Anda di halaman 1dari 2

C.

Kaidah-Kaidah Cabang Assasiyah Keempat

a. ‫الضرورات ُتِبْيُح اْلَم ْح ُظْو َر اُت‬


(Kemudharatan dapat menghalalkan sesuatu yang diharamkan menurut syariat).
Pada kaidah ini berarti bahwa semua yang dilarang (diharamkan) akan dibolehkan
karena kepentingan mendesak. Misalnya, orang yang dilanda kelaparan diperkenankan
makan binatang yang diharamkan karena ketidak adanya makanan yang halal.
b. ‫الضررال ُيَز اُل ِبالَّض َر ِر‬
(kemudharatan itu tidak dapat dihilangkan dengan menimbulkan kemudharatan yang
lain).
Misalnya, seorang sedang dalam keadaan terpaksa menginginkan sekali makanan,
maka tidak boleh makan makanan milik orang lain walaupun ia juga sangat
menginginkanya .
c. ‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬
(Menolak kerusakan (mafsadat) lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan).
Dalam kaidah ini dapat dipahami bahwa jika terjadi pertentangan antara kemafsadatan
dengan kemaslahatan maka dari segi mafsadatnya (kerusakannya) harus dihindari.
Misalnya, berkumur-kumur (madhmadhah) ketika sedang berpuasa. Satu segi
mengandung kemaslahatan untuk membersihkan mulut, tetapi di sisi lain mengandung
kerusakan yaitu membahayakan atau membatalkan ibadah puasa. Maka berdasarkan
kaidah ini, yang yang terbaik untuk dilakukan adalah tidak berkumur-kumur, untuk
menghindari batalnya puasa. Contoh lain dalam fikih Muamalah, apabila berjual beli
hukumnya sunnat, tetapi jika jual beli itu mengandung aspek riba, maka jual beli itu
menjadi dilarang.
d. ‫ِاَذ ا َتَع اَرَض َم فَس َدَتاِن روِع َى َاعَظمهَم ا َضَر را ِبا رِتَك اِب اخِّفِهَم ا‬
(Apabila dua buah kemudharatan saling berlawanan maka haruslah dipelihara yang
lebih berat mudharatnya dengan melaksanakan yang lebih ringan dari padanya).
Dalam kaidah ini dapat diartikan bahwa jika ada sesuatu perbuatan yang mengandung
dua kemudharatan/kemafsadatan Misalnya, pada hal melaksanakan hukuman qishash
adalah tindakan yang merusak hak asasi manusia. Tetapi kalau tindakan semacam itu
tidak dilakukan oleh penguasa maka kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh
tindakan mereka akan lebih banyak.
e. ‫إذا َتَع اَر َض الَم صَلَح ة َو الَم فَس َدة روِع َي َأرَح جهَم ا‬
(Apabila terjadi perlawanan antara kemaslahatan dan kemudharatan, maka harus
diperhatikan mana yang lebih kuat di antara keduanya). Misalnya, Berbohong adalah
sifat tercela dan diharamkan. Tetapi kalau berbohong itu dilakukan dengan niat untuk
mendamaikan suatu pertengkaran antara seseorang kawannya atau antara suami isteri,
maka berbohong itu dibolehkan.
f. ‫وماأِبيح ِللَّضروَرِة يَقَّد ر ِبَقَد ِرَها‬
(Sesuatu yang diperbolehkan karena dharurat, harus diperkirakan menurut batasan
ukuran kebutuhan minimal).Dalam hal ini melakukan sesuatu yang haram karena
dharurat misalnya, tidak boleh sampai melampaui batas , sekedarnya saja. Misalnya,
Seorang dokter laki-laki karena dharurat dan harus mengobati pasien perempuan, maka
boleh melakukannya asal tidak berlebihan dalam mengobatinya, seperti halnya
mengobati bagian tubuh yang tidak perlu diperiksa/diobati.
g.

Azhari, F. (2015). Qawaid Fiqhiyyah Muamalah. In April.

Ibrahim, D. (2019). al-Qawaid al-Fiqhiyah (Kaidah-kaidah Fiqih). In Al-Qawa’id Al-


Fiqhiyah.

Anda mungkin juga menyukai