Anda di halaman 1dari 17

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI PROGRAM DAUR

ULANG BARANG BEKAS DI DESA SENDANG KECAMATAN SENORI


KABUPATEN TUBAN

Disusun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Participatory Action Research
yang dibina oleh:

Ibu Lia Nur Atiqoh Bela Dina

Oleh Kelompok 3:

Nurul Islamiyatul Izzah (21501011062)

Mar’atus (215010

(215010

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM – PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NOVEMBER 2018
MATRIK PENELITIAN

Topik/Tema: Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui program daur ulang barang bekas di
Desa Sendang Kecamatan Senori

Subjek Harapan/Dampak
No Latar Belakang Solusi/Aksi
Penelitian setelah aksi
1. - Rendahnya ekonomi - Pelatihan Masyarakat, - Mengurangi
masyarakat disana. kewirausahaan. Pemuda/I di tingkat
- Rendahnya/ kurangnya - Daur ulang limbah Kecamatan pengangguran
pendidikan. sampah. Senori. yang ada di
- Lingkungan sosial yang Kecamatan Senori.
kurang mendukung pada - Memanfaatkan
ketenagakerjaan. limbah sampah.
- Kurangnya perhatian - Terbukanya
pemerintah dalam investor untuk
menyediakan lapangan menanam saham
kerja. agar desa semakin
maju.
- Terciptanya
lapangan kerja di
Kecamatan Senori.
LATAR BELAKANG

Di Indonesia pada umumnya masalah sampah masih sulit diatasi. Hal ini di sebabkan karena
selama ini masyarakat belum menyadari akan arti pentingnya kebersihan lingkungan dan
teknologi pengolahan sampah yang masih jauh dari memadai. Dampak dari hal tersebut
tentunya sangat banyak, mulai dari bahaya kesehatan, kebersihan lingkungan, banjir,
pencemaran, polusi dan lain-lain. Masyarakat masih membuang sampah rumah tangga dan
limbah industri ke jalan trotoar, pasar, sungai, got dan laut. Sepertinya tempat-tempat tersebut
telah menjadi „tempat sampah raksasa’ bagi masyarakat dalam membuang sampah.
Masyarakat seakan merasa nyaman dengan kebiasaan buruk tersebut.

hampir tidak ada sanksi hukum yang tegas dan konsisten bagi masyarakat yang
membuang sampah sembarangan. Hal tersebut tambah diperburuk oleh tata kelola
pengolahan sampah yang masih tradisional yaitu dengan cara melakukan pembakaran di
lahan terbuka (TPA/Tempat Pembuangan Akhir) dan ditimbun dengan tanah. Masih jarang
pemerintah daerah maupun pusat yang memanfaatkan sampah sebagai sumber energi listrik
atau perusahaan swasta yang mendaur ulang (recyle) sampah-sampah tertentu.

Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan
mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara
perorangan dan atau kelompok masyarakat menjadi mandiri. Pemberdayaan masyarakat
khususnya pada masyarakat yang termarjinalkan memiliki kaitan erat dengan sustainable
development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta
dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu
keberlanjutan secara ekonomi dan sosial yang dinamis, serta menuju kepada kemandirian.

Setiap saat dalam kehidupan sehari-harinya manusia selalu menghasilkan sampah,


yang disebut dengan sampah rumah tangga atau domestik, sebagai contoh adalah sampah dari
bekas bumbu, detergen, plastik kemasan, botol plastik, dus dan lain-lain. Apabila tanpa
pengelolaan yang tepat masalah sampah ini tentu sangat banyak dampak negatifnya. Dengan
begitu banyaknya sampah maka cara pemanfaatannya berbeda-beda sesuai dengan karakter
dan sifat dasar sampah tersebut. Pengelolaan sampah memang sudah sepantasnya dilakukan
demi menjaga keselamatan bumi dan ternyata dari segi ekonomi sampah bisa mendatangkan
nilai lebih melalui daur ulang sampah menjadi berbagai bentuk kerajinan atau keterampilan.
Sampah bukan sesuatu yang asing dalam keseharian kita, karena kita secara pribadi
setiap harinya menghasilkan sampah. Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena
tidak terpakai lagi. Berdasarkan kamus istilah lingkungan menyatakan bahwa sampah adalah
bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam
pembikinan, pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur dan materi
berlebihan atau ditolak atau buangan. Sedangkan menurut istilah lingkungan untuk
manajemen, menyebutkan sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Melihat hal tersebut tentunya diperlukan alternatif dalam mengurangi dan mengolah
sampah yang tentunya adalah melakukan proses pemberdayaan kepada masyarakat agar
nantinya tumbuh kesadaran dan pada akhirnya dapat mandiri baik secara ekonomi maupun
perilaku mereka. Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri
adalah dengan melakukan daur ulang sampah untuk menjadi produk kerajinan, kompos,
bioetanol dan alat rumah tangga melalui keterampilan-keterampilan pengolahan sampah
tersebut. Pengolahan sampah ini di samping bermanfaat dalam membersihkan lingkungan,
juga memiliki nilai ekonomi yang dapat membantu pendapatan warga. Upaya tersebut dapat
menjadikan peluang usaha atau salah satu bentuk untuk berwiraswasta untuk usaha kecil
menengah. Pengolahan sampah ini dapat dilakukan Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
diharapkan menjadi salah satu bentuk solusi yang dapat diberikan kepada masyarakat
sehingga nantinya masyarakat bisa menjadi lebih mandiri dengan apa yang mereka dapatkan
dari hasil kegiatan tersebut. Tidak hanya menjadikan masyarakat mandiri dari segi
keterampilan dan kemampuan mengola sampah saja tetapi juga diharapkan masyarakat akan
sadar terhadap sampah, bagaimana agar tidak lagi membuang sampah sembarangan,
melakukan pemilahan, pengumpulan dan sampai mendaur ulang kembali.

daur ulang adalah salah satu cara untuk menggunakan barang bekas untuk dipakai kembali
menjadi barang yang serba bermanfaat atau bisa juga diolah menjadi barang yang dapat diperjual
belikan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi dan mengatasi adanya pencemaran lingkungan
akibat sampah plastik yang dibuang sembarangan.
Sampah yang dibuang secara sembarangan dapat menjadikan lingkungan di sekitar kita kotor dan
dapat menyumbat saluran air. Selain itu, penumpukan sampah juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Hal ini dikarenakan sampah anorganik tidak dapat diuraikan, contohnya adalah plastik.
Berbeda dengan sampah organik yang dapat diuraikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
alami. Contohnya adalah sisa sayuran.
desa Sendang Kecamatan Senori Kabupaten Tuban adalah desa yang sangat jauh dari
perkotaan dengan tempat yang snagat terpelosok sekali, memang dari segi polusi udara di sana bisa
di katakan baik tidak ada masalah serius, hanya saja memang tempat pembuangan sampah yang
kurang memadai menjadikan tempat yang tercemar, tak jarang banyak warga yang membuang
sampah sembarangan dan solusi akhir dari pembuangan sampah adalah sungai yang ada di sekitar,
selain dari kurangnya kesadaran akan sampah masyarakat sekitar juga kekurangan
pengetahuan mengenai daur ulang barang bekas, hal ini menjadikan masyarakat sendang tidak bias
berfikir jauh tentang apa yang akan di lakukan pada sampah – sampah yang ada,
melihat dari sisi ekonomi, masyarakat sendang juga bisa di katakan masyarakat dengan
ekonomi ke bawah di karenakan kurangnya lapangan kerja yang ada dan juga minimnya pendidikan
yang di miliki menjadikan susahnya mendapat pekerjaan, dan juga kurang pedulinya pemerintah
terhadap ekonomi warga sendang bahkan dari masyarakat banyak sekali yang tidak bekerja dan jika
mendapat pekerjaan rata – rata adalah mereka yang mau merantau, kurangnya fasilitas yang ada
pada desa tersebut menjadikan warga mengambil jalan terakhir untuk bisa bekerja yaitu dengan
merantau.
Dari sekian banyak masalah yang ada, mulai dari kurangnya kesadaran terhadap sampah,
kurangnya fasilitas dari pemerintah dan minimnya pendidikan maka dari itu kami ingin melakukan
penelitian berbasis PAR untuk membantu memperbaiki ekonomi pada masyarakat sendang yang
kurang banyak mendapat pekerjaan maka dari itu kami membuat judul “ Pemberdayaan
Masyarakat Miskin melalui Program Daur Ulang Barang Bekas di Desa Sendang Kecamatan Senori
Kabupaten Tuban “.

KAJIAN TEORI

A. Masyarakat Miskin
a. Pengertian Masyarakat Miskin
Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak
memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan
kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta
mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu
dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi
asset (P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1).
b. Kualifikasi Masyarakat Miskin
o Penggolongan kemiskinan didasarkan pada suatu standar tertentu yaitu dengan
membandingkan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat
pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum.
Berdasarkan kriteria ini maka dikenal kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok minimum, sedangkan komunitas yang termasuk dalam Kemiskinan Relatif
adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimum tetapi secara relatif mereka masih di bawah rata-rata pendapatan
masyarakat yang ada di sekitarnya
o Sedangkan diskursus lain mencoba mengetengahkan pembahasan kemiskinan
yang dibedakan menjadi natural, kultural dan struktural. Kemiskinan Natural
sama pengertiannya dengan kemiskinan turun temurun, disebabkan oleh suatu
kondisi keterbatasan secara alamiah yang dihadapi suatu komunitas sehingga sulit
melakukan perubahan. Kemiskinan Kultural adalah suatu kondisi miskin yang
dihadapi komunitas, disebabkan oleh faktor budaya. Budaya yang hidup, diyakini
dan dikembangkan dalam suatu masyarakat menyebabkan proses pelestarian
kemiskinan dalam masyarakat itu sendiri. Kemiskinan Struktural merupakan
suatu kemiskinan yang melanda suatu komunitas yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang dibangun manusia. Faktor-faktor tersebut muncul karena
dibangun dan dikondisikan oleh manusia, sehingga menyebabkan kerugian pada
suatu sisi (Sulistyani, 2004 : 29-30).
c. Kriteria Masyarakat Miskin

Indikator kemiskinan pada satu rumah tangga yang ditentukan Badan pusat Statistik
adalah :

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang,


2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan,
3 Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa plester,
4 Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah
tangga lain,
5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik,
6 Sumber air minum berasal dari sumur/mata iar tidak terlindungi/sungai/ air
hujan,
7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/ minyak
tanah,
8 Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu,
9 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun,
10 Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari,
11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/Poliklinik,
12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5
ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan
pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam ratus ribu rupiah),
13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD,
14 Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000,- (Lima ratus ribu rupiah) seperti sepeda motor (kredit/non kredit),
emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

Kotze (dalam Hikmat, 2004:6) menyatakan bahwa masyarakat miskin


memiliki kemampuan yang relatif baik untuk memperoleh sumber melalui
kesempatan yang ada. Kendatipun bantuan luar kadang-kadang digunakan, tetapi
tidak begitu saja dapat dipastikan sehingga masyarakat bergantung pada dukungan
dari luar.

Pendekatan pemberdayaan ini dianggap tidak berhasil karena tidak ada


masyarakat yang dapat hidup dan berkembang bila terisolasi dari kelompok
masyarakat lainnya. Pengisolasian ini menimbulkan sikap pasif, bahkan keadaan
menjadi semakin miskin.Selanjutnya Supriatna (1997:90) menyatakan bahwa
kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak
orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh
rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi
serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan.
Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang ada, baik
lewat jalur pendidikan formal maupun nonformal yang pada akhirnya menimbulkan
konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal.

Lebih lanjut Emil Salim (dalam Supriatna, 1997: 82) mengemukakan lima
karakteristik penduduk miskin. Kelima karakterisktik penduduk miskin tersebut
adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri, 2) Tidak mempunyai
kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, 3) Tingkat
pendidikan pada umumnya rendah, 4) Banyak di antara mereka yang tidak
mempunyai fasilitas, dan 5) Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak
mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.Bank Dunia (1990) dalam
laporannya di hadapan anggota PBB bertitel "Poverty and Human Development'
mengatakan bahwa: "The case for human developemnt is not only or even primarily
an economic one. Less hunger, fewer child death, and better change of primary
education are almost universally accepted as important ends in themselves"
(pembangunan manusia tidak hanya diutamakan pada aspek ekonomi, tapi yang
lebih penting ialah mengutamakan aspek pendidikan secara universal bagi
kepentingan diri orang miskin guna meningkatkan kehidupan sosial
ekonominya).Booth dan Me Cawley (Dalam Moeljarto T., 1993) menyatakan bahwa
"di banyak negara memang terjadi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
diukur dari pendapatan perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin kurang
memperoleh manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan". Untuk memecahkan
masalah ini, perlu kebijaksanaan yang tepat dengan mengidentifikasi golongan
masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan berikut karakteristiknya lebih
dulu. Umumnya, suatu keadaan disebut miskin bila ditandai oleh kekurangan atau
tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar manusia.
Kemiskinan tersebut meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang mencakup
aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan
keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya jaringan sosial, sumber-
sumber keuangan, dan informal, seperti kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan
kesehatan yang kurang baik dan pendidikan yang relatif rendah.Kriteria lain yang
digunakan untuk mengukur kemiskinan penduduk menurut Zulkifli Husin (dalam
Supriatna, 1997:83) adalah dengan menggunakan Rasio Kebutuhan Fisik Minimum
(RKFM). Apabila diasumsikan kebutuhan fisik minimum sesuai dengan kondisi
yang dihadapi sekarang ini, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum
empat sehat lima sempurma adalah sebesar Rp 2.500,00 perkapita perhari,
dapatditentukan besarnya kebutuhan fisik minimum per bulan. Dengan nilai tersebut
dapat dihitung nilai kebutuhan fisik minimum per bulan sebesar Rp 2.500,00 X 30
hari = Rp 75.000,00, dan per tahun sebesar Rp 2.500,00 X 365 hari = Rp
912.500,00.

B. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (1994), Pengangguran adalah suatukeadaan di mana
seseorang yangtergolong dalam angkatan kerja inginmendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin
bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin
meningkat Pengangguran. Masalah Pengangguran memang tidak mudah, Pemerintah
harus mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan tingkat pengangguran.
Sebuah Negara yang ingin berubah harus meningkatkan tingkat pendidikannya.
Pendidikan berperan penting dalam menciptakan Sumber daya Manusia yang
berkopeten. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang kopeten maka akan
mampu mengurangi angka pengangguran. (Franita, 2016).
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak
memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat
minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999).
(Dongoran, Nisa, Sihombing, & Purba, 2016) Pengangguran dapat terjadi disebabkan
oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.
e m
P tK
ue san
rj()

ran gykerja an
eO
B g e n
P ga gu ran

e ro
P leh an
e kerja n
P

Gambar 1. Transisi Menjadi Pekerja atau Penganggur


Sumber : Mankiw 2003
Dalam setiap periode, bagian (s) dari orang-orang yang bekerja kehilangan
pekerjaan mereka, dan sebagaian f dari para penganggur memperoleh pekerjaan.
Tingkat pemutusan kerja dan perolehan kerja inilah yang menentukan tingkat
pengangguran (Mankiw, 2003). Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai
akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran
perkembangan sesuatu industri. Pengangguran terbuka dapat juga dikatakan sebagai
wujud dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran
perkembangan suatu industri (Sukirno, 2004).
Pengangguran terbuka adalah pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak
mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan lebih baik) maupun secara terpaksa
(mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan). Pengangguran ini
terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.
Dapat disimpulkan pengertian dari pengangguran terbuka adalah seseorang yang
termasuk dalam kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak
bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan. Pada
Teori Klasik dijelaskan ada dua alasan yang menyebabkan terjadinya pengangguran
yaitu: (Dongoran et al., 2016).
1 Kekakuan Tingkat Upah. Serikat-serikat buruh tidak bersedia menerima tingkat
upah yang lebih rendah, ketika mereka bersedia menerima tingkat upah yang
lebih rendah, maka permintaan terhadap tenaga buruh akan meningkat, sehingga
pengangguran dapat diturunkan.
2 Kekakuan yang kedua muncul dari pihak pengusaha besar, yang meningkat
kekuatan monopolinya, sehingga mereka lebih leluasa menentukan tingkat
harga pasar.
b. Jenis-jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai orang yang ingin bekerja namun tidak
memiliki pekerjaan.
Pengangguran terdiri dari 3 macam:
1. Pengangguran Terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
maksimal karena suatu alas an tertentu.
2. Setengah Menganggur adalah tenaga kerja yang kurang dari 35 jam perminggu.
3. PengangguranTerbuka adalah tenagakerja yang sungguh- sungguh tidak
memiliki pekerjaan.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya manusia yang


banyak, namun sumber daya manusia yang banyak tidak menjamin memiliki sumber
daya manusia yang kopeten. Salah satu factor banyaknya pengangguran adalah
sedikitnya angkatan kerja yang berkopeten. Budaya malas juga menjadi salah satu
factor makin meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.

c. Penyebab Pengangguran
Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun suatu penyakit
yang terus menjalar di beberapa Negara, dikarenakan banyak faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Mengurangi jumlah angka pengangguran harus adanya kerjasama
lembaga pendidikan, masyarakat, dan lain – lain. Berikut adalah beberapa faktor
peyebab pengangguran
a. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja. Banyaknya
para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki
oleh Negara Indonesia.
b. Kurangnya keahliah yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah
Sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu
penyembab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.
c. Kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari
tau informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga pekerja.
d. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota,
dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.
e. Masih belum maksimal nya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan
untuk meningkatkan softskill.
f. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para
pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

Indonesia sedang mengalami perubahan perekonomian, dimana Indonesia


sedang melakukan perubahan perekonomian dari sector pertanian ke sector
industry. Dengan meningatnya perekonomian kearah industry diharapkan
perekonomian Indonesiaik, jauh lebih baik. Dalam banyaknya tingkat pengangguran
sangat berdampak ke berbagai sektor.

Dampak dari pengangguran berimbas pada menurunnya tingkat


perekenomian negara, berdampak pada ketidakstabilan politik, berdampak pada
para investor, dan pada social dan mental. Banyak sekali dampak yang ditimbulkan
dari pengangguran. Beberapa dampak yang timbul oleh pengangguran: (Franita,
2016)

1 Ditinjau dari segi Ekonomi Pengangguran akan meningkatkan jumlah


kemiskinan. Karena banyaknya yang menganggur berdampak rendahnya
pendapata ekonomi mereka. Sementara biaya hidup terus berjalan. Ini akan
membuat mereka tidak dapat meandiri dalam menghasilkan finansial untuk
kebutuhan hidup para pengangguran.
2 Ditinjau dari segi social, dengan banyaknya pengangguran yang terjadi maka
akan meningkatnya jumlah kemiskinan, dan banyaknya pengemis,
gelandangan, serta pengamen. Yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat
kriminal, karena sulitnya mencari pekerjaan, maka banyak orang melakukan
tindak kejahatan seperti mencuri, merampok, dan lain – lain untuk memenuhi
kehidupan mereka.
3 Ditinjau dari segi mental, dengan banyaknya penganguran maka rendahnya
kepercayaan diri , keputusan asa, dan akan menimbulkan depresi.
4 Ditinjau dari segi politik maka akan banyaknya demonstrasi yang terjadi. Yang
akan membuat dunia politik menjadi tidak stabil, banyaknya demosntrasi para
serikat kerja karena banyaknya pengangguran yang terjadi.
5 Ditinjau dari segi keamanan, banyaknya pengangguran membuat para
pengangur melakukan tindak kejahatan demi menghidupi perekonomiannya,
seperti merampok, mencuri, menjual narkoba, tindakan penipuan.
6 Banyaknya pengangguran juga dapat meningkatkan Pekerja Seks komersial
dikalangan muda, karena demi menghidupi ekonominya.
7 Banyaknya dampak pengangguran yang timbul, menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat untuk segera menanggulangi jumlah pengangguran
yang terjadi. Pemerintah harus meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Setiap daerah harus mampu mandiri dalam meningkat laju perekonomiannya
C. Daur Ulang
a. Pengertian Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca
jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah
satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
dalam proses hierarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).

Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas,
logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos
yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam,
tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada
sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan
kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah,
penyortiran, pembersihan, dan pemprosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan
barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya
kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena
bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit
dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan
yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi
produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga
dari sampah, seperti emas dari prosesor komputer, timah hitam dari baterai, atau
ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.

Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah.
Proses daur ulang aluminium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi
udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi aluminium dari tambang
hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat
dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.

D. Kewirausahaan
a. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk menciptakan nilai
tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Peter F.Drucker (1994)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Thomas W. Zimmerer (1996;51) mengungkapkan
bahwakewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan
inovatif demi terciptanya peluang. (Saragih, 2017)
Thomas W.Zimmerer et al (2005) merumuskan manfaat berwirauaha sebagai
berikut:
a. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
b. Memberi peluang melakukan perubahan: Pebisnis menemukan cara untuk
mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai masalah
ekonomi dan social dengan harapan akan menjalani kehidupan yang lebih baik
c. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya: Memiliki usaha
sendiri memberikan kekuasaan, kebangkitan spiritual dan membuat wirausaha
mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.
d. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin.
e. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya.
f. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan
rasa senang dalam mengerjakannya.
Entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas dari modal. Modal
tidak selamanya identik dengan uang ataupun barang (tangible). Sebuah ide sudah
termasuk modal yang luar biasa karena ide merupakan modal utama yang akan
membentuk dan mendukung modal lainnya. Beberapa modal yang termasuk ke
dalam modal tidak berwujud (intangible) antara lain:
1. Modal Intelektual
Modal Intelektual didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-
sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi
mentransformasi sebuah bundelan material, keuangan dan sumberdaya manusia
dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value (Cut
Zurnali, 2008).
2. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral yang dapat disebut sebagai suatu integritas
merupakan suatu hal penting yang membentuk sebuah citra terhadap
kepribadian Anda sebagai seorang wirausaha. Pada saat menjalankan bisnis, ada
etika wirausaha yang tidak boleh anda langgar.
3. Modal Mental
Mental wirausaha harus ditaman sejak dini. Karena modal mental
merupakan kesiapan sejak dini kemudian diwujudkan dalam bentuk keberanian
untuk menghadapi risiko dan tantangan. Sebagai wirausaha, Anda harus berani
menghadapi risiko. Risiko disini berarti risiko yang telah diperhitungkan
sebelumnya sehingga hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko
yang akan diambil. Anda harus bisa belajar mengelola risiko dengan cara
mentransfer berbagai risiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen,
pemasok dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

(Franita, 2016).Dongoran, F. R., Nisa, K., Sihombing, M., & Purba, L. D. (2016). ANALISIS
JUMLAH PENGANGGURAN DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP
KEBERADAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MEDAN,
2(2), 59–72.

Franita, R. (2016). Analisa Pengangguran Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1,


88–93.

Saragih, R. (2017). Membangun Usaha Kreatif, Inovatif, dan Bermanfaat melalui Penerapan
Kewirausahaan Sosial. Jurnal Kewiraushaan, 3(2), 50–58.

Anda mungkin juga menyukai