Anda di halaman 1dari 5

Pagi itu, Aminah binti Wahab melihat cahaya menyinari istana-istana Syam saat melahirkan

Rasulullah SAW. Setelah melahirkan, Aminah mengutus seseorang menemui Abdul


Muthalib, untuk memberi kabar bahwa cucunya telah lahir.

Abdul Muthalib bergegas menuju rumah menantunya. Sesampainya di sana Abdul Muthalib
sangat bergembira, beliau menggendong Rasulullah dan membawanya masuk ke dalam
Ka’bah. Beliau berdoa dan bersyukur kepada Allah atas kelahiran cucunya.

Kemudian beliau berseru kepada penduduk Mekah, “Wahai para penduduk Mekah, cucuku
telah lahir. Dan dia kuberi nama Muhammad”.

Sebagaimana tradisi yang ada, pada tujuh hari kelahiran, Rasulullah SAW dikhitan. Abdul
Muthalib mengundang orang-orang Quraisy dan menjamu mereka. Ketika para tamu
mengetahui nama “Muhammad” yang diberikan oleh kakeknya, salah seorang dari mereka
berkomentar, “Sungguh nama ini terdengar aneh, mengapa diberi nama Muhammad?”

Abdul Muthalib menjawab “Agar cucuku kelak akan menjadi orang yang terpuji di langit dan
di bumi”.

Nabi Muhammad tumbuh tidak seperti anak-anak pada umumnya, tubuhnya bongsor, padahal
usianya masih balita. Sejak kecil, Nabi Muhammad bersama saudara susuan-nya sudah
membantu orang tua menggembala hewan ternak. Saat itu usia nabi baru empat tahun, suatu
hari ketika sedang menggembala, tiba- tiba datang dua malaikat melaksanakan perintah allah,
membelah dada baginda nabi, mengeluarkan hatinya, lalu membasuhnya, serta membuang
dua gumpalan yang buruk.

Suatu hari Rasulullah kecil bermain bersama teman- temannya. Mereka mengumpulkan batu
untuk sebuah permainan, batu- batu itu diangkut di bahu, mereka semua tidak berpakaian,
dan pakaiannya digunakan sebagai ganjalan. Tiba-tiba ada malaikat yang menegur nabi dan
menyuruh beliau untuk memakai kembali pakaiannya. Sejak saat itu Rasulullah selalu
menjaga dirinya agar tidak membuka aurat.

Allah SWT mempersiapkan baginda nabi menjadi sosok paling mulia, Allah selalu
menjaga kehormatan nabi dengan membuatnya lupa atau tertidur. Sebagai manusia, nabi
pernah berkeinginan untuk mengikuti sebuah pesta pernikahan pada masa jahiliyah, namun
ketika sampai di tempat acara, Allah SWT membuat nabi tertidur pulas hingga keesokan
harinya.
Di tengah- tengah kejahiliyahan bangsa Arab, Rasulullah muda tampil sebagai sosok yang
profesional, beliau terkenal sebagai pemuda yang sangat jujur. Tidak seperti kebanyakan
bangsa arab pada umumnya, Rasulullah selalu berfikir secara bijak dan cerdas dalam
menyelesaikan permasalahan.

Pada saat renovasi Ka’bah, kabilah- kabilah Quraisy saling berebut untuk meletakkan hajar
aswad pada tempatnya. Pertikaian ini terjadi selama berhari- hari dan hampir saja
menimbulkan peperangan. Saat itu Rasulullah berumur 35 tahun, beliau terpilih sebagai
orang yang berhak menetapkan keputusan dalam pertikaian tersebut, orang- orang bersorak
mengatakan

“Inilah al-Amin, kami akan menerima pendapatmu, inilah Muhammad”.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan masing-masing perwakilan kabilah mengangkat


Hajar Aswad bersama-sama, menggunakan sehelai kain. Semua orang puas dengan ketetapan
ini. Sejak kejadian ini, nama Muhammad popular di Mekah karena telah berhasil
mendamaikan para pemuka Quraisy.

Selain itu Rasulullah memiliki sifat yang ramah, santun, dan pemaaf. Baginda selalu
menghargai lawan bicaranya, terkenal paling baik dalam bertetangga dan suka menolong
orang- orang lemah.

Ketika orang lain beramai-ramai menyembah berhala, berjudi, meminum khamr, berpesta,
memakan daging sesembahan, bersumpah atas nama Lata dan ‘Uzza, Rasulullah SAW tidak
pernah mengikutinya. Beliau sibuk ber-tahannus (merenung), berdzikir di Gua Hira’ dan
menjauhi perbuatan yang sia- sia.

Demikianlah Allah melindungi baginda nabi dari perbuatan tercela dan membentuknya
dengan pribadi yang mulia bahkan sejak Rasulullah belum diangkat menjadi nabi.

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun. Beliau menerima wahyu
pertama kali di Gua Hira’, tepatnya di kota Mekah. Para sejarawan membagi fase kehidupan
nabi setelah menerima wahyu kepada dua periode, yaitu periode Mekah dan periode
Madinah.

Fokus dakwah di Mekah hanya seputar tauhid dan memperbaiki Akhlak. Mula-mula
Rasulullah berdakwah kepada keluarga dan kerabat dekatnya. Hal ini berlangsung selama tiga
tahun.

Setelah turun wahyu ketiga, yaitu surat Asy-Syu‘ara’ ayat 214, dakwah disampaikan secara
terang- terangan kepada keluarga Abdul Muthalib. Kemudian setelah turun surah al-Hijr ayat
94, dakwah Islam semakin diperluas, tidak hanya kepada penduduk Mekah, juga kepada
pendatang dari luar Mekah.

Dakwah secara terang- terangan yang terjadi sejak tahun ke empat hingga sepuluh kenabian
mendapat kecaman dari kaum kafir Quraisy. Umat Islam disiksa, Rasulullah dicela,
diganggu, bahkan pernah terjadi pemboikotan secara menyeluruh.

Nabi Muhammad SAW tidak pernah berhenti berdakwah, baginda begitu berani dan gigih
memperjuangkan dakwah secara terus menerus di depan orang- orang yang mengecamnya.
Hingga pada tahun sebelas kenabian, kegigihan tersebut menghasilkan keberhasilan.
Orang- orang Yatsrib berhaji ke Mekah, terdapat 6 orang yang menerima dakwah Islam.
Mereka bercerita kepada baginda nabi, di kota tempat mereka tinggal terjadi perselisihan
antara suku Aus dan suku Khazraj yang telah berlangsung lama, mereka merindukan
perdamaian dan meminta Rasulullah agar membantunya.
Tahun haji berikutnya, terdapat 10 orang suku Khazraj, dua orang suku Aus dan seorang
wanita masuk Islam. Mereka melakukan sumpah setia yang disebut dengan baiah aqabah I.
Ketika pulang ke Madinah, baginda nabi menyertakan Mus’ab bin Umair ikut bersama
mereka untuk mengajarkan Islam.
Tahun tiga belas kenabian, sebanyak 73 orang Yatsrib melakukan bai’ah aqabah II. Mereka
meminta nabi untuk pindah ke Madinah, mereka berjanji akan terus membela nabi dan
menjadikan nabi sebagai pemimpin.
Mendengar kabar tentang bai’ah aqabah II, kaum kafir Quraisy semakin kejam
memperlakukan umat Islam. Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkan sebanyak 150 kaum
muslim untuk hijrah ke Madinah. Abu bakar dan Ali bin Abi Thalib, tidak ikut bersama
mereka, keduanya menemani dan membela nabi sampai hijrah.

Rasulullah diberi tahu Allah, bahwa kaum kafir Quraisy akan membunuh baginda nabi.
kemudian Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kasur nabi agar musuh tertipu. Sedangkan
Rasulullah dan Abu Bakar bergegas meninggalkan Mekah.

Bersama Abu Bakar, Rasulullah bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari dan tiga malam.
Putra dan putri Abu Bakar mengirimkan makanan untuk keduanya, dan memberi tahu kondisi
di Mekah. Setelah aman, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar melanjutkan perjalanan
selama tujuh hari tujuh malam menuju Madinah.

Rasulullah SAW tiba di Madinah dan disambut dengan suka cita oleh kaum Anshar.
Akhirnya sosok yang ditunggu- tunggu oleh mereka telah tiba.
Sejak saat itulah, Rasulullah mulai membangun Islam bersama umat yang mencintainya.
Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kemudian beliau
membangun masjid yang tidak hanya berfungsi untuk ibadah, namun juga untuk
mempersatukan umat islam, bermusyawarah memecahkan masalah, serta sebagai tempat
belajar.
Pada masa ini, mulai turun ayat- ayat yang berbicara tentang syari’ah, seperti salat, puasa,
zakat, haji dan sebagainya. Umat Islam juga menjadikan perpindahan nabi, sebagai tahun
pertama dari kalender Islam.
Rasulullah SAW sebagaimana firman allah dalam surah al-Anbiya “Kami tidak mengutus
engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. Beliau dikenal
dengan sebutan Rahmatan lil ‘Alamin, yakni sebagai pembawa Rahmat bagi seluruh alam
yang berarti cinta dan kasihnya kepada seluruh manusia.
Rasulullah sebagai rahmatan lil ‘alamin, juga mengasihi musuh-musuhnya. Dalam suatu
kisah, Rasulullah pernah berperang dengan kondisi terluka, pipinya terkena tombak, gigi
gerahamnya patah, bibirnya sobek, dahi dan keningnya bercucuran darah.
Namun, meski dalam keadaan terluka parah, Rasulullah tidak henti-hentinya menadah tetesan
darah dengan berbagai cara. Rasulullah juga menggunakan baju dan sesekali mengusapkan
darah di dada agar tidak menetes ke tanah.
Setelah perang usai, salah seorang sahabat pun bertanya “Mengapa Baginda Nabi melakukan
hal tersebut?” Kemudian Rasulullah menjawab: "Aku mendengar apa yang tidak kalian
dengar, yaitu malaikat penjaga gunung berkata, apabila ada setetes darahku jatuh ke bumi,
maka Allah SWT akan menurunkan azab dari langit untuk mereka yang memerangiku".
Mendengar jawaban itu, para sahabat bertanya lagi, “Mengapa engkau tidak mendoakan para
musuh Allah agar celaka?” Rasulullah menjawab: "Sungguh aku tidak diutus oleh Allah
untuk melaknat, melainkan untuk berdakwah dan menyebarkan Rahmat kepada semesta
alam”.
Cinta nabi kepada umatnya ditandai dengan suatu kisah.
Rasulullah SAW bertanya, "Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala?"

Malaikat Jibril menjawab, "Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para
malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan
kedatanganmu."

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat
cemas.

Melihat kecemasan Rasulullah SAW, Malaikat Jibril bertanya, "Mengapa engkau masih
cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?"

Rasulullah SAW kembali bertanya, "Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku


kelak?"

Malaikat Jibril menjawab, "Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku


mendengar Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepadaku: 'Aku telah mengharamkan surga
bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'"

Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin
dekat. Malaikat Izrail terlihat sedang menjalankan tugasnya. Perlahan-lahan, ruh Nabi
Muhammad SAW diambil. Tubuh Rasulullah SAW basah karena keringat.

Urat-uratnya tampak tegang. Sambil merasakan rasa sakit, Rasulullah SAW berkata, "Wahai
Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini."

Melihat Rasulullah SAW dalam kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan
wajahnya. Ia tidak tega melihat Rasulullah SAW dalam penderitaan seperti itu.

"Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku, sehingga kau memalingkan
wajahmu?" tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, "Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi
ajalnya?".
Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah masih sempat
berdoa untuk keselamatan umatnya. "Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Hamba mohon
limpahkan segala rasa sakit dari sakaratul maut umat-umatku nanti kepadaku, jangan kau
timpakan kepada umatku," doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh Rasulullah SAW semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan
sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, "Jagalah salat
dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian."

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin
Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, "Ummatii,
ummatii, ummatii... (Umatku, umatku, umatku...)."

Kisah diakhiri dengan hembusan nafas terakhir baginda nabi pada hari Senin, 12 Rabiul Awal
tahun 11 Hijriah. Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah hingga kesedihan mendalam
bagi para sahabat.
Betapa dalamnya cinta Rasulullah kepada umatnya. Dan betapa indahnya cinta apabila
dibalas dengan cinta. Mari kita Bersama menunjukkan cinta kita dengan bersholawat kepada
baginda nabi.

Anda mungkin juga menyukai