dengan kaum munafik. Sedangkan kaum musyrikin tak henti-hentinya mengepung
Kota Madinah sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Ahzab [33]: 10

)10( ‫وب ا ْل َح َنا ِج َر َو َت ُظ ُّنونَ ِباهَّلل ِ ال ُّظ ُنو َنا‬


ُ ُ‫ت ا ْلقُل‬ َ ‫ت اَأْل ْب‬
ِ ‫صا ُر َو َبلَ َغ‬ َ ‫ِإ ْذ َجا ُءو ُك ْم مِنْ َف ْوقِ ُك ْم َومِنْ َأ ْس َفلَ ِم ْن ُك ْم َوِإ ْذ َز‬
ِ ‫اغ‬

(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah
dengan bermacam-macam purbasangka. (Q.S. al-Ahzab [33]: 10).

Pengepungan ini terjadi selama 15 hari. Kemudian Allah SWT menurunkan pertolongan dengan membuat
Kota Madinah gelap gulita disertai badai angin yang sangat besar, sehingga membuat kaum musyrikin
kocar-kacir meninggalkan tempat mereka.

Perang Quraizhah

Kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Quraizhah. Perang ini disebabkan pelanggaraan Bani
Quraizhah terhadap perjanjian yang sudah disepakati (tepatnya pada saat Perang Khandaq terjadi). Oleh
karena itu, mereka diperangi oleh kaum muslimin dan mayat mereka dikuburkan di pasar Madinah.

Perubahan Hukum Anak Angkat

Pada tahun 5 H, ada perubahan hukum anak angkat, yakni anak angkat yang semula memperoleh hak
mewarisi dan diwarisi, kemudian hukum tersebut dihapus.

Pada tahun 5 H, diturunkan ayat tentang hijab pada Surat Ahzab [33]: 53

َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا اَل َتــدْ ُخلُوا ُب ُيــوتَ ال َّن ِب ِّي ِإاَّل َأنْ ُيــْؤ َذنَ لَ ُك ْم ِإلَى َط َعـ ٍام َغ ْيـ‬
‫ـر َنــاظِ ِرينَ ِإ َنـاهُ َولَكِنْ ِإ َذا دُعِ ي ُت ْم َفـادْ ُخلُوا َفـ ِإ َذا َطع ِْم ُت ْم َفا ْن َت ِشـ ُروا َواَل‬
ٍ ‫اسـَألُوهُنَّ مِنْ َو َراءِ ح َِجـ ا‬
‫ب‬ َ ‫ث ِإنَّ َذلِ ُك ْم َكانَ ُيــْؤ ذِي ال َّنبِ َّي َف َي ْسـ َت ْحيِي ِم ْن ُك ْم َوهَّللا ُ اَل َي ْسـ َت ْحيِي مِنَ ا ْل َحـ قِّ َوِإ َذا‬
ْ ‫سـَأ ْل ُت ُموهُنَّ َم َتا ًعا َف‬ ٍ ‫ُم ْس َتْأنِسِ ينَ ل َِحدِي‬
‫هَّللا‬ ‫َأ‬
)53( ‫اج ُه مِنْ َب ْع ِد ِه َبدًا ِإنَّ َذلِ ُك ْم َكانَ عِ ْندَ ِ َعظِ ي ًما‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫سولَ ِ َواَل نْ َت ْن ِك ُحوا ْز َو‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
ُ ‫وب ِهنَّ َو َما َكانَ لَ ُك ْم نْ ُتْؤ ُذوا َر‬ ِ ُ‫َذلِ ُك ْم َأ ْط َه ُر لِقُل‬
ِ ُ‫وب ُك ْم َوقُل‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu
diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu
diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang
percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk
menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu
lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak
(pula) mengawini istri- istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah
amat besar (dosanya) di sisi Allah. (Q.S. al-Ahzab [33]: 53).
Tahun 5 H merupakan awal permulaan diwajibkannya ibadah haji bagi kaum muslimin.

TAHUN 6 H

Perang Bani Lihyan

Perang ini dilatarbelakangi oleh pembunuhan terhadap ‘Ashim RA, lalu Nabi Muhammad SAW
mendatangi Bani Lihyan, tapi mereka melarikan diri.

Perjanjian Hudaibiyyah

Pada tahun ini Nabi Muhammad SAW hendak menunaikan umrah bersama para Shahabat RA yang
berjumlah 1.500 orang. Mereka tidak membawa perlengkapan apapun selain perlengkapan untuk
perjalanan semata. Akan tetapi kaum muslimin dihalangi oleh kafir Quraisy.

Setibanya di daerah Hudaibiyyah, kaum muslimin melakukan perjanjian genjatan senjata dengan kafir
Quraisy selama 4 tahun. Nabi Muhammad SAW mengutus Utsman ibn ‘Affan RA dan beberapa Shahabat
RA agar pergi ke Makkah untuk menyampaikan surat perdamaian. Akan tetapi Utsman RA ditahan,
bahkan menurut kabar yang tersiar, Utsman RA telah dibunuh oleh kafir Quraisy. Mendengar kabar ini,
Nabi Muhammad SAW bergegas mengumpulkan kaum muslimin dan membaiat mereka untuk membela
Utsman RA sampai titik darah penghabisan.

Peristiwa baiat ini dilakukan di bawah pohon, dan setelah selesai, turunlah Surat al-Fath [48]:10

َ ‫ث َعلَى َن ْفسِ ِه َومَنْ َأ ْو َفى ِب َما َعاهَدَ َعلَ ْي ُه هَّللا َ َف‬


‫س ُيْؤ تِي ِه َأ ْج ًرا َعظِ ي ًما‬ ُ ‫ايعُونَ هَّللا َ َي ُد هَّللا ِ َف ْوقَ َأ ْيدِي ِه ْم َفمَنْ َن َك َث َفِإ َّن َما َي ْن ُك‬ ِ ‫ِإنَّ الَّذِينَ ُي َب‬
ِ ‫اي ُعو َن َك ِإ َّن َما ُي َب‬
)10(

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada
Allah. ”Tangan” Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat
ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah
maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Q.S. al-Fath [48]: 10)

Kaum kafir Quraisy mendengar terjadinya baiat ini. Oleh sebab itu, mereka cepat-cepat melepaskan
Utsman RA dan Shahabat RA yang lain.

Seruan pada Raja-raja

Pada tahun 6 H, Nabi Muhammad SAW mengirim surat resmi kepada raja-raja agar masuk agama Islam,
mereka antara lain: Kaisar Romawi, Raja Bashra, Damaskus, Mesir, Habasyah, Persia, Bahrain, Oman dan
Yamamah. Raja yang menerima seruan Nabi SAW adalah raja Oman dan Yamamah

TAHUN 7 H

Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada tahun 7 H: a) kaum muslimin memperoleh kemenangan
gemilang pada Perang Khaibar dan berhasil menduduki benteng musuh; b) Kaum muslimin yang hijrah ke
Habasyah kembali ke Madinah; c) Takluknya Kabilah Fidak; sedangkan Kabilah Taima’ berkenan
membayar pajak perlindungan kepada Rasulullah SAW; d) Pada bulan Dzulqa’dah, Nabi Muhammad
SAW dan para Shahabat RA yang mengikuti Perjanjian Hudaibiyyah, melakukan ibadah umrah sebagai
ganti dari umrah yang sebelumnya dihalangi oleh kaum kafir. Kemudian Nabi SAW dan para Shahabat RA
tinggal di Makkah selama tiga hari; e) Terjadi perang Wadi al-Qura.
TAHUN 8 H

Pada tahun 8 H ini, terjadi Perang Mu’tah. Pasukan muslim berjumlah 3.000, sedangkan tentara musuh
berjumlah sekitar 150.000. Pada mulanya kaum muslimin hampir mengalami kekalahan, akan tetapi
kemudian berhasil memenangkan peperangan ini.

Pada tahun 8 H ini  terjadi Fathul Makkah (Pembebasan Kota Makka). Nabi Muhammad SAW masuk
Masjidil Haram dan merobohkan berhala yang ada di sekitar Ka’bah sambil membaca Surat al-Isra’ [17]:
81

‫اء ا ْل َحقُّ َو َزهَقَ ا ْل َباطِ ل ُ ِإنَّ ا ْل َباطِ لَ َكانَ َزهُو ًقا‬


َ ‫َوقُلْ َج‬

Dan katakanlah: ”Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu
adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q.S. al-Isra’ [17]: 81).

Pada tahun 8 H juga, kaum muslimin memperoleh kemenangan pada Perang Hunain; sedangkan Perang
Thaif batal terjadi, sehingga Rasulullah SAW kembali ke Madinah.

TAHUN 9 H

Di antara peristiwa penting pada tahun 9 H adalah: a) Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali ibn Abi
Thalib RA bersama 150 Shahabat untuk menghancurkan berhala milik Suku Thayyi’; b) Perang Tabuk.
Nabi Muhammad SAW membawa 3.000 pasukan, akan tetapi perang ini urung terjadi; c) Orang-orang
Tsaqif dan Thaif berduyun-duyun masuk Islam; d) Pada bulan Dzulqa’dah, Abu Bakar RA diperintahkan
oleh Rasulullah SAW untuk memimpin orang-orang yang beribadah haji; e) Pemimpin kaum munafik,
Abdullah bin Ubay meninggal dunia; f) Putri Nabi, Ummi Kultsum RA wafat.

TAHUN 10 H

Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad SAW mengutus Mu’adz ibn Jabbal dan Abu Musa al-Asy’ari RA
untuk menyebarkan agama Islam di Yaman.

Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad SAW menjalani Haji Wada’ (Perpisahan). Pada tanggal 8 Dzulhijjah
10 H, beliau pergi ke Mina dan tanggal 9 Dzulhijjah 10 H pergi ke ‘Arafah. Beliau menyampaikan khutbah
Wada’ di ‘Arafah, setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah SWT dengan berhenti pada setiap
anak kalimat beliau bersabda:

”Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini,
dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian.

"Wahai para manusia, bahwasanya darah dan harta-benda kamu semua adalah suci buat kamu, seperti
hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti
kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala
perbuatanmu. Sungguh, aku sudah menyampaikan ini!

”Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya. Bahwa
semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu
berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa
tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba 'Abbas ibn ’Abd al-Muththalib semua sudah tidak berlaku.
”Bahwa semua tuntutan darah selama masa Jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah
pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’ah bin al-Harits ibn ’Abd al-Muththalib!

”Kemudian daripada itu saudara-saudara. Hari ini nafsu setan yang minta disembah di negeri ini sudah
putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walau pun dalam hal yang kamu anggap
kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu,
peliharalah agamamu ini baik-baik.

”Saudara-saudara. Menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran.


Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada tahun lain mereka
sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan
apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah dihalalkan.

”Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan
ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab
itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban.

Kemudian daripada itu, saudara-saudara. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga
istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu-atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang
yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke atas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas
membawa perbuatan keji. Kalau sampai mereka melakukan semua itu Tuhan mengizinkan kamu berpisah
tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan suatu pukulan yang tidak sampai
menyakiti. Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan
pakaian kepada mereka dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri kamu, mereka itu kawan-
kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka
sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Tuhan.

”Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah
jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya -
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

”Wahai Manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa
setiap muslim adalah saudara buat muslim yang lain, dan kaum muslimin semua bersaudara. Tetapi
seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati
diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.

”Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?”

Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi’ah mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada
orang banyak agar menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai
mereka misalnya: Rasulullah bertanya ”hari apakah ini?” Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi
bertanya lagi: ”Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari
ini yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan.”  Setelah sampai pada penutup kata-
katanya itu, beliau bersabda lagi:   “Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?”. Maka serentak dari segenap
penjuru orang menjawab: "Ya!"
       Lalu beliau bersabda: ”Ya Allah, saksikanlah ini!”
Selesai Nabi SAW mengucapkan khutbah, beliau turun dari al-Qashwa’ (unta beliau). Beliau masih di
tempat itu sampai pada waktu shalat zhuhur dan ashar. Lalu Nabi SAW menaiki kembali unta beliau
menuju Shakharat. Pada waktu itulah Nabi SAW membacakan firman Allah SWT kepada mereka:

‫ا ْل َي ْو َم َأ ْك َم ْلتُ َل ُك ْم دِي َن ُك ْم َوَأ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم ن ِْع َمتِي َو َرضِ يتُ َل ُك ُم اِإْل ْساَل َم دِي ًنا‬

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. al-Mai’dah [5]: 3).

Abu Bakar RA menangis ketika mendengarkan ayat ini, karena merasa bahwa risalah Nabi SAW sudah
selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi SAW hendak menghadap Allah SWT (wafat).

TAHUN 11 H

Pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 11 H atau 08 Juni 633 M, Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63
tahun. Beliau dimakamkan pada hari Rabu di rumah Sayyidah ’Aisyah RA.

Nabi Muhammad SAW tidak menginggalkan benda-benda berharga, kecuali al-Qur’an dan Hadits.
Barangsiapa berpegang teguh pada keduanya, niscaya dia tidak akan tersesat selamanya.

Wallahu A’lam bi al-Shawab.

Anda mungkin juga menyukai