Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Dakwah Nabi Saat di Mekkah

DISUSUN OLEH :
BIEVININDO CARLINO GIBRAN
MAYADA SAYIDATUN NISSA
MUHAMMAD HILALI LAZUARDI
NADIA ALYSIA

SMAIT TUNAS HARAPAN ILAHI


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman, penutup para
Nabi. Lahir tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau 13 April tahun
571 M. Beliau diutus menjadi Rasul setelah bertahannuf atau
bertahanus di Gua Hira selama 6 bulan lamanya, bertepatan dengan
tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu yang pertama sebagai penegas
diutusnya Nabi sebagai Rasul yaitu QS. Al Alaq ayat 1-5.
Hal ini dipertegas lagi dengan turunnya wahyu kedua yaitu QS. Al
Mudassir: 1-7 yang menyatakan bahwa beliau bukan hanya seorang
Nabi tetapi seorang Rasul. Beliau diangkat menjadi Rasul pada umur
pada 40 tahun. Beliau mengahabiskan sisa hidupnya untuk
berdakwah menegakkan Tauhid dan syariat Islam. Beliau berdakwah
dengan seluruh jiwa raganya, dengan begitu banyak halangan dan
rintangan yang beliau hadapi, beliau berhasil melaksanakan misi
dakwahnya dengan sukses dan penuh dengan hikmah ketauladanan.
Dakwah Nabi Muhammad dibagi atas dua priode, yakni priode
Makkah dan priode Madinah, beliau berdakwah pertama kali di
Makkah selama hampir 10 tahun lamanya. Di periode Makkah ini,
dakwah Nabi Muhammad kepada masyarakat Makkah lebih terfokus
pada peningkatan kualitas aqidah atau ketauhidan, dan mengajak
mereka untuk meninggalkan segala bentuk ibadah yang menyembah
selain Allah.

2. Tujuan
Dibuatnya makalah ini membuat kami mengetahui peristiwa-
peristiwa penting Nabi Muhammad SAW berhijrah ke kota Mekkah.
Selain itu, Nabi Muhammad memiliki tujuan saat berdakwah di
Mekkah, antara lain :
a. ketauhidan dan menjelaskan adanya kehidupan setelah
meninggal.
b. Merubah perilaku jahiliyah masyarakat Mekkah.
c. Menegakkan HAM dan menghapus kasta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peristiwa penting ketika periode Mekkah

1. Hijrah ke Habasyah
a. Hijrah ke Habasyah yang pertama
Sejak pertengahan tahun ke-4 kenabian, intimidasi dan
penyiksaan atas kaum muslimin semakin menjadi. Orang-orang kafir
Quraisy menteror kaum muslimin dengan sangat keras. Saat itulah
Allah menurunkan Surat Al Kahfi yang menginspirasi kaum muslimin
dengan tiga kisah. Yakni kisah Ashabul Kahfi, kisah Khidhr dan Musa,
serta kisah Dzul Qarnain. Pada kisah Ashabul Kahfi inilah terdapat
1
inspirasi hijrah. Sebagaimana firman-Nya:

ُ ‫ون ِإاَّل هَّللا َ َفْأوُ وا ِإلَى ْال َك ْه فِ َي ْن‬


‫ش رْ لَ ُك ْم َر ُّب ُك ْم مِنْ َرحْ َم ِت ِه َو ُي َهيِّْئ لَ ُك ْم‬ َ ‫َوِإ ِذ اعْ َت َز ْل ُتمُو ُه ْم َو َما َيعْ ُب ُد‬
‫مِنْ َأم ِْر ُك ْم مِر َف ًقا‬

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka


sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua
itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya
kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam
urusan kamu.” (QS. Al Kahfi: 16)

Rasulullah pun lantas memerintahkan sebagian sahabat nabi


untuk berhijrah ke Habasyah. Beliau tahu bahwa pemimpin Habasyah
saat itu, Ashhamah An Najasyi, adalah raja yang adil dan tidak
membiarkan orang dizalimi di hadapannya. Pada Rajab tahun kelima
kenabian, berangkatlah 12 laki-laki dan 4 wanita ke Habasyah.
Mereka dipimpin Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Meskipun
berangkat sembunyi-sembunyi pada malam hari, gerakan mereka
terendus orang-orang kafir Quraisy. Namun saat Quraisy tiba di
pantai, rombongan kapal yang dinaiki muhajirin telah berangkat. Di
Habasyah, muhajirin hidup dengan aman.
Namun pada bulan Syawal mereka pulang ke Makkah setelah
terdengar kabar bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam.

1
https://bersamadakwah.net/hijrah-ke-habasyah/ (diakses pada hari Rabu 10 Agustus 2022, pukul 16.54)
Mendekati Makkah, barulah muhajirin tahu bahwa apa yang mereka
dengan adalah tidak sesuai fakta. Orang-orang Quraisy belum masuk
Islam. Mereka hanya bersujud karena terpesona dengan Al Quran,
ketika Rasulullah membaca Surat An-Najm. Menyadari hal itu,
muhajirin pun masuk ke Makkah secara sembunyi-sembunyi. Ada
pula yang masuk Makkah dengan jaminan keamanan tokoh yang
mereka kenal.

b. Hijrah ke Habasyah yang kedua


Tekanan dan siksaan dari orang-orang Quraisy semakin
menjadi. Rasulullah pun memerintahkan hijrah untuk kedua kalinya.
Hijrah kedua ini lebih sulit karena Quraisy semakin meningkatkan
kewaspadaan. Namun Allah memudahkan 83 laki-laki dan 18 wanita
untuk berangkat ke Habasyah. Mengetahui banyak kaum muslimin
yang hidup aman di Habasyah, para pemuka Quraisy tak mau tinggal
diam. Mereka mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Abu Rabi’ah
menghadap Najasyi. Dengan membawa berbagai hadiah dan
persiapan diplomasi, keduanya datang ke Habasyah.

Setelah mendekati para uskup penasehat Najasyi dengan


berbagai hadiah, keduanya pun bertemu Najasyi. “Wahai Tuan Raja,
sesungguhnya ada sejumlah orang bodoh dari negeri kami yang telah
menyusup ke negeri Tuan. Mereka ini memecah belah agama
kaumnya, juga tidak mau masuk ke agama Tuan. Mereka datang
dengan membawa agama baru yang mereka ciptakan sendiri,” Amr
bin Ash sejak masa jahiliyah memang pandai beretorika. Ia meminta
Najasyi mengembalikan kaum muslimin ke Makkah dengan berbagai
alasan. Para uskup yang telah diberi hadiah, ikut menguatkan
perkataan Amr bin Ash.

Namun Najasyi yang dikenal adil itu tak mau langsung


mengambil keputusan. Ia panggil delegasi kaum muslimin untuk
dikonfrontasi. “Seperti apakah agama kalian sehingga memecah
belah kaum dan kalian juga tak masuk agama kami?”. “Wahai Tuan
Raja,” kata Ja’far bin Abu Thalib sang juru bicara muhajirin. “Dulu
kami memeluk agama jahiliyah. Kami menyembah berhala, memakan
bangkai, berbuat mesum, memutus persaudaraan, menyakiti
tetangga dan yang kuat menzalimi yang lemah. Lalu Allah mengutus
seorang Rasul dari kalangan kami sendiri yang kami ketahui nasab,
kejujuran, amanah dan kesucian dirinya.”

Ja’far menjelaskan ajaran Islam dan bagaimana agama tersebut


mengubah perilaku-perilaku jahiliyah. Namun kaumnya memusuhi
dan menyiksa kaum muslimin. “Maka kami pun pergi ke negeri Tuan
dan memilih Tuan daripada orang lain. Kami gembira mendapat
perlindaungan Tuan dan berharap agar kami tidak dizalimi di sisin
Tuan.” Kemudian Najasyi meminta dibacakan sebagian ajaran Nabi
Muhammad. Ketika Ja’far membaca awal Surat Maryam, Najasyi
menangis hingga membasahi jenggotnya. “Sesungguhnya ini dan
yang dibawa Isa benar-benar keluar dari satu cahaya yang sama.”

Amr bin Ash tidak menyerah. Besoknya, ia datang lagi


menghadap Najasyi dan memprovokasi bahwa Nabi Muhammad
bicara yang tidak-tidak tentang Isa. Kaum muslimin pun dipanggil
untuk kembali dikonfrontasi. Kaum muslimin sempat khawatir kalau
Najasyi marah. Namun Ja’far bertekad mengatakan yang sebenarnya.
“Wahai Tuan Raja, kami katakan seperti yang dikatakan Nabi kami
bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya dan Kalimat-Nya
yang disampaikan kepada Maryam, sang perawan suci.” Mendengar
itu, Najasyi mengambil sebatang lidi dari lantai. “Demi Allah,
perbedaan Isa bin Maryam dari apa yang kau katakan tadi tak lebih
besar dari batang lidi ini.”

c. Hidup di Habasyah dengan aman

Amr bin Ash dan rombongannya pulang ke Makkah dengan tangan


hampa. Mereka gagal mempengaruhi Najasyi untuk mendeportasi
kaum muslimin. Propaganda mereka yang menjelekkan para sahabat
mentah. Para pemuka Quraisy hanya bisa kecewa dan marah. Di
Habasyah, kaum muslimin bisa tinggal dengan aman dan tenang.
Mereka bisa beribadah tanpa gangguan. Mereka bebas berislam
tanpa disakiti dan dicelakai.

Meskipun demikian, bukan berarti di Habasyah kaum muslimin


tidak menghadapi godaan. Dalam keseharian yang nyaman, justru
ada yang terseret dalam gemerlap dunia hiburan. Akhirnya murtad
meninggalkan Islam. Ubaidillah bin Jahsy, namanya. Suami dari
Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Dalam kondisi yang sangat sedih,
Ummu Habibah menerima lamaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ummu Habibah menerimanya dengan penuh kesyukuran.
Maka jadilah ia ummul mukminin, meskipun masih terpisah jarak.

Kelak, kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah ini mendengar


Rasulullah telah hijrah ke Madinah dan meraih kemenangan demi
kemenangan. Maka mereka pun menyusul Rasulullah hijrah ke
Madinah. Ja’far dan orang-orang asy’ariyyin baru menyusul ke
Madinah seusai perang Khaibar. Rasulullah menyambut mereka
dengan bahagia. Beliau bersabda, “Demi Allah, aku tidak tahu
manakah di antara keduanya yang membuatku bergembira;
penaklukan Khaibar atau kedatangan Ja’far.”

2. Ammul Huzni (Tahun kesedihan Nabi Muhammad SAW)

Abu Thalib bin Abdul Muthalib adalah orang yang paling gigih
membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan bantuan dari
Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia
adalahbenteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski ia
tetap berpegang pada agama nenek moyangnya. Namun begitu,
dalam Asad Al-Ghobah diceritakan , tatkala sakit Abu Thalib semakin
parah, ia memanggil semua warga Bani Abdul Muthalib, lalu
berpesan “ sesungguhny akmu sekalian akan dalam keadan baik
selagi kalian mendengan perkatan Muhammad dan mengikuti
perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, niscaya
kalian akan selamat”. Seletah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw
berkata, “ semoga Allah Swt merahmatimu dan mengampunimu. Aku
akan memintakan ampun untukmu, sampai Allah Swt melarangku”.

Tidak berselang lama dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah


istri tercinta Rasulullah Saw pun meninggal dunia. Khadijah wafat
pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia
65 tahun. Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah,
musibah demi musibah dating bertubi-tubi,   karena   keduanya
adalah orang yang   sangat   gigih   membela   dan melindungi
beliau. Sejak saat itu kaum kafir Qurays semakin gencar
melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. tahun
meninggalnya Abu Thalib dan Situ Khadijah disebut dengan Amul
huzni atau tahun kesedihan.
3. Peristiwa Isra Mi'raj
Isra Mi’raj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada
malam Senin 27 Rajab setelah Rasulullah pulang dari
perjalanannya ke Tha’if. Isra secara bahasa artinya perjalanan
malam, adapun menurut istilah yaitu perjalanan Rasulullah Saw
pada satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa atau Baitul
Maqdis di Palestina. Mikraj adalah naiknya Rasulullah Saw dari
Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap
Allah Swt.

Isra Mikraj merupakan pertolongan dari Allah Swt sekaligus


hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena
ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah.
Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mikraj ini dalam q.s al-Isra’
[17] ayat 1.

Dalam perjalanan Isra Mi’raj ini malaikat mendatangi beliau


dengan membawa Buroq, kemudian Jibril menaikkan beliau
keatas Buraq dan mengajaknya melakukan perjalanan dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk
melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam perjalanan ke
Sidratul Muntaha, Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di
tujuh lapis langit dan dipertemukan oleh para nabi:

a. Langit pertama bertemu dengan Nabi Adam, bapak


umat manusia. Rasulullah Saw mengucapkan salam
dan Nabi Adam a.s menjawab salam menyambut
kedatangan beliau dan menyatakan pengakuan atas
Nubuwat beliau;
b. Di langit kedua, Rasulullah bertemu dengan Nabi
Yahya dan Nabi Zakaria;
c. Kemudian di langit ketiga Rasulullah bertemu dengan
Nabi Yusuf;
d. Lalu di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris;
e. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun;
f. Di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa,
Sebelum Rasulullah menuju ke langit ketujuh, Nabi
Musa menangis dan menimbulkan tanya dalam diri
Rasulullah, “apa yang membuatmu menangis?”. Nabi
Musa menjawab, “aku menangis karena ada seorang
pemuda yang diutus sesudahku yang masuk surga
bersama umatnya dan lebih banyak jumlahnya
daripada umatku yang masuk surga”.
g. Di langit ketujuh, Rasulullah bertemu dengan Nabi
Ibrahim dan dalam setiap pertemuannya dengan
setiap nabi terdahulu, mereka selalu mengakui
nubawat Rasulullah Saw.

Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul


Ma’mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat
yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi
untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan
mendekat kepadanya. Lalu Allah Swt mewahyukan apa
yang dikehendaki dan Allah Swt mewajibkan shalat
sebanyak 50 rakaat. Setelah Rasulullah Saw bertemu
dengan Nabi Musa a.s tentang perintah shalat 50
rakaat tersebut, Nabi Musa a.s berkata “sesungguhnya
umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya,
sehingga pada akhirnya Allah Swt memerintahkan
kepada umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan
shalat sebanyak 5 waktu. Sebenarnya Nabi Musa a.s
meerintahkan kepara Rasulullah Saw untuk kembali
memintakeringanan kepada Allah Swt, namun
Rasulullah Saw menjawab “Aku sangat malu kepada
Rabb- ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah
ini” beberapa saat kemudian terdengar seruan “ Aku
telah menetapkan kewajiban dan telah kuringankan
bagi hamba-Ku”.

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW menghabiskan 13 tahun hidupnya
menjadikan manusia keluar dari sifat jahiliyyahnya. Di periode ini,
Nabi Muhammad menghadapi begitu banyak peristiwa-peristiwa
yang begitu mengorbankan begitu banyak hal untuk menjadikan
umat muslim berjaya saat ini.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, saran kami bagi umat muslim saat ini
termasuk kami sebagai bentuk penghormatan kepada nabi
Muhammad SAW atas perjuangan berdakwahnya, umat muslim saat
ini untuk tidak henti bersholawat kepadanya, mengikuti apa yang
telah datang kepadanya melalui wahyu Jibril dengan sungguh-
sungguh, dan belajar lebih banyak lagi tentang kisah-kisah hidup
beliau yang luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai