2023
HAJI WADA
Peristiwa Haji Wada’ tidak saja menjadi momen bahagia umat Muslim
karena dikenal sebagai simbol prestasi dakwah Rasulullah saw yang ditandai
dengan animo masyarakat Arab untuk menjadi mualaf, tetapi juga sekaligus hari
duka karena menjadi pertanda usia Nabi tidak lama lagi berdasarkan gelagat yang
ditangkap sejumlah sahabat.
Kisah Haji Wada' bermula ketika Nabi SAW menunaikan ibadah haji
bersama istri-istrinya pada 25 Zulka’dah, akhir tahun 10 Hijriyah. Rasulullah
SAW berangkat setelah menjalankan Sholat Dzuhur dan diikuti oleh 90 ribu
hingga 114 ribu jamaah. Mereka bersama-sama menuju Tanah Suci dengan
kegembiraan. s
Tiba di Dzul Hulaifa, tepatnya sebelum ashar, Nabi SAW dan kaum
muslimin bermalam selama satu hari. Esok harinya, Nabi Muhammad SAW
mengenakan pakaian ihram, yang diikuti oleh kaum muslim lainnya.
Perjuangan Dakwah
Haji Wada’
Momen Haji Wada’ ini juga menunjukkan animo manusia untuk memeluk
agama Islam begitu besar. Syekh Mushtafa as-Siba’i dalam As-Sîrah an-
Nabawiyah Durus wa ‘Ibar saja melaporkan sebanyak 114.00 umat Muslim dari
Jazirah Arab dan sekitarnya turut serta menunaikan rukun Islam yang kelima itu.
Sementara Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Ar-Raḫîqul Makhtûm melaporkan
jumlah jamaah haji sebanyak 124.000 atau 140.000.
Tentu angka ini sangat fantastis mengingat Nabi hanya butuh waktu 23
tahun untuk mengislamkan bangsa Arab yang sudah mapan dengan ideologi
jahiliyah warisan nenek moyang dan sudah mengakar kuat di tubuh bangsa Arab
saat itu. Di tengah lautan umat Muslim itulah kemudian Rasulullah
menyampaikan pidato yang cukup mengharukan. Pesan-pesannya mengisyaratkan
bahwa usia beliau tidak lama lagi.
دًاDDَف َأبDD
ِ ِ َذا ْال َموْ قDDَ َذا بِهDDَا ِمي هDDَ َد عDDْا ُك ْم بَعDDَِإنِّي اَل َأ ْد ِري لَ َعلِّي اَل َأ ْلقDDَ ف،وْ لِيDDَ َمعُوا قDDاس
ْ ، ُا النَّاسDDََأيُّه
Haji Wada’ merupakan haji yang pertama dan terakhir kali dilakukan oleh
Rasulullah SAW usai diutus menjadi nabi. Beliau menyampaikan dakwah Islam
kepada umat manusia sekaligus dengan praktiknya, termasuk ibadah haji.
Pada saat itu banyak kaum Muslim yang merasakan akan adanya
perpisahan yang megharukan. Sehingga banyak dari mereka menangis ketika
mendengarkan khutbah dari Rasulullah SAW. Terdapat kisah yang mengharukan
di balik Haji Wada’ yang rupanya menjadi tanda perpisahan Rasulullah SAW
dengan umatnya.
Pada saat Haji Wada' tersebut, Allah SWTt menurunkan wahyu yang
terakhir kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu ini turun dan disampaikan Nabi
SAW dalam khutbah ibadah wukuf di Padang Arafah.
ُت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َمٓا اُ ِه َّل لِ َغي ِْر هّٰللا ِ بِ ٖه َو ْال ُم ْن َخنِقَة ْ حُرِّ َم
َو ْال َم ْوقُ ْو َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِطي َْحةُ َو َمٓا اَ َك َل ال َّسبُ ُع اِاَّل َما َذ َّك ْيتُ ۗ ْم َو َما ُذبِ َح َعلَى
س الَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا ِم ْن ٌ ۗ ب َواَ ْن تَ ْستَ ْق ِس ُم ْوا بِااْل َ ْزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُك ْم فِ ْس
َ ق اَ ْليَ ْو َم يَ ِٕى ِ صُ ُّالن
ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْيُ ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم ُ اخ َش ْو ۗ ِن اَ ْليَ ْو َم اَ ْك َم ْل
ْ ِد ْينِ ُك ْم فَاَل تَ ْخ َش ْوهُ ْم َو
ف اِّل ِ ْث ۙ ٍم َ ْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْساَل َم ِد ْينً ۗا فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِ ْي َم ْخ َم
ٍ ِص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان ُ ضي
ِ َو َر
فَاِ َّن هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم
Artinya:
Pada hari Senin, sepulang dari Baqi, dalam perjalanan tiba-tiba beliau
merasakan pusing di kepala dan panas tubuhnya naik, hingga orang-orang bisa
melihat tanda suhu badan beliau yang panas lewat urat-urat nadi di kepala beliau.
Beliau sakit selama 14 hari, dan tetap shalat bersama sahabat selama 11 hari masa
sakitnya.
Pada hari Rabu, tepatnya lima hari sebelum Rasulullah wafat, suhu badan
beliau semakin tinggi, sehingga beliau semakin demam dan menggigil. Hingga
beliau meminta untuk diguyur badannya dengan air. Usai itu beliau keluar untuk
mengimami dan berkhutbah.
Pada hari Sabtu atau Ahad, Nabi merasakan badannya agak ringan, beliau
dipapah dua sahabatnya keluar rumah untuk melaksanakan shalat dzuhur,
sementara itu Abu Bakar sedang mengimami orang-orang, saat melihat
kedatangan beliau Abu Bakar beranjak mundur, namun Rasulullah saw. memberi
isyarat agar tidak perlu mundur.
Ketika sedang melaksanakan shalat subuh pada hari Senin, Abu Bakar
menjadi imam, dan Rasulullah tak nampak di antara mereka. Beliau hanya
menyibak tabir kamar Aisyah dan memandangi mereka yang sedang berbaris
dalam shaf-shaf shalat, kemudian beliau tersenyum. Abu Bakar mundur karena
mengira Rasulullah saw. akan keluar untuk menjadi imam shalat. Orang-orang
muslim bermaksud menghentikan shalat karena merasa gembira dengan keadaan
Rasulullah saw. Namun beliau memberi isyarat dengan tangan agar mereka
menyelesaikan shalat, kemudian beliau masuk ke bilik dan menurunkan tabir.
Setelah itu beliau tidak mendapat waktu shalat berikutnya, waktu dhuha
semakin beranjak. Nabi memanggil putrinya Fatimah, lalu beliau membisikkan
sesuatu yang membuat menangis, Kemudian beliau mendoakan Fatimah, setelah
itu beliau membisikkan sesuatu yang membuatnya tersenyum. Di kemudian hari
kami menanyakan kejadian ini kepada Fatimah, dia menjawab, “Beliau membisiki
aku bahwa beliau akan meninggal dunia, lalu akupun menangis. Kemudian beliau
membisiki aku lagi, berisi kabar gembira bahwa akulah anggota keluarga yang
pertama kali menyusul beliau, maka akupun tersenyum.”
Abdurrahman bin Abu Bakar masuk sambil memegangi siwak, saat itu
Aisyah merengkuh tubuh beliau dan melirik ke arah siwak di tangan
Abdurrahman, maka ia bertanya, “Apakah aku boleh mengambil siwak itu untuk
beliau?” dan Rasulullah mengiyakannya.
Belum lagi setelah pidato selesai turun ayat Al-Qur’an yang semakin
memperkuat bahwa tidak lama lagi Nabi akan tutup usia.
Artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Maidah [5]: 3)
Sebagai salah satu sahabat, tentu Mu’adz mengimani betul bahwa apa
yang diucapkan Rasulullah tidak main-main. Setelah hari demi hari Nabi lalui
dengan sederet peristiwa yang mengindikasikan usianya tidak lama lagi, empat
bulan setelah Haji Wada’ beliau tutup usia. Tepatnya pada hari Senin, 12 Rabi’ul
Awwal 11 H, di usianya yang ke-63 tahun lebih empat hari. Innâ lillâhi wa innâ
ilaihi râji’ûn. (Safyurahman al-Mubarakfuri, Ar-Raḫîqul Makhtûm, 2013: h. 395)
Referensi
Budi Kisworo, “Ibadah Haji Ditinjau dari Berbagai Aspek”, Jurnal Hukum Islam,
Vol. 2, No. 1, 77, 2017.