Anda di halaman 1dari 10

RESUME KAJIAN AHAD, 11 SEPTEMBER 2022

Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah Asy-Syura Ayat 42 :
“Akibat Kezaliman Membawa Kehancuran dalam Kehidupan”
َ ٌ َ َ ْ ُ َ َ ٰۤ ُ ّۗ َ ْ ْ َ ْ َ ‫َّ َ َّ ْ ُ َ َ َّ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ ُ ْ َ اْل‬
‫اب ا ِل ْي ٌم‬ ‫ض ِبغي ِر الحقِ اول ِٕىك لهم عذ‬
ِ ‫انما الس ِبيل على ال ِذين يظ ِلمون الناس ويبغون ِفى ا ر‬
Artinya: Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu
mendapat siksa yang pedih. (Q.S. Asy-Syura:42)
Interpretasi Para Mufasir
Imam As-Sa’di mengatakan dalam Kitab Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-
Mannan bahwa tingkatan zalim adalah pelaku kezaliman itu sendiri. Mereka adalah orang-
orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia. Pelaku kezaliman ada dua jenis, yakni
orang yang memulai kezaliman dan orang yang membalas kezaliman secara berlebihan.
Orang-orang inilah yang berhak mendapatkan siksa teramat pedih dari Allah Subhanahu wa
ta’ala.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik hamb-Nya agar senantiasa berbuat adil dan tidak berbuat zalim
2. Senantiasa beribadah dan taat kepada Allah
3. Mendidik menjadi hamba yang senantiasa memohon ampunan
4. Menjauhi perbuatan syirik, maksiat, dan sifat melampaui batas
Makna Zalim
ِ ْ‫ َوضْ ُع ال َّش ْي ِء فِي َغي ِْر َمو‬:‫الظ ْل ُم‬
a. Secara bahasa, zalim adalah ‫ض ِع ِه‬ ُّ “Azh zhulmu artinya meletakkan
sesuatu bukan pada tempatnya”
b. Secara istilah, Al Asfahani mengatakan:“Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada
posisinya yang tepat baginya, baik karena kurang maupun karena adanya tambahan, baik
karena tidak sesuai dari segi waktunya ataupun dari segi tempatnya” (Mufradat Allafzhil
Qur’an Al Asfahani 537, dinukil dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
Jenis-Jenis Perbuatan Zalim
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kezaliman terhadap hak Allah yaitu kesyirikan
2. Kezaliman terhadap hak hamba yaitu Jiwa, Harta, dan Kehormatan
Perbuatan Orang Zalim
1. Orang-orang yang membuat kebohongan. Allah berfirman yang artinya : Maka
barangsiapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah setelah itu, Maka mereka
itulah orang-orang zalim (Q.S. Ali-Imran:94)
2. Orang yang menzalimi dirinya sendiri. Allah berfirman yang artinya : “di antara hamba
Kami ada yang menzalimi dirinya sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan
dan diantara mereka ada (pula) yang berlomba berbuat kebaikan.” (QS. Fathir: 32)
RESUME KAJIAN AHAD, 18 SEPTEMBER 2022
Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah An-Nisa Ayat 135 :
“Menelaah Larangan Memberikan Kesaksian Palsu dalam Perspektif Islam”
ُ ْ َ ‫اْل‬ ْ َ ُ ْ َ ٰٓ َ ّٰ ۤ ُ ْ َ ُ ُ ٰ َّ َ ٓ
‫ق َر ِب ْي َن ۚ ِا ْن َّيك ْن‬9 ‫ال َد ْي ِن َوا‬9ِ ‫ك ْم ا ِو ال َو‬9‫و َعلى ان ُف ِس‬9ْ ‫ٰيا ُّي َها ال ِذ ْي َن ا َم ُن ْوا ك ْون ْوا ق َّو ِام ْي َن ِبال ِق ْس ِط ش َه َدا َء ِلل ِه َول‬
ّٰ َّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ٓٗ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ٰٓ َ ْ ُ َّ َ ‫َ ًّ َ ْ َ ْ ً َ ّٰ ُ َ ْ ٰ َ ۗ َ اَل‬
َ 9‫ك‬9َ ‫الل َه‬
‫م ا‬9 9َ ‫ان ِب‬ ‫ ِان‬9‫ف‬9 ‫وا‬9 9‫وا او تع ِرض‬99‫دلوا ۚ و ِان تل‬9ِ 9‫ وى ان تع‬9‫ه‬9 ‫وا ال‬99‫م ا ف تت ِبع‬9 9 ‫را فالله اولى ِب ِه‬99‫غ ِنيا او ف ِقي‬
َ ُ َ
‫ت ْع َمل ْو َن خ ِب ْي ًرا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
(QS. An-Nisa : 135 )

Interpretasi Mufasir
1. Dalam tafsir al-Wasit, Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan makna Qawwamina dan
Syuhada’. Qawwamina merupakan bentuk jamak dari bentuk mubalagoh lafadh
qaimun dan qawwamun. Bentuk mubalaghah berarti mendirikan sesuatu dengan
sempurna dan sebaik-baiknya. Sedangkan makna arti Syuhada’ bentuk jamak dari
Syahid, artinya adalah menunjukkan sifat bagi sosok yang berpegang teguh dengan
pendirian.
2. Dalam tafsiral-Jami’ li ahkam al-Qur’an, Imam Qurthubi menjelaskan, maksud dari
lafadh walidain, yaitu orang tua yang harus diperlakukan dengan adil.
3. Dalam tafsir Al-Munir ditegaskan mengenai surah An-Nisa ayat 135 bahwa
menunaikan atau memberikan kesaksian dengan benar dan jujur walaupun itu adalah
kesaksian yang memberatkan diri sendiri, kedua orang tua, atau kaum kerabat.
4. Menurut Mujahid, makna talwu ialah memalsukan dan mengubah kesaksian. Menurut
Mujahid, makna al-i'rad dalam kata tu’riduu artinya menyembunyikan kesaksian dan
enggan mengemukakannya.

Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik hambanya agar senantiasa berbuat adil dan jujur
2. Senantiasa mendidik hambanya agar tidak mengikuti hawa nafsu yang sesat
3. Menjauhi perbuatan nepotisme untuk mengutamakan keluarga dan kerabat
4. Mendidik agar selalu mawas diri dan menjadi orang yang bermaslahat

Makna Saksi Palsu


 Secara bahasa, saksi palsu adalah:
Salah satu dari dosa-dosa yang membinasakan dan paling berat ketentuan hukum
haramnya
 Menurut Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin saksi palsu sebagai seseorang
bersaksi terhadap sesuatu yang dia tidak mengetahui atau mengetahui yang
sebaliknya.
 Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Syahâdat zûr (persaksian palsu) dibagi menjadi tiga jenis persaksian yang haram,
yaitu (1) seseorang dengan sebuah persaksian yang dia tahu bahwa persaksiannya itu
berbeda atau tidak sesuai dengan perkara yang dipersaksikan (tidak sesuai dengan
hakekatnya), (2) atau seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tidak
tahu, apakah perkara yang dipersaksikan itu sesuai dengan persaksiannya atau tidak,
(3) atau seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tahu bahwa
persaksiannya itu sesuai dengan perkara yang dipersaksikannya hanya saja dengan
sifat yang tidak nyata.

Akibat Memberikan Kesaksian Palsu


1. Hatinya telah kotor (berdosa)
2. Termasuk orang yang zalim
3. Memperoleh dosa yang sama dengan orang yang menyekutukan Allah
4. Tidak memperoleh petunjuk
5. Memperoleh dosa besar

Tips Agar Terhindar dari Perilaku Memberikan Kesaksian Palsu


1. Senantiasa mengerjakan perbuatan yang berfaedah dan menjaga kehormatan seperti
para ‘Ibadurrahman
2. Menegakkan kesaksian karena Allah
3. Berlaku adil
4. Menjauhi perkataan dusta
5. Ikhlas karena Allah
6. Tidak mengada-adakan kebohongan
RESUME KAJIAN AHAD, 25 SEPTEMBER 2022
Oleh: Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah Al-Muddaṡṡir Ayat 1-7 :
“Guru Sosok Pribadi dalam Membimbing Akhlak Mulia dan Mencerdaskan
Kehidupan bangsa”
ْ َ ُ َ ‫اَل‬ َ َ ‫اب‬9َ ‫) َوث َي‬٣(‫ر‬9ْ ‫ب‬9ّ ‫) َو َر َّب َك َف َك‬٢(‫ذ ْر‬99‫) ُق ْم َفَأ ن‬١(‫د ّث ُر‬9َّ 9ُ ‫ه ا امْل‬9َ ‫َٰيَٓأ ُّي‬
ُّ ‫) َو‬٤(‫ه ْر‬9ّ ‫ك َف َط‬9
)٦(‫ َتك ِث ُر‬9‫) َو ت ْمنن ت ْس‬٥(‫ف ْاه ُج ْر‬9 ‫ج َز‬9ْ ‫ٱلر‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫َول َر ّب َك َف‬
)٧(‫اص ِب ْر‬ ِ ِ
Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!, Dan
Tuhanmu agungkanlah!, Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”
Dalam Tafsir al-Munir, Wahbah Az-Zuhaili mengatakan bahwa kata Al-Muddaṡṡir artinya
orang yang membungkus diri dengan pakaiannya ketika turun wahyu kepadanya. Asalnya
adalah para ulama sepakat bahwa Al-Mudaṡṡir adalah Rasulullah saw. Rasulullah memakai
selimut, yaitu pakaian yang tampak yang dipakai di atas pakaian dalam yang menempel
tubuh.
Sabar terbagi menjadi empat: sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhkan
diri dari maksiat, sabar menghadapi cobaan, sabar menghadapi kemewahan hidup dunia.
Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung
Mendidik agar kita senantiasa ikhlas dalam mengerjakan kebajikan dan berdakwah;
Senantiasa menjaga kebersihan lahiriah dan batiniyyah kita dari berbagai kotoran dan dosa
maksiat; Senantiasa berzikir mengagungkan Allah dalam berbagai situasi yang dihadapi;
Saling mengingatkan dalam kebaikan dan bersabar atas apa yang dihadapi serta tidak
berputus asa.
Makna Guru dalam Al-Qur’an
Guru identik dengan pahlawan tanpa tanda jasa, karena jasa seorang guru melahirkan
berbagai macam profesi dan menjadikan manusia mulia dan terhormat serta berakhlak mulia.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam tak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa semua
ilmu pengetahuan bersumber pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Baqarah
ayat 32.
Guru sebagai jembatan mendidik akhlak. Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah
membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai. Tujuan dari pendidikan akhlak dalam
Islam adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam
bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai.
Guru harus memiliki adab tidak berhenti menuntut ilmu bertindak dengan ilmu senantiasa
bersikap tenang tidak takabur dalam memerintah atau memanggil seseorang, bersikap lembut
terhadap murid tidak membanggakan diri menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid
secara ringkas dan dapat dipahami menghindari sikap yang tak wajar mendengar dan
menerima argumentasi dari orang lain meskipun ia seorang lawan. Selain itu, guru hendaknya
memiliki kepribadian yang ikhas, tawadhu, takwa, alim, wara, berwibawa, lembut, sungguh-
sungguh, kasih sayang, pemberi nasihat, tidak iri.
RESUME KAJIAN AHAD, 02 OKTOBER 2022
Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah An-Nahl Ayat 97:
“Mendalami dan Mewujudkan Makna Hayatan Tayyibatan dalam Kehidupan”

‫َّه ْم اَ ْجَر ُه ْم بِاَ ْح َس ِن َما َكانُ ْوا َي ْع َملُ ْو َن‬ ۚ ِ ‫من ع ِمل حِل‬
ُ ‫صا ًا ِّم ْن ذَ َك ٍر اَْو اُْنثٰى َو ُه َو ُمْؤ م ٌن َفلَنُ ْحيَِينَّهٗ َحٰيوةً طَيِّبَةً َولَنَ ْج ِز َين‬َ َ َ َْ
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Interpretasi Para Mufasir
Di dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa yang disebut dengan Ḥayātan Ṭayyibatan
(kehidupan yang baik) ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari
berbagai aspeknya.
Yang dimaksud dengan amal saleh: (1) yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, (2) ikhlas karena Allah, (3) dibangun atas pondasi akidah yang benar.
Makna Hayatan Thayyibah : ketenangan jiwa dan hati serta tidak terpengaruh dengan adanya
yang mengganggu ketenangan hatinya, karena menjauhi kemaksiatan.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik menjadi hamba yang senang melaksanakan amal saleh
2. Senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah
3. Mendidik agar senantiasa beriman kepada Allah dan memiliki akhlak mulia
4. Mendidik hambanya agar senantiasa mencari rida Allah dan rahmat-Nya
Makna Hayatan Thayyibah
Menurut ‘Ali bin Abi Talib yang dinamakan Ḥayātan Ṭayyibatan yaitu kehidupan yang
disertai qana‘ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian. Sebagian mufasir yang
berpendapat bahwa balasan berupa Ḥayātan Ṭayyibatan diberikan di akhirat, yakni surga.
Ibnu Abbas dan sejumlah ahli tafsir mengartikan Ḥayātan Ṭayyibatan dengan rezeki halal
dan baik, kebahagiaan, qana’ah, manisnya taat, atau kecukupan dalam hidup. Kehidupan
yang baik adalah kehidupan yang semua orientasi kehidupnya hanya dilandaskan pada nilai-
nilai ketauhidan kepada Allah.
Menurut Al-Mawardi, Hayatan Thayyibah berkmakna: berimana dan taat, keberuntungan,
surga, kesehatan dan kecukupan dan ridho terhadap Qada. Terdapat tujuh kriteria untuk
memperoleh Hayatan Thayyibatan: rezeki yang halal, qama’ah, kebahagiaan, ketenangan,
ridho, syukur, dan sabar.
Cara mewujudkan Hayatan Thayyibatan dalam kehidupan: (1) mencari rezeki yang halal, (2)
menjauhi dosa, (3) memiliki sikap qana’ah, (4) senantiasa menolong agama Allah, (5)
mengerjakan amal saleh, (6) rajin bersyukur, (7) banyak berdzikir, (8) bertakwa dan
bertawakkal, (9) senantiasa meminta pertolongan kepada Allah.
RESUME KAJIAN AHAD, 09 OKTOBER 2022
Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah Aż-Żāriyāt Ayat 49:
“Model Harmonisasi Keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah War-raḥmah”

‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َز ْو َجنْي ِ لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُر ْو َن‬


Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat
(kebesaran Allah)”.
Dalam Tafsir Al-Qurthubi dikatakan, yang namanya berpasang-berpasangan memiliki arti
saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Seorang lelaki tidak akan sempurna
kecuali dengan pasangannya yaitu seorang perempuan. Adapun Allah tidak butuh kepada
pasangan. Dia sudah Maha Sempurna tanpa ada pasangan.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik hambanya agar senantiasa bersyukur atas karunia Allah
2. Senantiasa mengajarkan keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat sekitar sebagai
makhluk ciptaan-Nya yang saling membutuhkan
3. Mendidik hambanya untuk selalu mentafakuri segala kebesaran Allah agar bertambah
keimanan dan ketakwaan
4. Mengajarkan akhlak mulia dan menanamkan rasa kasih sayang kepada sesama makhluk-
Nya
Makna Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah
Keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah bangsa. Hal tersebut mengilustrasikan kepada
kita bahwa negara yang thayyibah akan terwujud apabila masyarakat sudah marhamah,
masyarakat marhamah akan terbentuk apabila keluarga sudah sakinah, dan keluarga yang
sakinah akan tercipta bila dihiasi dengan akidah, Mawaddah War-raḥmah.
Konsep rumah tangga yang harmonis dalam Islam disebut dengan kelaurga sakinah
mawaddah wa rahmah. Konsep sakinah (ketenangan) dapat dilihat tuntunannya, konsep
Mawaddah War-raḥmah yang berkenaan dengan rasa kasih sayang kepada keluarga dan
pasangan. Ibnu Abbad menjelaskan mawaddah adalah kecintaan seseorang terhadap
pasangannya secara fisik atau jasmaniyah, sedangkan rahmah adalah rasa kasih sayang
seseorang terhadap pasangannya secara psikologis dengan tanpa melihat fisik pasangannya
itu sedikit pun.
Makna sakinah adalah ketenangan, ketentraman, dan damai. Makna mawaddah adalah cinta,
igin selalu bersama, kasih sayang. Makna rahmah terbesar tentu berasal dari Allah yang
diberikan pada keluarga yang terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan kepercayaan melalui
adanya saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan
memberikan pengertian. Rasulullah sebagai model keteladanan keluarga harmonis dalam
Islam
Cara membangun rumah tangga yang harmonis: (1) Jadikan pasangan sebagai sahabat untuk
menjalani kehidupan dengan turut mengedepankan kesetaraan, (2) saling mendukung untuk
semangat beribadah kepada Allah, (3) bertakwa kepada Allah dan menjaga hubungan
kekeluargaan, (4) mendidik keluarga agar rajin bersyukur, (5) saling mendo’akan pasangan
dan kelaurga.
RESUME KAJIAN AHAD, 16 OKTOBER 2022
Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah An-Nisa Ayat 58:
“Menelususri Hakikat Hakim dan Saksi dalam Perspektif Islam”

ِ ‫ٰت اِ ٰلٓى اَ ْهلِ َه ۙا َواِذَا َح َك ْمتُ ْم َبنْي َ الن‬


ۗ ٖ‫َّاس اَ ْن حَتْ ُك ُم ْوا بِالْ َع ْد ِل ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ نِعِ َّما يَعِظُ ُك ْم بِه‬ ِ ‫اِ َّن ال ٰلّه يْأمر ُكم اَ ْن تُ ُّدوا ااْل َ ٰمن‬
‫َ َ ُ ُ ْ َؤ‬
ِ ‫اِ َّن ال ٰلّه َكا َن مَسِ يع ۢا ب‬
‫صْيًرا‬ َ ًْ َ
Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Imam At-Thabari berpendapat bahwa ayat ini ditujukan kepada para pemimpin, pemegang
kekuasaan untuk menjaga amanay yang telah diberikan, terutama dalam hal yang berkaitan
dengan rakyat maupun bawahannya, serta berbuat adil dalam memberikan keputusan.
Amanat yang dimaksud adalah menyangkut hak-hak Allah da hamba-Nya, seperti sholat,
zakat, puasa, kifarat, nazar, dll. Amal perbuatan mnausia yang dikategorikan menjadi tiga,
pertama berkaitan dengan urusan Tuhan, kedua adalah amanah yang berkaitan dengan orang
lain, dan ketiga adalah amanah terhadap diri sendiri. Amanat terbagi menjadi lima, yakni
amanat ilmu, amanat kehakiman peradilan, amanat Tuhan kepada hamba-Nya, amanat
manusia sesama manusia, amanat manusia kepada dirinya sendiri.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik hamba-Nya agar senantiasa berbuat adil dalam segala hal terutama memutuskan
hukum suatu perkara
2. Senantiasa mengajarkan berbuat kebaikan dan jujur dalam menjalankan ketaatan
3. Mendidik hambanya untuk slelau menyampaikan amanat dan tidak berkhianat
4. Mengajarkan akhlak mulia dan mawas diri dalam kehidupan sehari-hari
Makna hakim adalah seorang yang bertanggung jawab dalam menjelaskan hukum Allah
kepada umat Islam. Syarat menajdi hakim adalah muslim, berakal, baligh, memahami Al-
Qur’an dan Sunnah, mengetahu dengan apa yang ia memutuskan perkara, dapat mendengar,
melihat dan berbicara. Menurut Abul Hasan, syarat menjadi hakim ada tujuh, yakni sehat
jasmani rohani, kecerdasan dan kemampuan, bebas merdeka, islam, laki-laki, menguasai
hukum, dan adil.
Makna saksi adalah orang yang menyaksikan memberitahu tentang apa yang disaksikan dan
dilihatnya. Kesaksian bersifat fardu ‘ain. Syarat menjadi saksi adalah beragama islam, adil,
baligh, berakal, berbicara, hafal dan cermat.
Allah adalah hakim yang palin adil. Ada tiga jenis hakim, (1) hakim yang mengetahui
kebenaran lalu memberi keputusan dengannya, maka ia di Surga, (2) hakim yang mengadili
manusia dengan kebodohannya, maka ia di neraka, (3) seorang hakim yang menyimpang
dalam memutuskan hukuman, maka ia di neraka.
Menjadi hakim dan saksi dalam perspektif Islam: (1) menjadi penegak keadilan, (2) beriman
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
RESUME KAJIAN AHAD, 23 OKTOBER 2022
Choirunnisa (2112909)
Kajian Surah Al-Anbiya Ayat 47:
“Menyiapkan Pertangungjawaban Amal Perbuatan di Hadapan Allah Swt.”

َ ‫س َشْيـًٔا ۗ َواِ ْن َك ا َن ِم ْث َق‬


‫ال َحبَّ ٍة ِّم ْن َخ ْر َد ٍل اََتْينَ ا هِبَ ۗا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫ض ُع الْ َم َوازيْ َن الْق ْس َط لَي ْوم الْقٰي َمة فَاَل تُظْلَ ُم َن ْف‬
َ َ‫َون‬
ِ
َ ‫َو َك ٰفى بِنَا َحاسبِنْي‬
Artinya: “Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak
seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami
mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan”.
Menurut Tafsir Tahlili dengan tegas Allah SWT menyatakan pada ayat ini, dalam menilai
perbuatan hamba-Nya kelak di hari kiamat, Allah SWT akan menegakkan neraca keadilan
yang benar-benar adil sehingga tidak seorang pun akan dirugikan dalam penilaian itu.
Maksudnya penilaian itu akan dilakukan setepat-tepatnya, sehingga tidak akan ada seorang
hamba yang amal kebaikannya dikurangi sedikit pun, sehingga menyebabkan pahalanya
dikurangi dari yang semestinya dia terima.
Nilai-Nilai Pendidikan
1. Mendidik hambanya agar senantiasa mawas diri dalam segala perbuatan
2. Senantiasa mengajarkan melaksanakan amal saleh sebagai bekal kehidupan
3. Mendidik hambanya untuk selalu bermuhasabah diri sebelum dihisab di akhirat kelak
4. Mengajarkan agar senantiasa bertaubat atas apa yang telah diperbuat
Manusia akan melewati neracanya Allah dan semua amalnya akan dimintai
pertanggungjawaban. Mereka akan ditimbang sesuai dengan apa yang mereka perbuat.
Empat hal yang dipertanggungjawabkan: “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang
hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang
umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang
hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya
untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).
Yang ditimbang dalam mawazin pada hari kiamat adalah amal itu sendiri, catatan amal,
pahala dari amalan, dan pelaku amal itu sendiri. Semua naggota tubuh akan berbicara kecuali
mulut.
Mempersiapkan Bekal Pertanggungjawaban di Hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala
1. Mengusahakan amal saleh dan ibadah terbaik
2. Janganlah mnegikuti sesuatu yang tidak kita ketahui
3. Menginfakkan harta di jalan Allah dan berbuat baik
4. Bertakwa dan memperhatikan perbuatan yang akan dilakukan
5. Memohon pertolongan dengan sabar dan salat
6. Bertakwa dan tidak menyombongkan diri
7. Menyiapkan amalan yang terus mengalir pahalanya

Anda mungkin juga menyukai