Empat
َُ ضر ُريُزا
ل َّ اَل
Kemadharatan Harus di Hilangkan
Kelompok 4 :
1. AvinatuN Nisa (4120061)
2. Riska Alinda (4120177)
3. Sobrina SifdaSani (4120179)
Point
1 3
Makna Implementasi
Urgensi Kaidah
Kaidah kaidah di
5 bidang ibadah
dan muamalah
2 4
Sumber Kaidah-kaidah
Kaidah Cabang
1
Makna Kaidah
َضر ُريُزا ُل
َّ ال
Kemadharatan Harus di Hilangkan
Makna Kaidah َضر ُريُزا ُل
َّ اَل
Kemadharatan Harus di Hilangkan
berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.“
•QS. Al -A’raf: 56
• Hadis
Sabda Rasulullah Saw :
َق ش َّقَ للاَُ عليْ ِه
ََّ ن ش
َْ ن ض َّرض َّرَِ ُ للاَُ وم
َْ ضرارَ م
ِ ََلضررَ وَل
.
“Tidak boleh memudharatkan dan di mudaratkan, barang siapa
yangmemudharatkan, maka Allah akan memudharatkannya, dan
barang siapa saja yangmenyusahkan, maka Allah akan
menyusahkannya.” (HR.Imam Malik)
.
3
Urgensi Kaidah
َضر ُريُزا ُل
َّ ال
Kemadharatan Harus di Hilangkan
Urgensi kaidah fiqhiyyah yang di ungkap Ali Ahmad An Nadwi dalam kitabnya al Qawaid
al Fiqhiyyah :
1. Kaidah fiqhiyyah mempermudah untuk menguasai fikih Islam, menghimpun
masalah-masalah yang berserakan, dengan jalan menyusun furu‟-furu‟ yang
banyak tersebut dalam satu alur di bawah satu kaidah.
2. Kaidah-kaidah itu membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang banyak
diperdebatkan, dengan cara menjadikan kaidah itu sebagai jalan untuk menghadirkan
hukum.
3. Mempermudah ahli fikih dalam mendekatkan analogi (ilhaq) dan takhrij untuk
mengetahui hukum-hukum, yang belum digariskan dalam fikih.
4. Mempermudah orang yang membahas fikih dalam mengikuti (memahami) bagian-
bagian hukum dengan mengeluarkannya dari tema tema yang berbeda-beda serta
meringkasnya dalam satu proposisi tertentu.
5. Meringkas persoalan-persoalan dalam satu ikatan yang menunjukkan bahwa
hukum dibentuk untuk menegakkan maslahat yang saling berdekatan atau
menegakkan maslahat yang lebih besar
4
Cabang - Cabang Kaidah
َضر ُريُزا ُل
َّ ال
Kemadharatan Harus di Hilangkan
1. Kaidah pertama
ِ َخ
ف َ الضَرمراْألَ َشد يمَزال ِِبلضَرِراْأل
“Kemudaratan yang lebih berat dihilangkan dengan
kemudaratan yang lebih ringan”
2. Kaidah Ke dua
الضَرمرلَيَ مك ْو من قَ ِدميًا
“Kemudaratan itu tidak dapat dibiarakan karena dianggap
telah lama terjadi”
Maksudnya adalah kemudaratan itu harus dihilangkan dan
tidak boleh dibiarkan terus berlangsung dengan alasan
kemudaratan tersebut telah ada sejak dahulu.
3. Kaidah Ke Tiga
ْ َالْحاج َة ُ تمَنزمل َمْن ِزلَ َةالضمرْوَرةِ َعام ًة َكان
ت أَْو َخاص ًة
“Kedudukan kebutuhan itu menempati kedudukan darurat baik umum
maupun khusus”
Dhabit di atas di temukan dalam kitab al-Isyaf karya Qadhi Abd al-Wahab al-
Malik. Sedangkan dalam kitab al-Asyabah wa al-Nazha’ir, ada dhabith lain:
اع َامت َكالضمرْوَرة
َ اجة اََذ
َ َاَحل
“al-hajah apabila bersifat umum adalah seperti kondisi darurat”
5. Kaidah ke lima
ٍ
صالَحاًَمْن ِه َعىعْنُم َ َكُلَُّ تَصمرف َجرفَساًَداأ
َ ودفْ َع
“Setiap tindakan hokum yang membawa kemafsadahan atau
menolak kemaslahatan adalah dilarang”