Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Analisis Data Lapangan

Dosen Pengampu :

Mohammad Afifulloh, M.Pd

Oleh:

1. Nunuk UbaidatulHimmah (21501011001)


2. Mochammad Abdul Azis (21501011082)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “
Analisis Data Lapangan” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan somoga safa’at dapat kita terima di akhirat kelak. Amin.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dosen Mohammad
Afifulloh, M.Pd dan teman-teman satu team yang telah mendukung penyelesaian makalah
sebagai tugas kuliah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat
kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................................III
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN...........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. BEBERAPA PANDANGAN MENGENAI ANALISIS DATA..................................................3
B. LANGKAH-LANGKAH MENGANALISIS DATA................................................................6
C. KODE DAN MENGKODING..............................................................................................6
D. CATATAN PINGGIR DAN CATATAN REFLEKTIF...........................................................8
E. CATATAN PINGGIR.......................................................................................................10
F. PANDANGAN LAIN MENGENAI ANALISIS DATA/LAPANGAN.....................................10
G. PEMBUATAN MATRIKS.................................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
KESIMPULAN........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar
bagi peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara
dalam label, matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan.
Tidak ada konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif.
Akan tetapi ada cara membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang
dapat digunakan sebagai rujukan.

Goetz dan Lecompte (1984) menjelaskan tentang analisis data kualitatif peran
proses kognitif atau “berteori” mengenai kategori abstrak dan hubungannya. Hal ini
penting, karena akan membantu peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari
kejadian atau situasi yang berlangsung di dalam kelas yang ditelitinya. Walaupun
berteori merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh para peneliti, para psikolog
kognitif mengenalnya sebagai proses berfikir sehari-hari yang biasa dilakukan
seseorang dalam kehidupannya. Ia akan memproses informasi dengan memperhatikan
fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian membedakan fenomena tersebut
dengan membandingkan dan membedakan berdasarkan pengalaman masa lalunya,
atau berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, atau pun juga berdasar kepada atribut-
atribut yang menentukannya, untuk selanjutnya ditampilkan pada waktu ia melakukan
kegiatan kesehariannya.

Demikianlah, dalam berteori seorang peneliti juga akan melakukan tugas


intelektual seperti itu. Ia akan melakukan kegiatan kognitif dalam memahami,
membandingkan, membedakan, mengagregasikan, menyusunnya dalam urutan yang
beraturan, mencari kaitan dan hubungan di antaranya, untuk selanjutnya berdasarkan
data empiric ini berpikir secra spekulatif.

Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang Menganalisis data yang
bentuknya berbagai ragam, baik mengenai bagaimana menampilkan dara dalam label,
matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak ada
konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif.

B. Rumusan Masalah

1. Terdapat berapakah pandangan mengenai analisis data?

2. Jelaskan langkah-langkah menganalisis data?

3. Jelaskan apa itu maksud koding mengkoding ?

4. Jelaskan mengenai tentang catatan pinggir & catatan raflektif?

5. Jelaskan menurut pandangan lain mengenai analisis data lapangan ?

6. Jelaskan cara pembuatan matriks ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pandangan mengenai analisis data.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah menganalisis data.

3. Untuk mengetahui apa itu maksud koding mengkoding.

4. Untuk mengetahui mengenai tentang catatan pinggir & catatan raflektif.

5. Untuk mengetahui tentang bagaimana pandangan lain mengenai analisis data


lapangan.

6. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan matriks.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Beberapa Pandangan Mengenai Analisis Data

Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar
bagi peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara
dalam label, matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak
ada konsensus mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif. Akan tetapi
ada cara membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang dapat digunakan
sebagai rujukan.

Strategi Umum Analisis Data Oleh Peneliti Pakar

Strategi Analisis Bogdan & Biklen Huberman&Miles Wolcott (1994)


(1994)

Sketsa gagasan Catat gagasan digaris Bjuat catatan pinggir Bri tekanan pada
pinggir catatan dalam catatan deskripsi informasi
lapangan lapangan tertentu

Membuat catatan Buat memo, tulis Tuliskan catatan yang


komentar pengamat bersifat reflektif

Merangkum catatan Buat buram


lapangan rangkuman dalam
catatan lapangan

Masukan balik Mencoba membuat


gagasan tema dari pokok-
pokok bahasan

Menyusun kata- Buat metafor, Buat metafor


kata analogi,konsep

Display data Buat bagan, table, Buat kontras dan Buat table, peta,
matriks, dan grafik perbandingan bagan, angka-angka,
perbandingan,
bandingkan dengan
ukuran baku/ standard

3
Mengidentifikasi Kembangkan kode, Tuliskan kode, memo
kode kategori

Mereduksi Masukan bahan Perhatikan adanya Identifikasi


informasi kedalam kategori pola-pola dan tema- keteraturan pola
tema

Menghitung
frekuensi kode

Kategori yang
relevan

Prosedur yang Ikuti prosedur kerja


sistematis dan lapangan dibidang
tradisi inkuiri etnografi

Hubungan dengan Kontekstual dengan


kerangka analisis kerangka dalam
dalam literature literature

Mendesain kembali Usulan mendesain


kajian penelitian kembali kajian
penelitian

Goetz dan Lecompte (1984) menjelaskan tentang analisis data kualitatif peran proses
kognitif atau “berteori” mengenai kategori abstrak dan hubungannya. Hal ini penting, karena
akan membantu peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang
berlangsung di dalam kelas yang ditelitinya. Walaupun berteori merupakan kegiatan yang
lazim dilakukan oleh para peneliti, para psikolog kognitif mengenalnya sebagai proses
berfikir sehari-hari yang biasa dilakukan seseorang dalam kehidupannya. Ia akan memproses
informasi dengan memperhatikan fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian
membedakan fenomena tersebut dengan membandingkan dan membedakan berdasarkan
pengalaman masa lalunya, atau berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, atau pun juga
berdasar kepada atribut-atribut yang menentukannya, untuk selanjutnya ditampilkan pada
waktu ia melakukan kegiatan kesehariannya.

4
Demikianlah, dalam berteori seorang peneliti juga akan melakukan tugas intelektual
seperti itu. Ia akan melakukan kegiatan kognitif dalam memahami, membandingkan,
membedakan, mengagregasikan, menyusunnya dalam urutan yang beraturan, mencari kaitan
dan hubungan di antaranya, untuk selanjutnya berdasarkan data empiric ini berpikir secra
spekulatif.

Mengenai langkah pertama, memahami atau berpikir perseptif mengenai data, seorang
peneliti dalam memproses data memerlukannya sebagai bimbingan dalam membagi data
menjadi unit-unit analisis, di samping mengarahkan peneliti dalam mereduksi data sehingga
praktis untuk dimanipulasi.

Selanjutnya, kegiatan membandingkan, membedakan, dan seterusnya adalah langkah


menglaifikai data. Seluruh koleksi data dianalisis menurut isinya (content analysis),
kemudian dipilah-pilah menjadi unit-unit data berdasarkan dimensi-dimensi spasial (ruang),
temporal(waktu), fisik, filosofis, bahasa, atau social (Goetz dan Le Compte, 1984:170).
Adakalanya dimensi baru tampil dalam proses analisis, yang apabila disepakati bersama
dapat dijadikan criteria pembeda. Berikut ini contohnya:

“ kelas hari ini akan membahas IPA mengenai hewan jenis reptile. Akan tetapi
sebelumnya, George berbagi berita baik dari keluarganya, yakni ayah tirinya akan
mengadopsi dirinya secara hokum. Dari tanggapan kelas, ternyata anak-anak yang lain
juga ada yang diadopsi, punya keluarga yang diadopi, atau sedang mempertimbangkan
untuk diadopsi.

(keesokan harinya)

Ibu guru memutar film mengenai binatang reptile. Setelah pemutaran selesai, di papan
tulis ibu guru memetakan taksonomi dunia binatang, dengan maksud menggunakan
binatang reptile sebagai salah satu contoh untuk menerangkan keseluruhan kerangka itu.
Kelas mulai dengan kegiatan mengklasifikasi berbagai jenis binatang. Kemudian ibu guru
bertanya tentang perbedaan antara reptile dan amfibi. Ia menunjukkan persamaan antara
anak-anak amfibi kalau dilihat dari alat pernafasan insangnya dengan ikan. Seorang siswa
bertanya siswa lain, “apa itu kutu?”
5
Maka kelas pun terlibat dalam situasi yang lucu, karena kutu menjadi pusat perhatian
mereka. Kutu yang terdapat di antara bulu-bulu anjing mereka yang harus segera
dibersihkan, kutu dalam rambut manusia dan cara bagaimana menghilangkannya, kutu
yang menjadi penyebab demam bercak pada manusia dan menyebabkan kematian.
Diskusi ini ditengahi pertanyaan siswa: “Berapa banyak kaki yang dimiliki kutu?” atau
“Mengapa bensi bias dipakai membunuh kutu?” atau “Apakah kutu dikepala bias masuk
ke otak?”

Sementara itu ibu guru sudah kehilangan focus dari materi pembelajarannya. Ia
berkometar;” entahlah. Saya telah menjelaskan segalag sesuatu yang diketahui mengenai
kutu.”

Dari contoh di atas, jelaslah ada dimensi yang tidak diperhitungkan sebagai
criteria analisis, yang dalam kasus ini adalah dimensi pribadi atau dimensi personal,
(Goetz dan LeCompte, 1984:170-171).

B. Langkah-langkah Menganalisis Data

Apabila anda membaca lagi bagia terakhir dari bab terdahulu, maka anda dapat
melihat cara menganalisis catatan lapangan (field notes). Demikian juga dikemukakan di
situ bahwa analisis yang dilakukan oleh penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal,
berarti bahwa anda akan melakukannya sejak tahap orientasi lapangan, seperti dikatakan
Miles dan Huberman (1984:49) bahwa “… the ideal model for data collection and
analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya, model ideal dari
pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.

C. Kode dan Mengkoding

Miles dan Huberman (1984:56-59) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan


dalam penelitian kualitatif adalah, bahwa cara kerjanya terutama bertalian dengan kata-
kata, bukan dengan angka. Kata-kata lebih gemuk dibandingkan dengan angka, dan
bersifat multi makna. Adakalanya sebuah kata tidak mempunyai arti sama sekali, kecuali
apabila dihubungjan dengan kata lain. Angka tidak begitu begitu ambigu, dan bias
diproses dengan lebih ekonomis. Namun demikian, kata-kata juga memungkinkan
6
peneliti membuat “deskripsi tebal” menurut istilah Geertz (1973), yaitu bahwa kata-kata
dapat menyampaikan lebih banyak makna daripada angka. Memfokuskan pada angka
akan menggeser perhatian penelitian dari subtansi ke soal perhitungan belaka, dan
menghilangkan makna kualitatifnya.
Untuk menyederhanakan sejumlah besar data yang terkandung dalam catatan lapangan,
observasi, dan materi dokumen atau arsip adalah dengan membuat kode. Kode adalah
singkatan kata atau symbol yang dipakai untuk mengklasifikasikan serangkaian kata,
sebuah kalimat atau alenia dari catatan lapangan ( biasanya ditulis tangan dalam suratan
yang sulist dibaca karena tergesa-gesa) yang sudah diketik kembali (transcribed field
nlotes)sehingga mudah dibaca oleh siapapun. Kode adalah kategori, yang biasanya
diambil dari pertanyaan penelitian, hipotesis, konsep kunci, atau tema yang penting.

Terdapat tiga tipe kode. Pertama, adalah kode deskriptif yaitu memberi kode pada
alenia yang misalnya isinya membahas kajian perbaikan sekolah, dengan menaruh di
pinggir sebelah kiri catatan yang berbunyi “MOT”, singkatan dari “motivasi”. Apabila
analisis ingin lebih tajam dengan memisahkan motivasi para guru dari motivasi petugas
Tata Usaha, maka kode “ADM-MOT” dari Administrators’ Motivation, kalau dalam
bahasa Indonesia “TU-MOT.”

Kedua, kode interpretif, yang memuat analisis lebih kompleks dengan melihat
misalnya aspek dinamika local yang menumbuhkan motivasi tersebut, dengan kode
seperti “OFF-MOT” yang menunjukan Offical Motivation.

Ketiga, kode yang lebih onferensial dan menjelaskan. Alenia tersebjut ternyata
menunjukan timbulnya (emerged ) leitmotive atau pola pada waktu peneliti memeriksa
aspek-aspek kejadian local dan relasi-relasi local dihubungkan dengan motivasi tsb. Maka
kodenya bias berbunyi LM (leitmotive), atau PATT (pattern), atau TH (theme), atau CL
(causal link).

Apa saja yang bias diatur dengan kode? Lofland dalam Miles dan Huberman
merincikan sebagai berikut.
1. Tindakan: yang berlangsung dalam situasi yang singkat, hanya memakan waktu
beberapa detik, menit atau jam.

7
2. Kegiatan: yang berlangsung dalam latar yang lebih besar, hari, minggu, bulan, yang
melibatkan unsur-unsur penting dari keterlibatkan manusia.
3. Makna: ungkapan verbal dari para partisipan penelitian yang menentukan dan
mengarahkan tindakan.
4. Partisipasi: keterlibatan manusia secara keseluruhan, atau adaptasi mereka terhadap
situasi atau latar yang sedang ditelaah.
5. Relasi: hubungan antar personal diantara beberapa orang yang ditelaah secara
simultan.
6. Latar atau setting: keseluruhan latar yang sedang diteliti dipelajari sebagai satu unit
analisis, (Lofland, dalam Miles dan Huberman, 1984:57)

Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen (1982:57) kode dan koding dilakukan
terhadap:
1) Setting/konteks: informasi umum mengenai lingkungan sekitar.
2) Definisi situasi: bagaimana mendefinisikan latar situasi.
3) Perspektif: cara berfikir, orientasi.
4) Cara berpikir mengenai orang dan objek : dengan lebih mendetail.
5) Proses: sekuens, alur peristiwa, perubahan.
6) Kegiatan: perilaku yang secara teratur ditampilkan.
7) Kejadian: kejadian tertentu.
8) Strategi: cara untuk menyelesaikan sesuatu.
9) Relasi dan struktur social.
10) Metode: isu yang berkaitan dengan penelitian.
Ada beberapa saran untuk menggunakan kode. Misalnya, kapan kode dan
kegiatan mengkoding dimulai? Seperti telah dibahas terdahulu, analisis terhadap catatan
lapangan (field notes) sudah dilakukan sejak awal, maka kode dan kegiatan mengkoding
pun demikian. Kode dan koding adalah kegiatan memberi label dan mencari data yang
sangat efisien, serta mempercepat dan memberdayakan analisis data. Karenanya,
menyusun kode sebelum ke lapangan dan membuat catatan lapangan akan sangat
membantu, serta akan mendorong peneliti untuk selalu mengkaitkan pertanyaan
penelitian atau konsep-konsep penting langsung dengan kata.

D. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif

Peneliti yang berperan sebagai pengamat akan sibuk dengan membuat catatan
lapangan (field notes), sehingga seringkali catatan yang dibuat dengan segera itu tidak
dapat dibaca dengan jelas, karena banyak singkatan yang tidak lazim hanya dapat
dimaknai oleh sang peneliti sendiri. Itulah sebabnya, segera setelah peneliti sebagai
pengamat mempunyai waktu, cattaan lapangan itu harus cepat ditranskip dan diketik,
8
agar dapat dibaca oleh siapa pun. Pada waktu itulah sang peneliti, mengalami kembali
apa yang telah terjadi di kelas tadi pagi, dan refleksi terjadi pada situasi yang berkembang
pada waktu itu, seperti misalnya:

o Hubungan yang terjalin dengan siswa/responden.


o Memikirkan kembali terhadap apa yang dikatakan oleh siswa dsan maknanya.
o Keraguan akan kualitas data yang sedang dicatat.
o Terpikirnya hipotesis baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
o Sebuah catatn untuk melacak lebih jauh sebuah isu pada kontak berikutnya.
o Implikasi silang terhadap sesuatu pada data berikutnya.
o Perasaan sendiri mengenai apa yang dibicarakan atau diajarkan.
o Penjelasan atau elaborasi mengenai apa yang dibicarakan atau dikerjakan (Miles
dan Huberman, 1984:65).

Catatan reflektif dapat segera dibuat pada wakty catatan lapangan sedang dikerjakan,
dengan cara menyimpannya di antara tanda kurang. PUtton (1980) merekomendasikan
hal ini, bahkan Bogdan dan Biklen (1982) memakainya untuk analisis, metode, dilemma
etik, pemikiran sendiri, dan sebagai alat kalibrasi.
Berikut ini adalah contoh pemakaian catatan reflektif pada catatan lapangan:

Ahmad bergurau, “mungkin aku dapat berlaku sebagai seorang senior”. Ia menyeringai
seperti kera waktu mengatakan hal itu. ((guru-guru ini bukan bermaksud merendahkan
siswa, akan tetapi sepertinya tidak bias menahan diri untuk selalu bergurau seperti itu dan
mengenai hal ini akan dijelaskan nanti))

Basri menyatakan bahwa secara tidak resmi mereka sudah melakukan analisis tantang
data kehadiran dan berkata, “aku yakin telah melakukannya dengan efektif”, (yaitu
memakai CARED untuk kecenderungan peningkatan kehadiran). ((bagiku kedengarannya
sangat kabur dan gterkesan ga,pangan)).

Chairuddin menjelaskan, bahwa selama semester kedua ia akan melakukan hal-hal yang
sama, atau “tidak banyak”. ((penolakan kegiatan ini aku dengar secara informal dalam
pembicaraan dengan Basri. Sesungguhnya, hal itu menngecilkan/minimalisasi atau
penghalusan dari fakta bahwa ia sering keluar, padahal ia dapat namyak membantu
menyelesaikan program.))

9
E. Catatan Pinggir

Pada waktu kegiatan koding berlangsung, dan peneliti sebagai pengamat melihat
dan menyaksikan penampilan pembelajaran dikelas, maka gagasan dak reaksi terhadap
yang dilihat timbul dengan makna yang baru secara berkelanjutan. Gagasan dan pikiran
baru ini penting artinya, karena mendorong penafsiran baru, mengarahkan kepada
keterhubungan dengan data lain, dan menuntut pekerjaan untuk menganalisisnya.

Karena konvensi membiasakan kita memberikan tanda atau symbol kode pada
catatan lapangan digaris pinggir sebelah kiri atau pada margin kiri, maka catatan pinggir
dilakukan pada margin sebelah kanan. Catatan reflektif dan catatan pinggir berfungsi
menambah kebermaknaa dan kejelasan kepada catatan lapangan atau field notes, di
samping menggaris bawahi hal-hal yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam
kegiatan koding.

F. Pandangan Lain Mengenai Analisis Data/Lapangan

Becker (1958, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan, bahwa ada tiga langkah
analisis yang perlu dilakukan dilapangan dan analisis ke empat dilakukan sete;ah
penelitian lapangan selesai. Langkah-langkah gtersebut dilakukan tahap demi tahap,
secara sekuensial dengan logis, tahapan kedua akan sangat ditentukan oleh analisis
tahapan sebelumnya. Selanjutnya, berbagai kesimpulan diambil dalam tahapan
berikutnya. Langkah ketiga ialah bahwa ada beberapa criteria yang dipakai untuk analasis
di lapangan, antara lain pemilihan dan definisi permasalahan dan konsep, penghitungan
frekuensi dan distribusi kejadian atau fenomena, dan dimasukkannya temuan-temuan
individual ke dalam jadian yang sedang di teliti. Analisis setelah kegiatan di lapangan
adalah bagaimana evidensi dan bukti dalam penelitian ini di presentasikan, (Hopkins,
1993:184-189).

10
Sedangkan Glasser dan Strauss (1971;105) mengemukakan empat langfkah
analisis data untuk menghasilkan teori (grounded) yang disebut constant comparative
Method, sebagai berikut:

1.Membandingkan kajian-kajian yang diaplikasikan kepada setiap kategori 2.


Memasukan kategori-kategori dan bagian-bagiannya, 3. Membatasi teori, 4. Menuliskan
teori. Walaupun metode menghasilkan teori ini merupakan proses yang terus menerus
berkembang-setiap tahapan kemudian ditransformasikan ke tahapan berikutnya-setiap
tahapan akan tetap pada posisinya sepanjang analisis dilakukan dan masing-maisng
menghasilkan perkembangan kepada tahapan berikutnya sampai analisis selesai.)

Apabila kita bandingkan kedua prinsip ini, maka ternyata ada persamaannya, karena sebenarnya
sama-sama melakukan hal-hal berikjut: 1. Melakukan pengumpulan data dan menyusun
kategori, 2. Memvalidasi kategori,3. Menafsirkan kategori, dan 4. Melakukan analisis tersebut.
Agar lebih jelas lagi, coba perhatikan bagan berikut ini.

PTK Becker Glaser dan Strauss

Pengumpulan data  Seleksi dan  Membandingkan


definisi konsep kejadian yang
diaplikasikan
 Frekuensi dan kepada setiap
Validasi distribusi kategori
Interpretasi
 Inkorporasi  Integrasi kategori
temuan konsep dan
fenomenanya
Aksi/tindakan  Prekuensi
evidnsi dan  Membatasi teori ke
dalam model

 Menuliskan teori
bukti

11
Dalam proses penelitian tindakan kelas, langkah pertama yanb seperti anda
ketahui, adalah pengumpulan data. Dengan mencatatkan catatan lapangan, atau rekaman,
atau video, atau bentuk-bentu lain, penelitu mengumpulkan berbagai informasi mengenai
pembelajaran yang sedang ditampilkan. Bersama-sama dengan kegiatan pengumpulan
data ini muncul ke permukaan dipotesis-hipotesis yang dapat menjadi bahan untuk dikaji,
karena gagasan-gagasan baru selalu timbuk pada waktu menjelaskan atau menganalisis
setiap kejadian dikelas.

Bahkan sejak langkah awal pun, peneliti sudah melakukan penjelasan atau analisis
tersebut terhadap setiap kejadian, mengapa ini terjadi, atau kejadian ini terjadi karena
sebab ini atau sebab itu, dan seterusnya. Tidak dapat dihindari, bahwa setiap peneliti akan
membawa penglamannya, pengetahuannya, dan keyakinannya masing-masing didalam
upaya memahami situasi lebih baik. Pemahaman yang mendalam dari peneliti diperlukan,
untuk mencapai pemahaman tingkatan yang seperti diungkapkan Max Weber sebagai
Verstehen (atau interpretative understanding) (Weber dalam Coser, 1971:220), yakni
bahwa sains yang bertujuan mencapai pemahaman interpretasi dari perilaku social
dilakukan untuk menjelaskan sebab-sebabnya, arahnya, dan dampaknya.

Dengan cara demikianlah, yaitu sejak awal kegiatan pengumpulan data yang
langsung dijelaskan dan dianalisis, munculnya hipotesis, konstruk, atau kategori dari apa
yang terjadi di kelas. Dalam penelitian kjualitatif, hal ini disebut kemunculan, atau timbul
ke permukaan, atau emergent hypothesis,yang selanjtnya akan menghasilkan emergent
hypothesis. Dalam penelitian ini semakin banyak timbulnya gagasan, hipotesis, konstruk,
akan semakin baik: karena semakin kaya timbulnya pikiran-pikiran yang kreatif, semakin
besar kemungkinannya bahwa penelitian yang anda lakukan menghasilkan penafsiran dan
pemecahan permasalahan yang koheren dan tuntas (Hopkins, 1993:152).

G. Pembuatan Matriks

Membuat matriks tidaklah sukar, walaupun dalam proses pengembangnnya


membutuhkan waktu. Tidak ada aturan atau dalil tertentu yang harus diikuti, melainkan
suatu kegiatan kreatif yang sistematis, yang fungsional, yang akan memberikan makna

12
substantive kepada basis data anda. Berikut ini ada beberapa aspek pilihan dalam
membentuk matriks, (Miles dan Huberman, 1984:211-212):

1) Deskriptif, dalam pemahaman apakah tujuannya untuk memaparkan data yang ada,
atau menjelaskan mengapa hal itu gterjadi.
2) Mono-situs, apabila penelitian mengkaji satu latar atau setting saja, seperti
sekelompok, sebuah keluarga, sebagai organisasi , atau multi-multi, yaitu meliputi
beberapa settings yang dapat menampilkan perbandingan data.
3) Teratur, dengan pergertian data disusun dalam kolom dan baris dengan menggunakan
kategori, atau dengan memakai variabel waktu, peran partisipan, atau sites yang
mempunyai perbedaan.
4) Berdasarkan waktu, yang memungkinkan analisis menurut alur, sekuens, siklus, dan
kronologi.
5) Berbagai variabel kategori, yang membuka banyak kemungkinan, sebagai contoh
( Bogdan dan Biklen, 1982):
 Tindakan, perilaku
 Kejadian kegiatan
 Startegi
 Kebermaknaan, perspekstif
 Kondisi umum
 Proses
Seperti telah diungkapkan di atas, membuat matriks tujuannya adalah untuk
membantu agar anda mengerti dan memahami, dan seberapa tegar/sahih/validnya
pemahaman itu. Berikut ini adalah saran-saran untuk membantu analisis data dalam
matriks (Miles dan Hubernan, 1984 :213-214):

1) Mulailah dengan melayangkan pandangan yang cepat, atas melakukan analisis sekilas,
kemudian setelah di review dengan hati-hati baru di revisi, di r, atau di nyatakan tidak
berlaku.
2) Apabila matriks itu mencakup beberapa situs, mulailah dengan menganalisis salah satu
situs dengan tegar sebelum melakukan analisis silang dari beberapa situs.
3) Untuk matriks deskriptif, mulailah dengan tabulasi rangkuman untuk mencapai
pemahaman dari data yang besar itu hati-hati, jangan melakukan simplikasi berlebihan
atas mengacaukan kesimpulan akibat dari begitu besarnya jumlah data.
4) Pada waktu kesimpulan mulai berbentuk dalam pikiran anda, mulailah penulisannya
untuk menjelaskan. Dengan menulis, maka memungkinkan reformulasi gagasan-
gagasan dan memperjalas, untuk analisis lebih jauh.
5) Kesimpulan yang muneul harus selalu dicek dengan data dalam catatan
lapangan.apabila tidak didukung data “akar rumput” hal itu perlu di revisi.
6) Untuk mendukung kesimpulan, tampilkan ilustrasi yang terdapat dalam catatan
lapangan, bukan untuk meramaikan deskripsi, melainkan untuk menggambarkan
contoh-contoh yang murni/asli.

13
7) Setelah mengeceknya dengan catatan lapangan, kesimpulan juga perlu dikaitkan
dengan konsep-konsep pentinga atau teori dalam penelitian ini.
8) Mintalah bantuan mitra peneliti untuk mengaudit matriks dan analisisnya; terkhir.
9) Pada penyajian laporan penelitian, matriks termasuk yang harus ditampilkan, dan
pembaca/penguji akan memverifikasi kesimpulan-kesimpulan yang dibuat.

Untuk ilustrasinya, berikut ini contoh dari sebuah matriks deskriptif:


BAGAN 2

Deskripsi Empirik Performance Guru Refleksi dan Analisis


Pelajaran di mulai dengan menerbitkan kelas, Guru melakukan entry behavior dengan baik,
Guru mencek kehadiran siswa. Setelah itu yaitu dengan mengkodisikan siswa untuk
langsung masuk ke topik bahasan mengenai siap belajar mengenai kerajaan. Ia juga
kerajaan-kerajaan masuk ke indonesia ia melakukan ekslorasi konsep siswa, dan
merangkum dengan singkat mengenai dengan demikian sekalian melakukan
kondisi politik, ekonomi, sosial dari apersepsi.
kerajaana-kerajaan. Sebuah pertanyaan
diajukan kepada kelas, untuk mengemukakan
perbedaan-perbedaan diantara kerajaan-
kerajaan tersebut: “coba kalian munculkan
perbedaan-perbedaan tersebut, boleh dengan
contoh !” Kelas sebentar ribut, karena ada
siswa yang datang terlambat.

Siswa: perbedaan mata pencahariaan. Guru mampu mengankat kondisi kelas yang
BU”(kelas masih saja ribut. Dan tidak ribut sebagai media pembelajaran, baik baik
memperhatikan teman siswa sedang dalam memaknai perbedaan,namun terutama
berbicara) dalam menanamkan niai dan sikap
Guru:” Nah inilah coba, kalau ada yang menghormati orang lain.
sedang berbicara tolong dihormati, di dengar.
Ini sebuah contoh, ya, jangan jauh-jauh,
kalau ada yang sedang berdiri di depan dan
berbicara, dan kelas ribut bagaimana kalian
bisa mendengar? Nah, ini kan, contoh
perbedaan juga, perbedaan bisa timbul dalam
hal apa saja, dimana saja !”

Selanjutnya, berikut ini adalah sebuah contoh matris multi-situs, dalam pengertian multi-
settings, karena peneliti mencobakan tiga model pembelajaran dan ingin mengetahui hasilnya
dengan membuat perbandingan.

14
BAGAN 30

Penerapan Model Deskripsi Pelaksanaan Analisis-Refleksi


Model
1. Kuesioner  Guru belum memberi  Suasana pengisian
(angket) penjelasan tujuan dan angket kurang tertib
kriteria penilaian karena penjelasan
secara rinci guru kurang rinci dan
2. Interview  Tujuan, pelaksanaan, siswa pada umumnya
(wawancara) dan kriteria penilaian cemas dan takut
wawancara belum terhadap hal-hal yang
dijelaskan dengan berbau evaluasi
3. Laporan siswa rinci  Guru canggung dan
 Sebelum memberi kurang luwes dalam
tugas, guru mewawancarai siswa
menjelaskan tujuan karena belum pernah
dan kriteria penilaian melakukannya,
hasil laporan siswa. apalagi dihadapan
guru dan peneliti
 Walaupun tugas
laporan siswa mirip
dengan pekerjaan
rumah (PR), tetapi
karakteristiknya
berbeda, perlu
penjelasan secara
rinci, seperti
menggali informasi
dari narasumber yang
ada disekitar siswa,
mencari sumber
bacaan yang relevan,
menyusun kalimat
yang baik, dsb.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menganalisis data yang bentuknya berbagai ragam merupakan tugas yang besar bagi
peneliti kualitatif. Membuat keputusan mengenai bagaimana menampilkan dara dalam label,
matriks, atau bentuk cerita merupakan tugas yang penuh tantangan. Tidak ada konsensus
mengenai cara menganalisis data dalam penelitian kualtitatif. Akan tetapi ada cara
membandingkan strategi analisis dari para peniliti pakar yang dapat digunakan sebagai rujukan. .
Langkah-langkah Menganalisis Data.
Apabila anda membaca lagi bagia terakhir dari bab terdahulu, maka anda dapat melihat cara
menganalisis catatan lapangan (field notes).
Kode dan Mengkoding
Miles dan Huberman (1984:56-59) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam
penelitian kualitatif adalah, bahwa cara kerjanya terutama bertalian dengan kata-kata, bukan
dengan angka. Kata-kata lebih gemuk dibandingkan dengan angka, dan bersifat multi makna.
Adakalanya sebuah kata tidak mempunyai arti sama sekali, kecuali apabila dihubungjan dengan
kata lain.
Peneliti yang berperan sebagai pengamat akan sibuk dengan membuat catatan lapangan
(field notes), sehingga seringkali catatan yang dibuat dengan segera itu tidak dapat dibaca dengan
jelas, karena banyak singkatan yang tidak lazim hanya dapat dimaknai oleh sang peneliti sendiri.
Itulah sebabnya, segera setelah peneliti sebagai pengamat mempunyai waktu, cattaan lapangan
itu harus cepat ditranskip dan diketik, agar dapat dibaca oleh siapa pun. Pada waktu itulah sang
peneliti, mengalami kembali apa yang telah terjadi di kelas tadi pagi, dan refleksi terjadi pada
situasi yang berkembang pada waktu itu.
Karena konvensi membiasakan kita memberikan tanda atau symbol kode pada catatan
lapangan digaris pinggir sebelah kiri atau pada margin kiri, maka catatan pinggir dilakukan pada
margin sebelah kanan. Catatan reflektif dan catatan pinggir berfungsi menambah kebermaknaa
dan kejelasan kepada catatan lapangan atau field notes, di samping menggaris bawahi hal-hal
yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam kegiatan koding.

16
Becker (1958, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan, bahwa ada tiga langkah analisis
yang perlu dilakukan dilapangan dan analisis ke empat dilakukan sete;ah penelitian lapangan
selesai. Langkah-langkah gtersebut dilakukan tahap demi tahap, secara sekuensial dengan logis,
tahapan kedua akan sangat ditentukan oleh analisis tahapan sebelumnya.

Membuat matriks tidaklah sukar, walaupun dalam proses pengembangnnya


membutuhkan waktu. Tidak ada aturan atau dalil tertentu yang harus diikuti, melainkan suatu
kegiatan kreatif yang sistematis, yang fungsional, yang akan memberikan makna substantive
kepada basis data anda.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwright, Dick and Bailey, Kathleen M. 1991. Focus on the Languange Classroom: An
Introduction to Classrooom Reasearch for Languange Teachers. Cambridge: Cambridge
Univercity Press.

Angelo, Thomas A. Ed. 1991. Classroom Research: Early Lessons from success. San
Fraancisco: Jossey-Bass Ich., Publ.

Ballantine, Jeanne H. 1985. School and Society. A Reader in Education and Sociology. Palo
Alto: Mayfield Publ. Inc.

Balson, Maurice. 1992. Understanding Classroom Behaviour. Victoria, Australia: Council for
Educatinal Research, Ltd.

Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari K. Qualitive Research for Education. Boston: Allyn &
Bacon.

18

Anda mungkin juga menyukai