Anda di halaman 1dari 32

QAIDAH FIQHIYYAH

ASASIYYAH
Qaidah keempat:
ُ
‫ا لض ََّرار ُ يُ َزا ل‬
Kemudharatan (bahaya) itu wajib
dihilangkan.
Assalamualaikum

2
1
Pengertian Qaidah
Asasiyyah Keempat

Mudharat secara etimologi adalah berasal dari
kalimat "al-Dharar" yang berarti sesuatu yang
turun tanpa ada yang dapat menahannya. Al-
dharar (‫ ) ا لضرر‬adalah membahayakan orang
lain secara mutlak, sedangkan al-dhirar
(‫ ) ا لضرار‬adalah membahayakan orang lain
dengan cara yang tidak disyariatkan. Dalam
al-Qur’an ayat-ayat yang mengandung kata
yang berakar dari ‫ض رر‬.

4
“ Sedangkan Dharar secara
terminologi ada beberapa
pengertian diantaranya adalah Abu
Bakar al-Jashas, mengatakan
makna Dharar adalah ketakutan
seseorang pada bahaya yang
mengancam nyawanya atau
sebagian anggota badannya.

5

Dharar adalah kesulitan yang
sangat menentukan eksistensi
manusia, karena jika ia tidak
diselesaikan maka akan
mengancam agama, jiwa,
nasab, harta serta kehormatan
manusia.

6
2
Dasar Hukum Kaidah
⦁ Al-Qur’an
َ ِ‫ض َرارًا لِّتَ ْعتَ ُد ْوا ۚ َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذل‬
ٗ‫ك فَقَ ْد ظَلَ َم نَ ْف َسه‬ ِ ‫ۗ َواَل تُ ْم ِس ُك ْوهُ َّن‬
Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu
menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim
terhadap dirinya sendiri. (Al-Baqarah ayat 231)

⦁ Hadist
‫ض َرا َر‬
ِ ‫ض َر َر َوال‬
َ ‫ال‬
Tidak boleh membahayakan dan tidak boleh (pula) saling membahayakan
(merugikan) (H.R. Ahmad bin Hambal)

8
3
Klasifikasi
Kepentingan
Manusia
Kebolehan berbuat atau meninggalkan sesuatu karena dharar adalah untuk memenuhi
penolakan terhadap bahaya, bukan yang selain yang demikian itu. Dalam kaitan ini
Wahbah az-Zuhaily membagi kepentingan manusia akan sesuatu dengan lima
klasifikasi, yaitu:
 Dharar, yaitu kepentingan manusia yang diperbolehkan menggunakan sesuatu yang
dilarang, karena kepentingan itu menempati puncak kepentingan manusia, apabila
tidak dilaksanakan maka mendatangkan kerusakan.
 Hajat, yaitu kepentingan manusia akan sesuatu yang apabila tidak dipenuhi
mendatangkan kesulitan atau mendekati kerusakan.
 Manfaat, yaitu kepentingan manusia untuk menciptakan kehidupan yang layak.
 Zienah, yaitu kepentingan manusia yang terkait dengan nilai-nilai estetika.
 Fudhul, yaitu kepentingan manusia hanya sekedar untuk berlebih-lebihan, yang
memungkinkan mendatangkan kemaksiatan atau keharaman

10
4
Bagian-bagian
Kaidah Asasiyyah
Keempat
“ ‫ْو َر ات ُ تُبِيْح ُ ْال َمحْ ظُ ْو َر ات‬
“Kemudharatan-kemudharatan itu
dapat memperbolehkan
keharaman”

12
Contoh :
Seseorang dengan keadaan kelaparan dan tidak
ditemukannya makanan halal. Pada konteks ini
seseorang diperbolehkan memakan makanan yang
haram. Mengingat keadaan orang itu kritis sampai
mendekati kematian dan mengharuskan untuk segera
makan. Akan tetapi tentu makan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

13
“ َ ‫ض ُر ْو َر ات ِ يُقَ َّدر ُ بِقَ َد ِر هَا‬
َّ ‫لِل‬
“ Apa yang dibolehkan karena
darurat diukur sekadar
kedaruratannya”.

14
Contoh :
Orang kelaparan yang mendekati kematian. Pada kondisi
demikian seseorang tidak menemukan makanan halal apapun
selain daging hewan yang diharamkan untuk dimakan yang
ada di depannya. Berdasarkan kaidah cabang ini seseorang
boleh memakan daging hewan yang diharamkan sekedarnya
saja untuk menyambung hidup. Apabila orang tersebut
nyawanya sudah merasa terselamatkan, maka tidak boleh
memakan sepuas-puasnya karena memang kadar
kedaruratannya telah terpenuhi.

15

‫ر ُ يُ ْدفَع ُ بِقَدر ِ اْإل ِ ْم َكان‬
“Darurat harus ditolak semampu
mungkin”.

16
Contoh :
Masuk dalam sistem pemerintahan negara kafir itu
diperbolehkan dengan pertimbangan untuk menurunkan
kadar kemudharatan. Dalam hal ini meskipun tidak
dapat menghilangkan kemudharatan tersebut secara
keseluruhan, paling tidak dapat meminimalkan
kemudharatan yang ada.

17

َّ ‫الخاص ُ لِ َد ْفع ِ ال‬
‫ض َر ر ِ ال َعام‬ َ ُ ‫ض َر ر‬
َّ ‫ال‬
“Bahaya khusus harus ditempuh
untuk menolak bahaya umum”.

18
Contoh :
Penjual senjata dilarang menjual senjata ketika terjadi
peperangan. Apabila itu dilakukan, maka bahaya akan
semakin luas serta menyebabkan permusuhan tak
kunjung damai.

19

“Kemudahan itu tidak dapat
digugurkan dengan kesulitan”

20
Contoh :
Dalam shalat, seseorang wajib berdiri mulai rakaat
pertama samapi rakaat terakhir. Namun, jika ia hanya
mampu berdiri pada sebagian rakaat, maka kewajiban
berdiri hanya pada rakaat yang ia mampu. Kemudian
untuk rakaat yang lain, bisa dilakukan dengan duduk
jika memang sudah tidak mampu lagi berdiri.

21

“Keterpaksaan itu tidak dapat
membatalkan hak orang
lain”.

22
Contoh :
Menghilangkan barang orang lain yang dipakai saat
keadaan terpaksa. Dalam kasus ini orang yang
menghilangkan barang tersebut harus mengganti
seharga barang yang telah dihilangkan. Meskipun ia
menghilangkan barang tersebut dalam kondisi terpaksa,
bukan berarti ia lepas dari tanggungjawab untuk
menggantinya karena sesuai kaidah ini bahwa hak milik
orang lain tidak dapat dibatalkan dengan adanya
keterpaksaan.

23
“ “Menolak kerusakan lebih
diutamakan daripada menarik
maslahah dan apabila berlawanan
antara yang mafsadah dan
maslahah maka yang didahulukan
adalah menolak mafsadahnya”.

24
Contoh :
Sulitnya membedakan jika telah bercampur antara uang
halal dan haram. Jika terjadi yang demikian, maka
meninggalkan keduanya adalah lebih utama.
Maksudnya untuk menghindari supaya tidak memakan
dengan menggunakan uang haram, maka solusi yang
terbaik dengan meninggalkan keduanya.

25

“Kemudharatan itu tidak dapat
dihilangkan dengan kemudharatan
yang lain”

26
Contoh :
Seorang dokter tidak boleh mengambil darah orang lain untuk
didonorkan kepada pasien yang membutuhkan darah. Sebab
dengan mengambil darah orang tersebut dapat menyebabkan
kematian pada dirinya. Tentunya hal ini sangat bertentangan
dengan kaidah cabang ini yakni orang tersebut berusaha
menghilangkan bahaya orang lain, namun mendatangkan
bahaya baru. Jika dalam kasus ini mengacu pada kaidah
cabang, maka jangan sampai seseorang menyelamatkan nyawa
orang lain namun mengorbankan nyawa dirinya sendiri
ataupun sebaliknya.

27
“ “Apabila dua mafsadah
bertentangan, maka perhatikan
mana yang lebih besar
mudharatnya dengan memilih
yang lebih ringan mudharatnya”

28
Contoh:
Shalat dengan memakai pakaian seadanya karena
memang tidak ada pakaian yang dapat menutup aurat
selain pakaian tersebut. Sebab kerusakan atau mafsadah
memakai pakaian seadanya saat shalat jauh lebih ringan
dibandingkan meninggalkan shalat. Jadi mafsadah yang
lebih ringanlah yang harus kita tempuh agar shalat tetap
terlaksana.

29

“Kebutuhan umum atau khusus
dapat menduduki tempatnya
darurat”

30
Contoh :
Akad salam. Akad ini merupakan akad yang menjual
barang yang belum wujud asal sifat-sifatnya atau
contohnya telah ada. Pada dasarnya akad ini tidak
diperbolehkan karena bertentangan dengan qiyas yaitu
menjual barang yang belum ada wujudnya. Dalam hal
ini akad salam ini diperbolehkan karena dapat
memberikan kemudahan dalam transaksi dan menjadi
kebutuhan umum.

31
Thanks!
Any questions?

32

Anda mungkin juga menyukai