Anda di halaman 1dari 15

AL-QOWAIDUL

KHAMSAH
PART II
KELOMPOK PUTRI
XII IPA 2
OLEH :
XII IPA 2 PUTRI
Aisyah Eka Putri
Nurfadillah
Amalyah Rizky
Nurul Rihhadatul ‘A.
Husna Abidah
Saski Mardina Laksana
Ismah Arif Marzuqah
Virna Novrilya
Nur Khalifah
AL-QOWAIDUL KHAMSAH

01 02
‫ض َر ُريُ َزا ُل‬
َ ‫ال‬ ٌ‫اَل َعا َدةُ ُم َح َك َمة‬
Bahaya Harus Dicegah Kebiasaan Bisa
Dijadikan sebagai
Hukum
01
‫ض َر ُريُ َزا ُل‬
َ ‫ال‬
Bahaya Harus Dicegah
“Mudharat secara etimologi adalah
berasal dari kalimat "al-Dharar" yang
berarti sesuatu yang turun tanpa ada
yang dapat menahannya. Al-dharar
(‫ )ا لضرر‬adalah membahayakan orang lain
secara mutlak, sedangkan al-dhirar
(‫ )ا لضرار‬adalah membahayakan orang lain
dengan cara yang tidak disyariatkan.”
Landasan Hukum
 Firman Allah SWT dalam Surah Al-A’raf ayat 55

َ ‫َوال تُ ْف ِس‬
ِ ْ‫دوافِى ااْل َر‬
)‫ ه ه‬:‫ض (االعراف‬

Artinya :” Dan jangan kamu sekalian membuat kerusakan


dibumi”(QS. al-A’raf: 55)

 Sabda Nabi SAW:

ِ َ‫ض َر َر َوال‬
‫ض َرا َر‬ َ َ‫ال‬

Artinya :“Tidak boleh membuat kerusakan pada diri sendiri serta


membuat kerusakan pada orang lain”. (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah dari Ibnu Abbas).
‫ض َر ُريُ َزا ُل‬
َ ‫ال‬
Pada Kaidah add-dharurat tubih al-mahdhurat (‫ ِب ْي ُح‬EEE‫ضر ُْو َرة ُت‬ َ
َ ‫ل‬EE‫ا‬
ْ dan kaidah ma ubih li adh-dharurah yuqaddar bi
‫ت‬Eِ ‫ل َمحْ ظُ ْو َرا‬EE‫)ا‬
qadrihah (‫َرهَا‬ ِ ‫َ َد ُربِقَد‬E‫ق‬EE‫ت ُي‬Eِ ‫ُورا‬
َ ‫ضر‬َ ‫ل‬EE‫ ل‬E‫)ماُأبِ ْي َع‬.
َ Kondisi darurat menurut
Imam as-Suyuthi, ada beberapa kaidah:

 Kondisi darurat membolehkan keharaman


 Perkara yang dibolehkan karena darurat dibatasi sesuai
kadar kedaruratannya
LEVEL KONDISI

Darurat Hajat

Zinah Fudhul
Manfaat
‫ض َر ُريُ َزا ُل‬
َ ‫ال‬
 Kebolehan karena uzur dan akan hilang ketika uzurnya
hilang. Segala sesuatu yang dibolehkan karena uzur atau
darurat, maka hukum kebolehannya akan batal sebab
uzur atau daruratnya hilang.

 Tidak boleh menghilangkan bahaya atau kerugian orang


dengan tindakan yang berakibat membahayakan atau
merugikan orang lain.

 Ulama mengunggulkan penolakan mafsadah daripada


pengambilan maslahah.
02
ٌ‫اَل َعا َدةُ ُم َح َك َمة‬
Kebiasaan Bisa
Dijadikan sebagai
Hukum
“Adah adalah suatu (perbuatan) logis yang
dilakukan secara terus menerus oleh
manusia.”

“Sedangkan ‘Uruf tidak hanya


merupakan perbuatan, tetapi juga
perkataan atau juga meninggalkan
sesuatu.”
Landasan Hukum
 Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa 115

‫يَتَّبِ ْع َغ ْي َر َسبِ ْي ِل ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ نُ َولِّ ٖه َما تَ َو ٰلّى َونُصْ لِ ٖه َجهَنَّ ۗ َم‬E‫ق ال َّرسُوْ َل ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْاله ُٰدى َو‬
ِ ِ‫َو َم ْن يُّ َشاق‬
‫ص ْيرًا‬
ِ ‫ت َم‬ ْ ‫ࣖ َو َس ۤا َء‬
Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya
itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An-Nisa’ [4] : 115)

 Hadis Nabi Saw.:

Apa yang dilihat (dianggap) baik oleh seorang muslim, maka menurut
Allah Swt. adalah baik. (HR.Ahmad)
STANDAR LEGALITAS ADAT

 Cukup sekali
(tanpa pengulangan)

 Harus terulang
dua atau tiga kali

 Berulang kali sampai muncul


dugaan kuat adat tersebut tidak
berubah-ubah.
ٌ‫اَل َعا َدةُ ُم َح َك َمة‬
 Kaidah ‘adah mu’tabarah, adat bisa dijadikan pijakan
hukum bila berlaku secara merata di suatu daerah.
 Pertentangan ‘urf dan syara’ dapat diklasifikasikan
menjadi dua:
- Bila tidak berkaitan dengan hukum syar’i, maka
didahulukan ‘urf yang berlaku.
- Bila berkaitan dengan hukum syar’i, maka
didahulukan syar’i.
 Mayoritas para ulama mengunggulkan pendapat yang
tidak menempatkan adat pada posisi syarat.
‫َج َزا ُك ُم هللا َخ ْي ًرا َكثِ ْي ًرا‬

SEKIAN
SEMOGA BERMANFAAT

Ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai