Anda di halaman 1dari 4

Dosa Durhaka Kepada Orang Tua

Sesungguhnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya sangat besar. Fakta ini tidak bisa
diingkari oleh siapapun juga. Seorang ibu telah mengandung anaknya dalam keadaan lemah
dan susah. Dia menyabung nyawa untuk melahirkan anaknya. Kemudian memelihara dan
menyusui dengan penuh kelelahan dan perjuangan selama dua tahun.

Allah ‘Azza wa Jalla memberitakan sebagian jasa tersebut dalam firman-Nya :

‫صالُهُ ثَاَل ثُونَ َش ْهرًا‬ َ ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا ۖ َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا ۖ َو َح ْملُهُ َوف‬ َّ ‫َو َو‬

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Demikian juga sang bapak menantang panas dan hujan guna mencukupi kebutuhan
keluarganya. Sehingga tidak heran jika keduanya memiliki hak yang harus dipenuhi oleh sang
anak, bahkan hak orang tua itu mengiringi hak Allah ‘Azza wa Jalla. Dia berfirman:

‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا‬

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An-Nisa`: 36).

Ibadallah,

Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang utama

Hak kedua orang tua itu melebihi manusia manapun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjelaskan hal ini dalam hadits sebagai berikut:

‫اس بِ ُحس ِْن‬ِ َّ‫ق الن‬ُّ ‫ُول هَّللا ِ َم ْن أَ َح‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل يَا َرس‬
َ ِ ‫ال َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َرسُو ِل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
َ‫ال ثُ َّم أَبُوك‬
َ َ‫ال ثُ َّم َم ْن ق‬ ُ
َ َ‫ال ثُ َّم أ ُّمكَ ق‬
َ َ‫ال ثُ َّم َم ْن ق‬ ُ
َ َ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم أ ُّمكَ ق‬ ُ
َ ‫ص َحابَتِي قَا َل أ ُّم‬
َ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling
berhak mendapatkan perbuatan kebaikanku?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Ibumu,” lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Ibumu,” Lelaki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa ?” Beliau menjawab,
“Bapakmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Bahkan kewajiban berbakti kepada orang tua itu melebihi kewajiban jihad fi sabilillah.

‫ك َعلَى ْال ِهجْ َر ِة َو ْال ِجهَا ِد أَ ْبت َِغي اأْل َجْ َر‬ َ ‫ال أُبَايِ ُع‬ َ ِ ‫ال أَ ْقبَ َل َر ُج ٌل إِلَى نَبِ ِّي هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ِرو ْب ِن ْال َع‬
َ َ‫اص ق‬
‫ال فَارْ ِج ْع ِإلَى َوالِ َد ْيكَ فَأَحْ ِس ْن‬ َ َ‫ك أَ َح ٌد َح ٌّي قَا َل نَ َع ْم بَلْ ِكاَل هُ َما قَا َل فَتَ ْبت َِغي اأْل َجْ َر ِمنَ هَّللا ِ قَا َل نَ َع ْم ق‬
َ ‫ِمنَ هَّللا ِ قَا َل فَهَلْ ِم ْن َوالِ َد ْي‬
‫صُحْ بَتَهُ َما‬

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki datang
kepada Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Aku berbai’at kepadamu untuk
hijrah dan jihad, aku mencari pahala dari Allah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
‘Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, “Bahkan keduanya
masih hidup.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah kamu mencari pahala
dari Allah?” Dia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Kalau begitu pulanglah kepada kedua orang
tuamu, lalu temanilah keduanya dengan sebaik-baiknya”. (HR Muslim).
Ibadallah,

Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar.

Selain memerintahkan birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), agama Islam juga
melarang ‘uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua), bahkan memasukkannya ke
dalam dosa-dosa besar yang mengiringi syirik. Banyak hadits-hadits yang berkaitan dengan hal
ini, antara lain:

َ َ‫ال يَا َرسُو َل هَّللا ِ َما ْال َكبَائِ ُر ق‬


‫ال‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل َجا َء أَ ْع َرابِ ٌّي إِلَى النَّبِ ِّي‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َر‬
ْ َّ َ ْ ْ ُ ْ ُ
َ ‫ال اليَ ِمينُ ال َغ ُموسُ قلت َو َما اليَ ِمينُ ال َغ ُموسُ قا َل ال ِذي يَقت َِط ُع َم‬
‫ال‬ ْ ْ َ َ
َ ‫ال ث َّم َماذا ق‬ ُ َ ْ ُ ‫ك بِاهَّلل ِ قَا َل ثُ َّم َما َذا قَا َل ثُ َّم ُعقو‬
َ ‫ق ال َوالِ َد ْي ِن ق‬ ُ ُ ‫اإْل ِ ْش َرا‬
ٌ‫ئ ُم ْسلِ ٍم ه َُو فِيهَا َكا ِذب‬ ٍ ‫ا ْم ِر‬

Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa-dosa besar itu?” Beliau menjawab,
“Menyekutukan sesuatu dengan Allah”, ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab,
“Kemudian durhaka kepada dua orang tua,” ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah yang menjerumuskan”. Aku bertanya, “Apa
sumpah yang menjerumuskan itu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah
dusta yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim”. (HR al-Bukhari).

Walaupun kedudukan orang tua begitu tinggi, tetapi banyak orang melupakan tuntunan agama
yang suci ini. Mereka tidak peduli lagi dengan hak mereka dan tidak menunaikannya
sebagaimana mestinya.

Ibadallah,

Adapun bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua atau uququl walidain adalah:

‘Uququl walidain adalah lawan dari birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Durhaka
kepada kedua orang tua, artinya ialah tidak menaatinya, memutuskan hubungan dengan
keduanya, dan tidak berbuat baik kepada keduanya. (Lihat Lisanul ‘Arab, karya Ibnul-
Manzhur).

Fenomena durhaka kepada orang tua itu sangat banyak, antara lain sebagai berikut :

Pertama: Mengucapkan perkataan yang menunjukkan tidak suka, seperti “ah” atau
semacamnya, dan demikian juga membentak dan bersuara keras kepada orang tua.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

ْ‫ك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل‬
َ ‫ض ٰى َربُّكَ أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
َ َ‫َوق‬
‫لَهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra`: 23).

Jika ada kata yang lebih ringan dari “ah” yang menyakitkan orang tua, tentu sudah dilarang
juga. Ketika mengucapkan “ah” kepada orang tua sudah dilarang, apalagi mengucapkan kata-
kata yang lebih kasar dari itu atau memperlakukan mereka dengan buruk, maka itu lebih
terlarang.

Kedua: Mengucapkan perkataan atau melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua
bersedih hati, apalagi sampai menangis.
Ketiga: Bermuka masam dan cemberut kepada orang tua.

Sebagian orang didapati sebagai orang yang pandai bergaul, suka tersenyum, dan berwajah
ceria bersama kawan-kawannya. Namun ketika masuk ke dalam rumahnya, bertemu dengan
orang tuanya, dia berbalik menjadi orang yang kaku dan keras, berwajah masam dan berbicara
kasar. Alangkah celakanya orang yang seperti ini. Padahal seharusnya orang yang dekat itu
lebih berhak terhadap kebaikannya.

Keempat: Mencela orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung.

َ ‫ قَالُوا يَا َرس‬.‫ ِمنَ ْال َكبَائِ ِر َش ْت ُم ال َّرج ُِل َوالِ َد ْي ِه‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
ْ‫ُول هَّللا ِ هَل‬ َ ‫اص أَ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
ُ‫ نَ َع ْم يَسُبُّ أَبَا ال َّر ُج ِل فَيَسُبُّ أَبَاهُ َويَسُبُّ أُ َّمهُ فَيَسُبُّ أُ َّمه‬: ‫ال‬
َ َ‫يَ ْشتِ ُم ال َّر ُج ُل َوالِ َد ْي ِه ؟ ق‬

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orang tuanya,” mereka bertanya,
“Wahai Rasulullah, adakah orang yang mencela dua orang tuanya ?” Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Ya, seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela
bapaknya. Seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain itu mencela ibunya.” (HR al-
Bukhari, no. 5 628; Muslim, no. 90. Lafazh hadits ini milik Imam Muslim)

Kelima: Memandang sinis kepada orang tua.

Yaitu memandangnya dengan sikap merendahkan, menghinakan, atau kebencian.

Keenam: Malu menyebut mereka sebagai orang tuanya.

Sebagian anak diberi kemudahan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam masalah duniawi, sehingga ia
menjadi orang terpandang di hadapan masyarakat. Namun sebagian mereka kemudian merasa
malu mengakui keadaan orang tuanya yang terbelakang di dalam tingkat sosial atau
ekonominya.

Ketujuh: Memerintah orang tua.

Seperti memerintah ibu untuk menyapu rumah, mencuci baju, menyiapkan makanan. Tindakan
ini tidak layak, apalagi jika ibu dalam keadaan lemah, sakit, atau sudah tua. Namun jika sang ibu
melakukan dengan sukarela dan senang hati, dalam keadaan sehat dan kuat, maka tidak
mengapa.

‫ أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللا َلِ ْي َولَ ُك ْم‬, ‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاألَيَا‬, ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُرْ ا ِن ْال َع ِظي ِْم‬
َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
ْ‫َّحي ُم‬ ُ َ ْ َّ ْ
ِ ‫ فاستغفِرُوْ هُ إِنهُ ه َُو الغفوْ ُر الر‬, ‫ب‬ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ ْ
ٍ ‫َولِكاف ِة ال ُمسلِ ِمينَ ِمن ك ِّل ذن‬ْ َ َ

Khutbah Kedua:

‫ض َولَهُ ْال َح ْم ُد فِي اآْل ِخ َر ِة َوه َُو ْال َح ِكي ُم ْال َخبِي ُر‬
ِ ْ‫ت َو َما فِي اأْل َر‬
ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال َّس َما َوا‬

ُ‫أَ َّما بَ ْع ُد أَيُّهَا النَّاس‬:

‫اِتَّقُوْ ا هللاَ ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَى‬

Ibadallah,

Bentuk lainnya dari sifat yang merupakan durhaka kepada orang tua adalah:

Kedelapan: Memberatkan orang tua dengan banyak permintaan.

Sebagian orang banyak menuntut orang tuanya dengan berbagai permintaan, padahal orang
tuanya dalam keadaan tidak mampu. Ada anak yang meminta dibelikan baju-baju model baru,
handphone baru, sepeda motor, atau lainnya. Bahkan ada seseorang sudah menikah, kemudian
‫‪meminta orang tuanya untuk dibelikan mobil, atau dibuatkan rumah, atau meminta uang yang‬‬
‫‪banyak, dan semacamnya.‬‬

‫‪Kesembilan: Lebih mementingkan isteri daripada orang tua.‬‬

‫‪Sebagian orang lebih mentaati isterinya daripada mentaati kedua orang tuanya. Sebagian‬‬
‫‪orang berlebihan dalam menampakkan kecintaan kepada isterinya di hadapan orang tua, tetapi‬‬
‫‪pada waktu yang sama ia bersikap kasar kepada orang tuanya.‬‬

‫‪Kesepuluh: Meninggalkan orang tua ketika masa tua atau saat membutuhkan anaknya.‬‬

‫‪Sebagian anak ketika menginjak dewasa memiliki pekerjaan yang mengharuskannya untuk‬‬
‫‪meninggalkan orang tuanya, lalu ia sibuk dengan urusannya sendiri. Sehingga sama sekali tidak‬‬
‫‪melakukan kebaikan untuk orang tuanya, baik dengan doa, bantuan uang, tenaga, maupun‬‬
‫‪lainnya.‬‬

‫‪Inilah diantara bentuk-bentuk kedurhakaan yang harus ditinggalkan. Demikian juga bentuk-‬‬
‫‪bentuk lainnya yang merupakan kedurhakaan, maka harus dijauhi. Semoga Allah selalu‬‬
‫‪membimbing kita dalam kebaikan.‬‬

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ ،‬و َش َّر األُ ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‪َ ،‬و ُك َّل بِ ْد َع ٍة َ‬
‫ضاَل لَةٌ‪،‬‬ ‫ي هَ ْد ُ‬
‫ي ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ث ِكتَابُ هللاِ‪َ ،‬و َخ ْي َر الهَ ْد ِّ‬ ‫َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن َخ ْي َر َ‬
‫الح ِد ْي ِ‬
‫‪َ .‬و َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال َج َما َع ِة‪ ،‬فَإ ِ َّن يَ َد هللاِ َعلَى َ‬
‫الج َما َع ِة‪َ ،‬و َم ْن َش َّذ َش َّذ فِي النَّ ِ‬
‫ار‬

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما(‬ ‫ُص ُّلونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬
‫ك نَبِيَّنَا ‪)،‬إِ َّن هَّللا َ َو َمالئِ َكتَهُ ي َ‬ ‫اللَّهُ َّم صلِّ وسلِّم َعلَى َع ْب ِدكَ َو َرسُوْ لِ َ‬
‫َ‬
‫َّحابَ ِة أجْ َم ِع ْينَ ‪َ ،‬وع َِن‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلفَائِ ِه ال َرا ِش ِد ْينَ ‪ s،‬اَأْل ئِ َّم ِة اَل َم ْه ِديِ ْينَ ‪ s،‬أبِي بَ ْك ٍر‪َ ،‬و ُع َم َر‪َ ،‬وعُث َمانَ ‪َ ،‬و َعلِ ٍّي‪َ ،‬وع َِن الص َ‬
‫ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬وارْ َ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬
‫ان إِلى يَوْ ِم الد ْينَ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫‪.‬التابِ ِع ْينَ ‪َ ،‬و َمن تبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬

‫ك َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ ‪َ ،‬و َد ِّمرْ أَ ْعدَا َء ال ِّد ْينَ ‪َ ،‬واجْ َعلْ هَ َذا البَلَ ُد آ ِمنا ً ُم ْستَقِ ًّرا َو َسائِ َر بِاَل ِد ال ُم ْسلِ ِم ْينَ‬ ‫اللَّهُ َّم أ ِع َّز اإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ُ‬
‫ظ َعلَ ْينَا أَ ْمنَنَا َوإِ ْي َمانَنَا َوا ْستِ ْق َرا َرنَا فِي أَوْ طَانِنَا‪َ ،‬وآ ِّمنَا فِي ُد َو ِرنَا َوأَصْ لِحْ ُواَل ةَ أ ُموْ ِرنَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم اَل‬ ‫عَا َمةً يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم احْ فَ ْ‬
‫اًل‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫س ال ِذ ْينَ َكفرُوْ ا فأنتَ أ َش ُّد بَأسًا َوأ َش ُّد تَن ِك ْي ‪،‬‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫َّاح ِم ْينَ ‪ ،‬اللهُ َّم كف َعنا بَأ َ‬ ‫َ‬
‫ك َو يَرْ َح ُمنَا يَا أرْ َح َم الر ِ‬ ‫اَل‬ ‫ط َعلَ ْينَا بِ ُذنُوْ بِنَا َم ْن اَل يَخَافُ َ‬ ‫تُ َسلِّ ْ‬
‫ظ بِاَل َد ال ُم ْسلِ ِم ْينَ يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫ظ هَ ِذ ِه البِاَل دَ‪ ،‬آ ِمنَةً ُم ْستَقِ َّرةً َواحْ فَ ْ‬‫ظ هَ ِذ ِه البِاَل دَ‪ ،‬اَللَّهُ َّم احْ فَ ْ‬
‫ظ هَ ِذ ِه البِاَل دَ‪ ،‬اَللَّهُ َّم احْ فَ ْ‬ ‫‪.‬اَللَّهُ َّم احْ فَ ْ‬

‫ضلِّ ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ بِطَانَتَهُ ْم َوا ْب ِع ْد َع ْنهُ ْم بِطَانَةَ السُّوْ ِء َوال ُم ْف ِس ِد ْينَ‬ ‫اَللَّهُ َّم اصْ لِحْ ُواَل ةَ أُ ُموْ ِرنَا َواجْ َع ْلهُ ْم هُدَاةَ ُم ْهتَ ِد ْينَ َغ ْي َر َ‬
‫ضالِّ ْينَ َواَل ُم ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫ظلَ ْمنَا أنفُ َسنَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِم ْن الخَا ِس ِرينَ )‬ ‫‪َ (.‬ربَّنَا َ‬

‫(وأَوْ فُوا‬‫ِعبَا َد هللاِ‪( ،‬إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوا ِإلحْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى ع َْن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونَ )‪َ ،‬‬
‫بِ َع ْه ِد هَّللا ِ إِ َذا عَاهَ ْدتُ ْم َوال تَنقُضُوا األَ ْي َمانَ بَ ْع َد تَوْ ِكي ِدهَا َوقَ ْد َج َع ْلتُ ْم هَّللا َ َعلَ ْي ُك ْم َكفِيالً إِ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما تَ ْف َعلُونَ )‪ ،‬فَ ْاذ ُكرُوْ ا هللاَ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪،‬‬
‫‪َ .‬وا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ َر‪َ ،‬وهللاُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُوْ نَ‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬


‫‪Nama : SELLI PUTRI‬‬
‫‪KELAS : X IPS‬‬
‫‪BID‬‬ ‫‪: MULOK‬‬

Anda mungkin juga menyukai