Anda di halaman 1dari 2

‫َالُّر َخ ُص اَل ُتَن ُط ِباْلَمَع اِص‬

Keringanan hukum tidak digantungkan pada kemaksiatan

Syariat islam adalah tatanan hukum yang mencakup seluruh sisi kehidupan manusia.
Kesulitan yang tidak pernah lepas dari pergulatan kehidupan manusia, tidak luput dari
keterlibatan syariat untuk setidaknya mengurangi kesulitan yang dialaminya. Rukhsah adalah
salah satu bentuk nyata yang ditawarkan syariat untuk membantu manusia dalam mengemban
misi sucinya sebagai khalifah Allah fi al ardl (pengganti Tuhan di muka bumi).
Melakukan rukhshah akan sangat bergantung pada faktor yang mendorong timbulnya
keharusan untuk melaksanakannya. Apabila yang melatarbelakanginya adalah perbuatan
haram, maka rukhshah tidak dapat diwujudkan. Sebaliknya, jika yang melatarbelakangi
bukanlah pekerjaan haram, maka rukhshah dapat dilaksanakan. Demikian al-Suyuthi
memaknai maksud kaidah di atas.
DEFENISI RUKHSHAH
Secara etimologi, rukhshah mempunyai makna kemudahan. Sedangkan terminologi
fiqh memaknai rukhshah sebagai hukum-hukum syariat yang terbentuk karena adanya
beberapa 'udzur. Artinya, tanpa keberadaan udzur maka rukhshah tidak dapat diterapkan.
MACAM-MACAM RUKHSHAH
Dr. Abd al-Karim Zaidan dalamalWajiz mgimgkapkan, rukhshah dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Diperbolehkan melakukan hal-hal yang haram dalam keadaan darurat, sebagaimana
diperbolehkannya mgucapkan kalimat kufur ketika terancam akan dibuh, jika tidak
mengucapkan kalimat itu.
2. Boleh meninggalkan kewajiban. Seperti meninggalkan puasa Ramadlan bagi musafir
atau orang sakit. untuk menghilangkan madlarat.
3. Disahkannya sebagian akad yang menjadi kebutuhan masyarakat umum, seperti akad
salam.

HUKUM RUKHSHAH

Pada awalnya hukum rukhshah adalah ibahah atau boleh dilaksanakan. Yang
melatarbelakangi hal ini adalah karena pada dasarnya, yang menjadi pertimbangan utama
pelaksanaan rukhshah adalah timbulnya 'udzur yang dialami seseorang sekaligus untuk
menghilangkan kesulitan yang dihadapinya. Dalam konteks ini, rukhshah tidak dapat
diaplikasikan kecuali dengan diperbolehkannya melakukan hal-hal yang diharamkan, atau
diperkenankan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan. Namun tidak menutup
kemungkinan meninggalkan rukhshah akan lebih utama. Seperti halnya seseorang yang
dipaksa untuk mengucapkan perkatan yang bisa mengakibatkan kufur (baca; walaupun
hatinya tetap dalam kondisi iman). Dalam keadaan demikian, seseorang boleh
mengucapkannya, walaupun yang lebih utama adalah menghindarinya. Karena dengan sikap
semacam ini secara tidak langsung akan menunjukkan pengagungannya terhadap agama,
teguh membela kebenaran, menggetarkan hati lawan, dan dapat menguatkan mental kaum
muslimin lainnya.

Anda mungkin juga menyukai