Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

TAFSIR AYAT INFAQ


A. Pengertian Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa-yunfiqu, artinya membiayai, arti infaq menjadi khusus
ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia Infaq adalah mengeluarkan adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan
non zakat. Sedangkan menurut terminologi syari’at, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. 1
Menurut al-Raghib al-Ishfahany (w.502 H/1108 M), kata infak berarti sesuatu yang
telah berlalu atau habis baik karena dijual, dirusak atau meninggal. Alquran memuat pesan
infak (yang berakar kata anfaqa-yunfiqu-nafaqatan) dengan menyebutnya sekitar 53 kali yang
mengindikasikan bahwa perintah untuk berinfak merupakan hal yang urgen bagi mereka yang
memiliki harta benda. Kata infak sendiri dalam bentuk masdar hanya disebut satu kali dalam
Alquran, yakni dalam surah al-Isra’(17):100. Satu kali kata nafaqan, yang berasal dari nafaqa,
bukan anfaqa yang berarti “lubang” (QS. Al- An’am(6):35).2

Syarat-syarat berinfaq dalam al-Qur’an

• Berinfaq dengan tujuan mencari ridha Allah SWT

‫اَلخِ ِر ۗ َو َم ْن يَّكُ ِن ال َّشي ْٰطنُ لَهٗ قَ ِر ْينًا فَ َس ۤا َء قَ ِر ْينًا‬


ٰ ْ ‫اّٰلل َو ََل بِ ْاليَ ْو ِم‬ ِ َّ‫َوالَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ اَ ْم َوالَ ُه ْم ِرئ َۤا َء الن‬
ِ ‫اس َو ََل يُؤْ مِ ن ُْونَ بِ ه‬

Artinya : Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena ria dan kepada orang
lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada
hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan
itu) adalah teman yang sangat jahat.

Surah An-nisa(4):38, mengingatkan orang yang menginfakkan hartanya agar tidak riya. Tidak
sedikit ayat-ayat Alquran yang menggambarkan orang-orang berinfak karena mengejar
popularitas sosial. Surah al-baqarah(2):262 dan 264 misalnya mengisyaratkan orang yang
berinfak karena Riya itu senantiasa menyebut-nyebut pemberiannya kepada orang lain. Selain
itu, orang yang menafkahkan hartanya karena ingin mendapat pujian cenderung pada dua
kemungkinan yakni melebih-lebihkan (karena dapat mempertinggi popularitasnya) dan

1 http://digilib.uinsby.ac.id/10506/5/bab2.pdf
2 Madania. Falsafah Infak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Vol. 20, No. 1, Juni 2016 : hlm. 73.
menyedikitkan pemberiannya (karena tidak mempengaruhi popularitasnya). Hal ini dinyatakan
dalam Alquran surah al-furqon(25):67.

• Berinfaq tanpa disertai celaan dan umpatan

َ‫علَ ۡي ِهمۡ َو ََل هُمۡ يَحۡ زَ ن ُۡون‬


َ ‫ف‬ ۙ ً‫ّٰللا ث ُ َّم ََل يُ ۡت ِبعُ ۡونَ َم ۤا اَ ۡنفَقُ ۡوا َمنًّا َّو َ َۤل اَذ‬
ٌ ‫ى لَّ ُهمۡ اَجۡ ُرهُمۡ ع ِۡندَ َر ِب ِهمۡ ۚ َو ََل خ َۡو‬ ِ ‫اَلَّذ ِۡينَ ي ُۡن ِفقُ ۡونَ اَمۡ َوالَ ُهمۡ ف ِۡى َس ِب ۡي ِل ه‬

“Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia
infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak
bersedih hati”.

ٰ ۡ ‫اّٰلل َو ۡاليَ ۡو ِم‬


‫اَلخِ ِر فَ َمثَلُهٗ َك َمثَ ِل‬ ِ ‫اس َو ََل ي ُۡؤمِ نُ بِ ه‬ِ َّ‫اَل ٰذ ۙى كَالَّذ ِۡى ي ُۡن ِفقُ َمالَهٗ ِرئَا ٓ َء الن‬ َ ‫ٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمن ُۡوا ََل ت ُ ۡبطِ لُ ۡوا‬
َ ۡ ‫صد َٰقتِكُمۡ بِ ۡال َم ِن َو‬
‫ص ۡلدًا‬
َ ٗ‫صابَهٗ َوا ِب ٌل فَت ََركَه‬ َ َ ‫علَ ۡي ِه ت ُ َرابٌ فَا‬ ٍ ‫ص ۡف َو‬
َ ‫ان‬ َ ‫ع ٰلى ش َۡىءٍ ِم َّما َك َسب ُۡوا‬ َ َ‫ّٰللا ََل يَهۡ دِى ۡالقَ ۡو َم ۡال ٰـكف ِِر ۡينَ ََل يَ ۡقد ُِر ۡون‬ ُ ‫َو ه‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya
karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu
itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu
apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir”.

Menurut Al qurtubi, ‫صدَقَاَتِكُم‬


َ ditafsirkan dengan infaq yang meliputi wajib dan infaq sunnah.
َٔ ْ ‫مِن َو‬
Jika ‫اَلذَى‬ ِ terjadi pada infaq wajib maka, selain si pemberi tidak mendapat pahala
َٔ ْ ‫مِن َو‬terjadi
sedekahnya juga mendapat ancaman berupa siksa Allah. Tapi jika ‫اَلذَى‬ ِ pada infaq
sunnah, maka si pemberi tidak mendapat ancaman siksaan Allah, melainkan tidak mendapatkan
pahala pemberiannya atau pemberiannya dianggap sia-sia di sisi Allah.

• Berinfaq dengan Harta sendiri, harta yang halal dan baik,dengan harta yang
disukai

۟ ‫ُّۖو ََلُّتَيَُّ َّم ُم‬


ُّ‫وا‬ َ ُّ‫ض‬ ِ ‫ُّٱْل َ ْر‬ ِ ‫ُّو ِم َّمآَُّٰأ َ ْخ َرجْ نَاُّلَك‬
ْ َ‫ُمُّمن‬ َ ‫س ْبت ُ ْم‬
َ ‫ط ِيبَتُِّ َماُّ َك‬ َ ُّ‫ُّمن‬ ِ ‫وا‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّهَاُّٱلَّ ِذينَ ُّ َءا َمنُ َٰٓو ۟اُّأَن ِفق‬
‫ح ِمي ٌد‬ َُّ ُّ‫غنِ ٌّى‬ َ َّ َّ‫ُّۚوٱ ْعلَ ُم َٰٓو ۟اُّأَن‬
َ ُّ‫ُّٱَّلل‬ ۟ ‫اخذِي ِهُّإِ ََّلَُّٰٓأَنُّت ُ ْغ ِمض‬
َ ُّ‫ُواُّفِي ِه‬ ِ َٔ‫ست ُمُّبِـ‬ْ َ‫ُّول‬
َ َ‫ُّم ْنهُُّت ُن ِفقُون‬ ِ ‫يث‬ َ ِ‫ٱ ْل َخب‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Adapun sifat materi yang dianjurkan untuk dinafkahkan adalah ‫ت‬ َ ‫مِ ن‬yakni Pilihlah
ِ ‫طيِبَا‬
yang baik-baik walaupun tidak harus semuanya baik, tetapi jangan sampai seseorang dengan
sengaja memilih yang buruk-buruk lalu kamu menginfakkannya ke orang lain. Hal ini tidak
berarti bahwa yang dinafkahkan harus yang terbaik, meskipun yang demikian adalah yang
terpuji, dan tidak berarti bahwa kalau tidak yang terbaik maka pemberian akan dianggap atau
dinilai sia-sia. Yang dilarang ayat ini adalah mengumpulkan yang buruk-buruk lalu
disedekahkan ke orang lain. Demikian penjelasan Quraish Shihab

• Berinfaq sesuai dengan kemampuan, tidak boros dan tidak kikir

‫اُّوكَانَ ُّبَ ْينَ ُّذ ِلكَ ُّقَ َوا ًمُّا‬ َ ‫س ِرفُ ْو‬
َ ‫اُّولَ ْمُّيَ ْقت ُ ُر ْو‬ ْ ُ‫َوالَّ ِذ ْينَ ُّاِذَآَُّٰا َ ْنفَقُ ْواُّلَ ْمُّي‬
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila
menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya
secara wajar”

Menurut al-Qurtuby, berinfaq diluar ketaatan kepada Allah di sebut ،‫ اَلسراف‬dan


menahan infaq (nafkah) dalam ketaatan kepada Allah disebut ،‫اَلقتار‬sementara mengeluarkan
nafkah di jalan ketaatan kepada Allah ‫القوام‬. 3

1. Surat al-Baqarah (2) : 261


a. Teks Ayat dan Terjemahannya

ۗ ‫سنَابِ َل فِ ْي كُ ِل سُ ْۢ ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة‬


َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ّٰللا َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة ا َ ْۢ ْنبَت‬
َ ‫َت‬ ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬َ ‫َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ ا َ ْم َوالَ ُه ْم فِ ْي‬
‫ع ِل ْي ٌم‬ ‫ف ِل َم ْن يَّش َۤا ُء َۗو ه‬
َ ‫ّٰللاُ َوا ِس ٌع‬ ُ ‫ّٰللاُ ُيضٰ ِع‬ ‫َو ه‬
Artinya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji

yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan

bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Sekarang datanglah ayat targhib. “Perumpamaan orang-orang yangtelah


membelanjakan hartabenda mereka pada jalan Allah adalah laksana satu biji menumbuhkan
tujuh arai.” (Pangkal ayat 261). Ingatlaharai pinang atau arai kelapa. Dan kalau pada padi
disebut tangkai. Dengan demikian dijelaskanlah bahwasannya pengurbanan harta menegakkan
jalan Allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan untung. Dimisalkan sebagai seorang

3 Madania. Falsafah Infak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Vol. 20, No. 1, Juni 2016 : hlm. 77-80
hartawan-dermawan mendirikan sebuah Sekolah Dasar sebuah desa atau kampung yang
miskin, sehingga analk-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar di kampung mereka
sendiri.
Yang dapat mengenal dan menginsafi hal ini tentu saja orang yang beriman. Adapun
orang yang mementingkan diri sendiri dan diperbudak harta, yang dipandangnya hanyalah
berat mengeluarkan yang sebiji dari dalam pundi-pundinya, dan tidak diingatnya 700 laba
keuntungan untuk membina jalan Allah yang akan dihasilkan oleh apa yang dikeluarkannya
itu. Itu sebabnya maka lanjutan ayat demikian bunyinya: “Dan Allah akan menggandakan
(pahala) kepada barangsiapa yang dikehendakiNya.” Padahal akan digandakan kepada
barangsiapa yang dikehendaki. Artinya sesudah yang 700 itu masih bisa dilipatgandakan lagi.
Siapakah yang dikehendaki Tuhan buat digandakan pahalanya itu? Niscaya yang
mengurbankan hartanya dengan ikhlas, bukan dengan riya’ dan bukan karena terpaksa dan
segan-menyegan. Orang ikhlas itu menerima keuntungan dunia dan akhirat, berganda lipat,
sehingga tidak sepadan besar pahala yang diterima dengan pengurbanan yang diberikan,
sehingga timbul sesal mengappa hanya sebegitu aku berikan dahulu,padahal aku sanggup lebih.
“Dan Allah adalah Maha Luas, lagi mengetahui.” (ujung ayat 261).4

2. Surat Al-Baqarah (2): 267-268


َ ‫ض ۗ َو ََل ت َ َي َّم ُموا ْال َخ ِبي‬
‫ْث‬ َ ْ َ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٓ ا َ ْخ َرجْ نَا لَكُ ْم ِمن‬
ِ ‫اَل ْر‬ َ ‫ت َما َك‬ َ ‫ٰ ٓياَيُّ َها َّال ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِي ٰب‬
ُّ 267 ٌ‫ي َح ِم ْيد‬
ُُُُُُُّّّّّّّ ٌّ ‫غ ِن‬
َ ‫ّٰللا‬ ٓ َّ ‫ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا‬
َ ‫َِل ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا ِف ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا ا َ َّن ه‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu
memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Mahakaya, Maha Terpuji.”

268 ‫ع ِلي ٌم‬


َ ‫ّٰللاُ َوا ِس ٌع‬ ‫شي ْٰط ُن يَ ِعدُكُ ُم ْالفَ ْق َر َويَأ ْ ُم ُركُ ْم ِب ْالفَحْ ش َۤاءِ ۚ َو ه‬
‫ّٰللاُ يَ ِعدُكُ ْم َّم ْغ ِف َرة ً ِم ْنهُ َوفَض ًًْل ۗ َو ه‬ َّ ‫اَل‬
Artinya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu
berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
b. Makna Mufradat

4 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm. 57-58.
1) ‫ا َ ْن ِفقُ ْوا‬, yaitu nafakah atau infak, makna asalnya adalah biaya, belanja, pengeluaran
uang. Juga dapat diartikan dengan pengeluaran biaya atau pembelanjaan.

2) ‫س ْبت ُ ْم‬
َ ‫ َما َك‬, yaitu kasab, sesuatu yang diperoleh atau keuntungan (ekonomi).
3) ْ yaitu kesusahan, kesedihan, kemiskinan, dan kefakiran.
‫الفَ ْق َر‬,
4) ِ‫الفَحْ ش َۤاء‬,
ْ yaitu jelek, buruk, keji, kotor, jorok, dan melampaui batas.
5) ً ‫ َّم ْغ ِف َرة‬, yaitu pengampunan dosa.
6) ‫فَض ًًْل‬, yaitu krbaikan, kebajikan, kelebihan, sisa, tambahan, kehormatan, jasa, pahala,
keunggulan, dan keutamaan.
c. Makna Global
Secara umum ayat ini memerintahkan orang-orang beriman supaya menginfakkan
sebagian harta yang mereka hasilkan melalui kasab (usaha ekonominya), baik melalui jalur
perdagangan atau sejenisnya, maupun melalui profesi pertanian atau sejenisnya. Infak yang
dikeluarkan itu harus yang sama kualitasnya dengan harta dan terutama makanan yang mereka
konsumsi. Tidak boleh seorang mukmin mengonsumsi sesuatu dengan yang baik dan bagus
(bergizi), sementara dalam berinfak ia hanya mengeluarkan sesuatu yang tidak berkualitas atau
bahkan sudah tidak bisa dinikmati.
d. Tafsir Ayat

ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٓ ا َ ْخ َرجْ نَا لَكُ ْم ِمنَ ْاَلَ ْر‬


‫ض‬ َ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫طيِ ٰب‬
َ ‫ت َما َك‬
Hai orang-orang beriman, berinfaklah kamu dari hartamu yang baik-baik (berkualitas),
dan janganlah kamu sengaja menginfakkan hartamu yang buruk-buruk, sebagaimana disinyalir
dalam sabab al-nuzil ayat ini. Pertama, yang keluar (dihasilkan) dari bumi (pertanian), dan
kedua hasil dari usaha perniagaan (tijarah, tidak yang lain-lain, misalnya hewan ternak?
Jawabannya, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (691-751 H/1292-152 M), ada dua
kemungkinan. Kemungkina pertama, karena kenyataan yang terjadi pada saat ayat Al-Qur’an
ini diturunkan umumnya usaha ekonomi masyarakat dunia memang meliputidua hal, yaitu
pertanian dan perniagaan. Kemungkinan kedua, bisa jadi mengingat dari kedua jenis usaha
ekonomi (pertanian dan perniagaan) inilah sesungguhnya yang menjadi induk dari aktivitas
ekonomi. Nyaris tidak ada aktivitas ekonomi yang tidak bersumber kepada kedua jenis
ekonomi ini.
ٓ َّ ‫ْث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا‬
‫َِل ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا ِف ْي ِه‬ َ ‫َو ََل ت َ َي َّم ُموا ْال َخ ِبي‬
Yaitu, dan janganlah kamu memilah-milih hartamu yang buruk itu untuk kemudian
kamu infakkan, seperti menginfakkan kurma layu atau busuk. Padahal, anda sendiri (orang
yang menginfakkan buah-buahan atau makanan yang buruk), itu tidak berkenan untuk
mengambil dan apalagi mengonsumsinya, kecuali dengan sangat terpaksa sambil memejamkan
matanya lantaran tidak memiliki selera untuk mengonsumsinya.

ٌ‫ي َح ِم ْيد‬
ٌّ ِ‫غن‬ َ ‫َوا ْعلَ ُم ْٓوا ا َ َّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬
Yaitu, dan krtahuilah oleh kamu bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya yang tidak
membutuhkan pemberian apapun dari hamba-Nya,lagi Maha Terpuji karena ketiadaan sifat-
Nya yang buruk. Perintah Allah kepada orang-orang beriman supaya beinfak, bersedekah, dan
berzakat itu bukan untuk kepentingan-Nya. Melainkan semata-mata untuk kelengkapan dan
kebahagiaan mereka (orang-orang mukmin) itu sendiri.

ِ‫شي ْٰط ُن يَ ِعدُكُ ُم ْالفَ ْق َر َويَأ ْ ُم ُركُ ْم ِب ْالفَحْ ش َۤاء‬


َّ ‫اَل‬
Yaitu setan selalu menakut-nakuti kamu akan jatuh fakir kalau mengeluarkan infak
apalagi infak yang berkualitas (berharga tinggi), dan sebaliknya, setan selalu mendorong kamu
kepada keburukan/kekejian supaya kamu tidak mengeluarkan harta yang kesannya cuma-
cuma.

‫ّٰللاُ يَ ِعدُكُ ْم َّم ْغ ِف َرة ً ِم ْنهُ َوفَض ًًْل‬


‫َو ه‬
Dan sebaliknya, Allah justru mendesak kamu supaya mencari pengampunan Allah dari
brbagai kemungkinan dosa dan kesalahan mengingat sekolah itu bisa menghapuskan
kesalahan. Lebih dari itu, Allah juga adalah Dzat Yang Maha Pemberi rezeki.

‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫ّٰللاُ َوا ِس ٌع‬
‫َو ه‬
Yaitu, Allah itu Mahahalus lagi Mahatahu akan semua kebutuhan makhluk-Nya.
e. Istinbat Ayat
Pada dasarnya, semua harta dalam berbagai jenisnya yang diperoleh melalui jenis kasab
(usaha ekonomi) yang mana pun, diwajibkan mengeluarkaninfak termasuk zakatnya sesuai
dengan syariah. Infak yang dikelurkan itu harus yang berkualitas, minimal sama kualitasnya
tidak boleh dipilih-pilih dengan mengambil yang buruk-buruk saja. Misalnya makanan yang
mudah layu, apalagi yang sudah basi atau busuk. Setan selalu menakut-nakuti manusia dengan
rasa takut jatuh fakir kalau berinfak dan berzakat, sedangkan Allah terus mendorong manusia
untuk selalu memohonkan ampunan dan mengeluarkan infak, karena Allah Mahaluas lagi
Maha Mengetahui tentang segala sesuatu. 5

Kesimpulan
Infaq berasal dari kata anfaqa-yunfiqu, artinya membiayai, arti infaq menjadi khusus
ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia Infaq adalah mengeluarkan adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan
non zakat. Sedangkan menurut terminologi syari’at, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Adapun syarat-syarat dalam berinfaq, yakni:
1. Berinfaq dengan tujuan mencari ridha Allah SWT
2. Berinfaq tanpa disertai celaan dan umpatan
3. Berinfaq dengan Harta sendiri, harta yang halal dan baik,dengan harta yang disukai
4. Berinfaq sesuai dengan kemampuan, tidak boros dan tidak kikir.
Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Konsep infaq merupakan anjuran
menafkahkan hartanya dalam meningkatkan ilmu yang bermanfaat, kepada orang-orang yang
membutuhkan, fakir miskin sebagai bakti sosial dan ketaatan. Nilai atas hal tersebut akan
dilipat gandakan. Kelipatannya diumpamakan dengan tujuh ratus kali lipat hingga berlipat
ganda banyaknya lagi dari itu dan keberkahan rizki serta nilai materi yang diterima.

5 Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Amzah, 2018), hlm. 178-182.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/10506/5/bab2.pdf

Madania. Falsafah Infak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Vol. 20, No. 1, Juni 2016 : hlm. 73.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm. 57-58.
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Amzah, 2018), hlm. 178-182.
MAKALAH STUDI TAFSIR AHKAM

“TAFSIR AYAT INFAQ”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah Studi Tafsir Ahkam

Dosen pengampu : Mahmudin Bin Bunyamin, Lc. MA

Disusun oleh :
1. Zahiyah tika syawalia (2131030025)
2. Nabila Tushadiah Pratiwi (2131030068)

ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2022 / 2023

Anda mungkin juga menyukai