Anda di halaman 1dari 10

KAIDAH KE-EMPAT QAWAID FIQHIYAH

َّ ‫اَل‬
‫ض َر ُر يُ َزا ُل‬
“ KEMUDHARATAN ITU HARUS DIHILANGKAN ”

KELOMPOK 7:

Muhammad Athallariq Yonanda (22001012044)


Siti Afria Dwi Setiani (22001012070)
Aludin Rumi (220010120)
Maksud Kata Dharurah

Darurat secara bahasa adalah berasal dari kalimat


"adh dharar"yang berarti sesuatu yang turun tanpa
ada yang dapat menahannya. Darurat secara istilah
menurut para ulama ada beberap pengertian
diantaranya adalah:
1. Abu Bakar Al Jashas, "Makna darurat di sini adalah
ketakutan seseorang pada bahaya yang mengancam
nyawanya atau sebagian anggota badannya karena ia tidak
makan.
2. Menurut Ad Dardiri, "Darurat ialah menjaga diri dari
kematian atau dari kesusahan yang teramat sangat.

3. Menurut sebagian ulama dari Madzhab Maliki, "Darurat


ialah mengkhawatirkan diri dari dari kematian berdasarkan
keyakinan atau hanya sekedar dugaan.

4. enurut Asy Suyuti, "Darurat adalah posisi seseorang pada


sebuah batas dimana kalau ia tidak mengkonsumsi sesuatu
yang dilarang maka ia akan binasa atau nyaris binasa
Penjelasan kaedah ad-dharûrah yuzalu

Islam tidak menghendaki adanya kemudaratan bagi


pemeluknya, maka harus dihilangkan jika ada. Kaedah ini
sering diungkapakan melalui hadis rasulullah:

‫ال ََض َرر َوال َ ِض َر َار‬

“Tidak boleh memberi memudaratkan dan membalas


kemudaratan”
Para ulama berbeda pendapat tentang perkataan dharar
dan dhirar yaitu:

1. Al-Husaini mengartikan al-dharar dengan


bagimu ada manfaat tapi bagi tetanggamu ada
mudarat”.Sedangkan al-dhirar diartikan dengan
bagimu tidak ada manfaatnya dan bagi orang lain
memudaratkan.

2. Ulama lain mengartikan al-dharar dengan


“membuat kemudaratan” dan al-dhirar diartikan
membawa kemudaratan di luar ketentuan syari’ah.
jika seseorang tetangga membuat
Contoh saluran air untuk rumahnya yang
menyebabkan kerapuhan tembok
(dinding) rumah tetangganya sehingga
dapat membuatnya roboh, maka
pembuatan saluran air ini tidak
para ahli hukum dalam menetapkan diperbolehkan karena alasan ini dan
asas hukum umum dalam mengingat bahaya yang begitu jelas di
perhubungan bertetangga rumah, dalamnya.
bahwa kebebasan tetangga dalam
menjalankan hak kepemilikannya
dibatasi dengan keharusan tidak
mendatangkan bahaya dan kerusakan
yang nyata pada hak tetangganya.
contoh lainnya mengenai kaedah ad-dharûrah yuzalu
antara lain:
1. Larangan menimbun barang-barang kebutuhan pokok
masyarakat karena perbuatan tersebut mengakibatkan
kemudaratan bagi rakyat.

2. Larangan menghancurkan pahon-pahon, membunuh


anak kecil, orang tua, wanita, dan orang-orang yang tidak
terlibat perperangan dan pendeta agama lain adalah untuk
menghilangkan kemudaratan.

3. Kewajiban berobat dan larangan membunuh diri juga


untuk menghilangkan kemudaratan.

4. Larangan murtad dari agama islam dan larangan mabuk-


mabukan juga untuk menghilangkan kemudaratan
Dasar-dasar nash yang berkaitan dengan kaedah Ad-Dhararu
Yuzalu, antara lain:

2. Firman Allah Q.S al-Qoshosh: 77

1. Firman Allah SWT Q.S al-Baqarah: 173

3. Fiman Allah QS al-Baqarah: 231

4. Firman Allah QS ath-Thalaaq: 6

5. Sabda Rasulullah SAW


‫ال ََض َرر َوال َ ِض َر َار‬
“Tidak boleh membuat kerusakan pada diri sendiri serta membuat kerusakan
pada orang lain.” (HR. Ahamad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Perbedaan antara Masyaqqot (kesulitan) dengan darurat

Masyaqqot adalah suatu kesulitan yang menghendaki


adanya kebutuhan (hajat) tentang sesuatu, bila tidak
dipenuhi tidak akan membahayakan eksistensi
manusai.
Darurat adalah kesulitan yang sangat menentukan
eksistensi manusia, karena jika ia tidak diselesaikan
maka akan mengancam agama, jiwa, nasab, harta serta
kehormatan manusia
Dengan adanya masyaqqot akan mendatangkan
kemudahan atau keringanan.

Sedang dengan adanya darurat akan adanya


penghapusan hukum.
Cabang – Cabang Qaidah‫َاــل َّضـ َر ُر ُيــ َزـ ُال‬
Qaidah Pertama:
‫لض َر ِر‬ ُ ‫ال َْض َر ُر ال َيُ َز‬
َ ‫ال ِبا‬
(Kemadharatan itu tidak bisa dihilangkan dengan kemadhratan yang lain)

Kaedah ini semakna dengan kaedah:


‫ال َب ِمثْل ِ ِه‬
ُ ‫ال َْض َر ُر ال َيُ َز‬
“ Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang sebanding”

Qaidah Kedua:
‫ات‬ ِ ‫يح ال َْم ْحظ ُ ْو َر‬ ُ ‫ات تُ ِب‬ َّ
ُ ‫الض ُر ْو َر‬
(Kondisi darurat memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang)
Dasar nash dari kaidah di atas adalah firman Allah:
ۗ‫ااضط ُ ِر ْرتُ ْم اِل َْي ِه‬
ْ ‫ام‬ َ َّ ‫ح َّر َم َعل َْيك ُ ْم اِل‬
َ ‫َوقَ ْد ف ّ ََص َل لَكُ ْم َّما‬
“Dan sesunguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.” (QS. al-An’am:119)
‫عل َْي ِه‬ َ ‫اغ َّول َا َعا ٍد َفلَٓا اِث َْم‬ َ ‫اضط ُ َّر‬
ٍ ‫غ ْي َر َب‬ ْ ‫ف ََم ِن‬
“Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak
menginginkannya, serta tidak melampaui batas maka tiada dosa baginya”. (QS.Al-
Baqarah:173)
Qaidah Ketiga: Qaidah Keempat:

• ‫لض ُر ْو َر ِة يُ َق َّد ُر ِب َق َّد ِر َها‬


َّ ِ‫َماا ُ ِب ُح ل‬ • ‫عل َى َجل ِْب‬ َ ‫اس ِد ُم َق َّد ٌم‬
ِ ‫َد ْر ُء ال َْم َف‬
• (Apa yang diperbolehkan ‫ال َْم َصالِ ِح‬
karena adanya • (Menolak mafsadah
kemudlaratan diukur (kerusakan) didahulukan
menurut kadar daripada mengambil
kemudlaratan) kemaslahatan

Qaidah Kelima:

‫ب َأ َخفِّ ِه َما‬
ِ ‫ارتِ َكا‬ َ ‫س َدتَا ِن ُر ْو ِع َي َأ ْعظَ ُم ُه َما‬
ْ ِ‫ض َر ًرا ب‬ َ ‫اِ َذا تَ َعا َر‬
ِ ‫ض ا ْل ُم ْف‬

(Jika ada dua kemadaratan yang bertentangan, maka diambil kemadaratan yang
paling besar)
Maksudnya, apabila ada dua mafsadah bertentangan, maka perhatikan mana yang
lebih besar madharatnya dengan memilih yang lebih ringan madharatnya.

Anda mungkin juga menyukai