Anda di halaman 1dari 24

HIJRAH

Kelompok 3

HIJRAH KE
HabasyahHABASYAH
adalah negeri yang terletak di
selatan benua Afrika atau yang kini dikenal
sebagai wilayah Ethiopia atau Eritrea.
Masyarakatnya dikenal sebagai al-Habasy
yakni bangsa Sudan atau bangsa berkulit
hitam. Habasyah merupakan wilayah yang
penting bagi perkembangan agama Islam
di tahap-tahap awal. Sebab, negeri yang
dipimpin Raja An-Najasyi itu telah menjadi
penyelamat akidah para sahabat di awal

HIJRAH KE HABASYAH
Hijrah ke Habasyah merupakan
hijrah yang pertama kali
dilakukan kaum muslimin (para
sahabat dan pengikut
Rasulullah) pada tahun ketujuh
Sebelum Hijriah (SH)/615 M
atau tahun kelima setelah

HIJRAH KE HABASYAH
Rombongan pertama yang membawa para shahabat
bergerak pada bulan Rajab tahun ke-5 dari kenabian.
Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang
wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan yang ditemani
oleh Ruqayyah binti Rasulillah Shallallhu alaihi
wasallam. Rasulullah menyifati keduanya sebagai
keluarga pertama yang berhijrah di jalan Allah setelah
Nabi Ibrahim dan Luth alaihimassalaam.

HIJRAH KE HABASYAH
Kepergian mereka dilakukan dengan mengendap-endap
pada malam yang gelap-gulita agar tidak diketahui oleh
kaum Quraisy- menuju laut kemudian mengarah ke
pelabuhan rakyat. Ternyata, takdir mereka sejalan dan
seiring dengan itu dimana ketika itu ada dua buah kapal
dagang yang akan berlayar menuju Habasyah dan
merekapun ikut serta bersamanya. Kaum Quraisy akhirnya
mengetahui hal itu, lalu menelusuri jejak perjalanan kaum
muslimin akan tetapi tatkala mereka baru sampai di tepi
pantai, kaum muslimin telah bergerak dengan aman.
Akhirnya, kaum muslimin menetap di Habasyah dan
mendapatkan sebaik-baik pelayanan.

HIJRAH KE HABASYAH
Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Rasulullah pergi ke mesjid alHaram. Ketika itu, sekumpulan besar kaum Quraisy tengah berada disana.
Beliau kemudian berdiri di tengah mereka sembari melantunkan surat an-Najm
tanpa sepengetahuan mereka alias secara tiba-tiba.Orang-orang kafir tersebut
sebelumnya, tidak pernah mendengarkan secara langsung Kalamullah. Maka,
manakala lantunan surat tersebut menyergap mereka secara tiba-tiba dan
Kalam Ilahi yang demikian indah menawan yang tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata akan keagungan dan keindah-menawanannya- mengetuk
telinga
mereka,
mereka
seakan
mengesampingkan
semua
tengah
kemudian
beliau
sujud.
Melihat
pemandangan
itu,apa
takyang
seorangpun
dilakukan dan masing-masing terkonsentrasi untuk mendengarkannya
dari
mereka yang dapat menahan dirinya untuk tidak sujud,
sehingga tidak ada yang terlintas di hatinya selain lantunan itu. Lalu sampailah
sehingga
bersama
beliau.hati
Sebenarnya,
beliau padamerekapun
akhir surat ini;sujud
ketukan
yang membawa
seakan terbang
keindah-menawanan
al-Haq
telah:maka
meluluhlantakkan
kebatuan
melayang, beliau membaca
firmanNya
bersujudlah kepada
Allah dan
sembahlah
Dia. jiwa-jiwa
(Q.S.53/an-Najm:
62) takabbur dan suka mengejek;
yang meliputi
kaum yang

mereka semua tak sanggup menahannya bahkan jatuh bersujud


kepada Allah.

HIJRAH KE HABASYAH
Kejadian tersebut mendapatkan kecaman dari teman-teman
mereka yang tidak sempat hadir ketika itu. Dengan begitu,
mereka merasa inilah pula momen bagi mereka untuk
mendustakan Rasulullah dan mencemarkan nama baik beliau
dengan membalikkan fakta yang sebenarnya; yaitu, bahwa yang
terjadi sebenarnya, justru beliau-lah yang berbuat demikian
terhadap berhala mereka. Mereka mengatakan bahwa kisah itu
hanyalah itulah al-Gharaniiq yang Mulia, yang syafaatnya selalu
diminta . Isu bohong ini mereka gembar-gemborkan agar dapat
menjadi alasan sujud mereka bersama Nabi Shallallhu alaihi
wasallam ketika itu. Tentunya, respons semacam ini tidak begitu
mengherankan sekali sebab sumbernya adalah dari orang yang
selama ini pekerjaannya suka mengarang-ngarang dusta serta
menghembuskan isu.

HIJRAH KE HABASYAH
Berita tersebut (tentang sujudnya kaum Quraisy) sampai ke
telinga kaum muslimin yang berhijrah di Habasyah akan tetapi
versi beritanya sangat kontras dengan realitas yang sebenarnya;
yang sampai kepada mereka bahwa kaum Quraisy telah masuk
Islam. Oleh karena itu, merekapun kembali ke Mekkah pada bulan
Syawwal di tahun yang sama, namun ketika mereka berada di
tempat yang tidak berapa jauh dari Mekkah, yaitu sesaat di waktu
siang lalu mereka akhirnya mengetahui duduk persoalannya;
sebagian mereka ada yang kembali lagi ke Habasyah sedangkan
sebagian yang lain ada yang memasuki Mekkah secara diamdiam atau berlindung di bawah suaka seseorang dari suku
Quraisy.

HIJRAH KE HABASYAH
Setelah peristiwa tersebut Rasulullah memberikan isyarat
bolehnya para shahabat berhijrah kembali ke negeri Habasyah.
Perjalanan hijrah kali ini dirasakan amat sulit dari perjalanan
sebelumnya mengingat kaum Quraisy sudah mengantisipasinya
dan bertekad untuk menggagalkannya. Akan tetapi, Allah
memudahkan perjalanan kaum muslimin sehingga mereka
bergerak lebih cepat dan menuju kepada suaka an-Najasyi, raja
Habasyah sebelum kaum Quraisy menciumnya.
Hijrah kali ini membawa rombongan yang terdiri dari 83 orang
laki-laki dalam hal ini, riwayat yang menyatakan keikutsertaan
Ammar bin Yasir dalam rombongan ini masih diragukan
kevalidannya dan 18 atau 19 orang wanita.

HIJRAH KE HABASYAH
Setelah maum muslimin berhijrah ke Habasyiah, kaum
Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di
Habasyah dengan mengutus Amru bin al-Ash dan
Abdulullah bin Abi Rabiah. Mereka memberi Raja
Najasyi hadiah dan mengatakan bahwa kaum muslimin
menjelek-jelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala Raja
Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum
muslimin, merekapun menjelaskan pandangan Islam
tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka Raja
mengamankan mereka dan menolak untuk
menyerahkan mereka kepada orang-orang Quraisy.

HIJRAH KE THAIF
Pada tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Nabi
Muhammad saw. sebab dua orang yang sangat dicintainya telah meninggal
dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Kedua orang ini adalah pembela dan
pelindung yang sangat tabah, kuat, dan disegani masyarakat Mekkah. Dengan
meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang kafir Quraisy semakin
berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw.
Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw. semakin hebat, ia
bersama Zaid bin haritsah berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan
serta perlindungan dari keluarganya yang berada di kota itu, yaitu Kinanah
yang bergelar Abu Jalail dan Masud yang bergelar Abu Kuhal serta Habib.
Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari
keturunan Tsaqif. Ketiganya adalah dari Amir Ibnu Umair Ibnu Auf al-Tsaqif.

HIJRAH KE THAIF
Di Thaif Nabi menyeru orang-orang terkemuka di kota itu agar
menyembah kepada Allah SWT. Penduduk Thaif menolak sambil
mengusir kedatangan Nabi. Mereka mencaci maki,
mempersorakkan dan melempari Nabi dengan batu, Nabi
menderita luka-luka.
Untuk membersihkan darah luka yang mengalir, Nabi berteduh di
kebun anggur, kemudian malaikat Jibril datang dan menjumpainya
memohon agar beliau mengijinkan untuk menghimpit penduduk
negeri Thaif dengan dua buah gunung. Nabi menolak dan
berdoa: Allahummah diqaumi fainnahum la yalamun. Artinya:
Ya, Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya
mereka tidak mengetahui.

HIJRAH KE THAIF
Dari kejauhan, Addas tukang kebun datang membawakan
setangkai anggur untuk duberikan kepada Nabi dan tuannya.
Ketika Nabi memakan, beliau membaca Bismillah. Mendengar
bacaan itu Addas terheran karena apa yang diucapkan Nabi sama
dengan apa yang ia baca dan dia belum pernah mendengar
penduduk negeri itu membacanya.
Nabi bertanya tentang tanah asal usul dan Agama Addas. Ia
menjawab Tanah asalnya ialah tempat kelahiran Nabi Yunus dan
agamanya Nasrani. Nabi membacakan kisah Nabi Yunus yang
tertera dalam Al-Quran, terharu Addas mendengarnya, lalu ia
menyatakan dirinya sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw.

HIJRAH KE
MADINAH

Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam


Pandangan Al-Quran menuliskan, Imam Muslim mengatakan
bahwa Nabi SAW bersabda, Aku melihat dalam tidur bahwa aku
berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat
pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau
Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib. (Shahih Muslim:
2272).
Rasul pun memerintahkan para sahabatnya untuk segera
berhijrah, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok.
Adapun Rasul SAW, rencananya akan menyusul setelah semua
umat Islam berhijrah ke Madinah. Sebab, Rasul mengetahui, yang
dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri beliau, dan bukan
kaum Muslimin.

HIJRAH KE MADINAH
Kaum Quraisy pun menyiapkan strategi untuk melakukan
penangkapan terhadap Rasul SAW. Namun, rencana kaum
Quraisy ini diketahui oleh Nabi SAW. Saat itu, Rasulullah sendiri
memang masih tinggal di Makkah dan kaum Muslim sudah tidak
ada lagi yang tinggal, kecuali sebagian kecil. Sambil menunggu
perintah Allah SWT untuk berhijrah, Nabi SAW menemui Abu
Bakar dan memberitahukannya untuk bersiap hijrah ke Madinah.

HIJRAH KE MADINAH
Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan
kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari
Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya
supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah
menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy
mengintip ke tempat tidur Nabi Saw, mereka melihat sesosok
tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih
tidur.

HIJRAH KE MADINAH
Menjelang larut malam, Rasulullah Saw keluar tanpa setahu
mereka. Bersama-sama dengan Abu Bakr beliau bertolak ke arah
selatan menuju gua Thaur. Hanya empat orang yang tahu
keberadaan beliau berdua, yaitu Abdullah b. Abu Bakr, Aisyah dan
Asma (puteri-puteri Abu Bakr), serta pembantu mereka Amir b.
Fuhaira. Bila hari sudah sore Asma, datang membawakan
makanan buat mereka. Abdullah setiap hari berada di tengahtengah Quraisy untuk memantau perkembangan yang terjadi
untuk disampaikan pada beliau pada malam harinya. Amir
tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr, memerah susu
dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr kembali dari
tempat mereka bersembunyi di gua itu, datang Amir mengikutinya
dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.

HIJRAH KE MADINAH
Sementara itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari
mereka. Pemuda-pemuda Quraisy membawa pedang dan tongkat
sambil mondar-mandir mencari ke segenap penjuru. Ketika itu
mereka bergerak menuju ke gua tempat sembunyi. Lalu orangorang Quraisy itu datang menaiki gua itu, tapi kemudian ada yang
turun lagi. Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua? tanya
kawan-kawannya. Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang
memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir, jawabnya.
Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu.
Jadi saya mengetahui tak ada orang di sana.

HIJRAH KE MADINAH
Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot
membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau
membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana
dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana
terbaik. (Quran, 8: 30) Kalau kamu tak dapat menolongnya,
maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh
orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu,
ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada
temannya itu: Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita! Maka
Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana. (Quran,
9: 40)

HIJRAH KE MADINAH
Pada hari ketiga, karena mengetahui pihak Quraisy sangat gigih
mencari mereka, maka perjalanan ke Yathrib itu mereka
mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah b.
Uraiqit dari Banu Duil sebagai penunjuk jalan, membawa
mereka ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju
Tihama di dekat pantai Laut Merah. Kedua orang itu beserta
penunjuk jalannya sepanjang malam dan di waktu siang berada di
atas kendaraan. Memang, Rasulullah Saw sendiri tidak pernah
menyangsikan, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi jangan
kamu mencampakkan diri ke dalam bencana. Allah menolong
hambaNya selama hamba menolong dirinya dan menolong
sesamanya.

HIJRAH KE MADINAH
Ketika rombongan Rasulullah Saw sampai di Quba, mereka
tinggal empat hari ia di sana dan membangun mesjid Quba. Di
tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah mengembalikan
barang-barang amanat yang dititipkan oleh rasulullah Saw
kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra menempuh
perjalanannya ke Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia
berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat
meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu
untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.

HIJRAH KE MADINAH
Demikanlah akhirnya rombongan Rasulullah selamat
sampai Madinah. Hari itu adalah hari Jumat dan
Muhammad berjumat di Madinah. Di tempat itulah, ke
dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah
kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin
melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan
hati terhadap orang yang selama ini belum pernah
mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan
rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu
namanya disebut pada setiap kali sembahyang. Orangorang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia
tinggal pada mereka.

HIJRAH KE MADINAH
Tetapi ia dengan halus meminta maaf kepada mereka. Beliau kembali ke atas
unta betinanya, dipasangnya tali keluannya, lalu ia berjalan melalui jalan-jalan
di Yathrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang ramai menyambutnya dan
memberikan jalan sepanjang jalan yang diliwatinya itu. Seluruh penduduk
Yathrib, baik Yahudi maupun orang-orang pagan menyaksikan adanya hidup
baru yang bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan kehadiran
Rasulullah Saw, seorang pendatang baru, orang besar yang telah
mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, dan
saling berperang.
Sesampainya ke sebuah tempat penjemuran kurma kepunyaan dua orang
anak yatim dari Banun-Najjar, unta itu berlutut (berhenti). Ketika itulah Rasul
turun dari untanya dan bertanya: Kepunyaan siapa tempat ini? tanyanya.
Kepunyaan Sahl dan Suhail b. Amr, jawab Maadh b. Afra. Dia adalah wali
kedua anak yatim itu. Ia akan membicarakan soal tersebut dengan kedua anak
itu supaya mereka puas. Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu
didirikan mesjid. Muhammad mengabulkan permintaan tersebut dan
dimintanya pula supaya di tempat itu didirikan mesjid dan tempat-tinggalnya.

SELESAI

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai