Fikih Islam dikenal sangat syamil dan kamil. Betapa luas kangkauan
fikih islam, karena setiap perilaku dan tingkah laku manusia mukallaf
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali ada aturan hukumnya di
dalam fikih Islam. Kitab-kitab fikih yang ditulis oleh para fuqaha baik
yang klasik (turats) maupun yang kontemporer tidak terhitung jumlahnya
dan masalah-masalah fiqhiyyah yang dimuat di dalamnya tentu berjumlah
jutaan. Maka dapat dipastikan bahwa umur manusia sebagai anugerah
Allah, sangat tidak memadai untuk digunakan menghafal masalah-masalah
fiqhiyyah. Namun dengan maunah Allah, fuqaha tidak kehabisan akal
untuk mendapatkan jalan keluar. Mereka memberikan solusi dengan cara
mengelompokkan, menyatukan dan meletakkan masalah-masalah fiqhiyyah
yang serupa di bawah naungan sebuah kaidah. Maka lahirlah sebuah ilmu
Bernama “qawaid fiqhiyyah”.
Dengan bantuan kaidah-kaidah fikih, para pelajar fikih tidak harus
menghafal semua masalah fikih, tapi cukup menguasai Sebagian ditambah
dengan penguasaan kaidah-kaidah fikiih melalui kitab-kitab qawaid yang
telah ditulis oleh beberapa fuqaha.
Beberapa jenis kaidah fikih yakni kulliyah dan kulliyah kubra.
Kaidah fikih kulliyah adalah kaidah-kaidah umum yang mencakup
beberapa kasus-kasus fikih, hanya saja jangkauannya lebih sempit
dibandingkan kaidah-kaidah kulliyah kubra. Kaidah fikih kulliyah kubra
terdiri dari lima kaidah induk yang disepakati oleh empat madzhab.
Diantara kelima al-Qawa’id al-Fikihiyyah al-Kubra, peneliti memilih
kaidah umum yang ketiga yakni:
1. الَّض َر ُرُيَزاُل
“Kemudharatan harus dihilangkan”
Contoh kaidah, Di sebuah desa, ada sekelompok anak muda yang sering
berkumpul di satu tempat sambil tertawa-tawa sambil mabuk. Maka
pihak berwenang dan masyarakat harus bekerja sama untuk
menghentikan kebiasaan buruk mereka.
3