Anda di halaman 1dari 3

Selama kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad menjalankan misi risalahnya

mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam, membawa mereka perlahan
meninggalkan segala bentuk ajaran nenek moyang yang menyimpang kepada nilai-nilai
kebenaran yang Allah sampaikan melalui Rasul-Nya.

Selama 23 tahun pula Nabi Muhammad bersama sekalian umat Muslim harus
merasakan beratnya melewati tantangan dan ujian di tengah kaum musyrikin.
Setelah 23 tahun perjuangan dakwah berlalu, tepatnya hari Sabtu empat hari sebelum
habisnya bulan Dzulqa’dah tahun 11 H, Rasulullah bersama umat Muslim bertolak ke
Madinah untuk menunaikan ibadah haji. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Haji Wada’.
Kata 'Wada' sendiri berarti perpisahan karena tidak lama setelah itu Nabi Muhammad wafat.

Nabi Muhammad SAW mengajak untuk melakukan ibadah haji, ribuan orang datang ke
Madinah dari segenap penjuru; dari kota dan dari pedalaman, dari gunung-gunung dan dari
Sahara, dari semua pelosok tanah Arab yang membentang luas, yang sekarang sudah bersinar
dengan cahaya nabi yang mulia. Di sekitar kota madinah sudah pula di pasang kemah-kemah
untuk kurang lebih seratus ribu orang yang datang memenuhi seruan nabi Muhammad SAW.
Mereka datang sebagai saudara untuk saling kenal mengenal, mereka di pertalikan oleh rasa
kasih sayang, oleh keikhlasan hati dan oleh ukhuwah islamiyah, Manusia yang berjumlah
ribuan itu kini sedang melihat-lihat kota sambil tersenyum dengan wajah yang berseri-seri.
Berkumpulnya mereka itu menggambarkan suatu kebenaran yang telah mendapat
kemenangan,

Pada 25 Zulkaidah tahun ke-10 hijriah Nabi berangkat dengan diikuti jumlah manusia
yang begitu melimpah _ penulis penulis sejarah ada yang menyembutkan 90.000 orang
sampai dengan 140.000 orang. Mereka berangkat dibawa oleh iman, jantung mereka penuh
kegembiraan, penuh keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci. Mereka hendak menunaikan
kewajiban ibadah haji.

Bilamana mereka sampai di zul-Hulaifah, mereka berhenti dan tinggal semalam. Keesokan
harinya, bila Nabi sudah mengenakan pakaian ihram Muslimin yang lain pun memakai
pakaian ihram. Mereka semua berjalan dengan pakaian yang sama, pakaian yang sangat
sederhana. Dengan demikian mereka telah melaksanakan persamaan dalam arti yang sangat
jelas.

Rasullulah telah menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh kalbunya, dan
mengucapkan talbiah diikuti pula oleh muslimin dari belakang: “labbaika Allahhumma
labbaika, labbaika la syarika laka labbaika. Alhamdu, wanni’matu, wasy-syukru laka
labbaika. Labbaika la syarika lakalabbaik.”

Lembah-lembah dan padang sahara bersahut-sahutan menyambut seruan ini, semua


turut berseru dengan penuh iman. Puluhan ribu kafilah menyusuri jalan antara kota madinat
ar-rasul dengan kota masjidil haram. Ia berhenti pada setiap masjid, menunaikan kewajiban
sambil menyerukan talbiah, “labbaika Allahhumma labbaika, labbaika la syarika laka
labbaika. Alhamdu, wanni’matu, wasy-syukru laka labbaika. Labbaika la syarika
lakalabbaik.”
Sebagai tanda taat dan syukur atas nikmat Allah. Dengan hati penuh kesabaran ia
menantikan saat ibadah hari akbar itu tiba. Dengan hati rindu,dengan jantung berdetak penuh
cinta akan baitullah. Padang-padang Pasir, gunung-gunung, lembah-lembah, dan padang
tanaman yang segar menghijau, terkejut mendengar kumandang yang saling bersahut-
sahutan; suatu hal yang belum pernah dikenal, sebelum Rasul Allah ini datang
memberkahinya.

Pada hari kesembilan zulhijah, setelah selesai sholat shubuh, dengan menunggang
untanya al-qaswa’ tatkala matahari mulai terbit ia menuju arah ke bukit Arafat. Umatnya dari
belakang mengikuti. Bilamana ia sudah mendekati bukit itu dengan dikelilingi oleh ribuan
muslimin yang mengikuti perjalanannya_ ada yang mengucapkan talbiah, ada pula yang
bertakbir.

Di Namirah, sebuah desa sebelah timur Arafat, telah pula di pasang sebuah kemah
buat Nabi, atas permintaannya. Bila matahari sudah terbenam, dimintanya untanya al-Qaswa’
dan ia berangkat lagi sampai di lembah uranah. Di tempat itulah manusia dipanggilnya,
sambil ia masih di unta, dengan suara lantang. Sungguhpun begitu, masih di ulang oleh
Rabiah bin umayyah bin khalaf.
Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada allah, dengan berhenti pada setiap anak kalimat
ia menyampaikan khutbah terakhirnya.

‫ َف ِإِّني اَل َأْد ِري َلَعِّلي اَل َأْلَق اُك ْم َبْع َد َع اِم ي َه َذ ا ِبَه َذ ا اْلَم ْو ِق ِف َأَب ًد‬،‫ اْس َم ُعوا َق ْو ِلي‬، ‫َأُّيَه ا الَّن اُس‬

Artinya, “Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku! Aku belum tahun secara pasti,
boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.”

Sebagai klimaks, Rasul menegaskan, “Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia!


Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan
untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak
akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran)
dan Sunnah Nabi-Nya.”

Rasulullah menutup Khutbah Wada’ dengan pernyataan dan pertanggungjawaban terbuka


kepada Allah,

“Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.

Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak
hadir. Semoga barangsiapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya
daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah
dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”
(PIDATO RASULULLAH)

Setelah menyampaikan khutbahnya itu Nabi turun dari al-Quswa’. Setelah solat ashar
beliau kembali menaiki untanya menuju sakharat. Pada waktu itulah Nabi ‘alaihissalam
membacakan firman allah ini kepada mereka.

‫َٰل‬
‫ۡل َيۡو َم َأۡك َم ۡل ُت َلُك ۡم ِد يَنُك ۡم َو َأۡت َم ۡم ُت َع َلۡي ُك ۡم ِنۡع َم ِتي َو َر ِض يُت َلُك ُم ٱِإۡل ۡس َم ِد يٗن ۚا َفَمِن ٱۡض ُطَّر ِفي َم ۡخ َم َص ٍة َغ ۡي َر ُم َتَج اِنٖف ِإِّل ۡث ٖم َف ِإَّن ٱَهَّلل‬
‫م‬ٞ‫ر َّرِح ي‬ٞ‫َغُفو‬

Artinya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)

Ayat ini menjelaskan bahwa ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah telah tuntas
dan sudah sempurna. Dengan demikian misi risalah Nabi juga telah rampung. Artinya, tidak
lama lagi Nabi akan tutup usia.

Wahyu penutup di atas sewaktu disampaikan oleh Rasulullah, disimak oleh para
sahabat dengan perasaan haru. Abu Bakar Ash Shiddiq terisak menangis berderai air mata.
Para sahabat menangkap isyarat bahwa Nabi dan Rasul yang dicintai dan mencintai umatnya
tak lama lagi akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Setelah hari demi hari Nabi lalui dengan sederet peristiwa yang mengindikasikan
usianya tidak lama lagi, empat bulan setelah Haji Wada’ beliau tutup usia. Tepatnya pada hari
Senin, 12 Rabi’ul Awwal 11 H, di usianya yang ke-63 tahun lebih empat hari. di Madinah Al-
Munawarah, kota nabi nan bercahaya. Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.

Pesan yang menegaskan bahwa orang yang telah menyaksikan agar menyampaikan
kepada yang tidak hadir, mengisyaratkan risalah sudah khatam dan sempurna disampaikan
kepada umat manusia. Saat itu risalah “timbang terima” dengan dakwah. Selama 23 tahun
Rasulullah menyampaikan risalah dan membumikan pesan langit, tugasnya dilanjutkan oleh
umat Islam dengan dakwah. Dakwah Islamiyah dalam arti luas sesuai Al-Quran dan As-
Sunnah menjadi tugas umat Islam di mana pun sejalan dengan misi Islam sebagai agama
yang membawa rahmat dan kedamaian bagi alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai