Dosen Pengampu :
Oleh:
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “
Analisis Data Lapangan” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan somoga safa’at dapat kita terima di akhirat kelak. Amin.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dosen Mohammad
Afifulloh, M.Pd dan teman-teman satu team yang telah mendukung penyelesaian makalah
sebagai tugas kuliah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat
kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................................III
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN...........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. BEBERAPA PANDANGAN MENGENAI ANALISIS DATA..................................................3
B. LANGKAH-LANGKAH MENGANALISIS DATA................................................................6
C. KODE DAN MENGKODING..............................................................................................6
D. CATATAN PINGGIR DAN CATATAN REFLEKTIF...........................................................8
E. CATATAN PINGGIR.......................................................................................................10
F. PANDANGAN LAIN MENGENAI ANALISIS DATA/LAPANGAN.....................................10
G. PEMBUATAN MATRIKS.................................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
KESIMPULAN........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar
bagi peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara
dalam label, matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan.
Tidak ada konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif.
Akan tetapi ada cara membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang
dapat digunakan sebagai rujukan.
Goetz dan Lecompte (1984) menjelaskan tentang analisis data kualitatif peran
proses kognitif atau “berteori” mengenai kategori abstrak dan hubungannya. Hal ini
penting, karena akan membantu peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari
kejadian atau situasi yang berlangsung di dalam kelas yang ditelitinya. Walaupun
berteori merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh para peneliti, para psikolog
kognitif mengenalnya sebagai proses berfikir sehari-hari yang biasa dilakukan
seseorang dalam kehidupannya. Ia akan memproses informasi dengan memperhatikan
fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian membedakan fenomena tersebut
dengan membandingkan dan membedakan berdasarkan pengalaman masa lalunya,
atau berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, atau pun juga berdasar kepada atribut-
atribut yang menentukannya, untuk selanjutnya ditampilkan pada waktu ia melakukan
kegiatan kesehariannya.
Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang Menganalisis data yang
bentuknya berbagai ragam, baik mengenai bagaimana menampilkan dara dalam label,
matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak ada
konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar
bagi peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara
dalam label, matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak
ada konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif. Akan tetapi
ada cara membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang dapat digunakan
sebagai rujukan.
Sketsa gagasan Catat gagasan digaris Bjuat catatan pinggir Bri tekanan pada
pinggir catatan dalam catatan deskripsi informasi
lapangan lapangan tertentu
Display data Buat bagan, table, Buat kontras dan Buat table, peta,
matriks, dan grafik perbandingan bagan, angka-angka,
perbandingan,
bandingkan dengan
ukuran baku/ standard
3
Mengidentifikasi Kembangkan kode, Tuliskan kode, memo
kode kategori
Menghitung
frekuensi kode
Kategori yang
relevan
Goetz dan Lecompte (1984) menjelaskan tentang analisis data kualitatif peran proses
kognitif atau “berteori” mengenai kategori abstrak dan hubungannya. Hal ini penting, karena
akan membantu peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang
berlangsung di dalam kelas yang ditelitinya. Walaupun berteori merupakan kegiatan yang
lazim dilakukan oleh para peneliti, para psikolog kognitif mengenalnya sebagai proses
berfikir sehari-hari yang biasa dilakukan seseorang dalam kehidupannya. Ia akan memproses
informasi dengan memperhatikan fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian
membedakan fenomena tersebut dengan membandingkan dan membedakan berdasarkan
pengalaman masa lalunya, atau berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, atau pun juga
berdasar kepada atribut-atribut yang menentukannya, untuk selanjutnya ditampilkan pada
waktu ia melakukan kegiatan kesehariannya.
4
Demikianlah, dalam berteori seorang peneliti juga akan melakukan tugas intelektual
seperti itu. Ia akan melakukan kegiatan kognitif dalam memahami, membandingkan,
membedakan, mengagregasikan, menyusunnya dalam urutan yang beraturan, mencari kaitan
dan hubungan di antaranya, untuk selanjutnya berdasarkan data empiric ini berpikir secra
spekulatif.
Mengenai langkah pertama, memahami atau berpikir perseptif mengenai data, seorang
peneliti dalam memproses data memerlukannya sebagai bimbingan dalam membagi data
menjadi unit-unit analisis, di samping mengarahkan peneliti dalam mereduksi data sehingga
praktis untuk dimanipulasi.
“ kelas hari ini akan membahas IPA mengenai hewan jenis reptile. Akan tetapi
sebelumnya, George berbagi berita baik dari keluarganya, yakni ayah tirinya akan
mengadopsi dirinya secara hokum. Dari tanggapan kelas, ternyata anak-anak yang lain
juga ada yang diadopsi, punya keluarga yang diadopi, atau sedang mempertimbangkan
untuk diadopsi.
(keesokan harinya)
Ibu guru memutar film mengenai binatang reptile. Setelah pemutaran selesai, di papan
tulis ibu guru memetakan taksonomi dunia binatang, dengan maksud menggunakan
binatang reptile sebagai salah satu contoh untuk menerangkan keseluruhan kerangka itu.
Kelas mulai dengan kegiatan mengklasifikasi berbagai jenis binatang. Kemudian ibu guru
bertanya tentang perbedaan antara reptile dan amfibi. Ia menunjukkan persamaan antara
anak-anak amfibi kalau dilihat dari alat pernafasan insangnya dengan ikan. Seorang siswa
bertanya siswa lain, “apa itu kutu?”
5
Maka kelas pun terlibat dalam situasi yang lucu, karena kutu menjadi pusat perhatian
mereka. Kutu yang terdapat di antara bulu-bulu anjing mereka yang harus segera
dibersihkan, kutu dalam rambut manusia dan cara bagaimana menghilangkannya, kutu
yang menjadi penyebab demam bercak pada manusia dan menyebabkan kematian.
Diskusi ini ditengahi pertanyaan siswa: “Berapa banyak kaki yang dimiliki kutu?” atau
“Mengapa bensi bias dipakai membunuh kutu?” atau “Apakah kutu dikepala bias masuk
ke otak?”
Sementara itu ibu guru sudah kehilangan focus dari materi pembelajarannya. Ia
berkometar;” entahlah. Saya telah menjelaskan segalag sesuatu yang diketahui mengenai
kutu.”
Dari contoh di atas, jelaslah ada dimensi yang tidak diperhitungkan sebagai
criteria analisis, yang dalam kasus ini adalah dimensi pribadi atau dimensi personal,
(Goetz dan LeCompte, 1984:170-171).
Apabila anda membaca lagi bagia terakhir dari bab terdahulu, maka anda dapat
melihat cara menganalisis catatan lapangan (field notes). Demikian juga dikemukakan di
situ bahwa analisis yang dilakukan oleh penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal,
berarti bahwa anda akan melakukannya sejak tahap orientasi lapangan, seperti dikatakan
Miles dan Huberman (1984:49) bahwa “… the ideal model for data collection and
analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya, model ideal dari
pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Terdapat tiga tipe kode. Pertama, adalah kode deskriptif yaitu memberi kode pada
alenia yang misalnya isinya membahas kajian perbaikan sekolah, dengan menaruh di
pinggir sebelah kiri catatan yang berbunyi “MOT”, singkatan dari “motivasi”. Apabila
analisis ingin lebih tajam dengan memisahkan motivasi para guru dari motivasi petugas
Tata Usaha, maka kode “ADM-MOT” dari Administrators’ Motivation, kalau dalam
bahasa Indonesia “TU-MOT.”
Kedua, kode interpretif, yang memuat analisis lebih kompleks dengan melihat
misalnya aspek dinamika local yang menumbuhkan motivasi tersebut, dengan kode
seperti “OFF-MOT” yang menunjukan Offical Motivation.
Ketiga, kode yang lebih onferensial dan menjelaskan. Alenia tersebjut ternyata
menunjukan timbulnya (emerged ) leitmotive atau pola pada waktu peneliti memeriksa
aspek-aspek kejadian local dan relasi-relasi local dihubungkan dengan motivasi tsb. Maka
kodenya bias berbunyi LM (leitmotive), atau PATT (pattern), atau TH (theme), atau CL
(causal link).
Apa saja yang bias diatur dengan kode? Lofland dalam Miles dan Huberman
merincikan sebagai berikut.
1. Tindakan: yang berlangsung dalam situasi yang singkat, hanya memakan waktu
beberapa detik, menit atau jam.
7
2. Kegiatan: yang berlangsung dalam latar yang lebih besar, hari, minggu, bulan, yang
melibatkan unsur-unsur penting dari keterlibatkan manusia.
3. Makna: ungkapan verbal dari para partisipan penelitian yang menentukan dan
mengarahkan tindakan.
4. Partisipasi: keterlibatan manusia secara keseluruhan, atau adaptasi mereka terhadap
situasi atau latar yang sedang ditelaah.
5. Relasi: hubungan antar personal diantara beberapa orang yang ditelaah secara
simultan.
6. Latar atau setting: keseluruhan latar yang sedang diteliti dipelajari sebagai satu unit
analisis, (Lofland, dalam Miles dan Huberman, 1984:57)
Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen (1982:57) kode dan koding dilakukan
terhadap:
1) Setting/konteks: informasi umum mengenai lingkungan sekitar.
2) Definisi situasi: bagaimana mendefinisikan latar situasi.
3) Perspektif: cara berfikir, orientasi.
4) Cara berpikir mengenai orang dan objek : dengan lebih mendetail.
5) Proses: sekuens, alur peristiwa, perubahan.
6) Kegiatan: perilaku yang secara teratur ditampilkan.
7) Kejadian: kejadian tertentu.
8) Strategi: cara untuk menyelesaikan sesuatu.
9) Relasi dan struktur social.
10) Metode: isu yang berkaitan dengan penelitian.
Ada beberapa saran untuk menggunakan kode. Misalnya, kapan kode dan
kegiatan mengkoding dimulai? Seperti telah dibahas terdahulu, analisis terhadap catatan
lapangan (field notes) sudah dilakukan sejak awal, maka kode dan kegiatan mengkoding
pun demikian. Kode dan koding adalah kegiatan memberi label dan mencari data yang
sangat efisien, serta mempercepat dan memberdayakan analisis data. Karenanya,
menyusun kode sebelum ke lapangan dan membuat catatan lapangan akan sangat
membantu, serta akan mendorong peneliti untuk selalu mengkaitkan pertanyaan
penelitian atau konsep-konsep penting langsung dengan kata.
Peneliti yang berperan sebagai pengamat akan sibuk dengan membuat catatan
lapangan (field notes), sehingga seringkali catatan yang dibuat dengan segera itu tidak
dapat dibaca dengan jelas, karena banyak singkatan yang tidak lazim hanya dapat
dimaknai oleh sang peneliti sendiri. Itulah sebabnya, segera setelah peneliti sebagai
pengamat mempunyai waktu, cattaan lapangan itu harus cepat ditranskip dan diketik,
8
agar dapat dibaca oleh siapa pun. Pada waktu itulah sang peneliti, mengalami kembali
apa yang telah terjadi di kelas tadi pagi, dan refleksi terjadi pada situasi yang berkembang
pada waktu itu, seperti misalnya:
Catatan reflektif dapat segera dibuat pada wakty catatan lapangan sedang dikerjakan,
dengan cara menyimpannya di antara tanda kurang. PUtton (1980) merekomendasikan
hal ini, bahkan Bogdan dan Biklen (1982) memakainya untuk analisis, metode, dilemma
etik, pemikiran sendiri, dan sebagai alat kalibrasi.
Berikut ini adalah contoh pemakaian catatan reflektif pada catatan lapangan:
Ahmad bergurau, “mungkin aku dapat berlaku sebagai seorang senior”. Ia menyeringai
seperti kera waktu mengatakan hal itu. ((guru-guru ini bukan bermaksud merendahkan
siswa, akan tetapi sepertinya tidak bias menahan diri untuk selalu bergurau seperti itu dan
mengenai hal ini akan dijelaskan nanti))
Basri menyatakan bahwa secara tidak resmi mereka sudah melakukan analisis tantang
data kehadiran dan berkata, “aku yakin telah melakukannya dengan efektif”, (yaitu
memakai CARED untuk kecenderungan peningkatan kehadiran). ((bagiku kedengarannya
sangat kabur dan gterkesan ga,pangan)).
Chairuddin menjelaskan, bahwa selama semester kedua ia akan melakukan hal-hal yang
sama, atau “tidak banyak”. ((penolakan kegiatan ini aku dengar secara informal dalam
pembicaraan dengan Basri. Sesungguhnya, hal itu menngecilkan/minimalisasi atau
penghalusan dari fakta bahwa ia sering keluar, padahal ia dapat namyak membantu
menyelesaikan program.))
9
E. Catatan Pinggir
Pada waktu kegiatan koding berlangsung, dan peneliti sebagai pengamat melihat
dan menyaksikan penampilan pembelajaran dikelas, maka gagasan dak reaksi terhadap
yang dilihat timbul dengan makna yang baru secara berkelanjutan. Gagasan dan pikiran
baru ini penting artinya, karena mendorong penafsiran baru, mengarahkan kepada
keterhubungan dengan data lain, dan menuntut pekerjaan untuk menganalisisnya.
Karena konvensi membiasakan kita memberikan tanda atau symbol kode pada
catatan lapangan digaris pinggir sebelah kiri atau pada margin kiri, maka catatan pinggir
dilakukan pada margin sebelah kanan. Catatan reflektif dan catatan pinggir berfungsi
menambah kebermaknaa dan kejelasan kepada catatan lapangan atau field notes, di
samping menggaris bawahi hal-hal yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam
kegiatan koding.
Becker (1958, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan, bahwa ada tiga langkah
analisis yang perlu dilakukan dilapangan dan analisis ke empat dilakukan sete;ah
penelitian lapangan selesai. Langkah-langkah gtersebut dilakukan tahap demi tahap,
secara sekuensial dengan logis, tahapan kedua akan sangat ditentukan oleh analisis
tahapan sebelumnya. Selanjutnya, berbagai kesimpulan diambil dalam tahapan
berikutnya. Langkah ketiga ialah bahwa ada beberapa criteria yang dipakai untuk analasis
di lapangan, antara lain pemilihan dan definisi permasalahan dan konsep, penghitungan
frekuensi dan distribusi kejadian atau fenomena, dan dimasukkannya temuan-temuan
individual ke dalam jadian yang sedang di teliti. Analisis setelah kegiatan di lapangan
adalah bagaimana evidensi dan bukti dalam penelitian ini di presentasikan, (Hopkins,
1993:184-189).
10
Sedangkan Glasser dan Strauss (1971;105) mengemukakan empat langfkah
analisis data untuk menghasilkan teori (grounded) yang disebut constant comparative
Method, sebagai berikut:
Apabila kita bandingkan kedua prinsip ini, maka ternyata ada persamaannya, karena sebenarnya
sama-sama melakukan hal-hal berikjut: 1. Melakukan pengumpulan data dan menyusun
kategori, 2. Memvalidasi kategori,3. Menafsirkan kategori, dan 4. Melakukan analisis tersebut.
Agar lebih jelas lagi, coba perhatikan bagan berikut ini.
Menuliskan teori
bukti
11
Dalam proses penelitian tindakan kelas, langkah pertama yanb seperti anda
ketahui, adalah pengumpulan data. Dengan mencatatkan catatan lapangan, atau rekaman,
atau video, atau bentuk-bentu lain, penelitu mengumpulkan berbagai informasi mengenai
pembelajaran yang sedang ditampilkan. Bersama-sama dengan kegiatan pengumpulan
data ini muncul ke permukaan dipotesis-hipotesis yang dapat menjadi bahan untuk dikaji,
karena gagasan-gagasan baru selalu timbuk pada waktu menjelaskan atau menganalisis
setiap kejadian dikelas.
Bahkan sejak langkah awal pun, peneliti sudah melakukan penjelasan atau analisis
tersebut terhadap setiap kejadian, mengapa ini terjadi, atau kejadian ini terjadi karena
sebab ini atau sebab itu, dan seterusnya. Tidak dapat dihindari, bahwa setiap peneliti akan
membawa penglamannya, pengetahuannya, dan keyakinannya masing-masing didalam
upaya memahami situasi lebih baik. Pemahaman yang mendalam dari peneliti diperlukan,
untuk mencapai pemahaman tingkatan yang seperti diungkapkan Max Weber sebagai
Verstehen (atau interpretative understanding) (Weber dalam Coser, 1971:220), yakni
bahwa sains yang bertujuan mencapai pemahaman interpretasi dari perilaku social
dilakukan untuk menjelaskan sebab-sebabnya, arahnya, dan dampaknya.
Dengan cara demikianlah, yaitu sejak awal kegiatan pengumpulan data yang
langsung dijelaskan dan dianalisis, munculnya hipotesis, konstruk, atau kategori dari apa
yang terjadi di kelas. Dalam penelitian kjualitatif, hal ini disebut kemunculan, atau timbul
ke permukaan, atau emergent hypothesis,yang selanjtnya akan menghasilkan emergent
hypothesis. Dalam penelitian ini semakin banyak timbulnya gagasan, hipotesis, konstruk,
akan semakin baik: karena semakin kaya timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif, semakin
besar kemungkinannya bahwa penelitian yang anda lakukan menghasilkan penafsiran dan
pemecahan permasalahan yang koheren dan tuntas (Hopkins, 1993:152).
G. Pembuatan Matriks
12
substantive kepada basis data anda. Berikut ini ada beberapa aspek pilihan dalam
membentuk matriks, (Miles dan Huberman, 1984:211-212):
1) Deskriptif, dalam pemahaman apakah tujuannya untuk memaparkan data yang ada,
atau menjelaskan mengapa hal itu gterjadi.
2) Mono-situs, apabila penelitian mengkaji satu latar atau setting saja, seperti
sekelompok, sebuah keluarga, sebagai organisasi , atau multi-multi, yaitu meliputi
beberapa settings yang dapat menampilkan perbandingan data.
3) Teratur, dengan pergertian data disusun dalam kolom dan baris dengan menggunakan
kategori, atau dengan memakai variabel waktu, peran partisipan, atau sites yang
mempunyai perbedaan.
4) Berdasarkan waktu, yang memungkinkan analisis menurut alur, sekuens, siklus, dan
kronologi.
5) Berbagai variabel kategori, yang membuka banyak kemungkinan, sebagai contoh
( Bogdan dan Biklen, 1982):
Tindakan, perilaku
Kejadian kegiatan
Startegi
Kebermaknaan, perspekstif
Kondisi umum
Proses
Seperti telah diungkapkan di atas, membuat matriks tujuannya adalah untuk
membantu agar anda mengerti dan memahami, dan seberapa tegar/sahih/validnya
pemahaman itu. Berikut ini adalah saran-saran untuk membantu analisis data dalam
matriks (Miles dan Hubernan, 1984 :213-214):
1) Mulailah dengan melayangkan pandangan yang cepat, atas melakukan analisis sekilas,
kemudian setelah di review dengan hati-hati baru di revisi, di r, atau di nyatakan tidak
berlaku.
2) Apabila matriks itu mencakup beberapa situs, mulailah dengan menganalisis salah satu
situs dengan tegar sebelum melakukan analisis silang dari beberapa situs.
3) Untuk matriks deskriptif, mulailah dengan tabulasi rangkuman untuk mencapai
pemahaman dari data yang besar itu hati-hati, jangan melakukan simplikasi berlebihan
atas mengacaukan kesimpulan akibat dari begitu besarnya jumlah data.
4) Pada waktu kesimpulan mulai berbentuk dalam pikiran anda, mulailah penulisannya
untuk menjelaskan. Dengan menulis, maka memungkinkan reformulasi gagasan-
gagasan dan memperjalas, untuk analisis lebih jauh.
5) Kesimpulan yang muneul harus selalu dicek dengan data dalam catatan
lapangan.apabila tidak didukung data “akar rumput” hal itu perlu di revisi.
6) Untuk mendukung kesimpulan, tampilkan ilustrasi yang terdapat dalam catatan
lapangan, bukan untuk meramaikan deskripsi, melainkan untuk menggambarkan
contoh-contoh yang murni/asli.
13
7) Setelah mengeceknya dengan catatan lapangan, kesimpulan juga perlu dikaitkan
dengan konsep-konsep pentinga atau teori dalam penelitian ini.
8) Mintalah bantuan mitra peneliti untuk mengaudit matriks dan analisisnya; terkhir.
9) Pada penyajian laporan penelitian, matriks termasuk yang harus ditampilkan, dan
pembaca/penguji akan memverifikasi kesimpulan-kesimpulan yang dibuat.
Siswa: perbedaan mata pencahariaan. Guru mampu mengankat kondisi kelas yang
BU”(kelas masih saja ribut. Dan tidak ribut sebagai media pembelajaran, baik baik
memperhatikan teman siswa sedang dalam memaknai perbedaan,namun terutama
berbicara) dalam menanamkan niai dan sikap
Guru:” Nah inilah coba, kalau ada yang menghormati orang lain.
sedang berbicara tolong dihormati, di dengar.
Ini sebuah contoh, ya, jangan jauh-jauh,
kalau ada yang sedang berdiri di depan dan
berbicara, dan kelas ribut bagaimana kalian
bisa mendengar? Nah, ini kan, contoh
perbedaan juga, perbedaan bisa timbul dalam
hal apa saja, dimana saja !”
Selanjutnya, berikut ini adalah sebuah contoh matris multi-situs, dalam pengertian multi-
settings, karena peneliti mencobakan tiga model pembelajaran dan ingin mengetahui hasilnya
dengan membuat perbandingan.
14
BAGAN 30
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar bagi
peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara dalam label,
matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak ada konsensus
mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif. Akan tetapi ada cara
membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang dapat digunakan sebagai rujukan. .
Langkah-langkah Menganalisis Data.
Apabila anda membaca lagi bagia terakhir dari bab terdahulu, maka anda dapat melihat cara
menganalisis catatan lapangan (field notes).
Kode dan Mengkoding
Miles dan Huberman (1984:56-59) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam
penelitian kualitatif adalah, bahwa cara kerjanya terutama bertalian dengan kata-kata, bukan
dengan angka. Kata-kata lebih gemuk dibandingkan dengan angka, dan bersifat multi makna.
Adakalanya sebuah kata tidak mempunyai arti sama sekali, kecuali apabila dihubungjan dengan
kata lain.
Peneliti yang berperan sebagai pengamat akan sibuk dengan membuat catatan lapangan
(field notes), sehingga seringkali catatan yang dibuat dengan segera itu tidak dapat dibaca dengan
jelas, karena banyak singkatan yang tidak lazim hanya dapat dimaknai oleh sang peneliti sendiri.
Itulah sebabnya, segera setelah peneliti sebagai pengamat mempunyai waktu, cattaan lapangan
itu harus cepat ditranskip dan diketik, agar dapat dibaca oleh siapa pun. Pada waktu itulah sang
peneliti, mengalami kembali apa yang telah terjadi di kelas tadi pagi, dan refleksi terjadi pada
situasi yang berkembang pada waktu itu.
Karena konvensi membiasakan kita memberikan tanda atau symbol kode pada catatan
lapangan digaris pinggir sebelah kiri atau pada margin kiri, maka catatan pinggir dilakukan pada
margin sebelah kanan. Catatan reflektif dan catatan pinggir berfungsi menambah kebermaknaa
dan kejelasan kepada catatan lapangan atau field notes, di samping menggaris bawahi hal-hal
yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam kegiatan koding.
16
Becker (1958, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan, bahwa ada tiga langkah analisis
yang perlu dilakukan dilapangan dan analisis ke empat dilakukan sete;ah penelitian lapangan
selesai. Langkah-langkah gtersebut dilakukan tahap demi tahap, secara sekuensial dengan logis,
tahapan kedua akan sangat ditentukan oleh analisis tahapan sebelumnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alwright, Dick and Bailey, Kathleen M. 1991. Focus on the Languange Classroom: An
Introduction to Classrooom Reasearch for Languange Teachers. Cambridge: Cambridge
Univercity Press.
Angelo, Thomas A. Ed. 1991. Classroom Research: Early Lessons from success. San
Fraancisco: Jossey-Bass Ich., Publ.
Ballantine, Jeanne H. 1985. School and Society. A Reader in Education and Sociology. Palo
Alto: Mayfield Publ. Inc.
Balson, Maurice. 1992. Understanding Classroom Behaviour. Victoria, Australia: Council for
Educatinal Research, Ltd.
Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari K. Qualitive Research for Education. Boston: Allyn &
Bacon.
18