DOSEN PEMBIMBING :
Sayan Suryana, S.Sos, M.M
DISUSUN OLEH:
BONITA
FAKULTAS HUKUM
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Amar
Ma’ruf Nahi Munkar” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Sayan Suryana, S.Sos, M.M selaku Dosen
mata kuliah Agama Islam Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
I.1 Latar Belakang...................................................................................................... 4
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
I.3 Ruang Lingkup Permasalahan............................................................................... 5
I.4 Tujuan pembahasan ............................................................................................. 5
Metode penulisan ............................................................................................................. 5
I.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
II.1. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar ................................................................. 7
II.2. Perintah Mencegah Kemunkaran.......................................................................... 9
II.3. Ancaman apabila tidak melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar ........................ 11
II.4. Manfaat Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ................................................. 13
II.5. Keutamaan Berbuat Kebaikan ............................................................................ 16
II.6. Perintah mengerjakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar .............................................. 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 25
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 25
B. SARAN.................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26
3
BAB I PENDAHULUAN
4
I.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi munkar?
Bagaimanakah perintah mencegah kemunkaran?
Apakah ancaman yang diterima apabila tidak melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar?
Apa saja manfaat melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar?
Apa saja keutamaan berbuat kebaikan?
Perintah apa saja yang mengenai amar ma’ruf nahi munkar?
Metode penulisan
Metode penulisan bersumber dari buku referensi dan artikel yang
terdapat pada internet
5
I.5 Sistematika Penulisan
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Bab I
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Ruang Lingkup Permasalahan
I.4 Tujuan pembahasan
I.5 Metode Penulisan
I.6 Sistematika Penulisan
4. Bab II
II.1. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar
II.2. Perintah Mencegah Kemunkaran
II.3. Ancaman yang diterima apabila tidak melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar
II.4. Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
II.5. Keutamaan Berbuat Kebaikan
II.6. Perintah Mengenai Amar Ma’ruf Nahi Munkar
5. Bab III
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
6. Daftar Pustaka
6
BAB II PEMBAHASAN
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka
terlebih dahulu kita akan berbicara mengenai definisi amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Amar ma'ruf nahi munkar berasal dari kata (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-
mun'kar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah
untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang
buruk bagi masyarakat. Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya adalah wajib.
Sebagaimana firman Allah SWT :
وف َوأْ ُم َّْر الص ََل َّة َ أَقِ َِّم بُنَيَّ يَا
َِّ ن َوا ْن َّهَ ِب ْال َم ْع ُر ْ ِ ص ِب َّْر
َِّ ِال ُم ْنكَر َع ْ ك َما َع َلىَّ َوا َ َ ك ِإنَّ ِ أ
ََّ َصاب ََّ ن ذَ ِل
َّْ َع ْز َِّم َِّم
ِ ْاْل ُ ُم
َّور
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).”
Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang
melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan
tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya,
jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang
paling lemah.” (HR. Muslim no. 49).
Makna ma’ruf secara bahasa kebanyakannya berputar di atas makna semua
perkara yang diketahui dan dimaklumi oleh manusia satu dengan yang lainnya dan
mereka tidak mengingkarinya. Adapun secara istilah, ma’ruf bermakna semua perkara
yang diketahui, diperintahkan, dan dipuji pelakunya oleh syari’at, maka masuk di
dalamnya semua bentuk ketaatan, dan yang paling utamanya adalah beriman kepada
Allah Ta’ala dan mentauhidkan-Nya. Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika
engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya,
7
bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan jalan
fitrah dan kemaslahatan.
Mungkar secara bahasa, maka maknanya kebanyakan berputar di atas makna
semua perkara yang tidak diketahui dan tidak diakui oleh manusia dan mereka
mengingkarinya. Adapun secara istilah, mungkar adalah semua perkara yang diingkari,
dilarang, dicela, dan dicela pelakunya oleh syari’at, maka masuk di dalamnya semua
bentuk maksiat dan bid’ah, dan yang paling jeleknya adalah kesyirikan kepada Allah
’Azza wa Jalla, mengikari keesaan-Nya dalam peribadahan atau ketuhanan-Nya atau
pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar
Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak
yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal
yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan
dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah swt beserta Rasul-Nya mengancam
dengan sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannya sementara ia mempunyai
kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.
Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul Ad-Din, dengan
dicapai tujuan perutusan (bi;tsah) para nabi. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT
dalam surah Ali-Imran: 104.
ِ َو ْلت َ ُكن م ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَدْعُونَ إِلَى ْٱل َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْٱل َم ْع ُر
وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْٱل ُم ْنك َِر َوأ ُ ْولَ ٰـئِكَ ُه ُم
)۱۰ ۴ :(آل عمران. َْٱل ُم ْف ِلحُون
“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah termasuk orang-orang yang
beruntung”(Ali Imran: 104)
8
Dan dalam Surah Ali Imran: 110
ٍة ُمأ َرْي َخ ْ ُمتنُك ِفوُرْعَمْل ِاب َنوُر ُ ْمأَت ِسانلِل ْتَجِر ْ ُخأ ِر َكنُمْلا ِنَع َنْوَهْنَتَو َن ُونِم ْ ُؤتَو
َنَمآ ْوَلَو ِهّللاِب ُمُهْن ه ِم مُهل اًرْي َخ َناَكَل ِب َاتِكْلا ُل ْ َهأ ُمُه ُ َرث ْ َكأَو َنوُنِمْؤُمْلا َن ُوقِساَفْلا
﴾۱۱۰﴿
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar,” (Ali Imran: 110)
Dari Thariq ibn’ Syihab. Ini merupakan cerita Abu Bakr. Dia berkata:
“Salah seorang yang mula-mula memulai Hari Raya dengan khutbah adalah Marwan.
Pada saat itu, berdirilah seorang lelaki dan ia berkata: “Shalat Idul Fitri sebelum
khutbah.” Marwan pun menjawab: “Yang demikian sudah ditinggalkan.” Abu Sa’id
menyahut: “Hal ini telah diputuskan oleh Rasulullah saw. Aku mendengar Rasulullah
saw bersabda: “Siapa pun diantara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah
ia mengubahnya dengan tangannya. Namun jika ia tidak mampu (dengan tangannya),
maka hendaklah dengan lidahnya (berbicara). Jika ia juga tidak sanggup melakukannya
(dengan lidahnya), maka hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya. Yang demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman.
Jika kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan membahayakan
diri sendiri maka kita berusaha memberikan nasihat, kita pergunakan akal kita
9
agar dia membatalkan niatnya dalam melakukan kemunkaran. Jika tidak ada
juga kesanggupan memberikan nasihat, maka hendaklah kita menanamkan
rasa benci kita, seperti menjauhkan diri dari dia, tidak menggaulinya, tidak
bermu’amalah dengan dia, tidak memberikan salam dan tidak menyahut
salamnya.
Nabi pernah bersikap seperti ini pada Ka’ab Ibn Malik, Mirarah bin
Rabi’ dan Hilal Ibnu Umaiyah yang tidak mau ikut pertempuran Tabuk. Nabi
menyuruh para sahabat supaya menjauhkan diri dari tiga orang itu dan tidak
menyapanya. Lima puluh malam mereka dibiarkan begitu. Sehingga mereka
merasa gundah akibat boikot itu dan mereka menyesali perbuatannya lantaran
itu mereka bertaubat, taubat mereka diterima Allah.
Dalam hadits lain juga dijelaskan seperti hadits di bawah ini:
من دعا الى هوى كان له من االجر: عن ابى هريرة ايضا ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قا ل
مثل اجور من تبعه الينقص ذلك من اجور هم شئا ومن دعا الى ضال لة كان عليه من االثم مثل ثام
)من تبعه ال ينقص ذلك من ثا مهم شيء(رواه مسلم
Ada tiga jenis perbuatan munkar yang harus dicegah secara sungguh-
sungguh:
1. Yang menyangkut hak Allah SWT.
2. Yang menyangkut hak manusia.
3. Yang menyangkut hak Allah dan manusia.
Ibadah merupakan hak Allah bila kita mengingkari hak Allah tersebut,
dianggap telah mengerjakan munkar, maka dari itu kita harus senantiasa
beribadah menyembah Allah SWT . Di samping itu kita melanggar larangan
Allah, tidak berpuasa, minum-minuman yang memabukkan. Orang yang
memperdayakan minuman keras, jika dia beragama Islam, haruslah dihukum
dan dagangannya dirampas untuk dimusnahkan.
10
Sebagai anggota masyarakat, kita harus memperhatikan kemaslahatan
dan kepentingan orang lain. Dalam kaitan dengan kemunkaran terhadap hak
manusia , seperti contoh mendirikan bangunan yang menyebabkan tetangga
tak punya jalan keluar / masuk.
Adapun perbuatan munkar yang menyangkut kepentingan Allah dan
kepentingan manusia, adalah seperti memindahkan jenazah dari tempatnya,
tanpa alasan yang jelas. Pemindahan yang mempunyai alasan yang jelas demi
kepentingan umum, tentu tidak termasuk perbuatan munkar.
َّ َ ن
ل كَانُ ْوا ٍَّ س فَعَلُ ْوَّهُ ُّم ْنك
َّْ َر َع
ََّ ن يَتَنَاه َْو ََّ يََّ ْفعَلُ ْو٧٩
ََّ ْن كَانُ ْوا َما لَبِئ
Artinya :
Ayat 78. Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan
(ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka
durhaka dan selalu melampui batas.
Ayat 79. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang
selalu mereka perbuatan. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
َ ق أَنَّهُ ايُّ َها ِإنَّ ُك ٌم تَقٌ َر ُءونَ َهذِه االيَةً (يَا اَي َها الذينَ امنُوا َعلَي ُكم الَيَض ُُر ُكم َمن
ض َّل ِ صدَيَ َع ٌن أ ِبي بَ ٌك ٍر ال
اس إذَا را َ ُوا الظا ِل َم َف َل ٌم َيا ُخذُوا على َيدَي ِه َّ س ِمعتُ رسول هللا عليه وسلم َيقُو ُل
َ إن الن َ ِإذَا ٌهتَدَيتُم) َوإنى
ِ ا َ ٌوشَكَ ا َ ٌن يَعُم ُه ْم هللا بِ ِعقا
) (رواه ابو د و الترمذي و النساء.ُب ِمنه
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah
kalian membaca ayat ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah
mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW
bersabda:” sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya
kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan
siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
11
Takhrij Hadist
Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasa’i,Ahmad,
Al-Baihaqi, dan At-Thahawi. Menurut Syaikh Nashir Ad-Din Al-Albani hadis ini
Shahih.
Penjelasan Hadist
Di dalam hadis ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan
perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha
mencegahnya, maka Allah akan memberikan siksaan yang sama dengan orang
yang melalukan penganiayaan itu. Karena menyaksikan orang yang berbuat
maksiat seperti kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang
melakukan perbuatan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar
ma’ruf dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan
amar ma’ruf dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak
dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak
melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang
mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan
berbagai hukuman kepada umat itu. Ada beberapa siksaan bagi orang yang tidak
mencegah kemungkaran, yaitu :
a. Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya,
Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.
Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat ,
sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan
membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun
orang-orang yang shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw “sesungguhnya apabila
orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya,
maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan
perbuatan tersebut.”
12
Dan firman Allah Swt :
. واعلموا ان هللا شديد العقاب,واتقوا فتنة ال تصيبن الذين ظلموامنكم خاصة
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya
(Al-Anfal : 25 )
b. Tidak dikabulkan do’anya
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar
serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka
Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a
mereka. Sabda Rasulullah saw:
والذي نفسي بيده لتاءمرن بالمعروف: عن حذيفة رضي هللا عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال
.ولتنهون عن المنكر او ليوشكن هللا ان يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فال يستجاب لكم
“Dari Hudzaifah r.a dari Nabi Saw, ia berkata : Demi Allah yang jiwaku
ada ditangan-Nya, kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran,
atau kalau tidak pasti Allah akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu
berdoa, maka tidak diterima doa dari kamu”.(Riwayat Imam Tirmizi)
Bila kemungkaran telah mewabah di masyarakat, maka siksa akan
turun menimpa semua orang, apakah dia sholeh ataukah tidak sholeh. Bila
tindakan orang-orang dzalim tidak ada yang mencegahnya, maka hampir saja
Allah Swt meratakan seluruh masyarakat dengan azabnya.
13
6. Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut,
sehingga tercipta kerukunan, kedamaian dan ketentraman.
7. Akan dijauhkan dari Azab Allah.
8. Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi) akan
terjaga dengan baik, sehingga dijauhkan dari kesesatan dalam menuntut
ilmu, yaitu niat/motivasi yang salah dan belajar pada orang yang salah.
Dengan terjaganya para ulama yang sholeh, maka akan lahirlah umara
(penguasa) yang baik dan mampu memimpin umatnya dengan adil.[10]
9. Menjadi orang-orang yang beruntung dan mendapat rahmat dari Allah.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT
ِ َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَدْع ُْونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ ِب ْال َم ْع ُر ْو
ف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُح ْونَ (سورة أل
)104 عمران
Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan (Islam), memerintah kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung.
14
12. Mendapat pahala yang nilainya lebih besar daripada mendapatkan unta
merah (kendaraan yang paling mahal pada zaman Rasulullah SAW).
ِي الل ُه ِبكَ َر ُجالً َخي ٌْر َلكَ ِم ْن أَ ْن َي ُك ْونَ َلكَ ُح ْم ُر النَّ َع ِم (رواه البخاري في كتاب الجهاد والسير
َ فَ َوهللاِ أل َ ْن َي ْهد...
)عن سهل بن سعد
Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah digerus oleh derasnya
arus kemunkaran. Hal ini terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan
performa yang menarik, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat mampu
menikmatinya. Begitu mudahnya kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit
dalam rumah melalui media cetak dan elektronik yang setiap hari dikonsumsi oleh
masyarakat. Tentu ini sangat berbahaya, karena kemunkaran/kebathilan yang secara
terus-menerus disuguhkan dan diinformasikan, apalagi didesain dengan performa
yang menarik, maka sangat mungkin kemunkaran itu akan dianggap sebagai kebaikan
dan kemudian dijadikan sebagai kebiasaan.
Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh,
yaitu dari diri kaum muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya
sebagai hamba Allah. Kesadaran inilah yang akan mengantarkannya untuk menjadi
seorang yang muttaqin, dan mampu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan
baik.
Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya
kemunkaran, maka hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika
Allah dan Rasul Nya telah memberikan rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka
sebagai seorang muslim yang taat sudah sepatutnya untuk berucap sami’na wa
atho’na.
15
II.5. Keutamaan Berbuat Kebaikan
Lafaz Hadist
من: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال
دعا الى هدى كان له من االجر مثل اجور من تبعه ال ينقص ذالك من اجورهم
شيئا ومن دعا الى ضاللة كان عليه من االثم مثل اثام من تبعه ال ينقض ذالك
.شىيئا من اثامهم
“Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda ; Barang siapa yang
mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak
kepada kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana dosanya orang-orang yang mengikutinya
tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun.”
Takhrij Hadist
Hadist ini di riwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Malik, Abu Daud dan
Tirmizi.
Penjelasan Hadist
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada
kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan
ajakkannya tanpa dikurangi sedikitpun. Begitu pula orang yang mengajak
kepada kesesatan akan mendapat dosa sebesar dosa orang yang
mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa
hadis ini merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak
orang lain untuk mengerjakan kebaikan, Allah Swt memberikan
penghargaan tinggi bagi mereka yang suka mengajak kepada kebaikan.[
Di antara keutamaan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah:
16
1. Penyeru agama Allah adalah orang yang terbaik perkataannya
Sebagai faktor yang membuat manusia bersungguh-sungguh
melakukan dakwah kepada agama Allah karena Allah mengangkat derajat
ketempat yang paling tinggi. Yakni, Allah menjadikan mereka sebagai
manusia yang terbaik perkataannya. Allah berfirman :
.ومن احسن قوال ممن دعا الى هللا وعمل صالحا وقال انني من المسلمين
ان هللا ومالئكته واهل السموات واالرض: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
رواه.حتى النملة فى جحرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير
الترمذي
17
“Rasulullah bersabda : sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, dan
penduduk langit dan bumi bahkan semut di dalam lubangnya dan paus dilautan
bershalawat kepada pengajar kebaikan terhadap manusia. (H.R. Tirmizi).
فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع،ِ َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرا ً فَ ْليُ َغ ِي ْرهُ بِيَ ِده:ُعليه وسلم يَقُ ْول
ِ ف اْ ِإل ْي َم
رواه مسلم. ان ْ َ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َ ِط ْع فَ ِبقَ ْلبِ ِه َو َذ ِل َك أ،سانِ ِه
ُ َضع َ فَبِ ِل
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan
hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim).
Penjelasan Hadist
Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar berasal dari kata bahasa Arab / األمر
أمرmerupakan mashdar atau kata dasar dari fi’il atau kata kerja أمرyang
artinya memerintah atau menyuruh. Jadi أمر/ األمرartinya perintah. معروف
artinya yang baik atau kebaikan / kebajikan. Sedangkan المنكر = األمر القبيح
yaitu perkara yang keji. Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau
memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya,
bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan
jalan fitrah dan kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan (urusan
yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya.
Termasuk segala yang wajib yang mandub. Makruf juga diartikan kesadaran,
keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari
agama Allah dan syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh
18
syara’, termasuk segala yang haram, segala yang makruh, dan segala yang
dibenci oleh Allah SWT. Allah berfirman:
“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan
tolong menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. 5 Al Maidah: 2)
Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan
memudahkan jalan untuk kesana , menutup jalan kejahatan dan permusuhan
dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari
pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu
adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa
saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah
swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan
dalam hal tersebut.
َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرا Menurut beberapa ulama maksud dari hadist ini adalah
ketika ada kemungkaran maka harus diubah dengan beberapa cara, yaitu :
Kekuasaan bagi para penguasa
Nasihat atau ceramah bagi para Ulama, kaum cerdik pandai, juru
penerang, para wakil rakyat, dan lain-lain.
Membencinya di dalam hati bagi masyarakat umum.
Setiap orang memiliki kedudukan dan kekuatan sendiri-sendiri untuk
mencegah kemungkaran. Dengan kata lain, hadis tersebut menunjukkan
bahwa umat Islam harus berusaha melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar
19
menurut kemampuannya, sekalipun hanya melalui hati. Ada beberapa
karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar. Antara lain :
1. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan
karakter orang mukmin.
2. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan
karakter orang munafik.
3. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang
sebagian yang ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter orang yang suka
berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa
tugas beramar ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i,
mubaligh, ataupun ustadz saja, namun merupakan kewajiban setiap muslim.
Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang diamanahkan
Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat
kemunkaran, maka ia harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau
dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub
terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi
itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi
munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan
tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga
umat secara keseluruhan.
Syaikh Shalih Abdul Aziz menjelaskan hadits tersebut sebagai berikut :
20
Namun jika suatu kemungkaran terjadi di luar wilayah kekuasaan
seseorang, maka ini di luar Qudrah, sehingga tidak wajib mengubahnya
dengan tangan. Akan tetapi wajib mengingkari kemungkaran dengan lisan,
yaitu dengan dakwah dan nasehat. Jika tidak mampu, maka wajib mengingkari
dengan hati, yaitu dengan membenci dan tidak ridha dengan kemungkaran
tersebut. Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak bisa mengingkari
kemungkaran dengan hati. Karena jika tidak, sungguh keimanannya dalam
bahaya yang besar.
Sarat wajibnya nahi munkar menurut hadits di atas adalah ketika “melihat
kemungkaran”. (Jadi tidak boleh nahi munkar yang hanya didasarkan oleh
prasangka dan tuduhan atau kabar burung dan desas-desus. Tidak boleh
sengaja memata-matai aib orang dengan dalih menegakkan nahi munkar).
Menurut hadist di atas, yang diubah ketika melihat kemungkaran adalah al-
munkar (kemungkarannya). Adapun pelakunya, maka ini perkara yang
berbeda. Menyangkut penegakan hukuman.
Rukun Amar Makruf Nahi Munkar
Menurut imam ghazali Amar ma’ruf nahi munkar memiliki empat
rukun, yaitu:
Al-Muhtasib (Pelaku amar ma’ruf nahi munkar)
Al-Muhtasab ‘alaihi(orang yang diseru)
Al-muhtasab fih (perbuatan yang diseruhkan)
Al-Ihtisab(Perbuatan amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri)
21
mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain.[13]
Demikianlah yang dilakukan para Nabi, Allah berfirman:
طغَى فَقُوالَ لَهُ قَ ْوالً لَّ ِينًا لَّعَلَّهُ يَت َ َذ َّك ُر أ َ ْو يَ ْخشَى َ ا ْذ َهبَآ إِلَى فِ ْر
َ ُع ْونَ إِنَّه
22
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah
malampaui batas maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut”. QS. Thoha : 43-44
Sabar
Kesabaran merupakan perkara yang sangat penting dalam
seluruh perkara manusia, apalagi dalam amar ma’ruf nahi munkar,
karena pelaku amar ma’ruf nahi munkar bergerak di medan perbaikan
jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga Luqman mewasiati anaknya
untuk bersabar dalam amar ma’ruf nahi munkar :
ِ ع ْز ِم اْأل ُ ُم
ور َ َ َمآأ
َ صابَ َك ِإ َّن َذ ِل َك ِم ْن
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqmaan :17)
Namun sebagai seorang muslim tentunya kita tidak hanya menyerukan
kepada orang lain agar ber-amar ma’ruf nahi munkar tanpa melaksanakannya sendiri,
sebagaimana diterangkan pada hadist berikut :
اني, قال انكم لترون اني ال اكلمه اال اسمعكم,عن اسامة لو اتيت فالنا فكلمته
وال اقول لرجل ان كان,اكلمه في السر دون ان افتح بابا ال اكون اول من فتحه
,علي اميرا انه خير الناس بعد شيئ سمعته من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
يجاء بالرجل يوم القيامة فيلقي في. قال سمعته يقول,قالوا وما سمعته يقول
ماشاءنك اليس كنت تاءمرنا, فيقولون اي فالن, فتندلق اقتابه في النار,النار
وانهاكم عن,بالمعروف وتنهى عن المنكر قال كنت امركم بالمعروف وال اتيه
.واتيه المنكر
23
“Dari Usamah, “kalau kamu (usamah) didatangi si fulan maka kamu harus
mengatakan padanya. Dia (Usamah) berkata, sesungguhnya kamu akan melihat kecuali apa yang
kudengar darimu. “sesungguhnya aku menceritakan kepadanya akan keburukan tanpa
bermaksud membuka pintu dan aku tidak berkeinginan menjadi orang yang mula-mula
membukanya. Dan aku tidak akan mengatakan kepada seseorang bahwa atasku perintah (untuk
mengatakan). Sesungguhnya dia sebaik-baik manusia. Setelah berita itu kudengar langsung dari
Rasulullah Saw. Mereka berkata, dan apakah dia mengatakan apa yang disengarnya..? dia
berkata apa yang didengarnya seraya mengatakan,”akankah kedalam neraka, maka keluarlah
usus perutnya dan berputar-putar di dalam neraka sebagaimana berputarnya keledai yang sedang
berada dalam penggilingannya, lantas penghuni neraka berkumpul seraya berkata,”wahai pulan,
kenapa kamu seperti itu? bukankah kamu dulu menyeruh untuk berbuat baik dan melarang dari
perbuatan mungkar? ia menjawab,”saya dulu menyuruh berbuat baik tetapi saya tidak
mengerjakannya, dan saya melarang melakukan perbuatan mungkar tetapi malah saya sendiri
melakukannya.
Takhrij Hadist
Hadist ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari, Ahmad, Al-Baihaqi,Al-baghawi, dan
lainnya. Hadis ini menurut penelitian Syu’aib Arna’ut adalah sahih.
Penjelasan Hadist
Seseorang yang menyuruh orang lain agar mengerjakan kebaikan
sedangkan ia sendiri tidak melaksanakannya dan mencegah orang lain berbuat
keji sedangkan ia malah melakukannya, ia akan diazab oleh Allah Swt, dengan
siksaan yang sangat amat berat. Kedudukannya sama saja dengan orang
melaksanakan perbuatan maksiat yang ingkar terhadap perintah dan larangan
Allah swt. Bahkan Allah lebih murka kepada orang yang seperti ini karena
kemunafikannya dan menipu ajaran agama Allah dengan dusta. Allah telah
berfirman :
. كبر مقتا عندهللا ان تقولوا ماال تفعلون,يايها الذين امنوا لما تقولون ماال تفعلون
“hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (As-Shaf : 2-3)
Dinyatakan pula dalam surah Al-Baqarah ayat 44, yang berbunyi ;
24
. افال تعقلون,اتاءمرون الناس بالبر وتنسون انفسكم وانتم تتلون الكتاب
“mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab. Maka
tidakkah kamu berfikir. (Al-Baqarah : 44)
Kedua ayat di atas menunjukkan betapa besarnya kemurkaan Allah
kepada orang yang menganjurkan kebaikan tetapi tidak melaksanakan sendiri
apa yang dikatakannya. Kemurkaan Allah di dunia menyebabkan orang yang
berperilaku tersebut makin jauh dari rahmat Allah, dan sebagai
konsekwensinya kemurkaan Allah itu adalah membalaznya dengan azab yang
sangat pedih dineraka.
A. KESIMPULAN
Amar ma'ruf nahi munkar adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kepada kemunkaran, ini merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik.
Apabila perintah ini tidak dijalankan, niscaya fungsi kenabian itu akan lenyap, agama
akan hancur, kesesatan akan merajalela, kebodohan akan subur, kerusakan ada di
mana-mana, negeri menjadi hancur, dan seluruh manusia menjadi binasa. Siapa saja
yang melihat kemunkaran maka tugasnya adalah merubah dengan tangannya, apabila
tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, bila tidak mampu juga rubahlah
dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman.
B. SARAN
Sesungguhnya, amar ma’ruf nahi munkar memiliki manfaat yang sangat banyak,
misalnya, kita akan masuk kepada pintu kemenangan dan kebahagiaan. Kita pun akan
menjadi bagian dari orang-orang mukmin. Inilah seruan dari seluruh kebaikan, maka
dari itu kita harus menjalankan nya dengan sungguh – sungguh serta hati yang tulus
dan ikhlas.
25
DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
Al – Qur’an Al-Karim
Ash Shiddiqiey, Teungku, Muhammad, Hasbi. Al-Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra. 2001
Drs.H. Abdul Hamid Ritonga, MA.Hadis Seputar Fiqih dan Sosial Kemasyarakatan 2009.
Citapustaka Media Perintis, Bandung. Hal 102-103
Ahmad Abdurraziq al-Bakri,Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali, Sahara Publishers
Jakarta,2010, cetakan ke VI.
Abduh, Ahmad, Iwudh. Mutiara Hadis Qudsi. Bandung: Mizan Pustaka. 2006
Sumber internet :
Muawiyah, Abu. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. http://al-
atsariyyah.com/2008/10/06/amar-maruf-dan-nahi-mungkar.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma'ruf_nahi_munkar
http://www.sakaran.com/2016/09/tulisan-arab-surat-al-maidah-ayat-78-86.html
http://www.binaaku.web.id/search?q=pengertian+amar+ma%27ruf+nahi+munkar
26
http://www.elhooda.net/al-hadits-online/
27