Anda di halaman 1dari 4

1

Fikih Islam dikenal sangat syamil dan kamil. Betapa luas kangkauan
fikih islam, karena setiap perilaku dan tingkah laku manusia mukallaf
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali ada aturan hukumnya di
dalam fikih Islam. Kitab-kitab fikih yang ditulis oleh para fuqaha baik
yang klasik (turats) maupun yang kontemporer tidak terhitung jumlahnya
dan masalah-masalah fiqhiyyah yang dimuat di dalamnya tentu berjumlah
jutaan. Maka dapat dipastikan bahwa umur manusia sebagai anugerah
Allah, sangat tidak memadai untuk digunakan menghafal masalah-masalah
fiqhiyyah. Namun dengan maunah Allah, fuqaha tidak kehabisan akal
untuk mendapatkan jalan keluar. Mereka memberikan solusi dengan cara
mengelompokkan, menyatukan dan meletakkan masalah-masalah fiqhiyyah
yang serupa di bawah naungan sebuah kaidah. Maka lahirlah sebuah ilmu
Bernama “qawaid fiqhiyyah”.
Dengan bantuan kaidah-kaidah fikih, para pelajar fikih tidak harus
menghafal semua masalah fikih, tapi cukup menguasai Sebagian ditambah
dengan penguasaan kaidah-kaidah fikiih melalui kitab-kitab qawaid yang
telah ditulis oleh beberapa fuqaha.
Beberapa jenis kaidah fikih yakni kulliyah dan kulliyah kubra.
Kaidah fikih kulliyah adalah kaidah-kaidah umum yang mencakup
beberapa kasus-kasus fikih, hanya saja jangkauannya lebih sempit
dibandingkan kaidah-kaidah kulliyah kubra. Kaidah fikih kulliyah kubra
terdiri dari lima kaidah induk yang disepakati oleh empat madzhab.
Diantara kelima al-Qawa’id al-Fikihiyyah al-Kubra, peneliti memilih
kaidah umum yang ketiga yakni:

‫ اَل َضَرَر َو اَل ِضَرَر‬: ‫اْلقَاِع َد ُة الثَّاِلَثُة‬


Kaidah ketiga; “Tidak boleh memudharatkan diri sendiri maupun orang
lain”.

Di antara dalil kaidah di atas adalah sebagai berikut:


‫َو اَل ُتْمِس ُك وُهَّن ِضَر اًرا ِّلَتْعَتُدو۟ا‬

“Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan” (QS. Al-


Baqarah : 231)
‫اَل َضَرَر َو اَل ِضَر اَر‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain”

1. ‫الَّض َر ُرُيَزاُل‬
“Kemudharatan harus dihilangkan”
Contoh kaidah, Di sebuah desa, ada sekelompok anak muda yang sering
berkumpul di satu tempat sambil tertawa-tawa sambil mabuk. Maka
pihak berwenang dan masyarakat harus bekerja sama untuk
menghentikan kebiasaan buruk mereka.
3

2. ‫الَّض َر ُر ُيْدَفُع ِبَقْد ِر ااْل ِءْم َك اِن‬


“Kemudharatan harus ditolak sebisa mungkin”
Contoh kaidah, membelah diri dari serangan binatang yang sedang
mengamuk (sha’il) harus dilakukan secara bertahap. Pertama kali
menghalau dengan bersuara, memukul dengan yang tidak mematikan
hingga alternatif terakhir dengan senjata tajam.
3. ‫الَّض َر ُر اَل ُيَز اُل ِبِم ْثِلِه‬
“Kemudharatan tidak bisa dihilangkan dengan cara menimbulkan
kemudharatan yang setara”
Contoh kaidah, pada saat paceklik melanda, Pak Mabruk dalam kondisi
kelaparan yang sangat hebat. Begitu pula Pak Masykur berada di dalam
kondisi yang sama, hanya saja dia masih beruntung memiliki simpanan
mekanan walaupun hanya cukup untuk dirinya. Nah, di dalam kondisi
seperti ini Pak Mabruk tidak boleh mengambil makanan Pak Masykur
untuk menyelamatkan jiwanya.
4. ‫الَّض َر ُر اَأْلَشُّد ُيَز اُل ِبالَّض َر ِر اَأْلَخِّف‬
“Kemudharatan yang berat boleh dihilangkan dengan kemudharatan
yang lebih ringan”
Contoh kaidah, tercatat di dalam sejarah perjanjian Hudaibiyah bahwa
Rasulullah SAW menerima beberapa persyaratan yang diajukan kafir
Quraisy dimana secara kasat mata terkesan merugikan kaum muslimin.
Namun persyaratan itu beliau terima demi menghindari terjadinya
mudarat yang lebih besar, yakni terbunuhnya kaum muslimin.
5. ‫ُيْخ َتاُر َأْهَو ُن الَّش َّرْيِن‬
“Dipilih salah satu dua kejelekan yang lebih ringan (dampaknya)”
Contoh kaidah, kebolehan membedah perut jenazah yang sedang hamil,
jika diyakini bayi yang dikandungnya masih dalam keaadaan hidup.
6. ‫َم ْفَس َدَتاِن ُرْو ِع َي َأْع َظُم ُهَم ا ِباْر ِتَك اِب َأَخ ِّفِهَم ا ِإَذ ا َتَع اَر َض‬
“Jika terdapat dua mafsadat, maka hindari mafsadat yang lebih besar dengan
cara melakukan masfsadat yang lebih ringan”
Contoh kaidah, boleh bersikap pasif di dalam menghadapi penguasa yang zalim,
jika mengingatkannya menimbulkan kemudharatan yang lebih besar”.
7. ‫ُيَتَحَّم ُل الَّض َر ُر اْلَخ اُّص ِلَد ْفِع الَّض َر ِر اْلَع اِّم‬
“Kemudharatan yang bersifat khusus dapat ditolerir (dibenarkan) demi menolak
kemudharatan umum (menimpa orang banyak)”
Contoh kaidah, memecat dan mecabut surat ijin praktek dokter yang sering kali
melakukan malpraktek (kesalahan yang terjadi berulanhg kali di dalam
mengobati pasien disebabkan tidak profesional) demi untuk menyelamatkan
jiwa orang banyak.
8. ‫َد ْر ُء اْلَم َفاِسِد َأْو لَى ِم ْن َج ْلِب اْلَم َص اِلِح‬
“Menolak mafsadah lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan”
Contoh kaidah, suatu proyek besar telah banyak mendatangkan keuntungan
finansial yang besar bagi masyarakat sekitar. Namun pada sisi lain, berdasarkan
hasil analisis dampak lingkuangan (amdal), proyek ini menimbulkan kerusakan
lingkungan yang parah serta mengancam keselamatan jiwa. Dengan demikian
proyek tersebut wajib dihentikan.
9. ‫الَّض َر ُر اَل َيُك ْو ُن َقِد ْيًم ا‬
“Kemudharatan tidak mengenal keabadian”
Contoh kaidah, wajib menghilangkan pipa milik seseorang yang melintasi jalan
dan berpotensi membahayakan keselamatan berlalu lintas. Sekalipun
keberadaannya sudah ada sejak lama.

Anda mungkin juga menyukai